INTRODUKSI TEKNOLOGI KELOMPOK PETERNAK SAPI DI KELURAHAN PINARAS KOTA TOMOHON

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Yogyakarta. Gunung ini di identifikasi sebagai gunung berapi paling aktif di

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

F. R. Pawere 1, L.Y. Sonbait 2 ABSTRAK

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

POTENSI KING GRASS SEBAGAI PAKAN TERNAK DAN TANAMAN PENGUAT TERAS DI DESA TOBU, KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KEMENTERIAN PERTANIAN

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADOPSI TEKNOLOGI POLA INTEGRASI TERNAK KAMBING DAN TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

II. PERMASALAHAN DAN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

Transkripsi:

INTRODUKSI TEKNOLOGI KELOMPOK PETERNAK SAPI DI KELURAHAN PINARAS KOTA TOMOHON Sony A.E. Moningkey, Yohannis L.R. Tulung, dan Cathrien A. Rahasia Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Email korespondensi : sonnymoningkey@unsrat.ac.id Abstrak Program peningkatan populasi ternak sapi ke depan akan menghadapi tantangan ketersediaan pakan hijauan, di mana makin bertambah populasi ternak sapi maka kebutuhan pakan hijauan makanan ternak (HMT) akan makin meningkat pula, sementara ketersediaan areal tanaman hijauan makanan ternak relatif terbatas karena areal lahan sebagian besar dimanfaatkan untuk tanaman pangan dan perkebunan. Kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Peternak Sapi dalam Menerapkan Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa (SISKA) di Kelurahan Pinaras Kota Tomohon dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pengolahan dan pemanfaatan lahan tanaman kelapa secara terintegrasi dengan ternak sapi dan tanaman hijauan makanan ternak unggul, termasuk penerapan penggunaan kotoran ternak sapi. PKM Peternak Sapi ini, ternyata memberi kontribusi peningkatan kuantitas dan kualitas pakan hijauan makanan ternak (HMT) pada peternak sapi. Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini, akan menghasilkan luaran yaitu Peningkatan kuantitas dan kualitas produksi pakan hijauan makanan ternak (HMT) dan Artikel jurnal/prosiding/poster seminar nasional. Kata kunci : Sapi, hijauan makanan ternak, integrasi 1. PENDAHULUAN Program peningkatan populasi ternak sapi ke depan akan menghadapi tantangan ketersediaan pakan hijauan, di mana makin bertambah populasi ternak sapi maka kebutuhan pakan hijauan makanan ternak (HMT) akan makin meningkat pula. Sementara ketersediaan areal tanaman hijauan makanan ternak relatif terbatas, karena areal lahan sebagian besar sekitar 26,8 juta hektar dimanfaatkan untuk tanaman pangan dan perkebunan. Masalah rendahnya kuantitas dan kualitas pakan sapi di Indonesia terus berlangsung dari tahun ke tahun, menurut Kusnadi dan Juarini (2007) penyebabnya adalah pendapatan peternak sapi yang relatif masih rendah sehingga tidak mampu membeli pakan bermutu tinggi. Keterbatasan sumber pakan hijauan untuk sapi juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan peternak untuk berusaha dalam skala ekonomi yang lebih efisien. Prawiradiputra dan Priyanti (2008) menyatakan bahwa hampir di seluruh wilayah produksi sapi tidak ada sistem yang menjamin pengadaan sumber hijauan pakan yang efektif dan tersedia sepanjang tahun. Para peternak sapi di daerah ini umumnya telah menjadi anggota kelompok peternak yang dibentuk sebagai sarana gotong royong, dan juga untuk mendapat bantuan pengembangan populasi ternak sapi dari pemerintah daerah maupun dari Kementerian Pertanian. Bantuan pemerintah biasanya harus diberikan kepada peternak yang tergabung dalam kelompok peternak. Hanya saja bantuan yang diberikan pemerintah biasanya dalam wujud ternak sapi bakalan induk dan pejantan, disertai dengan biaya pemeliharaan dan perawatan ternak termasuk biaya pakan (makanan ternak). 449

