Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Optimisme pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama mendorong munculnya indikasi recovery Kepulauan Riau di triwulan II 2009. Kontraksi perekonomian diperkirakan melandai dari 0,35% di triwulan I (angka revisi) menjadi 0,44% (y-o-y) pada periode ini. Kinerja ekspor memperlihatkan perbaikan meski dari -5,5% menjadi -2,15%. Di lain pihak, investasi diperkirakan melambat tajam sehingga menjadi penyebab utama berlanjutnya kontraksi ekonomi di triwulan II 2009. Berlangsungnya pemilu presiden memberi stimulus positif terhadap perkembangan konsumsi yang sekaligus menjadi sumber pertumbuhan di periode laporan. Sementara itu aspek produksi masih ditandai oleh penurunan aktivitas industri yang diperkirakan sebesar -2,94%, melandai dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 2,66%. Berlanjutnya perlambatan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dari 6,12% menjadi 5,46% turut memperburuk kinerja ekonomi Kepulauan Riau. Adapun sektor-sektor yang diperkirakan masih tumbuh positif di triwulan ini antara lain sektor Bangunan, Pengangkutan dan Jasa-jasa. Struktur Perekonomian Kepulauan Riau Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan (yoy) 2008 2009 I II III IV I* II** KOMPONEN PENGGUNAAN 1. Konsumsi Rumah Tangga 23.04% 17.48% 18.59% 17.45% 11.42% 12.58% 2. Konsumsi Lembaga Swasta 16.74% 11.26% 11.94% 13.91% 30.78% 28.91% 3. Konsumsi Pemerintah 18.06% 13.30% 9.15% 13.01% 7.11% 8.83% 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 26.50% 34.38% 31.22% 25.72% 16.31% 7.60% 5. Ekspor Barang dan Jasa 7.07% 5.88% 0.60% -1.39% -5.50% -2.15% 6. Impor Barang dan Jasa 12.95% 15.59% 23.46% 19.57% 16.42% 16.77% SEKTOR EKONOMI 1. Pertanian 8.37% 5.78% 2.18% -0.72% 0.08% -0.29% 2. Pertambangan & Penggalian -1.89% -2.99% -2.85% -3.09% -1.29% -1.04% 3. Industri Pengolahan 5.56% 6.35% 4.67% 1.78% -2.66% -2.94% 4. Listrik, Gas & Air Bersih 13.49% 12.34% 5.12% 1.65% -0.73% -0.66% 5. Bangunan 45.93% 42.58% 28.52% 24.03% 14.81% 13.65% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 10.52% 10.37% 8.36% 2.21% -0.87% -0.38% 7. Pengangkutan & Komunikasi 18.56% 16.34% 13.84% 9.64% 5.71% 5.40% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 11.69% 10.69% 9.59% 7.10% 6.12% 5.46% 9. Jasa-Jasa 20.57% 17.47% 14.77% 10.36% 8.29% 9.12% P D R B 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.35% -0.44% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Melandainya kontraksi ekonomi Kepulauan Riau cukup dipengaruhi oleh sinyalmen positif perkembangan ekonomi Singapura. Pemerintah Singapura mengkoreksi indikator ekonomi tahun ini setelah negara itu bangkit dari resesi terburuk sejak kemerdekaannya pada tahun 1965. Kinerja industri elektronik seperti perakitan komponen computer peripherals dan Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 1
data storage, industri kimia, precision engineering serta sektor konstruksi memperlihatkan perbaikan di akhir semester I tahun 2009. Kontraksi ekonomi semakin moderat dari 9,6% di triwulan I menjadi 3,7%. Laju perekonomian diproyeksi menyusut sekitar 4% - 6% di tahun 2009, lebih optimis dibanding prediksi sebelumnya yang mencapai -9%. Tanda-tanda pemulihan negara tersebut diyakini sebagai indikator membaiknya permintaan di Asia. Indikasi pemulihan juga didukung oleh penguatan nilai tukar Rupiah bersamaan dengan penurunan harga gas yang berimbas pada turunnya ongkos produksi. Selanjutnya, tren