HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J


HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

HUBUNGAN SARANA SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA LEYANGAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan Kejadian Diare di UPT Puskesmas Cisarua Kabupaten Bogor Tahun 2012

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN PELAKSANAAN KLINIK SANITASI DENGAN KEJADIAN DIARE DI KABUPATEN TAKALAR

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

Jurnal Kesehatan Masyarakat

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

ABSTRAK GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

Febriza, N., Tang, U M., Maryanti, E 2015:9 (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang Tahun 2014

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kambang Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2013

Transkripsi:

HUBUNGAN SANITASI DASAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU CORRELATION OF BASIC OF SANITATION WITH DIARRHEA INCIDENT ON CHILDREN AT THE OPERATIONAL COUNTY OF PUSKESMAS TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU 1 I Wayan Hendrik Purwanto, 2 Miswan, 3 Ahmad Yani 1,2 Bagian Kesling, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu (email: Wayanhendrik96@yahoo.com) (email: Miswan.wanling@gmail.com) 3 Bagian Promkes, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu (email: admin@ahmad-yani.com) Alamat Korenspondensi I Wayan Hendrik Purwanto Ilmu Kesehatan Masyarakat Email : Wayanhendrik96@yahoo.com Hp : +62853-4029-9247 Alamat : JL.Dayodara BTN Lagarutu Cpi 3 Blok C No 10 ABSTRAK Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan, penularan penyakit diare dapat terjadi secara secara fekal-oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi agen yang berasal dari air yang tercemar maupun dari tinja yang terkontaminasi. Sanitasi dasar rumah sangat erat hubungannya dengan angka kejadian penyakit menular terutama diare, Lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap terjadinya kajadian penyakit diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sanitasi dasar dengan kejadian diare pada anak Balita di Wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah analitik dalam bentuk survey yang bersifat observasional dengan metode pendekatan Case Control yaitu rancangan penelitian yang membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol yang sudah diketahui kejadiannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai P Value 719 (>0,05) dan ada hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare P Value 0,000 (<0,05) serta kondisi tempat sampah 0,000 (<0,05) namun tidak ada hubungan yang bermakna antara kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai P Value 497 360

(>0,05), dan ke empat variabel tersebut merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare pada anak balita. Hasil penelitian menyarankan agar instansi kesehatan lebih melakukan penyuluhan tentang sanitasi dan penyuluhan tentang penyakit diare. Kata Kunci : Sanitasi dasar, diare, anak balita ABSTRACT Diarrhea is an environmental basic disease in which its spreanding can occur fekaloral through food and beverage which is contaminated with agent originated from both contaminated water and dirth. Basic sanitation of house is very closely related to the number of contaminated disease especially diarrhea. House environmental most affect on the incident of diarrhea disease. The objective of this research is to find out correlation between basic sanitation and diarrhea incident on children at the operational county of Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. This research is an analytical and observational survey form which applied Case Control approach or method namely research design that compares between case group and control group on which its incident has been found out. Research finding shows that there is no correlation between water phisic quality and diarrhea incident of children at P Value 719 (>0,05) but there is correlation between W.C condition and diarrhea incident at P Value 0.000 (<0,05) and rubbish busket condition at P Value 0,000 (<0,05) however, there is no significant correlation between cess pool property and diarrhea incident on children at P Value 497 (>0,05), and these the four variables are risk factors against diarrhea incident on children. Research finding suggested that health institution carried out more illumination on both sanitation and diarrhea disease. Keywords : Basic sanitation, diarrhea, children PENDAHULUAN Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). (Andrean Dikky, dkk 2017). Dari semua kematian pada anak- anak dibawah usia 5 tahun yaitu sama dengan 1,5 juta kematian pertahun. Dari semua kematian anak anak akibat diare, 78% terjadi di wilayah Asia Afrika dan Asia Tenggara, Angka kematian anak balita akibat diare di Indonesia juga masih tergolong 361

tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yakni 3,4 kali lebih tinggi dari Malaysia, selanjutnya 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina. Indonesia menduduki rangking ke-6 tertinggi setelah Singapura. (WHO 2017) Menurut hasil Riskesdas (2013) insiden anak Balita yang terkena penyakit diare mencapai 5,2% dari penduduk Indonesia sehingga diperkirakan angka kesakitan diare di Indonesia 150 sampai dengan 430 perseribu penduduk pertahunnya, beberapa upaya dalam menurunkan angka kesakitan diare diantaranya dilakukan dengan adanya program pembangunan sanitasi yang dilakukan Direktorat penyehatan lingkungan, sanitasi dan pencemaran air yang diarahkan pada perubahan prilaku masyarakat tentang pentingnya sanitasi. (Riskesdas 2013 ). Di Sulawesi Tengah pada tahun 2015, target penemuan kasus diare yaitu 61.561 kasus. Berdasarkan laporan bulanan program diare menurut kabupaten/ kota tahun 2015 kasus kajadian diare yang ditangani di sarana kesehatan adalah sebanyak 55.211 kasus dengan persentase yaitu 89,7%, secara keseluruhan, proporsi kasus diare dominan pada jenis kelamin perempuan (92,2%) dari pada jenis kelamin laki-laki (88,9%). (Dinkes Sulteng 2015). Berdasarkan data dari 13 Puskesmas yang ada di kota Palu Puskesmas Talise merupakan Puskesmas yang mengalami peningkatan kasus diare yang cukup signifikan pada tahun 2015 terjadi 829 kasus diare, pada tahun 2016 meningkat menjadi 937 kasus dan pada tahun 2017 kembali meningkat menjadi 961 kasus diare yang terjadi di Puskesmas Talise, yang terdiri dari anak balita 428 kasus, kanak-kanak 107 kasus, remaja 166 kasus, dan dewasa 260 kasus dan kasus diare pada anak balita menduduki peringkat tertinggi dari semua umur pada tahun 2017.(Dinkes kota palu & Puskesmas Talise). Berdasarkan dari data kejadian diare yang terjadi di Puskesmas Talise maka peneliti tertarik mengambil judul tentang Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Tujuan 362

penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada anak Balita di Wilayah kerja Puskesmas Talise. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah analitik dalam bentuk survey yang bersifat observasional dengan metode pendekatan Case Control. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talise sebagai pengambilan data kasus Diare. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan maret s/d April 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita penyakit diare pada anak Balita yang tercatat di Puskesmas Talise yaitu sebanyak 428 kasus pada tahun 2017. Jumblah sampel dalam penelitiian ini adalah 162 responden yang terdiri dari 81 kasus dan 81 kontrol. Data yang dikumpulkan yaitu Data yang langsung diambil pada saat penelitian yaitu pada, kondisi fisik air, kondisi jamban, kondisi tempat sampah, dan kepemilikan SPAL pada penderita Diare di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Analisis data yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS dengan uji Odss Ratio dan uji Chi-Square. Untuk penyajian data dalam hasil penelitian ini, peneliti menggunakan cara penyajian dalam bentuk tabel. HASIL Dari data yang telah dikumpulkan distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 71 responden dan jenis kelamin perempuan sebanyak 89 responden. Dari Tabel 1 (lampiran) menunjukan bahwa responden yang mempunyai kualitas fisik air yang berbau,berasa,dan berwarna dan menderita diare sebanyak 5 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak 3 orang (5%) kemudian untuk responden yang kualitas fisik air tidak berbau,berasa,dan berwarna dan menderita diare sebanyak 75 responden dan yang tidak menderita diare sebanyak 77 responden (95%). Berdasarkan hasil 363

