POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI OLAHRAGA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
INDUSTRI OLAHRAGA, KEMISKINAN, DAN PENGANGGURAN (Apresiasi Industri Mikro Sektor Olahraga di Pulau Jawa) Oleh: Agus Kristiyanto 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

Menganalisis lebih jauh jumlah angka BPS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada Bab IV di atas, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perempuan dan Industri Rumahan

MEMILIH USAHA KECIL DAN PENGEMBANGANNYA

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini semakin pesat, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau badan usaha, yang termasuk kriteria pada skim-skim kredit/pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

Analisis Isu-Isu Strategis

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sarana jasa pengiriman. Bisnis jasa pengiriman di dalam negeri beberapa tahun

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

Transkripsi:

POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGEMBANGKAN INDUSTRI OLAHRAGA DI INDONESIA M. Irfan Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia Email: irfanmuhammad160@gmail.com Abstrak Olahraga tidak jamannya lagi dipandang sekedar bagaimana memenangkan pertandingan, atau memperoleh medali. Olahraga mulai dikembangkan kepada tujuan-tujuan seperti peningkat kegiatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan industri olahraga. Jumlah dan gaya hidup berolahraga masyarakat, pemberlakuan pasar bebas, keberpihakan dan kebijakan pemerintah merupakan unsur yang ikut berkontribusi dalam memberi pengaruh terhadap tumbuh dan kembangnya industri olahraga pada aspek potensi, peluang dan tantangan di negara Indonesia. Kata Kunci: Potensi, Peluang, Tantangan, Industri Olahraga Pendahuluan Indikator yang menjadi ukuran tingginya derajat kualitas kehidupan suatu negara diantaranya adalah apabila angka kemiskinan dan pengangguran masyarakatnyarendah. Kemiskinan dan pengangguran merupakan sebuah kompleksitas yang senantiasa menjadi persoalan bagi semua negara di seluruh dunia saat ini, terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk tidak sebanding degan kesempatan kerja yang tersedia. Akhirnya jumlah pengangguran semakin meningkat dan jumlah penduduk miskin juga semakin bertambah. Kondisi tersebut terkadang juga diperparah lagi dengan tidak stabilnya perekonomian makro, yang mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan sebagai korban dari Pemutusan Hubangan Kerja (PHK). Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2005 sebesar 15%, dan tahun 2006, penduduk miskin di Indonesia sebesar 13,3% (Nurhadi, 2007). Data tersebut kelihatan bahwa jumlah persentase penduduk miskin di Indonesia dari rentang satu tahun kelihatannya menurun, namun absolut-kuantitatif yang terjadi bisa sajajumlah penduduk miskin di Indonesia sebenarnya tidak berkurang. Angka pengangguran pemuda secara nasional adalah sebesar 16,7%. Secara nasional angka pengangguran laki-laki sebesar 13,9%, sedangkan pengangguran perempuan sebesar 21,3%. Angka pengangguran di perkotaan lebih besar dari pada di pedesaan. Pengangguran di perkotaan sebesar 20,7% dan pengangguran di pedesaan 13,6%. (Data Kemenegpora dan BPS, 2006). Pengentasan kemiskinandalam tataran global merupakan agenda utama bagi negara-negara anggota PBB, dengan cara mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Developments Goals/MDGs). Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Developments Goals/MDGs) dicanangkan bulan November 189

