STUDI POTENSI KOMPETISI BEBERAPA AKSESI GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI HIBRIDA RUSMANTO A

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

STUDI PERIODE KRITIS TANAMAN PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.) TERHADAP GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L.) Oleh: Sudianto Samosir P A

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv. Morfologi Echinochloa crus-galli

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III METODE PENELITIAN Ketinggian tempat ± 90 m dpl, jenis tanah latosol.

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

Sumber : Nurman S.P. (

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

Sesuai Prioritas Nasional

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

PENDUGAAN DERAJAT KOMPETISI GULMA Echinochloa crus-galli (L.) Beauv. MELALUI METODE REPLACEMENT SERIES ABSTRAK

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA Echinochloa crus-galli DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DENGAN PENDEKATAN REPLACEMENT SERIES

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Transkripsi:

STUDI POTENSI KOMPETISI BEBERAPA AKSESI GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI HIBRIDA RUSMANTO A24062410 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN RUSMANTO. Studi Potensi Kompetisi beberapa Aksesi Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida. (Dibimbing oleh DWI GUNTORO). E. crus-galli merupakan gulma utama pertanaman padi yang memiliki adaptasi luas pada kondisi lingkungan beragam. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi kompetisi beberapa aksesi gulma E. crus-galli pada beberapa tingkat populasi terhadap pertumbuhan dan produksi padi hibrida. Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (split-plot design) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri atas tiga aksesi gulma E. crus-galli yaitu Karawang (07 o 07.789 S 107 o 33.749 E), Sukabumi (06 o 50.479 S 106 o 49.292 E), dan Pangalengan (06 o 17.690 S 107 o 20.320 E). Anak petak terdiri atas populasi E. crus-galli, yaitu 0, 4, 8, dan 12 gulma E. crus-galli per m 2. Dengan demikian terdapat 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan berupa petakan berukuran 4 m x 5 m. Hasil penelitian menunjukkan aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi hibrida yaitu pada peubah jumlah anakan, jumlah daun, dan panjang akar, ILD, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah kering panen dan gabah kering giling tanaman padi hibrida. Aksesi gulma E. crus-galli Karawang memiliki daya kompetisi yang lebih kuat dibandingkan dengan aksesi Sukabumi dan Pangalengan dalam menekan jumlah anakan tanaman padi hibrida umur 3, 5, dan 6 MST, jumlah daun umur 6 MST, dan panjang akar tanaman padi hibrida umur 8 MST. Hal ini diduga bahwa aksesi gulma E. crus-galli Karawang lebih mampu beradaptasi pada keadaan lingkungan, terutama dalam hal perbedaan besarnya ketinggian asal aksesi terhadap tempat lokasi percobaan dibandingkan aksesi Sukabumi dan Pangalengan. Kepadatan populasi gulma E. crus-galli per m 2 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida, terutama pada peubah jumlah anakan, jumlah daun, panjang akar, ILD, jumlah anakan produktif, panjang malai,

jumlah gabah per malai, gabah isi, persen biji hampa per malai, gabah kering panen dan gabah kering giling. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar. Keberadaan mulai 4 gulma E. crus-galli per m 2 berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida. Pada pengamatan 7 MST populasi 4 E. crus-galli per m 2 nyata menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida hingga 16.6%; populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2 menekan hingga 26.9%, sedangkan populasi 12 gulma E.crus-galli per m 2 menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida hingga 37.4%. Populasi 4 dan 8 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan hasil GKP padi hibrida sebesar 44.7% hingga 51.7%, dan populasi gulma 12 E. crus-galli per m 2 menurunkan hasil GKP padi hibrida sebesar 59.0%. Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli nyata mempengaruhi peubah tinggi, bobot kering tajuk dan akar, kepadatan malai dan bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida. Aksesi gulma E. crus-galli Sukabumi dengan populasi 12 per m 2 pada pertanaman padi hibrida menurunkan bobot tajuk tanaman padi hibrida paling besar yakni sebesar 76.6% dibandingkan dengan kontrol. Aksesi gulma E. crus-galli Karawang dengan populasi 12 per m 2 menekan kepadatan malai sebesar 32.2%. Aksesi gulma E. crus-galli Pangalengan dengan populasi 12 per m 2 menurunkan bobot 1 000 butir sebesar 10.0% dibandingkan dengan kontrol.

STUDI POTENSI KOMPETISI BEBERAPA AKSESI GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI HIBRIDA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor RUSMANTO A24062410 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

LEMBAR PENGESAHAN Judul : STUDI POTENSI KOMPETISI BEBERAPA AKSESI GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crusgalli L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI HIBRIDA Nama : RUSMANTO NIM : A24062410 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi NIP. 19700829 199703 1 001 Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 6 Oktober 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Carsad dan Ibu Karsini. Tahun 2000 penulis lulus dari MI Islamiyah Grinting, kemudian penulis menyelesaikan studi di SLTP N 02 Bulakamba pada tahun 2003 dan lulus dari SMA N 02 Brebes pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur USMI pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB dan pada tahun 2007 penulis memilih mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis memiliki pengalaman mengajar di lembaga bimbingan belajar Primagama cabang Bogor Dramaga-Ciomas pada tahun 2010-2011 untuk bidang studi matematika.

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Alloh, Penulis panjatkan kepada-nya yang telah memberikan pertolongan dan karunia-nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Studi Potensi Kompetisi bebe rapa Aksesi Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ini, antara lain: kepada Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi selaku pembimbing skripsi dan Sudianto Samosir, SP selaku rekan penelitian. Ucapan terima kasih Penulis juga sampaikan kepada rekan AGH 43 atas perhatian dan dukungannya serta semua pihak yang membantu dalam penelitian ini. Tidak lupa Penulis sampaikan kepada Orang tua yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang memerlukan. Bogor, Maret 2012 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Padi Hibrida... 3 Ekologi Echinochloa crus-galli... 4 Persaingan Gulma dan Padi... 5 BAHAN DAN METODE... 7 Tempat dan Waktu... 7 Bahan dan Alat... 7 Metode Penelitian... 7 Pelaksanaan Penelitian... 8 Pengamatan... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN... 12 Hasil... 12 Kondisi Umum... 12 Pertumbuhan Tanaman Padi Hibrida... 12 Perkembangan Generatif Tanaman Padi Hibrida... 18 Komponen Produksi Tanaman Padi Hibrida... 20 Pembahasan... 22 KESIMPULAN DAN SARAN... 25 Kesimpulan... 25 Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA... 26 LAMPIRAN... 28 ix x

