MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA
|
|
- Veronika Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Makalah/Paper MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA Oleh: Drs. Agus Kristiyanto, M.Pd Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Ditulis dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah IPTEK Olahraga yang Diselenggarakan 0leh Asdep IPTEK Olahraga Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI Tahun 2007
2 MEMBANGUN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGUASAAN IPTEK OLAHRAGA *) Oleh: Agus Kristiyanto Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta A. Pendahuluan Prestasi olahraga sebenarnya merupakan produk dari adanya akumulasi upaya sistematis berbagai faktor, yang perwujudannya harus dikawal melalui proses ilmiah. Ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan merupakan sesuatu yang harus teraplikasikan secara baik dalam sebuah rangkaian usaha mencapai keunggulan di bidang olahraga tersebut. Keunggulan yang dicapai berkorelasi kuat dengan derajat ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkuasai. Penguasaan Iptek keolahragaan bukan merupakan persoalan teknis belaka, melainkan terkait dengan persoalan cara pandang dan cara hidup masyarakat secara kolektif. Tantangan ke depan adalah mengupayakan terbentuknya masyarakat yang cinta olahraga sekaligus masyarakat melek Iptek keolahragaan. Dengan demikian, Iptek olahraga tidak sebatas dikuasai oleh para teknokrat dan scientist olahraga, melainkan harus didifusikan dan disosialisasikan secara luas pada seluruh elemen masyarakat terdidik. Oleh karena itu, sepertinya bangsa Indonesia perlu menyusun orientasi baru pengembangan Iptek olahraga ke depan dengan berbasis pada peningkatan partisipasi masyarakat yang lebih melek Iptek olahraga. Partisipasi masyarakat justru akan memberikan dampak yang sangat luar biasa dalam menopang kemajuan olahraga. Partisipasi masyarakat yang melek Iptek olahraga merupakan bagian tak terpisahkan dengan pemahaman Sport for All atau olahraga untuk semua. *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
3 Membangun olahraga berarti membangun sebuah peradaban masyarakat yang mengedepankan keunggulan obyektif, kompetitif, dan sportivitas. Dengan demikian, memajukan masa depan olahraga tidak dapat ditempuh dengan hanya sekadar memperjuangkan usaha instan mencetak medali kemenangan. Membangun olahraga berarti membangun segala sesuatu yang terkait dengan dimensi lengkap keunggulan masyarakat. Keunggulan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha keras, di antaranya dengan menguasai Iptek olahraga. Salah satu aspek yang paling mendasar adalah usaha sistematis untuk membangun partisipasi masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga. Membumikan nilai positif Iptek olahraga hanya dapat dilakukan dengan mendorong terjadinya partisipasi masyarakat yang cinta olahraga dan melek Iptek. Gerakan Sport for All (Olahraga untuk semua orang) yang telah dirintis mulai tahun 1980-an di Indonesia sudah seharusnya diimplementasikan lebih baik lagi ke depan. Gerakan nasional yang melahirkan panji olahraga: memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat tersebut harus mampu membumi dan mengakar hingga mengkondisikan terbentuknya budaya penguasaan Iptek olahraga di masyarakat. B. Orientasi Pengembangan Iptek Olahraga Orientasi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan ke depan, telah ditegaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, khususnya Pasal 74, bahwa: (1) pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melakukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan untuk memajukan keolahragaan nasional; (2) pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat membentuk commit lembaga to user penelitian dan pengembangan ilmu *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
4 pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang bermanfaat untuk memajukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional; (3) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diselenggarakan melalui penelitian, pengkajian, alih teknologi, sosialisasi, pertemuan ilmiah, dan kerjasama antar lembaga penelitian, baik nasional maupun internasional yang memiliki spesialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan; (4) hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disosialisasikan dan diterapkan untuk kemajuan olahraga; dan (5) ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007, khususnya pada Bab IX Pasal 74, telah dijabarkan secara lebih operasional, bahwa : (1) pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan diarahkan