uji chi-square diperoleh nilai P-Value 719 (p>0,05) maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore Kota Palu. Dalam penelitian ini juga didapatkan nilai OR = 1.711 (>1) artinya kualitas fisik air merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dan responden yang memiliki kualitas fisik air berbau,berasa,dan berwarna akan berpeluang 1.711 kali terkena diare. Dilihat dari tabel 2 (lampiran) menunjukan bahwa responden yang mempunyai kondisi jamban yang memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 49 responden dan yang tidak menderita diare sebanyak 72 responden (75%) kemudian untuk responden yang kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 31 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak 8 orang ( 24,4 %). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai P-Value 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore Kota Palu. Dalam penelitian ini juga didapatkan nilai OR = 5.694 (>1) artinya kondisi jamban merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dan responden yang memiliki kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat akan berpeluang 5.694 kali terkena diare. Dari tabel 3 (lampiran) menunjukan bahwa responden yang kondisi tempat sampah yang memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 1 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak 51 orang (32,5%) kemudian untuk responden yang kondisi tempat sampah tidak memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 79 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak 29 orang (67,5%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai P-Value 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara kondisi tempat sampah dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore Kota Palu. Dalam penelitian ini juga didapatkan nilai OR = 138.931 (>1) artinya kondisi tempat sampah merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dan 364

responden yang memiliki kondisi tempat sampah yang tidak memenuhi syarat akan berpeluang 138.931 kali terkena diare. Tabel 4 (lampiran) menunjukan bahwa responden yang memiliki SPAL dan menderita diare sebanyak 78 orang dan yang tidak menderita diare sebanyak 80 orang (98,8%) kemudian untuk responden yang tidak memiliki SPAL dan menderita diare sebanyak 2 orang dan tidak menderita diare sebanyak 0 responden (1,2%). Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai P-Value 497 (>0,05) maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore Kota Palu. Dalam penelitian ini juga didapatkan nilai OR = 138.931 (>1) artinya kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dan responden yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL) akan berpeluang 138.931 kali terkena diare. PEMBAHASAN Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talise kecamatan Mantikulore Kota Palu bahwa dari 160 responden, ada 8 responden yang memiliki kualitas fisik air berbau, berasa, dan berwarna (5%) dan 5 responden menderita diare dan 3 responden tidak menderita diare kemudian 152 responden yang memiliki kualitas fisik air tidak berbau, berasa, dan berwarna (95%) dan menderita diare sebanyak 75 orang dan 77 responden tidak menderita diare. Hasil uji menggunakan chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dengan nilai P Value = 719. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wirawan Ariko Sukma, dkk (2017) hubungan sumber air minum, kualitas fisik air bersih, dan personal hygiene dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu semarang 365

bahwa tidak ada hubungan antara kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai P Value 0,49 (>0,05). Hasil uji bivariat menggunakan Uji Odds Rasio menunjukan kualitas fisik air merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dengan nilai OR yang diperoleh 1.711 (>1) dan responden yang memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat akan berpeluang 1.711 kali terkena diare. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu diperoleh data bahwa responden yang memiliki jamban sebanyak 156 (97,5%) dan yang tidak memiliki jamban lebih sedikit yaitu sebanyak 4 responden (2,5%). Kondisi jamban responden yang memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 49 responden dan tidak menderita diare sebanyak 72 responden kemudian kondisi jamban yang tidak memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 31 responden dan tidak menderita diare sebanyak 8 responden. Hasil uji menggunakan chi-square diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dengan nilai P Value = 0,000 (<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrean Dikky, dkk (2017) hubungan sanitasi dasar dan personal hygiene dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar bahwa ada hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai P Value sebesar 0,025 (<0,05). Hasil uji bivariat menggunakan Uji Odds Rasio menunjukan kondisi jamban merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dengan nilai OR yang diperoleh 5.694 (>1) dan responden yang memiliki kualitas fisik air yang tidak memenuhi syarat akan berpeluang 5.694 kali terkena diare. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang menyatakan ada hubungan antara kondisi bangunan jamban dengan kejadian diare pada anak balita (P Value = 0,025) bahwa sarana jamban yang tidak tertutup atau tidak memenuhi syarat akan dapat terjangkau oleh vektor penyebab penyakit diare kemudian secara tidak langsung akan mencemari makanan dan minuman. Selain itu jarak antara lubang penampung kotoran 366