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap tinggi tanaman padi hibrida... 13 Tabel 2. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida... 14 Tabel 3. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida... 14 Tabel 4. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap panjang akar tanaman padi hibrida... 15 Tabel 5. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hibrida... 16 Tabel 6. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap bobot kering akar tanaman padi hibrida... 17 Tabel 7. Penagruh populasi E. crus-galli terhadap indeks luas daun tanaman padi hibrida... 17 Tabel 8. Pengaruh aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap jumlah anakan total, anakan produktif dan panjang malai tanaman padi hibrida... 18 Tabel 9. Pengaruh aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap jumlah gabah per malai dan persentase kehampaan tanaman padi hibrida... 19 Tabel 10. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap kepadatan malai tanaman padi hibrida... 20 Tabel 11. Pengaruh aksesi dan populasi E.crus-galli terhadap bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida... 20 Tabel 12. Pengaruh populasi E. crus-galli terhadap gabah kering panen dan gabah kering giling ubinana tanaman padi hibrida... 21

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Perlakuan gulma E. crus-galli per m 2 pada pertanaman padi... 9

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Deskripsi padi hibrida SL 8 SHS... 29 Lampiran 2. Data curah hujan, intensitas cahaya, rata-rata temperatur dan kelembaban udara selama penelitian... 30 Lampiran 3. Analisis ragam tinggi tanaman padi... 31 Lampiran 4. Analisis ragam jumlah anakan tanaman padi hibrida... 32 Lampiran 5. Analisis ragam jumlah daun tanaman padi... 33 Lampiran 6. Analisis ragam indeks luas daun, anakan produktif, panjang malai, kepadatan malai, jumlah gabah per malai, gabah isi per malai, gabah hampa per malai, dan persen gabah per malai tanaman padi hibrida... 34 Lampiran 7. Analisis ragam gabah kering panen tanaman padi... 35

PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan beras semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Menurut angka ramalan III produksi padi tahun 2011 diperkirakan sebesar 65.39 juta ton gabah kering giling (GKG), hasil tersebut mengalami penurunan sebanyak 1.08 juta ton atau 1.63% dibandingkan tahun 2010. Penurunan produksi padi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 29.07 ribu hektar dan produktivitas sebesar 1.42% (BPS, 2011). Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian dan menurunnya produktivitas tanaman padi menjadi kendala dalam upaya peningkatan produksi beras. Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, maka muncul gagasan untuk menggunakan padi hibrida sebagai alternatif pilihan untuk meningkatkan produksi padi nasional. Padi hibrida merupakan hasil persilangan dari dua induk (genetically-fixed varieties) yang mampu menunjukkan sifat superior (efek heterosis), terutama potensi hasilnya meningkat sekitar 15-20% (Lakitan, 2010). Upaya peningkatan produksi beras juga dihadapkan pada masalah degradasi kesuburan lahan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu OPT yang dapat menurunkan produksi tanaman padi adalah gulma. Gulma bersifat lebih rakus dibandingkan tanaman padi dalam memperebutkan sarana tumbuh (Sukman dan Yakup, 2002). Pengaruh kompetisi gulma terhadap tanaman dapat menurunkan hasil 30 60%, bahkan bila tidak dilakukan upaya pengendalian dapat menyebabkan gagal panen (Singh et al., 1996). Selain penurunan produksi, adanya gulma di pertanaman padi sawah juga menyebabkan biaya pengendalian yang besar sehingga menurunkan pendapatan petani (Tungate et al., 2007). IRRI (1985) menyatakan bahwa E. crus-galli merupakan salah satu gulma penting dan terganas di dunia dalam budidaya tanaman padi. Galinato et al. (1999) menambahkan bahwa gulma E. crus-galli memiliki adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan yang beragam. Caton et al. (2004) juga menambahkan bahwa gulma E. crus-galli dapat dijumpai di dataran rendah dan tinggi.

2 Menurut Guntoro et al. (2009) perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi, dan kepadatan populasi menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Gulma E. crus-galli dari tiap aksesi ketinggian yang berbeda diduga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi, terutama pada pertanaman padi hibrida. Pada populasi tertentu aksesi gulma E. crus-galli dari ketinggian yang berbeda diduga menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi padi hibrida. Tujuan Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi kompetisi beberapa aksesi gulma E. crus-galli pada tingkat populasi terhadap pertumbuhan dan produksi padi hibrida. Hipotesis 1. Perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan penurunan pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida. 2. Kepadatan populasi gulma E. crus-galli per m 2 pada pertanaman padi hibrida menentukan pertumbuhan dan produksi padi hibrida. 3. Pertumbuhan dan produksi padi hibrida dipengaruhi oleh interaksi antara aksesi dengan kepadatan populasi gulma E. crus-galli.

TINJAUAN PUSTAKA Padi Hibrida Tipe padi yang dikembangkan saat ini, yaitu padi inbrida (padi unggul lokal, padi unggul baru, padi tipe baru) dan padi hibrida. Penelitian padi hibrida di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dan lebih diintensifkan sejak 2001 oleh peneliti pemulia tanaman (Las et al., 2003). Hingga kini telah tersedia 17 varietas hibrida padi yang telah dilepas di Indonesia, empat diantaranya hasil penelitian Puslitbang Tanaman Pangan, dan tiga belas lainnya hasil dari penelitian perusahaan benih swasta. Namun di tengah gencarnya upaya swasembada beras nasional, ternyata respon petani terhadap padi hibrida masih agak pasif (Sumarno, 2006). Padi hibrida adalah hasil perkawinan dua tetua yang berbeda genotipenya. Melalui perkawinan itulah terkumpul gen-gen yang keberadaannya secara bersamaan memberikan efek heterosis (Susanto, 2008). Fenomena heterosis tersebut menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat, anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 ton/ha lebih tinggi daripada varietas unggul biasa (inbrida). Namun, keunggulan hibrida tidak diperoleh pada populasi generasi kedua (F2) dan berikutnya. Oleh karena itu, produksi benih F1 dalam pengembangan padi hibrida memegang peran penting dan strategis (Las et al., 2003). Berbagai galur padi hibrida telah dihasilkan melalui persilangan dengan melibatkan galur mandul jantan sitoplasmik (CMS) atau galur mandul jantan (A), galur pemulih kesuburan (restorer, R) (Las et al., 2003). Penanaman padi hibrida (yang unggul) adalah pemanfaatan teknologi yang dapat dinilai aman lingkungan dan tidak menimbulkan polemik pro-kontra seperti pada tanaman transgenik (Sumarno, 2006). Varietas unggul hibrida umumnya memiliki potensi hasil lebih tinggi dari padi nonhibrida. Varietas unggul padi hibrida memiliki potensi hasil lebih tinggi (sekitar 30%) daripada varietas unggul inhibrida (Susanto, 2008).

