BAB I. Kesehatan adalah hak asasi manusia, yang tercantum dalam UU No. 36. Tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan adalah dimana keadaan yang sehat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dijelaskan dalam undang - undang Nomor 17 tahun 2007 tentang rencana

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota


BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk lansia semakin mengalami peningkatan di dunia dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

Pengaruh Kompres Dingin Kirbat Es terhadap Intensitas Nyeri Reumatoid Arthritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40%

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. pula kelompok lanjut usia (lansia) di masyarakat (Sudiarto, 2007). Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia, yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Kesehatan adalah dimana keadaan yang sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial. Di dalam pasal 3 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar derajat kesehatan masyarakat bisa terwujud setinggi-tingginya (Afdaleli, 2017). Kesehatan menjadi perhatian setiap individu, karena banyak orang yang menderita penyakit kronis. Penyakit kronis adalah penyakit yang tidak menular (PTM), seperti asma, PPOK, kanker, DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, gagal jantung kronis dan rheumatoid arthritis (RA) (Riskesdas, 2013). Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut (Levitsky, 2016). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa sebanyak 20% penduduk dunia terserang reumathoid arthritis. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun. Menurut data tahun 2005 di Negara Amerika Serikat jumlah penderita reumathoid arthritis terus meningkat sudah mencapai 66 juta orang. Sebanyak 42,7 juta 1

2 diantaranya telah ditetapkan sebagai reumathoid arthritis dan 23,2 juta penderita dengan keluhan nyeri sendi kronis. Walaupun penyakit reumathoid arthritis ini tidak langsung menyebabkan kematian, namun penyakit reumathoid arthritis ini juga mempunyai pengaruh pada pelayanan kesehatan, karena bisa masalah medis, sosiologis, ekonomi dan sosial. Sehingga reumathoid harus mendapatkan perhatian khusus dalam penanganannya perlunya sebagai upaya penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Hyulita, 2014). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (2013) penyakit sendi berdasarkan diagnosa nankes di Indonesia sebanyak 11,9% dan berdasarkan diagnosa dan gejala sebanyak 24%. Pada umur 75 yang menderita penyakit sendi sebanyak (33%), umur 65-74 tahun sebanyak (30,6%) dan umur 55-64 tahun sebanyak (25,2%). Berdasarkan hasil riset diagnosa nankes penderita reumathoid arthritis tertinggi berada di Bali (19,3%), Aceh sebanyak (18,3%), Jawa barat sebanyak (17,5%), Papua sebanyak (15,4%), Sumatra Barat penderita reumathoid arthritis sebanyak (12,7%) yang berada di urutan terakhir sesudah Kalimantan barat sebanyak (13,3%). Kemudian di Jawa Tengah penderita rematik sebanyak 25,5 %. Penyakit gangguan sendi atau rematik yang terjadi di Indonesia yang pertama biasanya yang paling banyak ditemukan pada usia lanjut adalah Osteoarthritis (OA) sebanyak (50-60%), kedua yaitu kelompok rematik luar sendi (gangguan peradangan, penggunaan berlebihan), ketiga yaitu asam urat (gout) sebanyak (67%). Sedangkan penyakit reumathoid arthritis di Indonesia hanya sebanyak (0,1%) dan satu diantaranya 1000-5000 orang (Nainggolan, 2009).

3 Penyakit reumathoid arthritis ini adalah salah satu penyakit autoimun yang ditandai dengan sinovitis erosive simetrik terutama mengenai jaringan persendian. Selain itu, juga melibatkan organ tubuh lainnya yang bisa disertai nyeri dan kaku pada sistem otot dan pada jaringan ikat (Sudoyo, 2007). Berbagai terapi untuk mengatasi nyeri pada penderita reumathoid arthritis adalah kompres serai hangat, terapi jamu, kompres hangat aromaterapi lavender, itu termasuk terapi komplementer. Terapi komplmeneter bersifat terapi dengan cara alamiah diantaranya dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif, terapi tawa, akupuntur, akupresur, aromaterapi, terapi back flower remedy, dan refleksologi dan meditasi (Handayani, 2013). Dalam penelitian ini untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan terapi komplmenter meditasi karena meditasi adalah suatu kondisi yang rileks untuk berkonsentrasi atau suatu kondisi pikiran yang bebas dari segala pikiran, semua yang melelahkan, dan yang berfokus pada Tuhan. Meditasi ini bisa menenangkan otak dan memperbaiki atau memulihkan tubuh sehingga dengan kondisi demikian nyeri dapat berkurang (Widodo, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8 Februari 2018 di dapatkan hasil jumlah rheumatoid arthritis di Puskesmas Kartasura sebanyak 386 penderita. Dalam 1 tahun terakhir kasus tertinggi terdapat di Wilayah Makam Haji Kartasura, yaitu sebanyak 117 penderita dengan presentase 30,31%. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 9 Februari pada 7 orang klien dengan keluhan utamanya berupa nyeri, tindakan untuk mengurangi nyeri 1 orang meminum obat secara teratur, 4 orang

4 tidak meminum obat dan 2 orang lainnya mengatakan kadang-kadang di bawa kerumah sakit dan tidak pernah melakukan terapi nonfarmakologi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti adakah pengaruh pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita rheumathoid arthritis di komunitas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di komunitas. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita rheumatoid artritis di komunitas 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam dalam penelitian ini yaitu : a. Mengetahui karakteristik personal penderita rheumatoid arthritis b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat nyeri rheumatoid arhtritis c. Mengetahui tingkat nyeri sebelum diberikan terapi meditasi d. Mengetahui tingkat nyeri sesudah diberikan terapi meditasi e. Mengetahui perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah meditasi

5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita reumathoid artritis di komunitas. 2. Institusi Pendidikan Perawat Diharapkan dapat menambah referensi dan informasi tentang pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita reumathoid artritis di komunitas. 3. Masyarakat Masyarakat diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh terapi komplementer meditasi terhadap respon nyeri pada penderita reumathoid artritis di komunitas. E. Keaslian Penelitian 1. Mardian P. (2016). Pengaruh Terapi Meditasi Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi. Metode penelitian Preeksperimental dengan design One Groub Pretest-Posttest. Hasil penelitian Ada pengaruh terapi meditasi terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Persamaannya pada penelitian ini adalah variabel bebas yaitu terapi meditasi dan metode penelitian Pre-eksperimental dengan design One Groub Pretest-Posttest.. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel terikat yaitu tekanan darah, metode penelitian dan populasi.

6 2. Renidayati. (2016). Penurunan Stres Fisik Dan Psikologis Pasien Preoperasi Bedah Onkologi Melalui Meditasi Terapi Di Salah Satu Rumah Sakit Di Kota Padang. Metode Penelitian Quasi Eksperimen dengan pendekatan pretest posttest with kontrol group. Hasil penelitian terjadi penurunan rata-rata stres fisik : tekanan darah sistolik, diastolik, nadi dan pernafasan setelah meditasi terapi pada kelompok intervensi lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel bebas yaitu meditasi. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel terikat yaitu stres fisik dan psikologis, metode penelitian dan populasi. 3. Gayatri D, dkk. (2011). Penurunan Stres Fisik dan Psikososial Melalui Meditasi Pada Lansia Dengan Hipertensi Primer. Metode penelitian eksperimen with pre-post test control group. Hasil penelitian meditasi terapi pada kelompok intervensi lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol. penurunan rata-rata stres psikososial setelah meditasi terapi pada kelompok intervensi lebih banyak dibanding dengan kelompok kontrol. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel bebas yaitu meditasi. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel terikat yaitu sters fisik dan psikososial, metode penelitian, populasi.