MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI



dokumen-dokumen yang mirip
FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mekanika Kuantum dalam Koordinat Bola dan Atom Hidrogen

PERKEMBANGAN TEORI ATOM

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

Antiremed Kelas 12 Fisika

= (2) Persamaan (2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah () =sin+cos (3)

Atom menyusun elemen dengan bilangan sederhana. Setiap atom dari elemen yang berbeda memiliki massa yang berbeda.

Isi Teori Niels Bohr. Kelebihan Niels Bohr. Kekurangan

PARTIKEL DALAM BOX. Bentuk umum persamaan orde dua adalah: ay" + b Y' + cy = 0

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah informasi dan referensi mengenai interaksi nukleon-nukleon

PENDAHULUAN. Atom berasal dari bahasa Yunani atomos yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi.

Apa yang dimaksud dengan atom? Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

Spektrum Gelombang Elektromagnetik

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

BAB FISIKA ATOM. a) Tetes minyak diam di antara pasangan keping sejajar karena berat minyak mg seimbang dengan gaya listrik qe.

BAB 2 STRUKTUR ATOM PERKEMBANGAN TEORI ATOM

MODEL ATOM DALTON. Atom ialah bagian terkecil suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi. Atom tidak dapat dimusnahkan & diciptakan

LAMPIRAN. Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder:

IR. STEVANUS ARIANTO 1

TEORI ATOM Materi 1 : Baca teori ini, kerjakan soal yang ada di halaman paling belakang ini

BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya

SILABUS PEMBELAJARAN

PARTIKEL DALAM SUATU KOTAK SATU DIMENSI

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

Struktur atom. Bagian terkecil dari materi disebut partikel. Beberapa pendapat tentang partikel materi :

model atom mekanika kuantum

16 Mei 2017 Waktu: 120 menit

SILABUS PEMBELAJARAN

MODUL 1 FISIKA MODERN MODEL MODEL ATOM

ATOM BERELEKTRON BANYAK

HAND OUT FISIKA KUANTUM MEKANISME TRANSISI DAN KAIDAH SELEKSI

I. Perkembangan Teori Atom

Model Atom Bohr Tingkat Energi dan Spektrum Asas Persesuaian Eksitasi Atomik (Percobaan Frank-Hertz)

TEORI PERKEMBANGAN ATOM

Fungsi Gelombang Radial dan Tingkat Energi Atom Hidrogen

FUNGSI GELOMBANG. Persamaan Schrödinger

POK O O K K O - K P - OK O O K K O K MAT A ERI R FISIKA KUANTUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Apa itu Atom? Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

Batasan KIMIA FISIKA DALTON BOHR M. KUANTUM

Struktur Atom dan Sistem Periodik

Teori Atom Mekanika Klasik

Struktur dan Ikatan Kimia. Muhamad A. Martoprawiro

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

Pendahuluan Fisika Inti. Oleh: Lailatul Nuraini, S.Pd, M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Fisika EBTANAS Tahun 1997

FISIKA MODERN. Pertemuan Ke-7. Nurun Nayiroh, M.Si.

STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK Kimia SMK KELAS X SEMESTER 1 SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Demonstrasi kembang api. Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Alamat: Karangmalang, Yogyakarta 55281

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

Bunyi Teori Atom Dalton:

STRUKTUR ATOM. Sub Pokok Bahasan

Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini. Fisika Atom & Inti

BAB FISIKA ATOM. Model ini gagal karena tidak sesuai dengan hasil percobaan hamburan patikel oleh Rutherford.

Fisika Modern (Teori Atom)

Copyright all right reserved

MODUL -1. STRUKTUR ATOM dan SISTEM PERIODIK UNSUR- UNSUR

LATIHAN UJIAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

BAB FISIKA ATOM I. SOAL PILIHAN GANDA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

XV. PENDAHULUAN FISIKA MODERN

C. Kunci : E Penyelesaian : Diket mobil massa = m Daya = P f s = 0 V o = 0 Waktu mininiumyang diperlukan untuk sampai kecepatan V adalah :

PENDAHULUAN FISIKA KUANTUM. Asep Sutiadi (1974)/( )

koefisien a n dan b n pada persamaan (36) dan (37), yaitu

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

Penyusun bagian-bagian atom sangat menentukan sifat benda/materi. Untuk mengetahui bagaimana atom bergabung sehingga dapat mengubah bahan sesuai