4 Ekologi Echinochloa crus-galli Moenandir (1993) menyatakan bahwa gulma E. crus-galli dapat ditemui di Indonesia dan dikenal dengan nama Gagajahan (Sunda), Jajagoan, Padi burung, Jawan, Jawan pari, atau Suket ngawan (Jawa). Galinato et al. (1999) menambahkan bahwa E. crus-galli merupakan tumbuhan dari famili Gramineae yang diperkirakan berasal dari Eropa dan Asia, tersebar pada daerah tropis dan sub tropis di seluruh negara Asia Tenggara dan Selatan serta Australia. E. crusgalli berkembang biak secara generatif melalui biji dan seringkali tercampur dengan benih padi. Menurut Galinato (1999) penyebaran E. crus-galli sangat pesat dan agresif dalam beberapa karakteristik seperti pertumbuhan yang cepat, produksi benih yang tinggi, dormansi benih dan memiliki daya adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan yang beragam. Hal tersebut berlaku pada dataran rendah dan sedang. Caton et al. (2004) menambahkan bahwa E. crus-galli dapat dijumpai pada dataran rendah dan tinggi, sampai pada elevasi 2 500 m. E. crus-galli merupakan gulma yang tahan genangan air, gulma ini akan tumbuh dengan baik pada tanah yang basah dan saat sebagian batangnya terendam (IRRI, 1985). E. crus-galli dapat tumbuh baik pada tanah liat berpasir, dan pada kondisi tanah kering E. crus-galli tumbuh pendek dan memiliki jumlah anakan dan biji yang sedikit, sedangkan pada kondisi tanah lembab dengan kandungan nitrogen tinggi E. crus-galli tumbuh sangat baik dan serempak (Waterhouse, 1994). E. crus-galli memiliki tinggi 20-200 cm, berbunga pada umur 42-64 hari dan dapat menghasilkan benih 2 000 sampai 40 000 benih dalam satu individu (Galinato et al.,1999). Gulma E.crus-galli sangat kompetitif dengan tanaman padi dan dapat mengurangi produksi padi sampai 100% (Nyarko dan Datta, 1994). Kompetisi populasi 25 gulma E. crus-galli per m 2 dapat menyebabkan kehilangan panen hingga 50% (Chin, 2001). E. crus-galli termasuk gulma yang sulit dikendalikan pada pertanaman padi. IRRI (1985) menyatakan tanaman muda gulma E. crusgalli mirip dengan bibit padi sehingga sering ditanam tanpa sengaja.

5 Persaingan Gulma dan Padi Gulma pada pertanaman padi, terutama pada padi hibrida dapat menimbulkan kerugian yang tinggi. Kerugian yang ditimbulkan gulma secara umum dikarenakan biaya pengendalian gulma, kualitas hasil tanaman yang tidak sesuai, dan gangguan gulma terhadap tanaman. Kehilangan hasil panen padi tanpa adanya pengendalian pertumbuhan gulma diperkirakan 44% hingga 96%, tergantung pada cara budidayanya (Nyarko dan Datta, 1991). Gangguan yang ditimbulkan gulma pada tanaman dapat melalui beberapa faktor, antara lain faktor alelospoli, alelopati dan alelomediasi (Sastroutomo, 1990). Alelospoli merupakan akibat adanya kompetisi untuk memperoleh satu atau lebih sumberdaya yang terbatas seperti cahaya, air dan unsur hara. (Sastroutomo, 1990). Cahaya diperlukan untuk fotosintesis dan tumbuh maksimum pada tanaman padi dan gulma. Kompetisi terhadap cahaya terjadi ketika salah satu daun menaungi daun yang lainnya. Gulma bersaing terhadap tanaman padi dengan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga menaungi tanaman padi secara luas dengan daun yang menyebar secara horisontal. Dalam hal ini tanaman yang lebih tinggi akan menguntungkan daripada tanaman yang pendek (Nyarko dan Datta, 1991). Perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi khususnya pada peubah tinggi, jumlah anakan dan kepadatan malai (Guntoro et al., 2009). Kehilangan hasil panen padi yang disebabkan kekeringan tergantung pada tingkat dan lamanya kekeringan, kondisi lingkungan, kultivar, dan tahap pertumbuhan ketika terjadi kekeringan. Tanaman yang kekurangan air akan mengurangi luas daun dan kehilangan turgor daun yang menyebabkan stomata menutup, sehingga fotosintesis dan transpirasi akan berkurang. Gulma C 4 membutuhkan lebih sedikit air dan lebih toleran terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman padi yang merupakan tumbuhan C 3 (Nyarko dan Datta, 1991). Gulma golongan rumput umumnya lebih kompetitif bagi pertanaman padi terutama dalam mendapatkan unsur N dan air (Sutrisno, 1981). Secara umum tiga unsur hara yang terbatas pada hasil tanaman adalah unsur N, P, dan K. Kebanyakan jenis gulma membutuhkan unsur hara yang sama dengan tanaman padi dan lebih efisien dalam penggunaanya. Secara umum jenis

