PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI BATIK MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID BERMEDIA BIOBALL

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN BIOFILTER ANAEROB BERMEDIA PLASTIK (BIOBALL)

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

Tembalang, Semarang

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REMOVAL COD DAN TSS LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM MENGGUNAKAN SISTEM BIOFILTER ANAEROB

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

PEMULIHAN KUALITAS AIR LIMBAH LAUNDRY DENGAN MEMBANDINGKAN REAKTOR BIOFILTER DAN SLOW SAND FILTER. Oleh : Satria Pratama Putra Nasution

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

adanya gangguan oleh zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih.

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

APLIKASI ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK MENURUNKAN POLUTAN LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA. Yayok Suryo P.

PENURUNAN SENYAWA ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN PROSES BIOFILTER AEROB

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gugus amino yang bersifat basa dan memiliki inti benzen. Rhodamin B termasuk

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

ANAEROB FIXED BED REAKTOR UNTUK MENURUNKAN COD, FOSFAT (PO4) DAN DETERJEN (LAS)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

UJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

RAFI CHA RACHMA l) I W REDI ARYANTA 2 ) I W KAsA 3 ) 1 I,) Program Magister I/mu Lingkungan Universitas Udayana 2

penelitian ini reaktor yang digunakan adalah reaktor kedua dan ketiga. Adapun

Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Proses Aerasi, Pengendapan, dan Filtrasi Media Zeolit-Arang Aktif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PENGOLAHAN AIR LINDI (LEACHATE) TPA BENOWO DENGAN PROSES BIOLOGI MENGGUNAKAN SISTEN STEP AERATION

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

STUDI PENURUNAN KADAR COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM ANAEROB - AEROB MENGGUNAKAN MEDIA BIORING SUSUNAN RANDOM

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

PENURUNAN KONSENTRASI COD DAN TSS PADA LIMBAH CAIR TAHU DENGAN TEKNOLOGI KOLAM (POND) - BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER JARING IKAN DAN BIOBALL

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR ANAEROB-AEROB BERMEDIA KARBON AKTIF DENGAN VARIASI WAKTU TUNGGAL

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF. Titiresmi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

Dosen Pembimbing: Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., PhD

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Veronica Susan Purba, Sri Sumiyati, S.T, M.Si, Ir. Irawan Wisnu Wardana, MS Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

penambahan nutrisi berupa lumpur sebanyak ± 200 ml yang diambil dari IPAL

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PENGARUH WAKTU TINGGAL HIDROLIK TERHADAP PENYISIHAN PADATAN PADA PENGOLAHAN SLUDGE IPAL PULP AND PAPER MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI BATIK MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID BERMEDIA BIOBALL Akhmad Aliyuddin dan Putu Wesen 1 1 Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Email: Aliyuddin57@gmail.com ABSTRAK Bioreaktor hibrid anaerob bermedia plastik (bioball) adalah suatu proses pengolahan air limbah secara biologis dengan menggunakan dua variasi yaitu sistem melekat dan sistem tersuspensi. Media ditujukan untuk tempat melekatnya mikroorganisme agar dapat melakukan proses perkembangbiakan. Penelitian ini menggunakan sistem anaerob dengan variasi yang digunakan adalah waktu tinggal (td), yaitu (12,18,24,30,36) jam dan rasio ketinggian bioball:tersuspensi (0,5:0,5 ; 0,43:0,57 ; 0,36:0,64 ; 0.28:0,72 ; 0,22:0,78). Parameter yang dianalisa adalah COD, TSS, dan warna. Penelitian didapatkan hasil optimal untuk efisiensi penyisihan COD sebesar 90,99%, TSS sebesar 77,3%, dan warna 61,85% pada waktu tinggal ke-36 jam pada ketinggian 0,36:0,64 dengan rasio resirkulasi 100%. Kata kunci : Hibrid Anaerob, Limbah Cair Batik, Bioball, COD, TSS, Warna ABSTRACT Plastic bioprocessor anaerobic plastics (bioball) is a biological wastewater treatment process using two variations of embedded system and suspended system. Media is intended to place microorganisms in order to perform the process of breeding. This research uses anaerobic system with variation that used is residence time (td), that is (12,18,24,30,36) clock and height ratio bioball: suspended (0,5: 0,5 0,43: 0, 57. 0.36: 0.64 0.28: 0.72, 0.22: 0.78). The parameters analyzed were COD, TSS and Color. The study obtained optimal results for COD removal efficiency of 90.99%, TSS of 77.3% and Color 61.85% at 36 hours stay time at altitude 0.36: 0.64with 100% recirculation ratio. Keywords: Anaerobic Hybrid, Liquid Waste Batik, Bioball, COD, TSS, Color PENDAHULUAN Perkembangan dalam bidang industri di Indonesia pada saat ini cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya industri yang memproduksi berbagai jenis kebutuhan manusia seperti industri batik. Seiring dengan pertambahan industri tersebut, maka semakin banyak pula hasil sampingan yang diproduksi sebagai limbah. Limbah batik ini akan menyebabkan pencemaran serius terhadap lingkungan jika kandungan limbah melebihi ambang batas serta mempunyai sifat racun yang sangat berbahaya dan akan menyebabkan penyakit serius bagi manusia apabila terakumulasi di dalam tubuh. Sejak dicanangkan Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober 2009, omset pengusaha batik naik hingga 50%. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pada tahun 2010 jumlah konsumen batik tercatat 72,86 juta orang. Meningkatnya permintaan dan pembelian batik berdampak pada tumbuh dan berkembangnya