untuk mengembangkan ilmu dasar (basic science) dan ilmu terapan (applied science) dalam bidang keolahragaan, (2) pengembangan ilmu dasar keolahragaan ditujukan untuk menggambarkan, memahami, dan menjelaskan aspek keolahragaan dengan memperhatikan susunan batang tubuh ilmu keolahragaan melalui pendekatan multidisipliner, interdisipliner, atau lintas ilmu; (3) pengembangan ilmu terapan ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembinaan dan pengembangan olahraga. C. Mengembangkan Sport for All Menjadi Sport Science for All Gerakan Sport for All di Indonesia lebih dikenal dengan Gerakan Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat. Gerakan tersebut secara resmi pertama kali dilontarkan oleh Presiden Republik Indonesia di depan sidang DPR RI pada tanggal 15 Agustus Pada awalnya, gerakan tersebut dapat commit disambut to user dan dilaksanakan oleh masyarakat secara *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
5 baik. Hal demikian dapat terjadi karena secara bersamaan pemerintah juga membentuk Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Kementerian tersebut yang kemudian merancang implementasi gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat di seluruh Indonesia. Pada tahun yang sama pemerintah juga menetapkan bahwa tanggal 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas). Kantor Menpora RI pada waktu awal pencanangan Sport for All telah merumuskan suatu Pola Dasar Pembangunan Olahraga. Pola Dasar tersebut merupakan arah pentahapan pembangunan olahraga yang seiring dan seirama dengan titik berat tujuan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pentahapan tersebut meliputi: (1) akhir Repelita IV terwujud keluarga berolahraga, (2) akhir Repelita V terwujud masyarakat berolahraga, dan (3) akhir Repelita VI terwujud bangsa berolahraga. Inti Sport for All memang lebih mengarah pada bagaimana menggerakkan masyarakat agar memiliki budaya berolahraga secara lebih baik. Kesadaran masyarakat dalam berolahraga memiliki arti yang amat penting bagi proses berseminya kemajuan prestasi olahraga. Namun ketika iklim globalisasi telah berhembus ke seluruh dunia, maka semua sektor pembangunan banyak dikelola dengan pola Research and Development (R & D). Pola pengembangan masyarakat ungggul dengan R & D dipersyarati oleh mentalitas masyarakat rasional, yang berperilaku Scientific Oriented. Dengan demikian, untuk memajukan olahraga ke depan, kiranya gerakan Sport for All perlu dikembangkan menjadi gerakan Sport Science for All. D. Penguasaan Iptek Olahraga dan Budaya Masyarakat Bagaimana kita membangun partisipasi masyarakat di Indonesia dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Olahraga? commit Membangun to user partisipasi tersebut tidak mungkin *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
6 dapat dilakukan hanya dengan menyebarkan dasar-dasar ilmu olahraga dalam kelompok masyarakat terbatas, melainkan dilakukan dengan cara mempersiapkan cara berfikir dan cara pandang masyarakat. Cara berfikir dan cara pandang berkaitan dengan mentalitas kolektif masyarakat yang terkait dengan persoalan budaya. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila kemudian perlu pengembangan rencana inovasi pada aspek budaya. Inovasi pada aspek budaya bukan merupakan suatu proses yang hasilnya cepat teramati. Inovasi pada aspek budaya lebih merupakan proses yang berkesinambungan dan mewadahi setiap upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam berolahraga, sekaligus dalam penguasaan Iptek olahraga. Dalam pandangan inovasi budaya, penggarapan olahraga harus ditempatkan pada konteks pluralitas. Selama penggarapan olahraga dilakukan secara atomistik dan sektoral, selama itu pula partisipasi olahraga tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang pernah dilakukan selama ini. Dengan kata lain, perlu adanya upaya yang bersifat mendasar dan menyeluruh. Upaya tersebut seharusnya menampung segenap potensi nilai, pandangan maupun akal budi yang bersemayam dalam perikehidupan masyarakat yang kemudian dikristalisasikan. Kristalisasi nilai merupakan suatu pendekatan yang bersifat holistik Pendekatan itu kemudian disebut sebagai pendekatan budaya. Kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya didasari oleh pemahaman yang tepat bahwa bagaimanapun strategisnya suatu kebijakan, unsur manusia (manpower) tetap sebagai tujuan dan subyek penciptaan motivasi berpartisipasi dan berprestasi olahraga melalui partisipasinya dalam penguasaan Iptek olahraga. Budaya adalah sebagai suatu latar yang menciptakan suasana kondusif pencapaian partisipasi dan prestasi olahraga. Mengapa perlu pembudayaan? Karena budaya partisipasi dan prestasi olahraga banyak dipercayai sebagai sisi lemah yang belum tergarap dalam kesemestaan pembinaan olahraga nasional. Membangun prestasi olahraga dengan cara apapun tidak akan *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