6 gulma yang kompetitif dalam penggunaan air, memiliki kompetitif juga dalam penggunaan unsur hara (Nyarko dan Datta, 1991). Nyarko dan Datta (1991) menyatakan tingkatan kompetisi antara gulma dan tanaman padi bergantung pada curah hujan, jenis padi, faktor tanah, kepadatan gulma, lamanya padi dan gulma tumbuh, umur padi ketika gulma mulai bersaing dan sumber ketersediaan unsur hara. Menurut Frauke (2007) semakin tinggi populasi E. crus-galli pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar. Purba (2008) menambahkan bahwa semakin tinggi kerapatan E. crus-galli per meter persegi, semakin besar menurunkan hasil tanaman padi. Rice (1984) menyebutkan bahwa alelopati didefinisikan sebagai pengaruh buruk yang langsung atau tidak langsung dari suatu tanaman terhadap tanaman lain melalui produksi zat kimia yang dikeluarkan ke lingkungan. Nyarko dan Datta (1991) menyatakan alelopati yang dihasilkan gulma diduga sebagai salah satu penghambat pertumbuhan tanaman padi (Nyarko dan Datta, 1991). Yamamoto et al. (1999) dan Xuan et al.(2006) menambahkan eksudat akar E. crus-galli menyebabkan penurunan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman padi yang berupa senyawa p-hedroximendalic acid. Alelomediasi merupakan faktor gangguan yang diakibatkan gulma yang bertindak sebagai tanaman inang dari hama dan penyakit yang secara selektif akan memakan jenis lainnya yang berada dalam satu komunitas (Sastroutomo, 1990). Gulma golongan rumput dapat menyebabkan peningkatan kutu busuk padi (Smith, 1981).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah latosol. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain benih padi hibrida SL 8 SHS, biji gulma E. crus-galli, pupuk urea, SP-36, dan KCl. Biji E. crus-galli diperoleh dari 3 tempat ketinggian yang berbeda, yaitu Aksesi Karawang pada ketinggian 36 m dpl (07 o 07.789 S 107 o 33.749 E), Aksesi Sukabumi pada ketinggian 600 m dpl (06 o 50.479 S 106 o 49.292 E) dan Aksesi Pangalengan pada ketinggian 1 025 m dpl (06 o 17.690 S 107 o 20.320 E). Alat yang digunakan antara lain GPS, oven, neraca dan saprotan. Metode Penelitian Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (split-plot design) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri atas tiga aksesi gulma E. crus-galli yaitu Karawang, Sukabumi, dan Pangalengan. Anak petak terdiri atas populasi E. crus-galli, yaitu 0, 4, 8, dan 12 gulma E. crusgalli per m 2. Dengan demikian terdapat 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan berupa petakan berukuran 4 m x 5 m. Model aditif linier yang digunakan pada penelitian ini adalah : Keterangan : : respon perlakuan : nilai tengah umum

8 : Pengaruh ulangan ke-i, dengan i : 1, 2, dan 3 : Pengaruh aksesi gulma ke-j, dengan j : 1, 2, dan 3 : pengaruh interaksi ulangan ke-i dan aksesi gulma ke-j : pengaruh populasi gulma ke-k, dengan k : 1, 2, 3, dan 4 : pengaruh interaksi aksesi gulma ke-j dan populasi ke-k : galat percobaan Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan percobaan dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Persiapan lahan Lahan sawah diolah dalam dua kali pengolahan lahan. Tahap pertama tanah diolah dengan pembajakan secara membujur dan melintang 2 minggu sebelum tanam, kemudian pembuatan petakan dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 36 petak satuan percobaan. Tahap kedua adalah pengolahan dan perataan lahan per petak percobaan dengan cangkul 1 minggu sebelum tanam. 2. Persemaian Benih padi hibrida disemaikan pada lahan semai basah dengan ukuran lahan semai 1.2 m x 5 m sebanyak 3 kg yang sebelumnya telah direndam selama 48 jam dan ditiriskan selama 24 jam. Benih E. crus-galli direndam selama 24 jam dengan air hangat dan ditiriskan dalam keadaan lembab selama 24 jam, kemudian disemai pada bedengan ukuran 0.5 m x 5 m. Benih padi hibrida dan gulma E. cruss-galli disemai selama 2 minggu tanpa pemupukan. 3. Penanaman padi hibrida Bibit padi hasil penyemaian ditanam secara berlajur dengan 2-3 batang bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. 4. Penanaman E. crus-galli Bibit E. crus-galli hasil penyemaian ditanam sesuai dengan perlakuan, yaitu taraf populasi 0, 4, 8 dan 12 bibit E. crus-galli per m 2. Pada perlakuan taraf

9 populasi 4 bibit E. crus-galli dalam satu petakan terdapat 80 bibit E. crus-galli dan 320 tanaman padi. Keterangan: : Padi hibrida x : E. crus-galli 0 E. crus-galli per m 2 4 E. crus-galli per m 2 8 E. crus-galli per m 2 12 E. crus-galli per m 2 Gambar 1. Perlakuan gulma E. crus-galli per m 2 pada pertanaman padi 5. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengendalian gulma, pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan pada saat 3 dan 6 MST dengan penyiangan gulma secara manual pada setiap petak perlakuan untuk gulma selain E. crus-galli. Pengendalian gulma jenis E. crus-galli dilakukan secara manual sesuai dengan perlakuan. Pemupukan pertama pada 0 MST yaitu dengan dosis 100 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-18, dan 80 kg/ha KCl. Pemupukan kedua pada umur 4 MST dengan dosis 100 kg Urea/ha. Pemupukan ketiga pada saat terbentuknya primordia bunga atau pada umur 8 MST yaitu dengan dosis 100 kg/ha Urea, dan 20 kg/ha KCl. Pengairan dilakukan dengan menjaga ketinggian air tetap 5 cm dari permukaan tanah sejak 2 MST sampai masa drainase, dua minggu sebelum panen. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian hama burung dengan cara membuat jaring perangkap mulai pada 10 MST, sedangkan pengendalian hama penggerek batang dengan penyemprotan pestisida prevathon pada 4 dan 6 MST.

10 6. Pemanenan Panen padi hibrida dilakukan pada umur 115 HSS atau 96 HST. Kriteria padi yang dipanen adalah padi yang telah matang penuh dengan ciri-ciri ± 75% biji dalam semua malai matang. Tanaman padi dipotong dengan menggunakan sabit dan selanjutnya malai dirontokkan dengan mesin perontok bulir padi. Pemanenan dikelompokkan berdasarkan panen per rumpun dan ubinan untuk setiap satuan percobaan. Panen per rumpun dilakukan dengan pemanenan rumpun tanaman contoh yaitu sebanyak 3 rumpun contoh, sedangkan panen ubinan yaitu dengan pemanenan petak perlakuan dengan luas 2.5 m x 2.5 m. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Hibrida 1. Tinggi tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan meteran dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan pada 10 tanaman contoh yang diambil secara acak setiap minggu dari 2-8 MST. 2. Jumlah anakan Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan pada 10 rumpun tanaman contoh dari 2-8 MST. 3. Jumlah daun Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun pada 10 rumpun tanaman contoh dari 2-8 MST. 4. Bobot kering akar dan tajuk Bobot kering akar dan tajuk diperoleh dengan cara menimbang akar dan tajuk tanaman yang telah dioven pada suhu 105 o C selama 24 jam atau dimana kadar air akar adalah nol. Pengambilan contoh dilakukan secara destruktif saat 2, 4, 6, dan 8 MST serta saat panen pada 3 tanaman yang diambil secara acak per petak. 5. Indeks luas daun Pengamatan indeks luas daun dilakukan dengan penggunaan metode gravimetri. Setiap petak diambil sebanyak 3 rumpun secara acak. Pengambilan contoh dilakukan pada 8 MST.