kenaikan harga minyak selama periode laporan relatif menggerakkan permintaan ekspor Kepulauan Riau. Asesmen Inflasi Laju inflasi Kota Batam pada triwulan II 2009 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Penurunan harga komoditas primer dan kelancaran supply barang kebutuhan pokok mempengaruhi rendahnya tingkat inflasi di Kota Batam. Sampai dengan triwulan II 2009 laju inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,21% (ytd), menurun signifikan dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar 5,94%. Laju Inflasi Nasional dan Kota Batam Sumber : BPS, diolah Sejalan dengan tren di periode-periode sebelumnya, laju inflasi kota Batam di triwulan II 2009 berada di bawah level inflasi nasional. Inflasi tahunan Kota Batam tercatat sebesar 2,52% (yoy), sedangkan inflasi nasional sebesar 3,65% (yoy). Asesmen Perbankan Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2009 menunjukkan pergerakan yang relatif stabil dibanding periode sebelumnya. Meski indikator total aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami penurunan, namun penyaluran kredit tumbuh dalam jumlah yang lebih besar. Total asset perbankan di Provinsi Kepulauan Riau di triwulan ini sebesar Rp21,31 triliun atau menurun Rp 18,30 miliar (0,09%) dibanding triwulan I 2009. Namun secara tahunan masih memperlihatkan kenaikan sebesar Rp 3,92 triliun (22,54%). Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 2
Sementara total DPK yang dihimpun juga menurun Rp 81,87 miliar (0,47%) dibandingkan triwulan sebelumnya sehingga menjadi Rp 17,32 triliun. Dibandingkan posisi triwulan II 2008, total DPK tersebut meningkat sebesar Rp 2,74 triliun (18,83%). Perkembangan Indikator Perbankan Kepulauan Riau Setelah pada triwulan sebelumnya penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan di Provinsi Kepulauan Riau Sumber : Bank Indonesia sempat sedikit menurun, di triwulan ini mulai menunjukkan peningkatan. Hal ini merupakan optimisme dini kalangan perbankan terhadap prospek perekonomian ke depan. Penyaluran kredit di triwulan II 2009 mencapai Rp 11,39 triliun, tumbuh 2,42% atau Rp 268,67 miliar dibandingkan triwulan I 2009 yang tercatat sebesar Rp11,39 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan kredit mencapai 16,8% atau sebesar Rp 1,63 triliun. Implikasinya, LDR perbankan meningkat dari 63,91% menjadi 65,76%. Asesmen Sistem Pembayaran Perkembangan aliran uang di Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan II 2009 ditandai dengan kenaikan jumlah outflow diiringi angka inflow yang cenderung menurun. Outflow tercatat sebesar Rp 759,19 miliar, naik Rp 176,65 miliar (30,30%) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu aliran uang masuk (inflow) ke Kantor Bank Indonesia Batam turun mencapai Rp 103,68 miliar (62,68%) menjadi Rp 61,73 milyar. Sehingga net outflow di triwulan laporan tercatat sebesar Rp 697,46 miliar. Kondisi tersebut sejalan dengan pola outflow di KBI Batam yang semakin meningkat menuju akhir tahun. Penarikan tertinggi biasanya terjadi di triwulan IV bertepatan dengan tahun baru dan perayaan hari raya keagamaan (Natal dan Imlek). Untuk wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam, terdapat 3 (tiga) wilayah kliring lokal, yaitu: di Kantor Bank Indonesia Batam untuk wilayah Kota Batam, PT. Bank Mandiri untuk wilayah Tanjung Pinang, dan PT. BNI untuk wilayah Tanjung Balai Karimun. Nilai transaksi melalui sistem kliring lokal pada triwulan II 2009 mencapai Rp 2,55 triliun dengan jumlah warkat sebanyak 105.943 lembar. Nilai transaksi kliring tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,59 triliun. Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 3