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

PRAKTIKUM STRUKTUR ATOM

APLIKASI BASIS L 2 LAGUERRE PADA INTERAKSI TOLAK MENOLAK ANTARA ATOM TARGET HIDROGEN DAN POSITRON. Ade S. Dwitama

Struktur Atom. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang

PERKEMBANGAN MODEL ATOM DI SUSUN OLEH YOSI APRIYANTI A1F012044

PAKET SOAL LATIHAN FISIKA, 2 / 2

Silabus dan Rencana Perkuliahan

2 A (C) - (D) - (E) -

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Mekanika Kuantum. Orbital dan Bilangan Kuantum

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

Fisika EBTANAS Tahun 1994

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi

STRUKTUR ATOM DAN PERKEMBANGAN TEORI ATOM 0leh: Ramadani. sinar bermuatan negatif. kecil pembentuk atom tersebut yaitu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. I. Standar Kompetensi : Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Model Atom. Modul 1 PENDAHULUAN

Schrodinger s Wave Function

STRUKTUR ATOM. Perkembangan Teori Atom

Transkripsi:

MEKANIKA KUANTUM DALAM TIGA DIMENSI Sebelumnya telah dibahas mengenai penerapan Persamaan Schrödinger dalam meninjau sistem kuantum satu dimensi untuk memperoleh fungsi gelombang serta energi dari sistem. Persamaan Schrödinger bergantung waktu, seperti yang telah dipelajari sebelumnya adalah ħ Ψ =Ψ (1) dengan operator Hamiltonian berbentuk = + (2) 2 = ħ 2 + (3) Maka persamaan (1) menjadi ħ Ψ = ħ 2 Ψ+Ψ (4) Jika potensial tidak bergantung waktu maka persamaan Schrödinger dapat dipisahkan menjadi dua persamaan, yaitu persamaan yang hanya bergantung ruang dan persamaan yang hanya bergantung waktu. Persamaan Schrödinger yang hanya bergantung ruang (Persamaan Schrödinger tak bergantung waktu) adalah ħ 2 += (5) Solusi persamaan Schrödinger bergantung waktu merupakan hasil perkalian dari solusi yang hanya bergantung ruang dengan solusi yang hanya bergantung waktu. Sementara itu, solusi umum dari persamaan Schrödinger bergantung waktu merupakan kombinasi linear dari semua solusi yang mungkin, yaitu Ψ(,)= ()!"#/ħ

1. Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola Pada koordinat bola, diberikan = 1 % % &% % '+ 1 % ()* * &()* * '+ 1 % () * + (6) Maka persamaan Schrödinger bergantung waktu dalam koordinat bola adalah ħ Ψ ħ = 2-1 % % &% % '+ 1 % ()* * &()* * '+ 1 % () * +.Ψ+Ψ (7) Pada umumnya, potensial hanya merupakan fungsi dari jarak terhadap titik asal, (%) sehingga kita dapat menggunakan metode separasi variabel untuk memecahkan persamaan (7). Persamaan Schrödinger tak bergantung waktunya ħ 2-1 % % &% % '+ 1 % ()* * &()* * '+ 1 % () * +.+= (8) Persamaan (8) kembali dipecahkan dengan menggunakan separasi variabel. Pertama, kita pisahkan fungsi gelombang (%,*,+) menjadi fungsi yang bergantung jarak, 1(%) dan fungsi yang bergantung sudut, 2(*,+). (%,*,+) 1(%)2(*,+) (9) Persamaan (8) menjadi ħ 2-1 % % &% % '+ 1 % ()* * &()* * '+ 1 % () * +.12 + 12=12 (10) ħ 2-1 % % &% % '12+ 1 % ()* * &()* * '12+ 1 % () * + 12. +( )12=0 (11) ħ 2-2 6 6 % 6% &% 6% '1+ 1 % ()* * &()* * '2+ 1 % () * + 2. +( )12=0 (12)