11 Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Padi Hibrida 1. Jumlah anakan produktif Pengamatan dilakukan saat panen dengan menghitung jumlah anakan produktif per rumpun pada 10 tanaman contoh per petak. 2. Panjang malai Pengamatan dilakukan saat panen dengan mengukur panjang malai pada 3 contoh malai per petak. 3. Jumlah bulir per malai Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji per malai pada 3 contoh malai per petak. 4. Bobot gabah kering panen dan giling (GKP dan GKG) Pengamatan GKP dan GKG dilakukan per rumpun dan ubinan. Bobot gabah kering panen diukur pada saat panen tanpa pengeringan, dan bobot gabah kering giling diukur setelah pengeringan hingga padi siap giling. Kadar air acuan yaitu GKG pada kontrol sebesar 14%. 5. Bobot 1 000 butir gabah Bobot 1 000 butir padi diukur dari 1 000 butir GKG. Pengambilan contoh secara acak dari sampel ubinan per petak percobaan. 6. Persentase biji isi/malai dan biji hampa/malai Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah bulir gabah isi dan hampa, dan per 3 contoh malai.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada Bulan Desember 2010-Mei 2011. Tempat penelitian di lahan sawah Desa Parakan dengan ketinggian sekitar 201 m dpl. Lahan sawah memiliki jenis tanah aluvial. Pada bulan Januari awal persemaian rata-rata suhunya adalah 25.4 0 C dengan kelembaban udara rata-rata 83%, curah hujan 179 mm dan intensitas cahaya 223 cal/cm 2 /menit. Curah hujan rata-rata pada saat pindah tanam sampai panen padi hibrida adalah 206.5 mm, dengan suhu rata-rata 25.8 0 C, kelembaban udara rata-rata 82.25%, dan intensitas cahaya ratarata 251.25 Cal/cm 2 /menit kondisi tersebut berlangsung bulan Pebruari-Mei 2011 (BMKG Darmaga, 2011). Pertumbuhan Tanaman Padi Hibrida Tinggi Tanaman Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi hibrida (Tabel 1). Pada 2 MST aksesi gulma Pangalengan dengan populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2 memberikan pengaruh penekanan terbesar terhadap tinggi tanaman padi hibrida dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Aksesi Sukabumi pada populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2 tidak berpengaruh penekanan terhadap tinggi tanaman padi hibrida dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 2-6 MST. Pada 3 MST aksesi Sukabumi dan Karawang pada populasi 4 gulma E. crus-galli per m 2 memberikan pengaruh penekanan terbesar terhadap tinggi tanaman padi, dan pengaruh tersebut tidak berbeda nyata dengan pengaruh yang diakibatkan aksesi Pangalengan dengan populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2. Pada 5 MST aksesi Karawang dengan populasi 4 dan 12 gulma E. crus-galli per m 2 memberikan pengaruh penekanan terbesar terhadap tinggi tanaman padi hibrida dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Demikian juga pada 6 MST aksesi Karawang dengan populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 memberikan

13 pengaruh terbesar terhadap tinggi tanaman padi hibrida, pengaruh tersebut tidak berbeda nyata dengan aksesi Pangalengan pada populasi 8 dan 12 gulma E. crusgalli. Tabel 1. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap tinggi tanaman padi hibrida Aksesi Populasi Tinggi Tanaman (cm) E. crus-galli/m 2 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Pangalengan 0 32.5abc 36.7bc 49.3bcd 59.3bcd 66.9bc 71.9 78.8 4 35.1abc 43.4ab 52.7ab 60.6abc 68.3bc 73.5 82.8 8 30.5c 34.4c 45.8cd 55.0de 65.6c 71.9 78.2 12 30.9bc 36.8bc 48.4bcd 56.0cde 66.4c 73.4 79.4 Sukabumi 0 31.6abc 35.7bc 45.3d 55.1de 66.2c 75.9 85.2 4 31.0abc 35.1c 48.3bcd 58.5bcde 70.1abc 74.9 85.4 8 35.9a 44.9a 56.5a 65.5a 73.1a 77.8 81.6 12 34.3abc 39.5abc 50.9bc 61.0abc 73.3a 78.1 81.7 Karawang 0 35.7ab 43.3ab 53.4ab 61.3ab 71.2ab 76.6 82.5 4 31.0abc 35.3c 45.9cd 54.1e 67.9bc 75.5 80.9 8 32.7abc 39.0abc 49.0bcd 57.6bcde 67.5bc 72.7 85.4 12 32.4abc 38.4abc 46.8cd 53.7e 66.4c 73.8 83.4 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Jumlah Anakan Padi Aksesi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida pada saat 3, 5, dan 6 MST; Populasi E. crus-galli berpengaruh pada 4-7 MST; sedangkan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida (Tabel 2). Pada pengamatan 3 MST aksesi gulma E. crus-galli Karawang memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida dibandingkan dengan perlakuan aksesi gulma E. crus-galli Pangalengan, namun pada 5 dan MST gulma E. crus-galli aksesi Karawang menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida dibandingkan dengan perlakuan aksesi Sukabumi. Populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 nyata menurunkan jumlah anakan padi hibrida dibandingkan perlakuan populasi lainnya pada 4 dan 5 MST. Pada pengamatan 6 MST perlakuan dengan populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2 mulai menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida, dan pada 7 MST perlakuan 4 gulma gulma E. crus-galli per m 2 mulai menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida. Populasi 4 E. crus-galli per m 2 pada pengamatan 7 MST nyata menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida sebesar 16.6%; populasi 8 gulma E.crus-galli per m 2 menurunkan jumlah anakan sebesar 26.9%, sedangkan