Perkembangan Inflow - Outflow Perkembangan Kliring di Kepulauan Riau Sumber : Bank Indonesia Asesmen Keuangan Daerah APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) merupakan sarana yang strategis dan mutlak untuk menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan guna menyediakan pelayanan publik, meningkatkan kesejahteraan serta melindungi hak-hak masyarakat. Karenanya kebijakan-kebijakan yang menjadi prioritas pembangunan di tahun 2009 diupayakan dapat menjadi instrumen pendorong yang memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Terkait dengan krisis keuangan global, Pemerintah Pusat telah mengalokasikan stimulus fiskal untuk pembangunan infrastruktur senilai Rp 60 miliar. Untuk stimulus infrastruktur ini, provinsi Kepulauan Riau mendapatkan alokasi dana di atas provinsi lain. Stimulus fiskal itu diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat yang terkena krisis ekonomi. Stimulus itu dianggarkan untuk pembangunan Pelabuhan Malarko di Karimun senilai Rp 20 miliar, pembangunan fasilitas Pelabuhan Dompak dianggarkan Rp 15 miliar, dukungan ekspansi sektor riil Departemen Perdagangan di Kabupaten Kepulauan Anambas senilai Rp 10 miliar dan di Karimun Rp 15 miliar. Dengan disahkannya APBD Kabupaten Kepulauan Anambas sebagai daerah pemekaran terbaru maka total APBD T.A. 2009 untuk seluruh kabupaten/kota di provinsi Kepulauan Riau mencapai Rp 6,97 triliun, atau meningkat sekitar 35% dari APBD tahun 2008 yang tercatat sebesar Rp 5,15 triliun. Sekitar 76% dari anggaran pengeluaran tersebut diperkirakan bersumber dari sisi penerimaan yang ditargetkan sebesar Rp 5,34 triliun, naik mencapai 27,7% dibanding tahun 2008. Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 4
Perkembangan Total APBD Provinsi Kepulauan Riau Tahun Anggaran 2007 s.d. 2009 2007 2008 % % 2009* 2007-2008 2008-2009 PENDAPATAN 4,815,445 4,178,569-13.2% 5,336,421 27.7% BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 598,897 952,217 59.0% 1,050,396 10.3% DANA PERIMBANGAN 3,969,281 2,903,001-26.9% 4,089,414 40.9% LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 247,267 323,351 30.8% 196,611-39.2% BELANJA 6,220,533 5,155,325-17.1% 6,973,402 35.3% BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,687,938 1,959,360 16.1% 2,574,573 31.4% - Belanja subsidi 35,044 79,218 126.1% 123,996 56.5% - Belanja hibah 87,153 61,420-29.5% 157,308 156.1% - Belanja bantuan sosial 240,368 194,997-18.9% 240,188 23.2% BELANJA LANGSUNG 4,532,595 3,195,965-29.5% 4,398,829 37.6% - Belanja pegawai 616,802 400,679-35.0% 607,547 51.6% - Belanja barang dan jasa 1,477,486 1,330,753-9.9% 1,617,929 21.6% - Belanja modal 2,438,307 1,464,533-39.9% 2,173,353 48.4% SURPLUS/(DEFISIT) (1,405,088) (976,756) -30.5% (1,635,981) 67.5% Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), diolah *) termasuk Kabupaten Kepulauan Anambas Khusus pada pemerintahan provinsi Kepulauan Riau, realisasi penerimaan sampai dengan bulan Mei 2009 diperkirakan sebesar Rp 385 milyar atau 28,98% dari target penerimaan sebesar Rp 1,33 triliun. Adapun penyerapan anggaran belanja sampai dengan bulan Juni 2009 lebih tinggi baik dibandingkan sisi penerimaan. Anggaran belanja yang terserap diperkirakan sebesar Rp 637,61 milyar atau 38,97% dari target APBD sebesar Rp 