2003 silam, majelis PBB mengeluarkan Resolusi 58/5 yang berjudul: Sport as a means to promote education, health, development and peace. Tujuan utama resolusi ini adalah mengelaborasi sekaligus memberikan penegasan bahwa olahraga memiliki peran strategis dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals). Spirit ini dipertegas lagi oleh Kofi Annan (Sekjen PBB priode 1997-2006) yang intinya mengajak pemerintah di setiap negara untuk memasukkan olahraga sebagai salah satu usaha memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kesadaran bahwa olahraga dipandang sebagai suatu instrumen penting dalam pembangunanmulai muncul saat ini dan ini bukan hanya angan belaka, tetapi sudah merupakan komitmenyang dibuktikan dengan diadakannya konferensi internasional mengenai olahraga dan pembangunan (sportanddepelopment) di Switzerland pada Pebruari tahun 2003 silam. Konfernsi tersebut menghasilkan sebuah deklarasi yang diberi nama The Magglingen Declaration. Butir penting dari deklarasi tersebut salah satunya menyatakan bahwa olahraga merupakan salah satuwahana peningkatan kualitas hidup (sport is a part of the schooling system helps young people perform better, and improves their quality of life). Olahraga sudah tidak jamannya dipandang hanya sekedar bagaimana memenangkan pertandingan, atau memperoleh medali hingga melupakan esensi dasar dari olahraga itu sendiri. Olahraga sekarang ini sudah mulai dikembangkan kepada tujuan-tujuan seperti pembangunan karakter, wahana sebagai proses sosialisasi dan integrasi, serta sebagai unsur yang dapat memberidampakterhadap peningkatankegiatan ekonomi masyarakat yang berkontribusi kepada pengentasan kemiskinan dan pengangguran, sehingga terjadinya peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan industri keolahragaan. Perkembangan industri olahraga di Indonesia sebenarnya tidak luput hanya berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat Indonesia saja, secaraotomatis jugamempengaruhi peningkatan prestasi. Tidak bisa dipungkiri kurangnya fasilitas dan program pembinaan pasti mempunyai andil besar terhadap pencapaian prestasi yang tinggi. Kamar Dagang dan Industri (KADIN) khususnya bidang pengembangan industri olahraga melihat bahwa, Indonesia sudah saatnya harus melakukan industrialisasi olahraga sebagai salah satu cara menanggulangi tersendatnya prestasi olahraga Indonesia. Negara-negara barat dan Amerika Serikat saat ini tertarik untuk berinvestasi dalam bidang olahraga di Asia, ini merupakan moment yang tepat untuk mengembangkan industri olahraga di Indonesia, Ibnu (2011). Industri olahraga diharapkan bukan hanya berdampak sebatas upaya untuk mencukupi dimensi internal keolahragaan, melainkan lebih daripada itu dapat menggeliatkan serta memperbaiki harkat dan martabat masyarakat secara keseluruhan. Industri olahraga merupakan bagian peluang dari upaya pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika industri olahraga mestinya digali lebih dalam dan dikembangkan lebih jauh agar menjadi sebuah solusi bagi upaya pengentasan 190

kemiskinan dan persoalan pengangguran, selain upaya meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia. Melirik keberadaan olahraga di Amerika Serikat bahwa, ternyata olahraga bukan hanya sebagai bisnis yang besar tetapi lebih dari itu telah menjadi komoditi industri yang tercepat pertumbuhan dan perkembangannya. Olahraga di Amerika keberadaannya sudah saling menjalin dengan link yang cukup baik dengan setiap aspek ekonomi yang ada, dari mulai media, pakaian sampai pada makanan dan periklanan, Onzanian dalam Harsuki (2007). Pertumbuhan industri olahragadi Amerika Serikat sudah sangat mapan. Industri olahraga dinegara tersebut sudah menjalin link yang cukup baik pada industri lainnya, bagaimana dengan keberadaan industri olahraga di Indonesia saat ini? Kajian tentang potensi, peluang dan tantangan dalam mengembangkan industri olahraga di Indonesia perlu dilakukan. Kajian yang dilakukan diharap dapat memberigambaran, atau sebagai bahan pendiskusian agar pertumbuhan dan perkembangan industri olahraga Indonesia mampu menuju kearah yang lebih baik dan berujung kepada percepatan solusi pengentasan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia melalui pemberdayaan industri olahraga yang mapan seperti layaknya di negara Amerika Serikat. Pembahasan Kajian mengenai potensi, peluang dan tantangan dalam mengembangkan industri olahraga di Indonesia penulisawali dahulu dengan penyampaian batasan definisi industri olahraga itu sendiri serta posisi keberadaan industri olahraga yang ada saat ini di Indonesia. Keadaan ini merupakan data yang diharapkan bisa menjadi dasar pengkajian, serta menjadi inspirasi yang menggugah agar lebih banyak lagi pelaku-pelaku usaha yang mau berkiprah pada bidang industri olahraga nantinya. Industri olahraga didefinisikan sebagai semua produksi barang, jasa, tempat, orang-orang, dan pemikiran yang ditawarkan kepada pelanggan, yang berkaitan dengan olahraga. Pitts, Fielding, and Miller (1994). Industri olahraga menurut UU SKN diatur pada Bab XVI yang menyatakan bahwa kegiatan bisnis bidang olahraga meliputi bentuk produk barang dan/atau jasa. Setiap pelaksana industri olahraga yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat wajib memperhatikan tujuan keolahragaan nasional serta prinsip penyelenggaraan kegiatan olahraga (pasal 78). Industri olahraga dapat berbentuk prasarana dan sarana yang diproduksi, diperjual belikan, dan/atau disewakan untuk masyarakat. Jenis industri olahraga yang berpeluang untuk dikembangkan di Indonesia menurut Harsuki (2007) meliputi: (1) Industri barang olahraga (sporting goods industry); (2) Olahraga amatir (yang dibawah naungan KOI/KONI dan induk organisasi cabang olahraga); (3) Olahraga profesional (Tinju, Golf, Balap mobil & motor; (4) Kompleks olahraga (Gelora Bung Karno, Gelanggang rekreasi Jaya Ancol); (5) Sponsor berbadan hukum; yang telaah banyak mendanai kegiatan olahraga; (6) Media berita olahraga baik cetak maupun penyiaran. 191