7 berhasil maksimal tanpa adanya keterbentukan budaya yang kondusif. Budaya partisipasi berolahraga dan penguasaan Iptek olahraga selalu menjadi persemaian bagi terbentuknya budaya prestasi olahraga di masyarakat. Dengan kata lain, partisipasi akan memfasilitasi terbentuknya prestasi di masyarakat, seperti diilustrasikan pada gambar 1 berikut: Gambar 1. Iklim Partisipasi Memfasilitasi Terbentuknya Prestasi Upaya pengukuhan sikap mental masyarakat dalam suatu kerangka pembudayaan, oleh Fuad Hasan (1992) ditegaskan sebagai apresiasi tinggi terhadap usaha-usaha prestatif, produktif, dan kreatif. Dengan cara ini pula maka ciri-ciri masyarakat yang berorientasi pada status berangsur-angsur dapat dialihkan ke ciri yang lebih berorientasi pada karya dan prestasi. Orientasi pada status lebih mementingkan pada "gaya", sedangkan orientasi pada prestasi lebih mengutamakan pada "karya". Tinjauan masyarakat atas dasar faktor kebutuhannya, kemudian menjadi motivasi atas perilaku budaya, adalah termasuk pada kajian fungsi masyarakat sebagai pelaku (actor). Lebih lanjut, fungsi masyarakat sebagai actor terwujud dalam dua dimensi yaitu : (1) dimensi having *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
8 yang mencakup pertumbuhan ekonomi dan kekayaan serta kelengkapan yang telah dimiliki masyarakat, dan (2) dimensi being mencerminkan pertumbuhan diri masyarakat untuk memerangi segala bentuk keterbelakangan. Masyarakat sebagai struktur (structure) terwujud dalam pola-pola serta relasi-relasi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Pengkajian fungsi masyarakat sebagai struktur akan mengarah pada analisis nilai dasar yang perlu dibina. Nilai dasar itu adalah : (1) solidaritas bangsa, (2) partisipasi masyarakat, (3) pemerataan, dan (4) otonomi. Nilai dasar ini memperlihatkan adanya swadaya masyarakat untuk berusaha dan berprestasi, serta kemandirian. Solidaritas bangsa mengandung usaha mencegah setiap bentuk perpecahan. Partisipasi masyarakat dapat membuka komunikasi timbal balik yang mendorong dinamika bangsa. Pemerataan menghindarkan dari berbagai bentuk tekanan-tekanan yang kurang konstruktif. Sedangkan otonomi mengandung pengertian kemampuan untuk mencegah segala bentuk ketergantungan. Tabel 1. Strategi Pembudayaan Partisipasi Masyarakat dalam Penguasaan Iptek Olahraga R e a l i s a s i Strategi Masyarakat sebagai pelaku Masyarakat sebagai struktur Keterbentukan substansi dan karakteristik budaya partisipasi masyarakat dalam penguasaan Iptek Olahraga Having Being Pola Relasi Sarana dan prasarana Memerangi keterbelakangan Solidaritas bangsa Pemerataan pendukung pencapaian partisipasi dalam Iptek Olahraga (Pertumbuhan Ekonomi) budaya partisipasi dalam Iptek Olahraga (Pertumbuhan Diri) Partisipasi masyarakat Otonomi Akselerasi pertumbuhan partisipasi masyarakat dalam penguasaan Iptek Olahraga (Keberhasilan Sport for All dan Sport Science for All) *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
9 E. Penutup 1. Kebijakan Sport for All (Olahraga untuk semua orang) berkonotasi bahwa olahraga hanya berkembang karena dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat. Karena itu partisipasi masyarakat harus dioptimalkan melalui gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Sementara itu kebijakan Sport Science for All perlu difikirkan dari berkembangnya tata baru iklim global yang mengharuskan olahraga dibangun dengan pola Scientific Oriented. 2. Kantor Menpora RI pada waktu awal pencanangan Sport for All telah merumuskan suatu Pola Dasar Pembangunan Olahraga. Pola Dasar tersebut merupakan arah pentahapan pembangunan olahraga yang seiring dan seirama dengan titik berat tujuan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pentahapan tersebut meliputi: (1) akhir Repelita IV terwujud keluarga berolahraga, (2) akhir Repelita V terwujud masyarakat berolahraga, dan (3) akhir Repelita VI terwujud bangsa berolahraga. 3. Mengacu pada kebutuhan akan perlunya Sport Scientific for All, maka Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga ke depan perlu mencanangkan kisi-kisi pengembangan Iptek Olahraga dengan pentahapan mewujudkan: (1) Keluarga Sadar Iptek Olahraga, (2) Sekolah Sadar Iptek Olahraga, (3) Masyarakat Sadar Iptek Olahraga, dan akhirnya (4) Bangsa Sadar Iptek Olahraga. 4. Pelaksanaan Sport Science for All akan mengarah pada terbentuknya masyarakat rasional yang lebih cepat dalam proses penguasaan Iptek Olahraga, melalui pemahaman: (1) masyarakat sebagai pelaku dan (2) masyarakat sebagai struktur. *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
10 DAFTAR PUSTAKA Agus Kristiyanto, (1998). Substansi Budaya Olahraga dalam Jurnal Ilmiah Terakreditasi DWIJAWARTA, Jilid 5 Nomor 9, Nopember 1998., (1999). Strategi dan Inovasi Pembudayaan Prestasi Olahraga dalam Jurnal Ilmiah Terakreditasi DWIJAWARTA, Jilid 5 Nomor 10, Mei Fuad Hasan, (1992), Renungan Budaya. Jakarta : Balai Pustaka Harsuki, (2003), Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Koentjaraningrat, (1990), Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Santoso Sastropoetro, (1988), Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional, Bandung : Penerbit Alumni. Soerjanto Poespowardojo, (1993), Strategi Kebudayaan : Suatu Pendekatan Filosofis, Jakarta: GramediaPustakaUtama. Tim Sport Development Index (SDI) Pusat, (2007). Laporan Nasional Sport Development Index (SDI) 2006: Menyoal Budaya Prestasi Olahraga di Masyarakat. Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. *) Ditulis Dalam Rangka Lomba Karya Ilmiah Iptek Olahraga Kemenegpora RI
SPORT DEVELOPMENT INDEX SEBAGAI PARAMETER DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA INDONESIA
SPORT DEVELOPMENT INDEX SEBAGAI PARAMETER DALAM MENGUKUR PEMBANGUNAN OLAHRAGA INDONESIA OLEH: SUMARYANTO PKR, FIK, UNY Disajikan dalam rangka kegiatan FONI Di kantor PORA Pemkot Yogyakarta Tanggal 24 Desember
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam setiap kehidupan manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia. Pemerintah berkewajiban
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Lebih terperinciKEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN
KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan
Lebih terperinciKebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG KEBIJAKAN MUTU AKADEMIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved 2 Kebijakan Mutu Akademik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dipenuhi melalui bantuan orang lain. mudah diperoleh apabila manusia masuk dalam organisasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya tidak pernah hidup sendiri, akan tetapi manusia selalu berkelompok dengan sesamanya karena manusia tidak dapat memenuhi sendiri
Lebih terperinciRISET FUTURISTIK KEOLAHRAGAAN (Inspirasi Substansi dan Metodologi)
RISET FUTURISTIK KEOLAHRAGAAN (Inspirasi Substansi dan Metodologi) Penulis: Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2017, No Penyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2017 KEMENPORA. Ilmu Pengetahuan. Teknologi Keolahragaan. Pengembangan. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT. Sebagai Pemateri/Narasumber Penyusunan Perencanaan Pembangunan Bidang
LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Sebagai Pemateri/Narasumber Penyusunan Perencanaan Pembangunan Bidang Pendidikan dan Kebudayaan BAPEDA DIY, (Pembangunan Keolahragaan DIY) Tahun 2010 Oleh:
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciMenteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 05/TAP/BPM FMIPA UI/II/13.
KETETAPAN No.: 05/TAP/BPM FMIPA UI/II/13 Tentang GARIS-GARIS BESAR ARAH KEGIATAN LEMBAGA EKSEKUTIF, BADAN OTONOM, DAN BADAN SEMI OTONOM PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah salah satu aktivitas fisik yang baik untuk kesehatan. Banyak jenis olahraga yang berkembang khususnya di Indonesia antara lain bulu tangkis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinci-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 09/TAP/BPM FMIPA UI/I/2017.
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 09/TAP/BPM FMIPA UI/I/2017 Tentang GARIS-GARIS BESAR ARAH KEGIATAN LEMBAGA EKSEKUTIF, BADAN
Lebih terperinciBAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,
No.43, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Rencana Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI
BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, disebutkan bahwa setiap Provinsi, Kabupaten/Kota wajib menyusun RPJPD
Lebih terperinciRESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO
RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka
Lebih terperinci2017, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
No.727, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Bank Musik. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG BANK MUSIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)
SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI) Oleh : Farida Mulyaningsih A. Nama Kegiatan : Penelitian Sport Development
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/BPM FMIPA UI/II/2016.