Persamaan (12) dikalikan dengan 789 ħ 9 : ;<, menghasilkan 1 6 6 16% &% 6% '1+ 1 2()* * &()* * '2+ 1 2() * ( )=0 + 2 2% ħ 1 6 16% &%61 6% ' 2% ħ ( )+ 1 2-1 ()* * &()*2 * '+ 1 2 () * +.=0 (13) Persamaan (13) telah terpisah menjadi dua suku. Persamaan ini hanya dapat dipenuhi jika masing-masing suku bernilai konstan. Kita ambil konstanta tersebut =(= + 1). Pemilihan konstanta ini berkaitan dengan bentuk solusi dari persamaanpersamaan yang dihasilkan. Persamaan (13) kemudian menjadi 1 6 16% &%61 6% ' 2% ħ ( )==(=+1) (14) 1 2-1 ()* * &()*2 * '+ 1 2 () * +.= =(=+1) (15) Persamaan (14) disebut dengan persamaan radial sedangkan persamaan (15) disebut dengan persamaan angular. Persamaan Angular Persamaan angular dapat dinyatakan menjadi 1 ()* * &()*2 * '+ 1 2 () * + +=(=+1)2=0 (16) dengan menggunakan separasi variabel 2(*,+) Θ(*)Φ(+) (17) maka persamaan (16) menjadi Φ 6 ()* 6* &()*6Θ 6* '+ Θ 6 Φ () * 6+ +=(=+1)ΘΦ=0 (18) Mengalikan persamaan (18) dengan @!9 A BC maka didapatkan

D sin* 6 Θ 6* &()*6Θ 6* '+=(=+1)sin *H+ 1 Φ 6 Φ =0 (19) 6+ Sama seperti pada persamaan (13), persamaan (19) juga hanya dapat dipenuhi jika nilai masing-masing suku adalah suatu konstanta, diambil sehingga menjadi sin* Θ dan 6 6* &()*6Θ 6* '+=(=+1)sin *= (20) 16 Φ Φ6+ = (21) Persamaan (21) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar berlainan. Solusinya diberikan oleh Φ(+)=I!7J +K!7J (22) dengan mengijinkan dapat bernilai negatif maupun positif maka solusi hanya diambil bagian pangkat positifnya. Selain itu, konstanta K kita biarkan diserap oleh fungsi Θ(*). Dengan demikian, persamaan (22) menjadi Φ(+)=!7J (23) z r x M N Gambar 1. Koordinat Bola y Perhatikan Gambar 1. Jika sudut + ditambahkan 2L maka akan kembali ke titik semula, sehingga berlaku Φ(++2L)=Φ(+) (24)

Dari persamaan (23) diperoleh Φ(++2L)=!7(JOP) (25) sehingga persamaan (24) menjadi!7(jop) =!7J!7J P!7 =!7J P!7 =1 maka dapat dipenuhi dengan =0,±1,±2,. (26) disebut dengan bilangan kuantum magnetik. Kemudian untuk mencari solusi persamaan (20), kita nyatakan dalam bentuk lain sin* Θ 6 6* &()*6Θ 6* '+=(=+1)sin *= (20) sin* 6 6* &()*6Θ 6* '+T=(=+1)sin * U Θ=0 (27) Persamaan (27) merupakan Persamaan Diferensial Legendre Terasosiasi, dan solusinya diberikan oleh Θ(*)=IV 7 W (cos*) (28) dengan V 7 W (cos*) adalah Fungsi Legendre Terasosiasi, yang didefinisikan oleh V W 7 (Z) (1 Z ) 7 / & 6 6Z ' 7 V W (Z) (29) dan V W (Z) merupakan polinomial Legendre ke l, dan didefinisikan oleh Formula Rodrigues, yaitu V W (Z) 1 2 W =! &6 6Z ' W (Z 1) W (30)

Dari persamaan (30) tampak bahwa = haruslah bilangan bulat positif sedangkan dari persamaan (29) tampak bahwa jika >= maka V 7 W =0. Dengan demikian, didapatkan ==0,1,2,3,. =0,±1,,±= dengan = disebut sebagai bilangan kuantum orbital Solusi dari persamaan anguler diperoleh 2(*,+) Θ(*)Φ(+) 2 W,7 (*,+)=I!7J V W 7 (cos*) Solusi ternormalisasi persamaan angularnya disebut juga dengan harmonik bola (spherical harmonics), yaitu 2 W,7 (*,+)=^_ (2=+1) (= )! 4L (=+ )!!7J V 7 W (cos*) dengan ^=( 1) 7 untuk 0,6d) ^=1 untuk <0. Solusi ini bersifat ortogonal. Berikut ini diberikan tabel beberapa harmonik bola f g g =& 1 4L ' :/ f : g =h i jp k:/ cos* f : ±: = & 3 8L ' :/ : sin* ±!J f g =& 5 16L ' (3m( * 1) f ±: = & 15 8L ' :/ sin*cos* ±!J f O: =& 15 32L ' :/ () θ O!J f i g =& 7 16L ' :/ (5m( θ 3cos*) f i ±: =& 21 64L ' :/ sin*(5m( θ 1) ±!J f i O =& 105 32L ' :/ () θ cos* O!J f i ±i = & 35 64L ' :/ () i θ ±i!j