Departemen perindustrian tahun 1999 mengungkapkan data bahwa jumlah perusahaan industri alat olahraga ada 49 perusahaan, meliputi skala besar, menengah dan kecil. Sumatera Utara 1, Lampung 1, DKI 8, Jawa Barat 12, Jawa tengah 11, Jawa Timur 12, D.I. Yogyakarta 3, dan Sulawesi Selatan 1. Investasi yang tertanam Rp. 120 milyar rupiah. Tenaga kerja yang terserap sekitar 5000 orang, tidak termasuk tenaga musiman. Jenis dan kapasitas produksi: Bola Tenis lapangan 54.040.000 buah; Bola sepak 3.837.000 buah; Bola voli 2.987.000 buah; Bola basket 3.523.000 buah; Bulu tangkis 17.635.000 buah; lain-lain 1.000.000 buah. Raket tenis dan bulu tangkis 707.000 buah; Stick golf 100.000 buah; Senar raket 240.000 buah; Meja billiard 130 buah; Meja Snooker 85 buah; Rel pancing 50.000 buah; Meja pingpong 3.000 buah; Peralatan hockey 1.500 set; Sport protective eqpmt 5.000.000 buah; Fibre matres 1.000 ton. Ekspor alat olahraga tahun 1997 U.S. $ 36.954.462. Impor alat olahraga tahun 1997 U.S. $ 9.523.981. (Ditjen Industri Logam Mesin, Elektronika dan Aneka, 1999). Fakta mengenai keberadaan industri olahraga di Indonesia tersebut hendaknya dapat berkembang lebih pesat lagi dari yang sudah ada pada saat ini. Pemerintah, pelaku industri olahraga dan masyarakat olahraga hendaknya selalu berupaya mencari-cari formula yang tepat berkenaan dengan upaya pengembangan industri olaharaga di Indonesia. Unsur yang ikut berkontribusi dalam memberi pengaruh terhadaptumbuh dan kembangnyaindustri olahraga di Indonesia, khususnya industri peralatan olahraga ditinjau dari segi potensi, peluang dan tantangannya yaitu: (1) Jumlah masyarakat serta gaya hidup berolahraga; (2) Pemberlakuan pasar bebas; (3) Keberpihakan dan kebijakan pemerintah. Gaya Hidup Berolahraga Potensi Pengembang Industri Olahraga Indonesia Penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai 250 juta sangat berpotensi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan industri olahraga, sekaligus juga pasar yang potensial untuk marketingnya(james Tankudung, 2011). Kaitan jumlah penduduk terhadap potensi dan peluang dalam menumbuh kembangkan industri olahraga di Indonesia tidak terlepas terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Resolusi 58/5 yang dikeluarkan majelis umum PBB pada November 2003 berjudul Sport as means to promote education, helath, development and peace, menegaskan bahwa olahraga sebenarnya memiliki peran strategis untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dalam banyak hal. Pandangan masyarakat tentang olahraga sekarang inibahwa,beberapa bagian sudah banyak yangmemandang olahraga tidak hanyadipikirkanpada persoalan-persoalan perifersaja, yaitu cara-carameningkatkanperingkat/prestasi olahragasemata.masyarakat sudah banyak yang mengenal konsepolahraga untuk meningkatkan kualitas kebugaran jasmani. Olahraga untuk meningkatkan kebugaran jasmani inikan merupakan bagian dari konsep pemberdayaan olahraga yang sudah cukup dikenal masyarakat, atau yang lainnya seperti menjadikan olahraga sebagai media pembentuk watak/karakteryang baik (sportifitas, sportmanship), dan banyak lainnya lagi. 192