1,64 triliun. Sumbangan penerimaan terbesar berasal dari pencairan Dana Alokasi Umum (DAU) senilai Rp 201,57 milyar yang teralisasi secara proporsional. Selain itu penerimaan dari Pajak Daerah sebesar Rp 149,42 milyar juga memberi kontribusi signifikan terhadap penerimaan tahun berjalan. Rendahnya tingkat realisasi diduga karena tidak disetujuinya beberapa rancangan Peraturan Daerah (ranperda) terkait dengan optimalisasi sumber-sumber penerimaan di daerah. Kondisi tersebut jug tercermin dari rendahnya penerimaan yang berasal dari Retribusi Daerah, dimana sampai bulan Mei hanya terealisasi sebersar Rp 944,38 milyar, atau 26,6%. Perhatian pemerintah provinsi terhadap dampak krisis global semakin tercermin dari tingginya penyerapan anggaran pada pos belanja Subsidi, Hibah dan Bantuan Sosial. Pemerintah provinsi telah mengeluarkan dana sebesar Rp 871,7 juta untuk Belanja subsidi yang sebelumnya tidak ditargetkan. Untuk belanja Hibah, anggaran yang telah teralisasi mencapai Rp 30,31 milyar atau 67,4%. Sementara untuk belanja Bantuan Sosial sebesar Rp 35,98 milyar, yang berarti 54,1% dari target yang ditetapkan. Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 5
Asesmen Prospek Ekonomi dan Inflasi Perlambatan ekonomi Kepulauan Riau di triwulan III 2009 diperkirakan melandai pada kisaran -0,39% s/d. 0,26% (y-o-y). Optimisme lebih dipengaruhi oleh kondisi ekstenal yang mulai menunjukkan pemulihan dari krisis. Namun demikian, ketidakpastian kondisi permintaan global masih membayangi perkiraan di triwulan mendatang, tercermin dari level kontraksi yang cukup besar. Perekonomian sepanjang tahun 2009 diproyeksi bergerak antara -0,2% sampai dengan 1%. Determinan penguatan ekonomi diperkirakan berasal daya beli masyarakat yang semakin pulih disertai peningkatan konsumsi pemerintah menjelang akhir tahun. Selain itu, kinerja ekspor juga diproyeksi membaik merespon arah recovery perekonomian global. Laju pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan meningkat dari 12,58% di triwulan II menjadi sekitar 12,59% - 13,24%, didorong oleh kenaikan pengeluaran masyarakat selama musim liburan yang jatuh antara bulan Juni sampai dengan Agustus 2009. Selain itu pemulihan daya beli semakin terasa seiring tren penguatan nilai tukar Rupiah. Di lain pihak, berakhirnya pemilihan umum akan mempengaruhi penurunan Konsumsi Swasta Nirlaba yang diproyeksi sekitar 17,48% - 18,12%. Sedangkan Pengeluaran Pemerintah di triwulan III 2009 diestimasi antara 9,61% -10,25%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 8,83%. Pencairan anggaran belanja dipastikan meningkat menutupi rendahnya tingkat penyerapan anggaran periode berjalan, serta rencana realisasi beberapa proyek pembangunan/pemeliharaan yang dibiayai oleh APBD. Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi Kepulauan Riau dan pemantauan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga seperti faktor musiman, cuaca, serta kelancaran arus barang, maka tekanan inflasi di triwulan mencatang diperkirakan berkurang dibanding triwulan sebelumnya. Laju inflasi Kota Batam pada triwulan III 2009 diperkirakan sekitar 4,42% - 5,13% (yoy). Sementara inflasi tahun kalender diperkirakan berada pada kisaran 0,87% - 3,57% (ytd). Adapun inflasi Kota Tanjung Pinang diperkirakan meningkat di kisaran 8,21% - 9,42% (yoy), dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 1,17% - 2,49% (ytd). Ringkasan Eksekutif KER Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2009 6