Persamaan Radial Selanjutnya kita memecahkan persamaan radial, yaitu persamaan (14). 1 6 16% &%61 6% ' 2% ħ ( )==(=+1) (14) 6 6% &%61 6% ' 2% ħ ( )1==(=+1)1 (31) Dengan mendefinisikan n(%) %1(%) 1(%)= p(8) maka 61 6% = 6 6% hn % k 61 6% =D%6n 6% nh 1 % (32) 8 Mengalikan persamaan (32) dengan % didapatkan % 61 6% =%6n n (33) 6% lalu mendiferensialkan persamaan (33) terhadap % maka 6 6% &%61 6% '= 6 6% D%6n 6% nh 6 6% &%61 6% '=6n n 6% +%6 6% 6n 6% 6 6% &%61 6% '=%6 n 6% (34) Persamaan (34) disubstitusikan ke persamaan (31) sehingga % 6 n 6% 2% ħ ( )1==(=+1)1 % 6 n 6% 2% ( )n==(=+1)1 (35) ħ

Persamaan (35) dikalikan dengan ħ9 78, maka ħ 6 n ħ 26% +( )n= 2% =(=+1)1 ħ 6 n ħ =(=+1) 26% +n+ 2 % n=n ħ 6 n ħ =(=+1) 26% +-+ 2 %.n=n (36) Persamaan (36) ini bentuknya mirip dengan persamaan Schrödinger tak bergantung waktu, hanya saja ada penambahan suku pada potensialnya. Persamaan ini tidak dapat diselesaikan lebih lanjut sebelum nilai diketahui. 2. Atom Hidrogen Sekarang kita tinjau sistem kuantum real yang menerapkan persamaan Schrödinger tiga dimensi dalam koordinat bola, yaitu Atom Hidrogen ( : : ). Atom Hidrogen : : merupakan atom yang paling sederhana, terdiri dari satu proton bermuatan + yang terletak pada inti atom dan satu elektron bermuatan yang berputar mengelilingi inti. Massa inti jauh lebih besar daripada massa elektron, yaitu sekitar 1.836 kali massa elektron. Oleh karena itu, tinjauan mengenai Atom Hidrogen dilakukan dengan menganggap inti diam pada pusat koordinat sementara elektron berputar mengelilinginya karena Gaya Coulomb. Solusi dari persamaan angular untuk Atom Hidrogen sama dengan solusi persamaan angular yang diperoleh sebelumnya. Hal ini karena potensial Atom Hidrogen hanya bergantung pada jarak. Oleh karena itu, kita hanya tinggal memecahkan persamaan radial saja. Energi Potensial () Atom Hidrogen diberikan oleh (%)= 4Lq g 1 % + % Atom Hidrogen

Persamaan radial untuk Atom Hidrogen menjadi ħ 6 n 1 26% +- 4Lq g % + ħ =(=+1) 2 %.n=n (37) ħ 6 n 1 26% +- 4Lq g % + ħ =(=+1) 2 %.n=n (38) Kita definisikan suatu konstanta r yang bernilai real positif untuk keadaan terikat (<0) r 2 ħ Maka persamaan (38) menjadi 1 6 n r 6% +- 2Lq g ħ r 1 r% 1 =(=+1) r %.n=n (38) 1 6 n 1 r =-1 6% 2Lq g ħ rr% +=(=+1).n (39) (r%) Lalu didefinisikan lagi suatu besaran s dan s g, dengan s r% dan s g 7t9 Pu v ħ 9 w maka 6s=r6% dan 6s =r 6%, sehingga persamaan (39) menjadi 6 n 6s =-1 s g s +=(=+1) s.n (40) Solusi dari persamaan ini diperoleh dengan mencari solusi-solusi pada daerah ekstrim, yaitu pada s dan pada s 0 jika s maka suku dalam tanda kurung siku mendekati satu 6 n =n (41) 6s Persamaan (41) adalah persamaan diferensial orde dua, solusinya