14 populasi 12 gulma E.crus-galli per m 2 menurunkan jumlah anakan tanaman padi hibrida sebesar 37.4% dibandingkan dengan kontrol. Tabel 2. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap jumlah anakan tanaman padi hibrida Perlakuan 2MST 3MST Jumlah Anakan Per Rumpun 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST Aksesi Pangalengan 8.4 10.0a 11.8 12.6ab 13.6ab 13.9 11.1 Sukabumi 7.4 8.7ab 11.1 13.2a 14.6a 15.5 12.1 Karawang 7.2 7.8b 11.0 12.1b 12.7b 12.4 12.8 Populasi E. crus-galli/m 2 0 7.5 9.1 12.2a 14.5a 16.1a 17.5a 13.4 4 7.3 9.0 11.6a 13.2a 14.4ab 14.6b 12.3 8 8.2 9.0 11.6a 12.5a 13.0bc 12.8bc 11.4 12 7.6 8.3 9.7b 10.2b 11.0c 10.9c 11.0 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Jumlah Daun Jumlah daun tanaman padi hibrida dipengaruhi aksesi gulma E. crus-galli pada pengamatan 5 dan 6 MST (Tabel 3). Pada 5 MST perlakuan aksesi gulma E. crus-galli Karawang memiliki pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan aksesi gulma E. crus-galli Pangalengan terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan aksesi Sukabumi. Pada pengamatan 6 MST pengaruh perlakuan aksesi Karawang terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida berbeda nyata dengan perlakuan aksesi Sukabumi. Tabel 3. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida Perlakuan Jumlah Daun Per Rumpun 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Aksesi Pangalengan 26.4 29.2 36.2 41.3a 42.1ab 43.4 33.3 Sukabumi 24.0 28.9 34.7 38.8b 44.9a 48.4 36.6 Karawang 23.0 25.8 33.8 38.2b 36.1b 38.9 38.8 Populasi E. crus-galli/m 2 0 24.3 29.5 38.1a 45.4a 51.5a 55.0a 39.9 4 23.5 28.9 37.4a 41.7ab 40.9b 45.7b 34.8 8 25.8 28.7 34.0ab 39.1b 40.4b 40.1bc 33.5 12 24.3 26.6 31.7b 31.6c 31.4c 34.4c 36.7 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

15 Populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 nyata berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida pada pengamatan 4-7 MST dibandingkan dengan kontrol, pada 5 dan 6 MST perlakuan dengan populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 menunjukkan penekanan tertinggi terhadap jumlah daun padi hibrida. Populasi gulma 4 dan 8 gulma E. crus-galli per m 2 nyata berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida pada pengamatan 6 dan 7 MST dibandingkan dengan kontrol. Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida. Panjang Akar Interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman padi (Tabel 4). Aksesi gulma E. crus-galli berpengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman padi pada 8 MST, sedangkan populasi gulma E. crus-galli per m 2 berpengaruh nyata pada pengamatan 2-10 MST (Tabel 4). Aksesi gulma E. crus-galli Pangalengan pada 8 MST memberikan pengaruh terhadap panjang akar tanaman padi hibrida yang lebih rendah dibandingkan aksesi Sukabumi dan Pangalengan. Populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 pada pertanaman padi hibrida nyata menekan pertumbuhan akar tanaman padi hibrida dibandingkan dengan kontrol pada 2, 4, dan 6 MST. Populasi 8 gulma E. crus-galli per m 2 nyata menekan panjang akar tanaman padi hibrida pada 8 MST dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata pengaruhnya dengan perlakuan 12 gulma E. crus-galli per m 2. Tabel 4. Pengaruh aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap panjang akar tanaman padi hibrida Perlakuan Panjang Akar (cm) 2MST 4MST 6MST 8MST 10 MST Aksesi Pangalengan 9.5 19.4 10.0 22.7a 24.0 Sukabumi 10.0 18.5 9.5 20.7b 22.9 Karawang 8.9 18.4 8.9 21.1b 22.5 Populasi E. crus-galli/m 2 0 10.6a 21.5a 10.6a 24.6a 25.4a 4 10.8a 19.2ab 10.8a 23.6ab 24.9a 8 8.6ab 18.6ab 8.6a 20.7bc 22.5ab 12 8.0b 15.9b 8.0b 17.2c 19.7b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

16 Bobot Kering Tajuk Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hibrida pada 2, 4 dan 14 MST (Tabel 5). Pada 2 dan 4 MST aksesi Karawang dengan populasi 12 gulma per m 2 menurunkan bobot kering tajuk tanaman padi hibrida terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, penurunan bobot kering pada 2 MST hingga 80.0% sementara pada 4 MST hingga 69.2% dibandingkan dengan kontrol. Pada 14 MST aksesi Sukabumi dengan populasi 12 gulma per m 2 menurunkan bobot kering tajuk tanaman padi hibrida terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya, penurunan tersebut hingga 76.6% dibandingkan dengan kontrol. Tabel 5. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hibrida Aksesi Populasi Bobot Kering Tajuk (g/rumpun) E. crus-galli/m 2 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 14 MST Pangalengan 0 4.76a 7.33a 17.20 18.95 24.20 34.14cd 4 3.00bc 4.23bc 15.13 15.47 21.10 16.95ef 8 2.00cd 3.22bc 10.11 8.63 10.65 18.74ef 12 1.55de 2.78bc 6.80 6.20 7.20 23.23def Sukabumi 0 2.25cd 4.31bc 16.43 25.41 29.30 56.06a 4 3.25bc 4.48bc 12.41 11.58 16.03 38.07bc 8 2.5bcd 3.73bc 11.95 10.63 15.33 25.47de 12 1.55de 2.77bc 8.10 9.86 18.80 13.11f Karawang 0 3.55b 4.78b 15.65 17.16 24.86 56.87a 4 3.15bc 4.37bc 10.48 10.07 15.53 46.64ab 8 3.20bc 4.42bc 10.85 9.36 14.68 38.94bc 12 0.71e 1.47d 5.00 4.46 9.33 23.63def Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Bobot Kering Akar Interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli berpengaruh negatif terhadap bobot kering akar tanaman padi hibrida pada 2 dan 4 MST (Tabel 6). Aksesi gulma E. crus-galli Karawang dan Pangalengan dengan populasi 12 gulma per m 2 memberikan pengaruh terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 2 dan 4 MST. Pada 2 dan 4 MST aksesi Pangalengan dengan populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan bobot kering akar tanaman padi hibrida hingga 85.2% dan 87.5% dibandingkan dengan kontrol. Aksesi Karawang dengan populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan bobot kering akar tanaman padi hibrida hingga 84.6% dan 62.8% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6).