sentra-sentra industri batik di berbagai daerah di Indonesia baik skala mikro maupun makro sehingga menyebabkan menjamurnya pabrik di lingkungan masyarakat. Keberadaan pabrik atau home industry ini mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Menurut Purwaningsih (2008), proses pembatikan secara garis besar terdiri dari pemolaan, pembatikan tulis, pewarnaan atau pencelupan, pelodoran atau penghilangan lilin, dan penyempurnaan. METODE PENELITIAN PERALATAN DAN BAHAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan proses biofilm yakni melekat mikroorganisme pada media. Tahapan awal yang dilakukan yakni Melakukan persiapan bak penampung limbah serta reaktor anaerob dengan ukuran 26 liter dan media bioball dalam reaktor. Pemasangan pipa dan valve. Pemasangan media plastik (bioball) dilakukan secara berangkai dengan spesifikasi dimensi bed yang telah ditentukan serta jumlah media yang telah direncanakan. Setelah semua selesai barulah dilakukan proses seeding kemudian proses aklimatisasi untuk penyesuaian pada mikroorganisme sebelum pelakuan running. Bioreaktor yang akan digunakan memiliki volume 42,58 liter dengan panjang 26 cm, lebar 21 cm, dan tinggi 78 cm. PROSEDUR PENELITIAN 1. Seeding Pada saat baru dipasang, media plastik (bioball) pada biofilter belum ada mikroorganisme yang menempel pada permukaan media. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangbiakan mikroorganisme melekat pada media. Proses seeding dilakukan secara alami dengan memberikan bibit organisme dari limbah buatan, dengan penambahan nutrien beserta aktivator bio HS ke dalam reaktor. 2. Aklimatisasi Aklimatisasi dilakukan dengan cara mengganti secara bertahap air limbah penampungan hasil seeding dengan limbah air batik asli. Penggantian dilakukan dimulai dengan perbandingan 10 % air dengan limbah 90 % dalam bak penampungan. Penggantian dilakukan secara bertahap sampai penggantian 100 %. Proses aklimatisasi diberhentikan pada saat efisiensi penyisihan COD telah stabil dan limbah yang tergantikan telah 100% air limbah batik. Setelah proses aklimatisasi telah selesai yang diindikasikan dengan pergantian limbah penampungan dengan limbah air batik telah mencapai 100% dan efisiensi penyisihan COD pada saat aklimatisasi relatif stabil, maka pengoperasian secara kontinyu dapat dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah air limbah industri batik Desa Klampar, Pamekasan, Madura. Pada proses pertumbuhan mikroorganisme pada biofilter anaerob bermedia plastik (bioball) ditandai dengan munculnya lapisan mikroorganisme (biofilm) pada permukaan media plastik (bioball) dan pada dinding-dinding reaktor biofilter. Setelah dianggap sudah cukup tebal lalu dilakukan proses aklimatisasi. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan mikroba yang terbentuk dengan limbah yang akan diolah. Hal ini dilakukan untuk melihat kestabilan mikroorganisme pada proses pembenihan (seeding) dan aklimatisasi pada reaktor tipe fixed bed (Indriyati, 2003). Hasil analisa penurunan parameter organik Chemical Oxygen Demand (COD) air limbah batik menggunakan hibrid anaerob bermedia plastik (bioball) dengan berbagai variasi waktu tinggal 12 36 jam setelah diproses diperoleh hasil penurunan kandungan organik yang semakin baik. Grafik -1: Hubungan Antara Persentase Penyisihan COD dengan Rasio Ketinggian Pada Berbagai Waktu Tinggal