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 01/TAP/BPM FMIPA UI/II/2016 Tentang GARIS-GARIS BESAR ARAH KEGIATAN LEMBAGA EKSEKUTIF, BADAN
Lebih terperinciDalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk
BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.
Lebih terperinciKETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR: 07/TAP/BPM FEB UI/IV/2015 TENTANG GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT DI DALAM DAN ATAU SEKITAR HUTAN DALAM RANGKA SOCIAL FORESTRY MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciMERANCANG MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM PENDIDIKAN JASMANI
MERANCANG MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM PENDIDIKAN JASMANI Oleh: Agus Kristiyanto Lektor Kepala/Dosen pada Jurusan POK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tugas kita bukanlah untuk menyelesaikan masalah-masalah
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300,
No.43, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Rencana Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETEPATAN DAN PENDEKATAN KECEPATAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN
JURNAL SKRIPSI PENGARUH PENDEKATAN KETEPATAN DAN PENDEKATAN KECEPATAN TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BULUTANGKIS PADA MAHASISWA PUTRA SEMESTER IV PROGRAM STUDI PENKEPOR JPOK FKIP UNS TAHUN
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciPENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013
Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI OLAHRAGA NASIONAL DI STADION MANDALA
Lebih terperinciVISI DAN MISI DESA BANJARAN
VISI DAN MISI DESA BANJARAN 2015-2020 Visi Visi adalah suatu pandangan kedepan yang harus dicapai dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh suatu wilayah yang akan menjadi komitmen
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,
KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA No. : 19/TAP/BPM FFUI/X/14 Tentang GARIS-GARIS BESAR ARAH KEGIATAN LEMBAGA KEMAHASISWAAN PERIODE 2015 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Mahasiswa
Lebih terperinciREFLEKSI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN 1 SURAKARTA
REFLEKSI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MAN 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciPROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciUpaya Olahraga pada Anak Sekolah 1
A. Latar Belakang Upaya Olahraga pada Anak Sekolah Sport for School Children Innitiatives Oleh : Dr. Iskandar Zulkarnain, MSc Dalam dua dasawarsa terakhir ini, kecenderungan kenaikan angka kejadian dan
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian
Lebih terperinciR. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA
LAMPIRAN XVIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 R. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kepemudaan 1. Kebijakan
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinci2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Institut Teknologi Sepuluh November. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 172). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI WASANTANNAS
RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI WASANTANNAS 2010-2015 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan pembangunan telah menghantarkan bangsa Indonesia mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih baik,
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN KESENIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,
Lebih terperinciSistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi
Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Oleh: Samaun Samadikun Makalah disampaikan dalam seminar : Penerapan Teknologi Digital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia pada dasarnya mengarah pada peningkatan kualitas masyarakat Indonesia. Salah satu bagian dari peningkatan kualitas
Lebih terperinciPENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI
PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Menurut Mulyasa (2013:2), perubahan itu menyangkut perubahan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.
Lebih terperinciSTANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA Jl. Semolowaru 45 Surabaya 60118 STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN
Lebih terperinci- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN I. UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Lebih terperinci2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Koordinasi Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Jawa Barat Dinas Olahraga dan Pemuda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memfasilitasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari hari, setiap orang tidak dapat terlepas dari kata pembangunan. Semuanya wajib melaksanakan pembangunan demi bertahan dalam menjalani kehidupan.
Lebih terperinciDOKUMEN MUTU KEBIJAKAN AKADEMIK
DOKUMEN MUTU KEBIJAKAN AKADEMIK 2007-2012 DEPARTEMEN PEDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA, 2009 Kebijakan Akademik i Kebijakan Akademik ii PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan
Lebih terperinci2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Universitas Diponegoro. Statuta. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 170). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciKeinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat
Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat menggagas blueprint cetak biru menuju negara kesejahteraan 2045, digabungkan dengan Nilai-nilai Pancasila,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang
Lebih terperinciIKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 08/TAP/DPM UI/III/2014 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Bab ini akan menjabarkan visi dan misi pembangunan di Kabupaten Malang selama 5 tahun mendatang (2016-2021). Hal ini sejalan dengan amanat di dalam pasal 263
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)
No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 07/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinciPage 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI
Lebih terperinci