n(s)=i y +K y (42) Oleh karena pada saat s suku K y menjadi tak berhingga maka K haruslah nol. Jadi, solusi untuk s besar adalah n(s)~i y (43) Jika s 0 maka suku W(WO:) menjadi dominan, persamaan (40) mendekati y9 6 n 6s ==(=+1) s n (44) Solusi persamaan (44) adalah n(s)={s WO: + s W (45) Namun suku s W menjadi tak berhingga jika s 0 sehingga solusi yang memenuhi adalah n(s)~{s WO: (46) Dengan diperolehnya solusi-solusi pada daerah ekstrim, maka solusi umum dari persamaan (40) dimisalkan merupakan hasil perkalian dari solusi-solusi pada daerah ekstrim dan suatu fungsi yang bergantung pada s, yaitu }(s) n(s)=s WO: y }(s) (47) Melalui hasil ini, persamaan radial sebelumnya, yaitu persamaan (40) kita nyatakan dalam fungsi }(s). Untuk itu, diferensialkan n(s) terhadap s maka diperoleh hasil 6n =6(sWO: y ) 6s 6s }+(s WO: y ) 6} 6s 6n 6s =T(l+1)sW y s WO: y U }+(s WO: y ) 6} 6s 6n 6s =sw y D(=+1 s)}+s 6} 6s H (48)

Mendiferensialkan sekali lagi n(s) terhadap s 6 n y ) 6s =6(sW D(=+1 s)}+s 6} 6s 6s H+sW y 6 6s D(=+1 s)}+s6} 6s H 6 n 6s =T=sW : y s W y UD(=+1 s)}+s 6} 6s H+sW y }+D(=+1 s) 6} 6s H+6} 6s +s6 } 6s 6 n 6s =sw y =s : D(=+1 s)}+s 6} 6s H (=+1 s)} s6} 6s }+(=+1 s)6} 6s +6} } 6s +s6 6s 6 n 6s =sw y =(=+1) s } =}+= 6} 6s (=+1 s)} s6} 6s }+(=+1 s)6} 6s +6} 6s +s6 } 6s 6 n 6s =sw y - 2= 2+s+ = (=+1).}+2(=+1 s) 6} } s 6s +s6 6s (49) Persamaan (47) dan persamaan (49) lalu disubstitusikan ke persamaan (40) 6 n 6s =-1 s g s +=(=+1) s.n (40) s W y - 2= 2+s+ = (=+1).}+2(=+1 s) 6} } s 6s +s6 6s =-1 s g s +=(=+1) s.s WO: y } s W y - 2= 2+s+ = (=+1).}+2(=+1 s) 6} } s 6s +s6 6s =-1 s g s +=(=+1) s.s W y s } - 2= 2+s+ = (=+1).}+2(=+1 s) 6} } s 6s +s6 6s =-1 s g s +=(=+1) s. s }(s) - 2= 2+s+ = (=+1) s.} -s s g + =(=+1).}+2(=+1 s) 6} n s 6s +s6 6s =0 s 6 } 6s +2(=+1 s)6} 6s +Ts g 2(=+2)U}=0 (50) Persamaan ini adalah persamaan radial dalam fungsi }(s). Solusi dari persamaan ini diasumsikan dapat dinyatakan dalam bentuk deret pangkat yaitu }(s)=ds ƒg (51)

Tugas selanjutnya adalah menentukan koefisien dari deret ini, yaitu d g, d :, d, dst. Untuk mendapat koefisien-koefisien tersebut, pertama kita menentukan turunan pertama }(s) terhadap s kemudian menentukan turunan keduanya. 6} 6s = d s : ƒg 6} 6s = ( +1)d O:s ƒ : 6} 6s = ( +1)d O:s ƒg 6 } : = ( +1)d +1s 6s ƒg (52) (53) Mensubstitusikan persamaan (51), persamaan (52), dan persamaan (53) ke persamaan (50) maka diperoleh ( +1)d O: s +2(=+1) ( +1)d O: s 2 d s ƒg ƒg ƒg +Ts g 2(=+1)Ud s =0 (54) ƒg Dari persamaan (54), penjumlahan koefisien-koefisien deret pangkat, diperoleh ( +1)d O: +2(=+1)( +1)d O: 2 d + Ts g 2(=+1)Ud =0 (55) ( +1)( +2=+2)d O: =(2( +=+1) s g )d (56) d O: = ( OWO:) y v d (57) ( O:)( OWO) Persamaan rekursi inilah yang di gunakan untuk menentukan koefisien-koefisien dari deret pangkat }(s). Misalkan d g =I, dan untuk j besar (j besar bersesuaian dengan ρ besar) maka suku dengan pangkat besar mendominasi deret), jadi dari persamaan (57) didapatkan