Pengaruh rasio ketinggian terhadap waktu tinggal persentase penyisihan COD. Penyisihan COD mengalami peningkatan pada waktu tinggal dengan rasio ketinggian 0,36:0,64 dan mengalami penurunan penyisihan pada ketinggian 0,28:0,72 dan 0,22:0,78. Pada waktu tinggal kontak dengan rasio ketinggian 0,5:0,5, COD awal sebesar 2903 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 2097 mg/l efektifitas removal yaitu 27,76%. Untuk efektifitas yang lebih baik pada ketinggian 0,5:0,5 yaitu sebesar 62,79% dengan COD awal 2903 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 1080 mg/l. Pada ketinggian 0,43:0,57, persentase penyisihan COD mengalami peningkatan penyisihan COD. Untuk nilai persentase penyisihan COD paling rendah sebesar 39,13% dengan COD awal sebesar 2300 mg/l dan hasil COD akhirnya sebesar 1065 mg/l. Sedangkan untuk efektifitas paling tinggi persentase penyisihan COD sebesar 71,30% dengan COD awal sebesar 2300 mg/l dan COD akhir sebesar 660 mg/l. Pada rasio ketinggian 0,36:0,64, persentase penyisihan COD mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan saat rasio ketinggian 0,43:0,57. Hal ini disebabkan karena pada saat awal operasi terlihat, bahwa persentase penyisihan COD relatif meningkat. Namun seiring dengan bertambahnya waktu operasi, efisiensi penyisihan semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa mikroorganisme berada pada fase eksponensial dimana pertumbuhan bakteri semakin meningkat. Untuk rasio ketinggian 0,28:0,78 sampai dengan 0,21:0,78, persentase penyisihan COD mengalami penyisihan namun tidak signifikan. Hal ini disebabkan tidak kestabilan operasi terjadi setelah rasio ketinggian 0,36:0,64 mikroba mulai lepas dari media dikarenakan pengurangan media bioball dan sistem buka tutup sehingga menghambat kontak mikroba dengan limbah cair sehingga persentase penyisihan COD relatif menurun. Saat rasio ketinggian 0,28:0,72, nilai persentase penyisihan COD terbesar yaitu 85,93% dengan COD awal sebesar 4480 mg/l dan didapat hasil COD akhirnya sebesar 630 mg/l selisih banyak dari rasio ketinggian 0,22:0,78 sebesar 72,01% dengan COD awalnya sebesar 2787 mg/l dan didapat COD akhir sebesar 780 mg/l. Nilai persentase paling baik saat ketinggian 0,36:0,64 yakni sebesar 90,99% dengan COD awal sebesar 2220 mg/l dan hasil COD akhir sebesar 200 mg/l. Menurut Amri (2014), peningkatan efisiensi penyisihan bahan organik sejalan dengan peningkatan waktu hidraulik. Hal tersebut disebabkan semakin panjang waktu kontak antara bahan organik dengan bakteri di biofilm, semakin banyak pula kesempatan bakteri untuk mempergunakan bahan organik untuk metabolis tubuhnya. Pada penelitian kandungan Total Suspended Solid (TSS) untuk air limbah batik dengan kandungan cukup tinggi. Grafik -2: Hubungan Antara Persentase Penyisihan TSS dengan Rasio Ketinggian pada Berbagai Waktu Tinggal Rasio ketinggian bioball dan tersuspensi berpengaruh terhadap konsentrasi TSS dimana dalam proses hibrid anaerob juga berperan penting dalam mengurai bahan organik pada air limbah. Untuk menentukan nilai maksimal pada proses pengolahan limbah batik menggunakan hibrid anaerobik diperlukan variasi konsentrasi TSS dan variasi rasio ketinggian bioball dan tersuspensi terhadap penyisihan TSS. Pada grafik 2 ditunjukkan pengaruh konsentrasi TSS terhadap persentase penyisihan kandungan TSS. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin singkat waktu tinggal dari proses hibrid anaerob, maka persentase penyisihan TSS