(septitank) dengan sumber air bersih atau sumur yang kurang dari 10 meter, akan menyebabkan kuman penyakit diare yang berasal dari tinja yang mecemari sumber air bersih. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu diperoleh data bahwa responden yang memiliki tempat sampah sebanyak 131 (81,9%) dan yang tidak memiliki tempat sampah lebih sedikit yaitu sebanyak 29 responden (18,1%). Kondisi tempat sampah responden yang memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 1 responden dan tidak menderita diare sebanyak 51 responden kemudian kondisi tempat sampah yang tidak memenuhi syarat dan menderita diare sebanyak 79 responden dan tidak menderita diare sebanyak 29 responden. Hasil uji menggunakan chi-square diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi tempat sampah dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dengan nilai P Value=0,000 (<0,05). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lintang Sekar Langit hubungan kondisi sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Rembang 2 bahwa tidak ada hubungan antara kondisi tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada anak balita dengan nilai P Value 0,225(>0,05). (Lintang Sekar Langit 2016). Hasil uji bivariat menggunakan Uji Odds Rasio menunjukan kondisi tempat sampah merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dengan nilai OR yang diperoleh 138.931 (>1) dan responden yang memiliki kondisi tempat sampah yang tidak memenuhi syarat akan berpeluang 138.931 kali terkena diare. Hasil ini sesuai dengan teori, Bahwa tempat sampah harus memenuhi syarat kesehatan dengan tujuan agar tempat sampah tidak menjadi sarang atau tempat berkembang biaknya serangga atau binatang penular penyakit (vector). Upaya yang dapat dilakukan masyarakat agar tempat pembuangan sampah tidak menjadi sarang vector penyakit adalah dengan menyediakan dan menutup tempat sampah rapatrapat. (Steven.A.T & Azizah R 2013) 367

Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu diperoleh data bahwa responden yang memiliki SPAL sebanyak 158 (98,8%) dan yang tidak memiliki SPAL lebih sedikit yaitu sebanyak 2 responden (1,2%). responden yang memiliki SPAL dan menderita diare sebanyak 78 responden dan tidak menderita diare sebanyak 80 responden kemudian responden yang tidak memiliki SPAL dan menderita diare sebanyak 80 responden dan tidak menderita diare sebanyak 0 responden. Hasil uji menggunakan chi-square diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dengan nilai P Value=497 (>0,05). hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lailatul Mafasah Ketersediaan sarana sanitasi dasar, Personal Hygiene ibu dan kejadian diare diwilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten pemalang dengan nilai P Value = 0,001 (<0,05). (Lailatul Mafazah 2013). Hasil uji bivariat menggunakan Uji Odds Rasio menunjukkan kepemilikan SPAL merupakan faktor risiko terhadap kejadian diare dengan nilai OR yang diperoleh 975 (>1) dan responden yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah akan berpeluang 975 kali terkena diare. Sarana pembuangan air limbah dimaksudkan agar tidak ada air yang tergenang disekitar rumah, sehingga tidak menjadi tempat perindukan serangga atau dapat mencemari lingkungan maupun sumber air bersih. Air limbah domestic termasuk air bekas mandi, cuci piring, maupun bekas cuci pakaian, air ini banyak mengandung sabun atau detergen maupun mikroorganisme. Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan diare adalah dengan membuat saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tertutup dan selalu menjaga sanitasi saluran pembuangan air limbah (SPAL) agar tidak terjadi genangan air dan tidak menjadi penyebab penyakit diare. (Lailatul Mafazah 2013) 368

KESEIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menunjukan Tidak ada hubungan antara kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dan kualitas fisik air merupakan faktor risiko tehadap kejadian diare yang berpeluang 1.711 terhadap kejadian diare. Ada hubungan antara kondisi jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dan kondisi jamban merupakan faktor risiko tehadap kejadian diare yang berpeluang 5.694 terhadap kejadian diare. Ada hubungan antara kondisi tempat sampah dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dan kondisi tempat sampah merupakan faktor risiko tehadap kejadian diare yang berpeluang 138.931 terhadap kejadian diare. Tidak ada hubungan antara kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu dan kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) merupakan faktor risiko tehadap kejadian diare yang berpeluang 975terhadap kejadian diare. Hasil penelitian diharapkan sebagai referensi dan masukan bagi praktisi kesehatan dalam mengkaji kejadian penyakit diare, khusunya dalam mengambil kebijakan dalam pengendalian dan penanganan kasus ini dan lebih melakukan penyuluhan tentang sanitasi dan penyuluhan tentang penyakit diare. DAFTAR PUSTAKA Andrean, Dikky. P.P., Murshid R, Tri Joko. 2017,Hubungan Sanitasi Dasar Dan PersonalHygiene DenganKejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, Jurnal Kesehatan Masyarakat,Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. Dinkes Sulteng.2015, profil kesehatan provinsi Sulawesi tengah,pemerintah Sulawesi Tengah, Dinas Kesehatan,UPT Survailans, Data Dan Informasi. Dinkes kota palu 2015,2016,2017, Rekapitulasi penderita diare menurut golongan umur. 369

Langit, Lintang Sekar. 2016. Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang. Lailatul Mafazah. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu Dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang. Puskesmas Talise,2015,2016,2017,Rekapitulasi Penderita Diare Menurut Golongan Umur. Riskesdas.2013, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI. Steven.A.T & Azizah R. 2013. Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Dan Prilaku Ibu Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Bena Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Sukma, Wirawan Ariko. 2017. Hubungan Sumber Air Minum,Kualitas Fisikair Bersih Dan Personal Hygiene Dengan Kejadiandiare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu.Universitas Muhammadiyah Semarang. WHO.2017,Media Centre, Diarrhoeal Disease,(Online) Available at : Who.int/ mediacentre/factsheets/fs330/en/. 370

LAMPIRAN Tabel 1 Distribusi Hubungan kualitas fisik air dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Kondisi Fisik Air Berbau, berasa, berwarna Kejadian Diare Kasus Kontrol Total Persentas e (%) 5 3 8 5 P Value Odds Rasio Tidak Berbau, berasa, berwarna 75 77 152 95 719 1.711 Total 80 80 160 100 Persentase (%) 50 50 100 100 Sumber: Data Primer, 2018 Tabel 2 Distribusi Kondisi Jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Kondisi jamban Kejadian Diare Kasus Kontrol Total Persentas e (%) P Value Odds Rasio Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat 49 72 121 75.6 % 31 8 39 24.4 % 0,000 5.694 Total 80 80 160 100 % Persentase (%) 100 100 100 Sumber: Data Primer 2018 371

Tabel 3 Distribusi Kondisi tempat sampah dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Kondisi Tempat sampah Kejadian Diare Kasus Kontrol Total Persentas e (%) P Value Odds Rasio Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat 1 51 52 32.5 % 79 29 108 67.5% 0,000 138.931 Total 80 80 160 100% Persentase (%) 100 100 100 Sumber: Data Primer 2018 Tabel 4 Distribusi Kepemilikan SPAL dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Kepemilikan SPAL Kejadian Diare Kasus Kontrol Total Persentas e (%) Memiliki 78 80 158 98.8 % P Value Odds Rasio Tidak memiliki 2 0 2 1.2 % Total 80 80 160 100 % Persentase 100 100 100 (%) Sumber: Data Primer 2018 497 975 372