17 Tabel 6. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap bobot kering akar tanaman padi hibrida Aksesi Populasi Bobot Kering Akar (g/rumpun) E. crus-galli/m 2 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 14 MST Pangalengan 0 0.27a 2.73a 3.02 3.88 5.45 6.13 4 0.15b 1.18bc 3.09 3.89 4.88 5.38 8 0.06de 0.50bc 2.80 3.53 4.45 4.49 12 0.04e 0.34c 2.50 3.30 4.15 4.07 Sukabumi 0 0.08cde 1.21bc 5.40 6.67 8.30 9.55 4 0.16b 2.44bc 5.55 6.98 7.30 10.64 8 0.13bc 1.37b 3.95 4.88 6.20 6.96 12 0.12bcd 0.84bc 3.06 3.84 3.75 5.13 Karawang 0 0.13bc 0.94bc 4.05 4.58 5.20 5.79 4 0.12bcd 1.02bc 3.46 4.28 5.65 6.23 8 0.16b 1.36b 3.40 4.20 5.80 7.15 12 0.02e 0.35c 0.90 1.86 3.05 1.93 Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Indeks Luas Daun (ILD) Indeks luas daun tanaman padi hibrida dipengaruhi oleh populasi gulma E. crus-galli (Tabel 7). Keberadaan gulma E. crus-galli mulai populasi 4 gulma per m 2 nyata menurunkan indeks luas daun tanaman padi hibrida dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan 4, 8, dan 12 gulma E. crus-galli per m 2 memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap indeks luas daun tanaman padi hibrida. Aksesi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun tanaman padi hibrida nilainya berkisar antara 2.65 hingga 2.74. Interaksi antara aksesi dan populasi E. crus-galli tidak berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun tanaman padi hibrida. Tabel 7. Penagruh populasi E. crus-galli terhadap indeks luas daun tanaman padi hibrida Perlakuan ILD Aksesi Pangalengan 2.65 Sukabumi 2.74 Karawang 2.73 Populasi E. crus-galli/m 2 0 3.20a 4 2.53b 8 2.37b 12 2.73b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

18 Perkembangan Generatif Tanaman Padi Hibrida Jumlah Anakan Total, Jumlah Anakan Produktif dan Panjang Malai Perlakuan aksesi dan populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan total padi hibrida. Jumlah anakan total padi hibrida berkisar antara 10-13 anakan. Perlakuan populasi gulma E. crus-galli pada pertanaman padi hibrida nyata menurunkan jumlah anakan produktif tanaman padi hibrida. Semakin padat populasi gulma E. crus-galli per m 2 jumlah anakan produktif tanaman padi hibrida semakin berkurang (Tabel 8). Populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 dapat menurunkan jumlah anakan produktif tanaman padi hibrida hingga 43.4% dibandingkan dengan kontrol. Jumlah anakan produktif tanaman padi hibrida tidak dipengaruhi oleh aksesi gulma E. crus-galli maupun interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Panjang malai tanaman padi hibrida dipengaruhi oleh kepadatan populasi gulma E. crus-galli, namun tidak dipengaruhi oleh aksesi gulma E. crus-galli maupun interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 nyata menurunkan panjang malai tanaman padi hibrida hingga 9.2% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 8). Perlakuan 4 dan 8 populasi gulma E. crus-galli per m 2 tidak berbeda nyata terhadap panjang malai tanaman padi hibrida dibandingkan dengan kontrol. Tabel 8. Pengaruh aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap jumlah anakan total, anakan produktif dan panjang malai tanaman padi hibrida Perlakuan Jumlah Anakan Per Panjang Malai Rumpun (cm) Total Produktif Aksesi Pangalengan 11.0 8.3 24.5 Sukabumi 12.1 7.6 24.3 Karawang 12.6 7.6 23.7 Populasi E. crus-galli/m 2 0 13.3 10.4a 25.3a 4 11.2 8.3b 24.3ab 8 10.8 6.8c 24.2ab 12 12.3 5.8d 23.0b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

19 Jumlah Gabah dan Persentase Kehampaan per Malai Jumlah gabah total per malai tanaman padi hibrida dipengaruhi oleh perlakuan populasi gulma E. crus-galli dan tidak dipengaruhi aksesi gulma E. crus-galli maupun interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli (Tabel 9). Populasi 4 gulma E. crus-galli per m 2 nyata menurunkan jumlah gabah total tanaman padi hibrida hingga 14.2% dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan populasi 8 dan 12 gulma E. crus-galli per m 2 nyata menurunkan jumlah gabah total tanaman padi hibrida per malai dibandingkan dengan kontrol dan memberikan pengaruh hingga 22.4% dan 22.7%. Jumlah gabah total tanaman padi hibrida per malai menurun seiring dengan menurunnya jumlah gabah isi tanaman padi hibrida akibat perlakuan populasi gulma E. crus-galli. Persentase kehampaan malai tanaman padi hibrida nyata dipengaruhi populasi gulma E. crus-galli. Persentase kehampaan tanaman padi hibrida pada populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 menurun sebesar 36.8% dan berbeda nyata dengan kontrol dan perlakuan populasi 4 gulma E. crus-galli per m 2 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 8 gulma E. crus-galli per m 2 (Tabel 9). Persentase kehampaan tidak dipengaruhi oleh aksesi gulma E. crus-galli maupun interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Tabel 9. Pengaruh aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap jumlah gabah per malai dan persentase kehampaan tanaman padi hibrida Perlakuan Jumlah Gabah per Malai Gabah Isi Gabah Hampa Total Persen Hampa (%) Aksesi Pangalengan 130.9 65.7a 196.6 34.1 Sukabumi 136.9 53.5ab 190.4 28.3 Karawang 127.2 45.7b 172.9 26.7 Populasi E. crus-galli/m 2 0 166.4a 52.7 219.1a 23.9b 4 135.4b 52.7 188.1b 28.1b 8 118.6c 51.4 170.0c 30.1ab 12 106.3c 63.0 169.3c 36.8a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

20 Kepadatan Malai Kepadatan malai tanaman padi hibrida dipengaruhi interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli (Tabel 10). Aksesi Karawang dengan populasi 12 per m 2 menunjukkan pengaruh tertinggi terhadap kepadatan malai tanaman padi hibrida dibandingkan dengan kontrol dan aksesi gulma E.crus-galli Sukabumi pada populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2. Tabel 10. Pengaruh interaksi aksesi dan populasi E. crus-galli terhadap kepadatan malai tanaman padi hibrida Populasi E. crus-galli/m 2 Kepadatan malai (butir/cm) Pangalengan Sukabumi Karawang 0 9.3a 8.2b 8.4ab 4 7.5bc 8.3ab 7.4bc 8 7.4bc 6.7cd 6.9cd 12 7.7bc 8.1b 6.3d Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% Komponen Produksi Tanaman Padi Hibrida Bobot 1 000 Butir Bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida dipengaruhi interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli (Tabel 11). Aksesi Pangalengan dengan populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan bobot padi terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Populasi 4 gulma E. crus-galli per m 2 aksesi Pangalengan tidak berpengaruh terhadap bobot 1 000 butir padi hibrida dibandingkan dengan kontrol. Tabel 11. Pengaruh aksesi dan populasi E.crus-galli terhadap bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida Populasi E. crus-galli/m 2 Bobot 1 000 Butir Pangalengan Sukabumi Karawang 0 26.67a 26.30ab 25.33abc 4 26.83a 25.33abc 25.33abc 8 24.67bc 26.33ab 26.13ab 12 24.00c 26.60a 25.33abc Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