semakin kecil. Persentase penyisihan kandungan TSS terbesar terletak pada ketinggian 0:36,0,64 120 mg dengan waktu tinggal 36 jam yaitu sebesar 77,35%. Persentase penyisihan terendah 830 mg dengan waktu tinggal 12 jam dan nilai penyisihan sebesar 11,32%. Apabila ditinjau dari waktu tinggal dan variasi ketinggian pada penelitian ini belum memenuhi standar baku mutu air limbah batik (tekstil) menurut SK Gubernur Jawa Timur nomor 72 tahun 2013. Penyisihan TSS terbesar teletak pada ketinggian 0,36:0,64 dengan waktu tinggal 36 jam sebesar 120 mg (77,35%) sedangkan standar baku mutu untuk TSS sebesar 50 mg. Kandungan warna pada sampel air limbah batik adalah cukup tinggi. Grafik -3: Hubungan Antar Persentase Penyisihan Warna dengan Waktu Tinggal pada Berbagai Rasio Ketinggian Pada waktu tinggal 12 jam sampai 36 jam ratarata terjadi peningkatan persentase penyisihan warna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi penyisihan warna oleh mikroorganisme dan penyisihan warna yang berasal dari Suspended Solid (SS) dengan pengendapan pada reaktor hibrid anaerob. Pada reaktor hibrid anaerob untuk menurunkan parameter warna pada limbah batik (tekstil) menunjukkan persentase penyisihan warna terendah sebesar 19,64% 61,83%. Persentase 61,83% terjadi pada konsentrasi 577 PtCo dengan waktu tinggal 36 jam, sedangkan persentase 19,64% terjadi pada konsentrasi 1215 PtCo dengan waktu tinggal tersingkat 12 jam. Kecilnya persentase warna disebabkan karena warna mempunyai sifat tahan terhadap degradasi biologi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsentrasi perubahan warna dan waktu tinggal sangat mempengaruhi persentase penyisihan warna. Semakin kecil konsentrasi warna dan semakin lama waktu tinggal maka persentase penyisihan warna semakin meningkat, begitupun sebaliknya. Waktu tinggal semakin lama dan konsentrasi warna yang semakin kecil ini mengakibatkan terjadinya pengendapan yang cukup lama sehingga mikroorganisme dapat mendegradasi warna dengan mudah dan menghasilkan effluen yang aman bagi lingkungan. Penyisihan warna secara biologi dengan menggunakan proses anaerobic menggunakan zat warna buatan yang dapat larut dalam air diperoleh penyisihan warna sebesar 30% 50%. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Pengolahan limbah cair batik menggunakan Hibrid Anaerob yang dioperasikan secara batch pada waktu tinggal 36 jam dan rasio ketinggian 0,36:0,64 mampu menurunkan COD dengan efisiensi penyisihan sebesar 90,99% kemudian mampu menurunkan TSS dengan efisiensi penyisihan sebesar 77,35% dan mampu menurunkan warna dengan efisiensi penyisihan sebesar 61,83%. 2. Semakin lama waktu tinggal maka akan semakin lama waktu kontak antara limbah dengan biofilm sehingga proses degradasi akan berjalan semakin baik. 3. Hasil pengolahan limbah cair batik menggunakan hibrid anaerob belum memenuhi standar baku mutu SK Gubernur Jawa Timur nomor 72 tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA Amri, Khusnul. (2014). Pengolahan Air Limbah Menggunakan Biofilter Anaerobik Bermedia Plastik (Bioball). Surabaya: Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Baku Mutu Air Limbah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014

Baku Mutu Air Limbah Industri Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Indriyati. (2003). Proses Pembenihan (Seeding) dan Aklimatisasi Pada Reaktor Tipe Fixed Bed. J. Tek. Ling, 4(2), 55 61 Purwaningsih, I. (2008). Pengolahan Limbah Cair Industri Batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau dari Parameter Chemical Oxyden Demand (COD) dan Warna. Yogyakarta: UII