BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dapat dialami oleh setiap orang, dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi penyakit gigi dan mulut di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB II TINJAUAN TEORI. menjadi dua yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan mulut

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi (pit, fissures,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengetahuan ibu tentang pencegahan karies gigi sulung

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Teori 1. Saliva a. Pengertian Saliva Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral (Kidd dan Bechal, 2013). Cairan ini berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor. Diperlukan dalam jumlah yang cukup di dalam mulut, apabila kekurangan saliva akan membuat tingginya jumlah plak dalam mulut. Tingkat keasaman saliva juga berpengaruh terhadap timbulnya lubang gigi atau karies. Semakin asam ph saliva, semakin mudah pula terjadi karies gigi (Pratiwi, 2009). Selama 24 jam, air ludah yang dikeluarkan ketiga glandula adalah 1000 2500 ml. Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit (Tarigan, 2016). b. Komposisi Saliva Komposisi kimia air ludah amat bervariasi, biasanya terdiri dari: 99,0-99,5 air, musin (glikoprotein air ludah), putih telur, mineralmineral (seperti K, Na, dll),epitel, leukosit, limposit, bakteri dan enzim. Di dalam air ludah dijumpai enzim belaamilase, fosfatase, oksidase, glikogenase, kolagenase, lipase, protease dll. Enzim ini berasal bakteri- bakteri, epithel, serta granulasit dan limfosit. Secara 7

8 kimiawi, dengan adanya unsure Ca dan ion fosfat, akan membantu penggantian mineralisasi terhadap email atau menetralisasi keadaan asam dan basa dari ludah. Enzim enzim mucine, zidene dan lisosim yang terdapat dalam air ludah mempunyai sifat bakteriostatis yang dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi tidak berbahaya (Tarigan, 2016 ). c. Fungsi Saliva Saliva memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses mengunyah dan menelan makanan 2) Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan 3) Membersihkan rongga mulut dari sisa- sisa makanan dan kuman 4) Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem baffer 5) Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin (amylase ludah) dan lipase ludah 6) Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth faktor pada saliva 7) Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh 8) Membantu dalam berbicara sebagai pelumasan pada pipi dan lidah (Rahmawati dkk, 2014)

9 d. Potential of hydrogen (ph) Saliva Potential of hydrogen (ph) adalah suatu ukuran yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan, ph diukur pada skala 0-14 (Nogroho, 2016). Derajat keasaman atau biasa disebut ph saliva dalam keadaan normal berkisar antara 6,8-7,2, sedangkan derajat keasaman saliva dikatakan rendah apabila berkisar antara 5,2-5,5 kondisi ph saliva rendah tersebut akan memudahkan pertumbuhan bakteri asedogenik. Mengkonsumsi makanan yang kaya karbohidrat dapat menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau mikroorganisme untuk membuat keadaan dirongga mulut menjadi asam sehingga menyebabkan terjadinya perubahan ph < 5,5. Penurunan ph < 5 dapat terjadi dalam waktu 1-3 menit, sedangkan untuk mengembalikan ke ph saliva normal sekitar 7 membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Penurunan ph saliva yang terjadi berulang kali dalam waktu tertentu dapat memicu proses demineralisasi gigi (Wiranata, 2017). e. Pengukuran ph saliva Macam macam indikator pengukuran ph 1. Kertas lakmus Kertas lakmus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu lakmus merah dan Biru. Kertas lakmus adalah indikator asam basa yang paling praktis, mudah dan murah, serta penggunaannya sangat mudah.

10 Kertas lakmus memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat digunakan untuk mengukur secara teliti hal ini dikarenakan perubahan warna yang ditujunjukan tidak dapat menunjukan secara tepat tingkat ph larutan. Perubahan warna kertas lakmus pada berbagai jenis larutan (Surahman, 2018) Tabel 1. Perubahan Warna Kertas Lakmus Jenis larutan Lakmus merah Lakmus biru Asam Merah Merah Basa Biru Biru Garam Merah Biru Gambar 1. Kertas Lakmus (Surahman, 2018) 2. Indikator universal Indikator universal akan memberikan warna tertentu jika diteteskan atau dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Warna yang terbentuk kemudian dicocokkan dengan warna standar yang sudah diketahui nilai ph nya. Nilai ph dapat ditentukan dengan indikator ph (indikator universal), yang memperlihatkan warna macam macam untuk setiap nilai ph, sehingga kita bisa

11 menentukan nilai ph suatu cairan berdasarkan warna warna tersebut (Surahman, 2018). Gambar 2. Indikator Universal (Surahman, 2018) 3. ph meter ph meter adalah salah satu peralatan untuk menetukan ph suatu larutan. ph meter mempunyai elektroda yang dapat dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur ph nya. Nilai ph dapat dengan mudah dilihat secara langsung melalui angka yang tertera pada layar digital dari ph meter (Surahman, 2018). Gambar 3. ph meter (Surahman, 2018)

12 2. Karies Gigi a. Pengertian Karies Gigi Karies gigi adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri dkk, 2011). Karies pada tahap awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan mulai timbul setelah kerusakan mengenai lapisan dentin seperti rasa sakit atau linu apabila terkena rangsang dingin, panas, makanan asam dan manis pada gigi (Rahmadhan, 2010). Data mengenai prevalensi karies di Indonesia dari hasil survei menunjukan prevalensi karies pada golongan umur 14 tahun mencapai 100% di pedesaan dan 99% di kota, dan yang terendah adalah 25% di desa dan 43% di kota. Indeks DMF-T pada golongan umur yang sama menunjukan 2,00 di desa dan 2,58 di kota, yang tergolong sedang menurut WHO. Hasil dari banyak penelitian lama yang menyatakan bahwa makin tinggi umur makin banyak gigi yang terserang karies. Ututan gigi yang mudah terserang karies adalah molar pertama, molar kedua, premolar, insisif atas, kaninus, dan insisif bawah, dinyatakan pula bahwa permukaan oklusal gigi molar dua dan premolar yang baru erupsi paling mudah terserang karies (Sundoro, 2005).

13 Gigi yang paling jarang terserang karies adalah permukaan bukal dan lingual gigi kaninus dan insisif bawah. Namun pengecualian pada ceruk lingual gigi insisif lateral atas pada kelompok usia 12 15 tahun ditemukan sebanyak 11%. Mengingat bentuk marfologinya, ceruk dan fisura di oklusal merupakan tempat yang paling sering terserang karies, kemudian diikuti dataran aproksimal gigi posterior dan gigi anterior atas (Sundoro, 2005). Tipe karies diklasifikasikan menurut lokasinya ada dua yaitu permukaan halus dan fisura. Karies permukaan halus terjadi pada tempat- tempat di mana plak tidak bisa dihilangkan, seperti di bawah kontak interproksimal, pada tepi gingival, dan sepanjang permukaan akar. Karies fisura adalah bentuk yang paling umum ditemukan, ini terjadi paling sering pada fisura yang dalam di permukaan kunyah dari gigi- geligi posterior (Langlais, 2016). Karies dibagi ke dalam enam kelas sesuai dengan lokasi anatominya. Karies kelas I adalah karies yang melibatkan permukaan oklusal gigi belakang. Karies kelas II adalah lubang yang melibatkan permukaan interproksimal gigi belakang. Karies kelas III adalah lubang yang melibatkan permukaan interproksimal dari gigi anterior. Karies kelas IV, melibatkan permukaan interproksimal dan garis sudut insisal gigi anterior. Karies kelas V memiliki ciri khas berupa karies sepanjang tepi gingival dari anterior maupun posterior. Karies kelas VI

14 memiliki ciri khas berupa lubang pada tepi insisal atau ujung tonjol, jenis karies ini tidak umum (Langlais, 2016). bar 4. Klasifikasi Karies Gigi (Tarigan, 2016) Gam b. Faktor Penyebab Karies Gigi Faktor utama yang menyebabkan karies adalah: 1) Gigi dan air ludah Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental, mempermudah terjadinya karies 2) Adanya bakteri penyebab karies Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis Streptococus dan Lactobacillus 3) Makanan yang dikonsumsi Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies.

15 Gambar 5. Faktor terjadinya karies (Putri dkk, 2011) Beberapa jenis makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga ph akan menurun sampai < 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan ph yang berulang ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai (Kidd dan Bechal, 2013). Selain itu, faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis kelamin, penyakit yang sedang diderita, serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Hermawan, 2010). c. Indikator Penilaian Karies Gigi Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukan klinis penyakit karies gigi. Indeks karies yang dipakai untuk gigi tetap adalah indeks DMF-T (Decay Missing Filling Teeth). Kriteria untuk pencatatan indek DMF-T sebagai berikut: D = Decay : jumlah gigi karies yg masih dapat ditambal

16 M = Missing F = Filling : jumlah gigi yang telah/ harus dicabut karena karies : jumlah gigi yang telah ditambal Angka DMF-T menggambarkan banyaknya keries yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang (Herijulianti dkk, 2002). Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau kurang berfungsi (Saragih, 2014). Rumus DMF-T: DMF-T = D (Decay) + M (Missing) + F (Filling) Gambar 6. Rumus DMF-T Rerata DMF-T : Rerata DMF-T = Jumlah seluruh nilai DMF-T Jumlah orang yang diperiksa Gambar 7. Rumus rerata DMF-T Kategori berdasarkan derajat interval WHO sebagai berikut: Sangat rendah : 0,0-1,1 Rendah : 1,2-2,6 Sedang : 2,7-4,4 Tinggi : 4,5-6,5 Sangat tinggi : 6,6 ( Rade, 2017) d. Pencegahan Karies

17 Menurut Kidd dan Bechal (2013), secara teori ada 3 cara dalam mencegah karies yaitu: 1) Hilangkan substrat karbohidrat Dalam hal ini yang diperlukan adalah mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan. Hal ini dianggap cara pencegahan yang paling efektif. 2) Tingkatkan ketahanan gigi Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memafarkan terhadap fluor secara tepat. Pit dan fisur yang dalam dapat dikurangi kerentananya dengan menutupnya memakai resin. 3) Hilangkan plak bakteri Secara teoritis permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, namun tidak semua bakteri dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidak mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi bakteri kariogenik. B. Landasan Teori Saliva adalah suatu cairan oral yang komplek dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mokosa oral. Salah satu fungsi saliva adalah mengatur ph rongga mulut. Keasaman saliva dapat diukur dengan satuan ph. Skala ph berkisar 0-14, dengan pebandingan terbalik, dimana semakin rendah nilai ph saliva maka

18 semakin banyak asam dalam saliva. Sebaliknya, meningkatnya ph saliva berarti bertambahnya basa dalam saliva. Saliva memiliki ph 6,8 secara normal. Untuk menguji keasaman atau kebasaan suatu cairan dapat digunakan kertas lakmus, indikator universal dan ph-meter. Karies gigi adalah infeksi bakteri yang merusak struktur gigi geligi. Penyebab dari karies gigi adalah adanya bakteri Streptococcus Mutans dan Laktobacilli. Bakteri spesifik ini yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Pada kelompok usia 12 15 tahun urutan gigi yang mudah terserang karies adalah molar pertama, molar kedua, premolar, insisif atas, kaninus dan insisif bawah. Permukaan oklusal gigi molar dua dan premolar yang baru erupsi paling mudah terserang karies. Karies terbagi dalam enam kelas yaitu kelas I terjadi pada fisura dan kelima kelas lainya terjadi pada permukaan halus. Penyebab utama karies gigi ada tiga faktor adalah host, mikroorganisme dan substrat. Indikator penilaian karies gigi digunakan indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). DMF-T adalah keadaan gigi geligi seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan yang disebabkan oleh penyakit karies gigi. Angka D (Decay) adalah jumlah gigi yang berlubang karena karies gigi, angka M (Missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F (Filled) adalah gigi yang ditambal atau yang ditumpat kerena karies dan dalam keadaan baik pada seseorang atau sekelompok orang. C. Kerangka Konsep

19 ph Saliva Indek DMF-T Gambar 8. Kerangka Konsep D. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara ph saliva dengan indeks DMF-T pada siswa SMP Negeri 1 Pamukan Barat, Kotabaru, Kalimantan Selatan.