Fungsi-fungsi olahraga tersebut harus menjadi propaganda yang dilakukan terus menerus. Propaganda yang dilakukan akan mempengaruhi pola pikir masyarakat. Target propaganda adalah mengkristalkan dipemikiran masyarakat bahwa olahraga itu adalah bagian dari gaya hidup. Pemikiran masyarakat tentang olahraga sebagai gaya hidup muaranya akan sampai pada fase yang real menjadikan olahraga sebagai gaya hidup. Kegiatan berolahraga yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat tentu akanmemberi dampak terhadap pemenuhan kebutuhan terhadap unsur-unsur yang berkaitan pada alat, sarana dan prasarana olahraga yang menjadi kebutuhan gaya hidup tersebut. Pasar Bebas Peluang dan Tantangan Perkembangan Industri Olahraga Indonesia Pasar bebas menjadikan setiap orang/masyarakat menjadi lebih leluasa memilih produk-produk olahraga yang diinginkan, dengan berbagai macam produk dari berbagai negara. Produk yang memiliki kualitas yang paling tinggi, dengan harga yang minim disertai layanan penjualan yang memuaskan dipastikan menjadi pemimpin pasar (marketleader). Keunggulan produk beserta layanan tersebut hanya dapat dicapai oleh pelaku-pelaku industri olahraga yang paling efisien, memiliki dinamika cepat pada akses teknologi yang berkualitas. Pasar bebasyang diberlakukan bagi perkembangan olahraga di Indonesia tentu menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku industri olahraga. Alasan menjadi peluang karena luasnya pasar akan berpotensi untuk semakin berkembangnya industri yang dikelola, sisi lainmenjadi tantangan bahkan pengkhawatiran karena terjadinya persaingan yang bebas. Pelaku industri olahragaharus dapat membaca dan memanfaatkan peluang pasar. Pelaku-pelaku industry olahraga yang dapat membaca dan memanfaatkan peluang pasar dipastikan akan menjadi lebih berkembang pesat. Produk industri olahraga akan memperoleh peluang yang besar apabila pelaku industri olahraga mampu bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh berbagai negara dengan berbagai keunggulannya. Kondisi ini bergantung pada kemauan dan kreativitas pengelola/pelaku industry olahraga tersebut. Produk industry olahraga akan mampu bersaing dengan produk dari berbagai negara, syaratnya adalah pemberdayaan industri tersebut. Pembinaan industry olahraga harus dilakukan. Pembinaan dimaksud cakupannya meliputi pemahaman bisnis olahraga itu sendiri dan lingkungan pasar sekarang, serta kemampuan membuat analisis pasar. Tantangan dan hal yang menjadi pengkhawatiran terhadap perkembangan industri olahraga terutama industri-industri olahraga yang masih kecil terletak pada: (1) permodalan, (2) perolehan peluang pasar, (3) teknologi, (4) strategi pemasaran, (5) jaringan usaha dan kerjasama dan (6) lemahnya mentalitas dan jiwa kewirausahaan, Faridah (2011). Pelaku bisnis industri olahraga banyak yang belum mengenal dan memanfaatkan lembaga perbankan, ditambah lagi para pengusaha industry olahraga (kecil) sulituntuk memperoleh kredit dari bank swasta. Fakta ini mengakibatkan pengusaha industry olahraga cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaan dari modal sendiri, atau sumber-sumber lainnya seperti 193