Berdasarkan permasalahan prioritas mitra, maka solusi yang ditawarkan, yaitu: (1) Upaya meningkatkan ketersediaan pakan hijauan makan ternak (HMT) untuk ternak sapi, melalui introduksi bibit tanaman hijauan makanan ternak (HMT) unggul produktif yaitu rumput gajah kultivar Dwarf (kate/kerdil) atau Pennisetum purpureum cv. Mott yang memiliki kemampuan menghasilkan biomasa yang tinggi dan kualitas nutrisi yang tinggi, serta tahan di bawah naungan pohon perkebunan. (2) Pelaksanaan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan termasuk penerapan teknologi usaha tani dan ternak sapi berwawasan lingkungan melalui pengolahan pupuk kotoran ternak sapi untuk diaplikasikan pada tanaman hijauan makanan ternak (HMT) di lahan tanaman. (3) Pelaksanaan pendampingan manajemen efisiensi usaha, pencatatan dan pembukuan usaha. 2. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Metode Pendekatan Pengabdian kepada masyarakat Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini menggunakan metode pendekatan yaitu: (1) Penyuluhan Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lain, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (Kementan, 2015). (2) Pelatihan/demonstrasi Pelatihan yang akan dilaksanakan dalam program PKM ini untuk meningkatkan kompetensi mitra dalam penerapan teknologi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan berbasis hasil yang diartikan sebagai pelatihan yang mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu (ILO, 2011). Kompetensi yang diharapkan diperoleh mitra melalui program ini yaitu penguasaan teknologi pengolahan dan pemanfaatan lahan tanaman kelapa melalui teknologi budidaya tanaman hijauan unggul yaitu kultivar rumput gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Mott). Praktek pembuatan pupuk kompos kotoran sapi untuk memberikan informasi kepada para petani dan peternak tentang cara pemanfaatan pupuk kotoran sapi yang berguna untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah serta produksi tanaman (Prihandini dan Purwanto, 2007). (3) Pendampingan partisipatif Proses partisipatif perlu diolah dan dikomunikasikan untuk membangun kepercayaan diri, membangun proses dialog, memberikan pembelajaran dan keterampilan yang dapat diaplikasikan oleh peserta pelatihan dalam proses pendampingan (Padmowihardjo, 2006). 450

Dijelaskan bahwa untuk dapat melaksanakan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan partisipatif maka tim penyuluh bisa menjadi mitra yang akrab bagi petani, mampu memfasilitasi dan menggugah proses berfikir petani, selalu menjalin kerjasama dengan petani, selalu mengembangkan dialog horizontal dengan petani dan tidak menggurui petani. 2.2. Tahapan Kegiatan Tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan untuk menanggulangi permasalahan mitra dalam kegiatan program PKM ini, yaitu sebagai berikut: Tahap I. Sosialisasi dan Penyuluhan. Kegiatan PKM ini diawali dengan sosialisasi kegiatan kepada kelompok peternak dan pemerintah setempat. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyuluhan kepada kelompok peternak dilakukan dengan materi-materi penyuluhan : Budidaya tanaman hijauan makanan ternak (HMT) unggul, yaitu rumput gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Mott) di lahan tanaman kelapa menggunakan pupuk kompos. Teknologi pembuatan pupuk berbahan baku limbah kotoran ternak sapi. Manajemen usahatani perencanaan dan pembukuan usaha ternak sapi. Tahap II. Penyiapan Lokasi PKM pada Mitra (1) dan Mitra (2) Penyiapan bahan/alat oleh tim pelaksana dan mitra (in kind) Pengolahan lahan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi ternak sapi di Kota Tomohon pada tahun 2013 berdasarkan data BPS Tahun 2013 sebanyak 2.674 ekor. Hal ini menunjukkan ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan perlu dikembangkan. Peternak sapi yang ada di lokasi ini, umumnya memelihara hijauan di bawah areal tanaman kelapa dan sebagian sering dijumpai di lahan-lahan kebun, di pinggir tanaman jagung dan sawah, serta di pinggir saluran irigasi. Walaupun daya hasil dan kualitas rumput jenis ini rendah tetapi biasanya disenangi ternak khususnya sapi, seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput palisade (Brachiaria brizantha), rumput raja (Pennisetum sp), serta rumput setaria (Setaria sphacelata). Gambaran lokasi untuk tanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT) dan diskusi kelompok peternak sapi di lokasi mitra PKM yang ini dapat dilihat pada Gambar 1. 451