d O: 2 ( +1) d = 2 +1 d (58) dan d 2! I (59) dengan hasil pada persamaan (59) maka persamaan (51) menjadi }(s)=a Š s ƒg! = I y (60) dan dengan hasil ini maka persamaan (47) menjadi n(s)={ g s WO: y (61) Perhatikan dengan seksama hasil ini! Hasil ini menjadi tak berhingga untuk s besar maka satu-satunya jalan adalah dengan menganggap koefisien d memiliki nilai maksimum, yaitu d Œ dan koefisien yang lebih tinggi darinya bernilai nol d Œ O:=0 (62) dari persamaan (57) didapatkan 2( 7Ž +=+1) s g =0 (63) definisikan bilangan baru ) 7Ž +=+1 (64) sehingga didapatkan s g = 2) (65) Dengan diperolehnya hubungan ini maka kita dapat menentukan tingkat-tingkat energi yang dimiliki oleh elektron dalam Atom Hidrogen. Dari definisi r dan s g sebelumnya r 2 ħ s g 2Lq g ħ r maka didapatkan

j = 8L q g ħ s (66) g dengan mensubstitusikan persamaan (65) ke persamaan (66) maka persamaan energi menjadi = 2ħ 1 4Lq g ) = : ) (67) dengan : = 2ħ 4Lq g (68) ) disebut dengan bilangan kuantum utama. Ini adalah Formula Bohr yang terkenal itu Kemudian dari definisi r dan s g dan persamaan (65) juga diperoleh r= 4Lq g ћ 1 ) = 1 d) (69) dengan d 4Lq gћ =0,529 10 :g (70) d disebut sebagai jari-jari Bohr. Selanjutnya solusi untuk 1(%) belum kita dapatkan, untuk itu dari persamaan (69) dan definisi s r% sebelumnya, maka diperoleh hubungan s % d) maka diperoleh 1 W (%)= 1 % swo: y }(s) Fungsi gelombang untuk hidrogen diberi label oleh tiga bilangan kuantum (n, l, dan m) W7 (%,*,+)=1 W (%)2 7 W (*,+) dengan

1 W (%)= : 8 swo: y }(s) dan }(s) adalah polinomial dengan pangkat j max = n l 1 dalam s, yang koefisien ditentukan (hingga faktor normalisasi keseluruhan) dengan rumus rekursi Akhirnya Fungsi gelombang ternormalisasi Atom Hidrogen adalah W7 = _& 2 () = 1)! 8 )d 'i 2)T()+1)!U i Ž& 2% W )d ' WO: š W : & 2% )d '2 W 7 (*,+) dengan WO: š W : adalah Polinomial Laguerre Terasosiasi dan untuk sembarang ), nilai = yang mungkin didapatkan ==0,1,2,,) 1 3. Spektrum Hidrogen Jika atom hidrogen berada pada keadaan stasioner, maka atom tersebut akan berada disana selamanya. Namun, jika ada gangguan, misalnya oleh tumbukan dengan atom lain atau mengalami penyinaran, maka atom hidrogen dapat mengalami transisi dari satu keadaan stasioner ke keadaan stasioner yang lain. Pada kenyataannya, gangguan tersebut selalu hadir sehingga transisi (kadang disebut dengan lompatan kuantum) terjadi terus-menerus. Hasilnya, atom hidrogen mengeluarkan cahaya yang energinya sesuai dengan perbedaan energi antara awal dan akhir =! œ = 2ħ 1 4Lq g ) 1! ) œ Sementara itu, menurut postulat Planck, energi foton sebanding dengan frekuensinya =h}

dan hubungan panjang gelombang ž dengan frekuensi } diberikan ž=/}, sehingga : Ÿ =1&: 9 : 9' dengan 1 h 2 4Lћ 3 4Lℇ 0 k 2 =1,097 10 7 1 R dikenal sebagai konstanta Rydberg, dan Persamaan terakhir ini adalah rumus Rydberg untuk spektrum atom hidrogen yang ditemukan secara empiris pada abad 19. Keunggulan terbesar dari teori atom Bohr adalah kemampuannya dalam menjelaskan hasil ini dan menghitung R. Spektrum radiasi hidrogen hasil transisinya menghasilkan deret-deret spektrum, yaitu deret Lyman, deret Balmer, deret Paschen, deret Bracket, dan deret Pfun.