keluarga, kerabat, bahkan rentenir. Meskipun mereka mempunyai agunan yang cukup, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan hendak kemana mereka harus mendapatkan modal yang mudah dan ringan. Kelemahan yang lain dalam mendapatkan modal yaitu pada umumnya pelaku bisnis industri olahraga lemah dalam menyusun studi kelayakan yang dapat diterima oleh pihak penyedia modal. Peluang pangsa pasar dalam industri olahraga di Indonesia masih dilakukan dengan cara-cara yang pasif. Pelaku bisnis industri olahraga baru hanya mengandalkan kekuatan promosi personel selling yaitu komunikasi antar personal. Promosi ini dipilih karena tidak mempunyai anggaran untuk mengadakan promosi yang lain. Keterbatasan pemanfaatan dan penguasaan teknologi merupakan dampak dari lemahnya sumber daya manusia. Lemahnya sumber daya manusia disebabkan minimnya pengetahuan dan tingkat strata pendidikan yang dimiliki sebagian besar tenaga kerja pada bisnis industri olahraga. Fakta ini mengakibatkan banyak pelaku bisnis industri olahraga khususnya yang masih kecil mengalami keterbatasan dalam memanfaatkan teknologi. Kendala besar bagi pelaku bisnis industri olahraga adalah menembus pasar bebas. Pemasaran produk dari industri olahraga yang masih kecil biasanya cendrung melalui mata rantai yang panjang dengan penetapan harga jual berada diluar kendali pelaku bisnis industri olehraga tersebut. Kondisi ini menyebabkan pendapatan keuntungan yang relatif tipis. Pemasaran produk merupakan salah satu masalah yang dipastikan menjadi kendala besar bagi para pelaku industry olahraga kecil untuk masuk ke dalam pasar bebas. Keadaan yang demikian disebabkan karena tingkat persaingan yang tajam, kualitas produk yang kurang baik, ketiadaan berbagai aspek penunjang (misalnya pelayanan para pengguna jasa industry olahraga), serta kurang tanggapnya manajer/pengusaha terhadap situasi pasar. Lemah dalam jaringan usaha dan kerja sama usaha. Pelaku-pelaku industri olahraga yang masih kecil mungkin saja mempunyai keterbatasan dalam jaringan dan kerja sama usaha, tetapi harusnya berusaha untuk membangun jaringan dan kerja sama dengan industry olahraga menengah dan besar. Pelaku bisnis industri olahraga yang masih kecil umumnya sedikit yang memiliki kreatifitas dan inovasi. Pelaku industry olahraga yang demikian cendrung menjalani usahanya hanya mengandalkan rutinitas kesehariannya, tanpa sentuhan pemikiran dan pengembangan untuk selalu terus maju dan meningkat. Orientasinya hanya sebatas untuk mendapatkan penghasilan agar kebutuhan hidup terpenuhi, tidak lebih dari pada itu. Keberpihakan dan Kebijakan Merupakan Tantangan Bagi Pemerintah dalam Pengembangan Industri Olahraga di Indonesia. Pengkhawatiran terhadap eksistensi perkembangan industri olahraga Indonesia dalam menghadapi pasar bebas selain dari enam titik lemah yang telah dibahas sebelumnya, masalah lainnya lagi bahwa, secara rill bekerja di sektor industri olahraga belum menjanjikan, apalagi banyak pekerja home industri olahraga yang digaji dibawah Rp. 500.000,- per bulan, Agus Kristiyanto (2011). 194

