1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal hasil persilangan yang terdapat di Jimmy Farm merupakan hasil perkawinan silang gabungan dari beberapa jenis induk ayam lokal yaitu ayam Kedu, ayam Cemani, ayam Kapas, ayam Hutan, dan ayam Pelung tanpa seleksi yang ketat. Hasil persilangan diarahkan untuk jenis ayam penghasil daging. Keunggulan ayam lokal hasil persilangan adalah memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, kekebalan tubuh yang tinggi, bentuk badan kompak, dan susunan otot yang baik. Lemahnya sistem seleksi menyebabkan ketidakjelasan genetik keturunan. Performa ayam hasil persilangan secara umum memiliki produktivitas telur rendah, pertumbuhannya relatif lambat, konsumsi tinggi dan respon terhadap nutrien asal ransum rendah. Ransum yang baik adalah ransum yang mampu menampilkan keunggulan ternak unggas sesuai dengan sifat genetik. Unggas mengkonsumsi ransum sesuai dengan kebutuhan energi, apabila kebutuhan energi sudah terpenuhi maka ayam akan berhenti mengkonsumsi ransum. Pemberian ransum dengan kandungan energi tinggi dan protein rendah, ayam akan mengkonsumsi ransum tidak sesuai dengan kebutuhan karena energi sudah terpenuhi sebelum tercukupi kandungan nutrien lainnya. Pemberian energi rendah dan protein tinggi, ayam akan mengkonsumsi ransum lebih banyak, hal demikian dikhawatirkan protein akan dijadikan sebagai sumber energi sehingga pemberian ransum menjadi tidak efisien. Berdasarkan hasil penelusuran kebutuhan energi metabolis ransum ayam lokal fase grower adalah 2750 kkal dan 2950 kkal. Kandungan protein adalah 15%, 17% dan 19% pada ayam lokal yang telah diketahui keunggulan genetiknya.
2 Keunggulan genetik ayam lokal hasil persilangan asal Jimmy Farm belum diketahui secara pasti. Efisiensi pemeliharaan untuk mendapat keuntungan dan performa yang optimal perlu dipasok dengan tingkat energi dan protein yang sesuai dengan kebutuhan. Kendala menentukan kebutuhan energi dan protein asal ransum adalah kemampuan ayam lokal yang mampu melebihkan konsumsi ransum sebanyak sepuluh persen dari kebutuhan. Kebutuhan energi dan protein dalam ransum ayam hasil persilangan asal Jimmy Farm belum didapatkan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tingkat Energi dan Protein Ransum terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Ayam Lokal Jimmy Farm. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Adakah pengaruh tingkat energi dan protein yang berbeda terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan koversi ransum ayam lokal Jimmy Farm. 2. Tingkat energi dan protein berapa yang dapat menghasilkan konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam lokal Jimmy Farm yang efisien. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh tingkat energi dan protein yang berbeda terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum pada ayam lokal Jimmy Farm.
3 2. Mendapatkan berapa tingkat energi dan protein yang dapat menghasilkan terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum ayam lokal Jimmy Farm yang efisien. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah khususnya bagi peneliti dan memperoleh kebutuhan energi dan protein untuk ayam lokal hasil persilangan asal Jimmy Farm. 1.5 Kerangka Pemikiran Hasil silangan ayam di Jimmy Farm dapat mencapai bobot badan 1-1,2 kg untuk jantan dan 0,7-0,9 kg untuk betina dalam waktu pemeliharaan 63 hari, akan tetapi pemeliharaan secara intensif dalam usaha mengembangkan ayam lokal masih menghadapi berbagai kendala yaitu produktivitas rendah, baik produksi daging maupun produksi telur, variasi mutu genetik, tingkat kematian tinggi, pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya (Siregar dan Sabrani, 1980). Pola pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal (Creswell dan Gunawan, 1982). Kendala pembudidayaan ayam lokal terjadi terutama pada peternakpeternak kecil terkecuali peternak yang sengaja membudidayakan dan mempunyai usaha yang cukup besar seperti Jimmy Farm. Sistem pemeliharaan peternak kecil biasanya jumlah pakan yang diberikan tidak mencukupi dan tidak mengacu kepada kaidah ilmu nutrisi, lalu belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat produksi khususnya ditingkat pemberian energi dan protein. Akan tetapi masalah bersangkutan dapat teratasi dengan memperbaiki performa dengan