21 Gabah Kering Panen dan Gabah Kering Giling Ubinan Gabah kering panen dan gabah kering giling ubinan dipengaruhi oleh populasi gulma E. crus-galli, namun tidak dipengaruhi oleh aksesi gulma E. crusgalli maupun interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli. Perlakuan populasi 4, 8 dan 12 gulma E. crus-galli per m 2 menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap gabah kering panen. Angka penurunan gabah kering panen pada populasi 12 gulma E. crus-galli per m 2 yaitu sebesar 59.0% dibandingkan dengan kontrol. Populasi 4 dan 8 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan gabah kering panen sebesar 44.7% dan 51.7% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Perlakuan populasi 4 gulma E. crus-galli per m 2 mampu menurunkan produksi gabah kering giling sebesar 51.9%. Perlakuan 8 dan 12 gulma E. crus-galli per m 2 menurunkan hasil gabah kering giling sebesar 57.2% dan 71.9% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh populasi E. crus-galli terhadap gabah kering panen dan gabah kering giling ubinana tanaman padi hibrida Perlakuan GKP Ubinan (kg/6.25m 2 ) GKG Ubinan (kg/6.25m 2 ) GKP per ha (ton/ha) Aksesi Pangalengan 4.5 2.97 7.20 Sukabumi 3.5 2.48 5.60 Karawang 3.41 2.45 5.46 Populasi E. crus-galli/m 2 0 6.22a 4.81a 9.95a 4 3.44b 2.31b 5.51b 8 3.00b 2.06bc 4.80b 12 2.55b 1.37c 4.08b Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

22 Pembahasan Gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida. Perbedaan aksesi gulma E. crus-galli memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah anakan, jumlah daun, dan panjang akar tanaman padi hibrida. Hal ini sesuai dengan penelitian Guntoro et al. (2009) bahwa perbedaan aksesi gulma E. crus-galli menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman padi khususnya pada peubah tinggi, jumlah anakan dan kepadatan malai. Perbedaan pengaruh tiap aksesi gulma E. crus-galli terhadap tanaman padi hibrida diduga karena adanya daya kompetisi aksesi gulma yang berbeda untuk memperoleh sarana tumbuh dan zat alelopati yang dikeluarkan terhadap tanaman padi. Yamamoto et al. (1999) dan Xuan et al. (2006) menyatakan bahwa eksudat akar E. crus-galli menyebabkan penurunan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman padi. Aksesi gulma E. crus-galli Karawang memiliki pengaruh negatif yang lebih besar terhadap pertumbuhan tanaman padi hibrida dibandingkan aksesi Pangalengan terutama dalam hal menekan jumlah anakan padi hibrida pada 3 MST dan dibandingkan aksesi Sukabumi pada 5 dan 7 MST. Dalam hal penekanan terhadap jumlah daun, aksesi Pangalengan memberikan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan aksesi lainnya pada 4 MST, sedangkan pada 6 MST aksesi Karawang memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan aksesi Sukabumi. Pengaruh aksesi gulma E. crus-galli Karawang tidak berbeda nyata dengan perlakuan aksesi Sukabumi terhadap panjang akar tanaman padi hibrida pada 8 MST dan pengaruh keduanya berbeda nyata dengan perlakuan aksesi Pangalengan. Pengaruh negatif gulma E. crus-galli aksesi Karawang lebih besar dibandingkan aksesi Sukabumi dan Pangalengan terhadap pertumbuhan padi hibrida. Keadaan tersebut diduga bahwa aksesi Karawang memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang lebih kuat dibandingkan dengan aksesi lainnya, terutama dalam hal perbedaan besarnya ketinggian lokasi percobaan terhadap masing-masing aksesi gulma E. crus-galli. Aksesi gulma E. crus-galli yang berasal dari perbedaan tempat ketinggian yang relatif kecil diduga akan lebih

23 mampu beradaptasi dengan lingkungan, sehingga menentukan tingkat kompetisi terhadap tanaman di sekitarnya. Populasi gulma E. crus-galli nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi hibrida, terutama pada peubah jumlah anakan, jumlah daun, panjang akar, ILD, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, gabah isi, persen biji hampa per malai, gabah kering panen dan gabah kering giling. Nyarko dan Datta (1991) menyatakan bahwa salah satu faktor pada tingkat kompetisi antara padi dan gulma adalah kepadatan gulma pada pertanaman padi. Menurut Frauke (2007) semakin tinggi populasi E. crus-galli pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi semakin besar. Purba (2008) menambahkan bahwa semakin tinggi kerapatan E. crus-galli per meter persegi, semakin besar menurunkan hasil tanaman padi. Perlakuan populasi 4, 8 dan 12 gulma E. crusgalli per m 2 nyata menurunkan gabah kering panen dibandingkan dengan kontrol. Pengaruh perlakuan populasi terhadap kehilangan gabah kering panen berkisar 44-59%. Interaksi antara aksesi dan populasi gulma E. crus-galli nyata mempengaruhi peubah tinggi, bobot kering akar dan tajuk, kepadatan malai dan bobot 1 000 butir tanaman padi hibrida. Interaksi aksesi dan populasi gulma E. crus-galli terhadap tinggi tanaman padi hibrida menunjukkan pengaruh yang tidak konsisten, hal ini diduga bahwa tanaman padi mengalami etiolasi akibat pengaruh naungan gulma E. crus-galli. Galinato et al. (1999) menyatakan bahwa gulma E. crus-galli termasuk golongan rumput (gramineae) yang memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat pada masa vegetatif. Menurut De Datta (1981) tanaman yang berasal dari jenis dan habitat yang sama dapat terjadi kompetisi yang lebih besar karena memiliki kebutuhan yang sama. Keberadaan aksesi gulma E. crus-galli Karawang pada populasi 12 gulma per m 2 di pertanaman padi hibrida menurunkan bobot kering akar dan tajuk tanaman padi hibrida paling besar pada 2 dan 4 MST, serta kepadatan malai tanaman padi hibrida. Pengaruh yang diakibatkan oleh aksesi Karawang terhadap bobot kering akar tanaman padi hibrida sama halnya dengan pengaruh yang diberikan oleh aksesi gulma Sukabumi dengan populasi 12 gulma per m 2 pada waktu 2 dan 4 MST. Namun pengaruh aksesi Sukabumi pada populasi 12 gulma