Industri olahraga secara faktual baru sekedar memberi lapangan pekerjaan sampinganbagi sebagian masyarakat, belum berdampak secara besar bagi pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Penelitian ini dilakukan pada 11 pelaku industri olaharaga yang berada pada 7 kota di pulau jawa. Sebelas industri dimaksud meliputi: 4 industri yang bergerak pada layanan jasa kebugaran, 1 industri peralatan panahan, 2 industri shutllecock; 1 industri peralatan lengkap olahraga, 3 konveksi pakaian khusus olahraga. Upaya Pemerintah Daerah untuk membangun iklim usaha industri mikro olahraga ternyata belum memberikan kepuasan pada pelaku industri. Iklim usaha yang menjadi variabel meliputi: (1) Pendanaan; (2) Sarana prasarana; (3) Informasi usaha; (3) Kemitraan; (4) Perizinan usaha; (5) Promosi dagang; (6) Dukungan kelembagaan, Agus Kristiyanto (2011). Data tentang fakta-fakta ini semestinya mengharuskan pemerintahuntuk merasa tertantang membangun kontruksi- kontruksi yang sifatnya memberikan penguatan iklim usaha industri olahraga yang lebih baik. Tinjauan dari jumlah masyarakat indonesia yang begitu besar, kemudian ditambah lagi pada gaya hidup berolahraga yang sudah menjadi suatu kebutuhan, mestinya industri olahraga adalah industri yang berpotensi besar untuk menggerakkan perilaku ekonomi masyarakat secara kolektif. Jika hal itu terjadi maka industri olaharaga sebenarnya sangat berpotensi sebagai sektor yang dapat memberikan dampak signifikan bagi pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran. Industri olahraga perlu digugah melalui serangkaian kebijakan sistematis dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan investor. Kesimpulan Pengentasan kemiskinan dan penanggulangan pengangguran dapat dilakukan dengan cara meningkatkan rintisan pengembangan industri olahraga terhadap pertumbuhan ekonomi. Terjadinya pengentasan kemiskinan dan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan konsekuensi dari membaiknya pertumbuhan ekonomi baik secara mikro maupun makro. Pembudaayaan berolahraga bagi masyarakat haruslah menjadi upaya berkelanjutan. Budaya berolahraga merupakan potensi besar bagi masyarakat di Indonesia dalam meningkatkan sendi-sendi kualitas hidup dan berkehidupan di masyarakat. Besarnya budaya berolahraga masyarakat berdampak terhadap besarnya potensi industri olahraga untuk lebih dikembangkan. Kecendrungan kebutuhan peralatan olahraga dan jasa olahraga produk bangsa sendiri perlu terus digalakkan dalam rangka untuk memicu dan memacu kebutuhan dan prilaku pasar yang dapat memperbesar volume produk dan layanan jasa domestik. Pemberlakuan pasar bebas sebenarnya merupakan suatu peluang pasar yang baik sekaligus menjadi tantangan khususnya bagi pemerintah. Bimbingan teknis, penyaluran modal dan hal lainnya yang berkenaan dengan dimensi iklim usaha harus diupayakan terus menerus dengan pendekatan-pendekatan yang efektif, efisien dan kreatif oleh semua pihak baik pemerintah pusat dan daerah, termasuk pelaku industri olahraga itu sendiri. Pelaku industri olahraga tidak boleh 195

puas hanya dengan mempertahankan konsep yang tradisional, strategi usaha harus selalu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada. Perguruan tinggi juga harusnya ikut serta dalam mengembangkan elemenelemen yang dianggap sebagai unsur kontributordalam meningkatkan geliat industri olahraga di Indonesia. Perguruan tinggi bisa saja melakukan riset-riset yang lebih mendalam berkenaan dengan pengembangan industri mikro olahraga terkait dengan pengangkatan harkat masyarakat menengah ke bawah, atau diadakannya mata kuliah kewirausahaan yang diberikan kepada mahasiswa sebagai materi atau minat khusus pada pengembangan industri olahraga. Daftar Pustaka Harsuki, 2007. Manajemen Sentra Industri Olahraga. Makalah. Yogyakarta: UniversitasNegeri Yogyakarta. James Tankudung, 2011. Indonesia Potensi Besar bagi Pengembangan dan Pemasaran Industri Olahraga. Surabaya: Pidato sambutan seminar Internasional Industri Olahraga. Kristiyanto, Agus, 2011. Penguatan Kebijakan Publik Usaha Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Mikro Olahraga. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 12. Edisi: 2: 200-211. Mutohir, T.C, 2007. Sport Development Index (Konsep, Metodologi dan Aplikasi), Jakarta: PT. Indeks. Nurhadi, 2007. Mengembangkan Jaminan Sosial, Mengentaskan Kemiskinan, Yogyakarta: Media Wacana. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Biro Humas dan Hukum Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. 196