4 pemeliharaan intensif dan ransum yang diberikan tepat dengan kebutuhan nutrisinya. Secara umum, kebutuhan nutrisi untuk ayam lokal paling tinggi selama minggu awal (0-8 minggu) dari kehidupan, oleh karena itu perlu diberikan ransum yang mengandung energi, protein, mineral dan vitamin dalam jumlah yang cukup. Faktor lainnya adalah perbaikan genetik dan peningkatan manajemen pemeliharaan ayam Lokal harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Setioko dan Iskandar, 2005; Sapuri, 2006). Standar nutrisi ransum ayam lokal yang dipakai di Indonesia sampai kini didasarkan rekomendasi Scott dkk (1982) dan NRC (1994). Kebutuhan energi termetabolis ayam tipe ringan umur 2-8 minggu antara 2600-3100 kkal/kg dan protein pakan antara 18% - 21,4% sedangkan menurut NRC (1994) kebutuhan energi termetabolis dan protein masing - masing 2900 kkal/kg dan 18% (Scott dkk, 1982). standar minimal pakan yang digunakan dalam usaha ayam lokal harus sesuai dengan kebutuhan minimal gizi ayam lokal tersebut yang telah tercantum dengan kisaran protein kasar 15-21%, energi 2750-2900 kkal ME/kg ransum (Permentan, 2006) Hasil penelitian Dewi dkk (2009) bahwa ayam lokal yang diberi pakan mengandung tingkat energi dan protein lebih tinggi menghasilkan berat badan lebih tinggi dibanding pakan yang mengandung tingkat energi dan protein lebih rendah pada umur 8 minggu. Ternak ayam lokal umur 4 minggu pertama masa hidup ayam akan menentukan perkembangan selanjutnya sehingga dibutuhkan ransum dengan kandungan nutrisi yang cukup yakni protein kasar minimal sebesar 17% dan energi metabolis sebesar 2600 kkal/kg (Gufroni, 2010). Tingkat energi 3000 kkal dan 18 % protein dan tingkat energi 2900 kkal dan 16% protein jadi pertumbuhan ayam
5 lokal yang mendapat energi dan protein yang lebih tinggi lalu lebih baik daripada ayam lokal yang mendapat ransum dengan energi dan protein yang lebih rendah (Ariesta dkk, 2015). Ayam lokal yang diberikan ransum dengan kandungan energi 3100 kkal/kg dan protein 22% berat badannya pada umur 8 minggu sebesar 542 g/ekor, sedangkan ayam yang mendapat ransum dengan energi 2823 kkal/kg dan protein 15,33% adalah sebesar 391 g/ekor (Candrawati, 1999). Menurunnya kandungan energi termetabolis dari 3100 kkal/kg menjadi 2800 kkal/kg dan protein ransum dari 22% menjadi 16% menghasilkan berat badan yang berbeda nyata. Semakin rendah kandungan protein-energinya, maka semakin rendah berat badan ayam yang dihasilkan (Dewi dkk, 2011). Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan atau diteliti ternyata kosumsi ransum, konversi ransum dan pertambahan bobot badan pada ayam lokal sangat terlihat bahwa dengan berbedanya tingkat protein dan energi sangat mempengaruhi performa ayam lokal dan jika kandungan energi dan protein yang ada di dalam ransum tidak seimbang akan mengakibatkan rendahnya produktivitas ayam tersebut. Penelitian yang akan dilakukan yaitu melihat bagaimana pengaruh tingkat energi dan protein dalam ransum yang diberikan dengan tingkat energi dan protein yaitu 15% - 2750 Kkal/kg, 17% - 2750 Kkal/kg, 19% - 2750 Kkal/kg, 15% - 2950 Kkal/kg, dan 17% - 2950 Kkal/kg terhadap performa ayam lokal Jimmy Farm. Ayam lokal hasil persilangan asal Jimmy Farm yang mampu melebihkan konsumsi ransum sebanyak sepuluh persen dari kebutuhan. Berdasarkan kerangka pemikiran ditarik hipotesis bahwa pemberian dengan tingkat kandungan protein 17% serta kandungan energi 2750 kkal
6 merupakan ransum yang paling efisien terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum ayam lokal asal Jimmy Farm. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Februari sampai Maret 2017 di Test Farm Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang.