BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal lain (KBBI, 2007: 588). Jadi, peneliti akan mendefenisikan istilah yang dianggap berbeda maknanya di luar penelitian itu. 2.1.2 Aspek Moral Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna disarankan lewat cerita (Nurgiantoro,2007: 40). Menurut Lillie, secara etimologi, moral berasal dari bahasa Latin yaitu mores yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Magni-Suseno mengatakan kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral merupakan bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Asri Budiningsih, 2008). Dengan demikian, Manusia bermoral berarti manusia yang melakukan perbuatan baik kepada manusia lainnya. Manusia yang tidak memiliki moral berarti dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu, tanpa moral manusia tidak bisa melakukan sosialisasi. Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait 6
dengan nilai-nilai baik dan buruk. Masalah nilai personal yang memandu keputusan dan tindakan disebut moralitas. Moralitas umumnya dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, dan agama. Menurut Magnis-Suseno (1987), moralitas merupakan sikap moral yang sebenarnya. Ia mengungkapkan jika manusia melakukan tindakan menurut kehendak hati dan sadar dengan kewajiban dan tanggung jawabnya, ia melakukan moralitas. Sehingga dapat dikatakan manusialah yang menentukan perbuatan itu baik atau tidak jika dilakukan dan tentunya dengan risiko yang akan didapat setelah melakukan perbuatan itu. Sesuatu yang dilakukan seseorang baik itu niat baik ataupun buruk akan berpengaruh terhadap akibat dari perbuatan tersebut. Keadaan itu akan membuat orang itu berpikir, melakukan perbuatan itu sendiri atau menyuruh orang lain karena dia tahu akibat yang akan terjadi dari perbuatan itu. Aspek adalah pemunculan atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi, dan sebagainya sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu (Depdiknas, 2007: 72). Jadi, aspek moral adalah segi pandangan terhadap sesuatu hal atau peristiwa yang berhubungan dengan kaidah, norma, atau pranata yang mengatur perilaku setiap individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. 2.1.2 Kumpulan Cerpen Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas. Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali 7
duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (Nurgiyantoro, 2007: 72). Kumpulan cerpen berarti suatu himpunan atau kelompok berupa beberapa cerpen yang dimuat dalam satu buku. 2.2 Landasan Teori 2.2.2 Teori Semiotik Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem atau konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam cara (modus) wacana yang mempunyai makna (Preminger dkk. dalam Jabrohim, 2002: 43). Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan konvensi sastra. Tentu saja, karya sastra karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem dan konvensi itu tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra mempunyai konvensi sendiri di samping konvensi bahasa. Oleh karena itu, wajarlah bila oleh Preminger konvensi karya sastra disebut konvensi tambahan, yaitu konvensi yang ditambahkan kepada konvensi bahasa. Untuk membedakan arti bahasa dan arti sastra dipergunakan istilah arti (meaning) untuk bahasa dan makna (significance) untuk arti sastra (Jabrohim, 2002: 69). 8
Karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa sebagai medium karya sastra merupakan sistem semiotik atau ketandaan, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Tanda mempunyai dua aspek, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu, yaitu artinya (Jabrohim, 2002: 68). Dalam analisis Semiotik, Peirce (1839-1914) menawarkan sistem tanda yang harus diungkap. Menurut Peirce, ada tiga faktor yang menemukan adanya tanda, yaitu tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin penerima tanda. Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua tanda itu akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interpretasi ini merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya, Charles Sanders Peirce (Santoso, 1993: 15) menuliskan tiga jenis tanda: a. Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan. Misalnya, gambar kuda sebagai penanda yang menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang dipotret, gambar pohon menandai pohon. b. Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya. 9
c..simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungannya bersifat arbiter (semau-maunya). Arti tanda ditentukan oleh konvensi. Ibu adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya Mother, Perancis menyebutnya La mere, dan sebagainya. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan kesemenaan-semenaan tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol (Jabrohim, 2002: 68). Janus mengemukakan bahwa semiotik itu merupakan lanjutan dari perkembangan strukturalisme, Strukturalisme itu tidak dapat dipisahkan dengan semiotik. Alasannya adalah karya sastra itu merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda, maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal (dalam Jabrohim, 2002: 67). Semiotik merupakan ilmu tentang tanda yang mempelajari sistem-sistem dan konvensinya yang memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti. Dalam karya sastra bahannya adalah bahasa, karena bahasa memiliki sistem dan konvensi yang tidak lepas dari sistem bahasa dan artinya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori semiotika tanda yang dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce, yaitu bagaimana aspek moral yang menandai adanya moral dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho. 10
2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian suatu penelitian. Penelitian Nurhayati (2008) yang berjudul Nilai Moral dalam Novel Sang Guru karya Gerson Poyk: Tinjauan Semiotik mengungkapkan nilai moral yang terdapat dalam novel Sang Guru antara lain: (1) Moral keagamaan, yaitu menyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dan menaati ajaran agama yang ditunjukkan oleh tokoh Ben, (2) Moral kekeluargaan, yaitu berbakti pada orangtua yang ditunjukkan pada tokoh Ben yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap ibunya,(3) Moral individu, yaitu berjiwa besar yang digambarkan pada sikapnya yamg berbicara kepada kepala sekolah, kejujuran yang digambarkan ketika Ben berbicara kepada temannya, yaitu Frits, tanggung jawab yang ditunjukkan Ben ketika temannya Said mengalami kecelakaan,(4) Moral kemasyarakatan, yakni menyesuaikan diri dengan lingkungan, digambarkan pada Ben yang bisa menyesuakan diri dengan lingkungan, lingkungan sosial digambarkan keakraban Ben yang akrab dengan keluarga pak Ismail, tolongmenolong ditunjukkan pada tokoh ibu Maria, menghargai orang lain ditunjukkan pada sikap orang tua murid Ben. (5) Moral Negara, yaitu ditunjukkan pada sikap Ben sebagai seorang guru sebagai sosok yanga mengabdi pada Negara. Berdasarkan uraian di atas, penelitian terhadap kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho ditinjau dari pendekatan semiotik khususnya aspek moral belum pernah diteliti. Aspek moral yang menjadi landasan penelitian adalah tujuh sikap kepribadian moral menurut Suseno, yaitu kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian 11
moral, kerendahan hati, dan realistik dan kritis dalam kumpulan cerpen Tamu dari Paris karya Yanusa Nugroho melalui tinjauan semiotik. Oleh sebab itu, keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. 12