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. Ternak sapi digembalakan di lahan tanaman kelapa dengan hijauan makanan ternak (HMT) yang tidak produktif (a) dan; dan diskusi Tim Pengusul dengan kelompok petani/peternak sapi calon mitra PKM (b), (c) dan (d). Hasil diskusi melalui penyuluhan kepada kelompok petani/peternak sapi sesuai Gambar 1 (a) dan (b) menunjukkan umumnya peternak sapi hanya mengandalkan hijauan lokal dari vegetasi pastura alam yaitu rumput, legume maupun gulma yang tumbuh liar di bawah areal tanaman kelapa dan sebagian sering dijumpai di pinggir lahan-lahan kebun dan ladang. Walaupun daya hasil dan kualitas hijauan jenis pastura alam yang rendah dan sebagian di antaranya kurang disenangi (low edible) bagi ternak sapi, tetapi karena kekurangan hijauan maka terpaksa peternak menggembalakan atau memberikan pakan hijauan jenis lokal tersebut. Budidaya hijauan makanan ternak merupakan unsur yang turut menentukan keberhasilan Usaha Ternak. Untuk mendapatkan produksi ternak yang tinggi perlu tersedia pakan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya. Cara-cara praktis dan ekonomis untuk meningkatkan produksi, hijauan makanan ternak adalah dengan menggunakan bibit unggul, pemupukan, perlakuan dan musim tanam yang tepat. Gambar 1 (c) dan (d) merupakan kegiatan penyuluhan kelompok peternak sapi, Peternak mitra mampu memelihara ternak sapi sebanyak 2-5 ekor dan pemberian pakan yang belum sesuai dengan kebutuhan jumlah ternak sapi yang ada, karena rendahnya ketersediaan hijauan makanan ternak (HMT) yang dimiliki peternak. Hal ini disebabkan oleh kurang memadainya luas lahan hijauan milik peternak, dan juga karena kualitas hijauan yang tersedia belum menggunakan bibit hijauan unggul, sehingga produktivitas hijauan pun sangat rendah. 452

Padahal luas lahan kelapa ditanami rumput unggul rumput gajah kultivar Dwarf (Pennisetum purpureum cv Mott) yang diberikan pupuk kompos kotoran ternak akan mampu meningkatkan carrying capasity lahan penggembalaan sampai melebihi 30 ekor per hektar (Paat dan Taulu, 2012). Rendahnya kuantitas dan kualitas pakan hijauan untuk ternak sapi menyebabkan jumlah ternak sapi yang dipelihara relatif masih sedikit, padahal kebutuhan daging sapi dan harga jualnya makin hari makin tinggi di masyarakat. Keterbatasan sumber pakan hijauan untuk sapi juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan peternak untuk berusaha dalam skala ekonomi yang lebih efisien. Prawiradiputra dan Priyanti (2009) menyatakan bahwa hampir di seluruh wilayah produksi sapi, peternak rakyat mengalami masalah penyediaan dan pengadaan sumber hijauan pakan yang efektif dan tersedia sepanjang tahun. Pemberian pakan sapi umumnya dilakukan dengan pemberian pakan basal berupa rumput introduksi seperti rumput gajah, rumput raja, setaria dan lainnya, di mana kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan lahan guna menanam rumput introduksi ini semakin berkurang. Lahan di bawah tanaman perkebunan (kelapa, cengkih, kopi, dan sebagainya) cukup potensial untuk dibudidayakan tanaman hijauan makanan ternak (HMT), apalagi ditanami tanaman hijauan unggul yang tahan di bawah naungan (canopy), seperti rumput gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) ataupun rumput bebek (Brachiaria mutica). Rumput gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Mott) memiliki kemampuan menghasilkan biomasa yang tinggi dan kualitas nutrisi yang tinggi, serta tahan di bawah naungan pohon (Polakitan, 2012), demikian juga rumput bebek (Brachiaria) cukup produktif menghasilkan bahan organik baik bahan segar maupun bahan kering, dan produksi protein kasar, serta tahan di bawah naungan pada berbagai usia pohon kelapa (Anis dkk, 2014 dan Romokoy and Toar, 2014). Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyediaan pakan hijauan adalah introduksi tanaman hijauan unggul seperti rumput gajah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Mott) di lahan di bawah tanaman pohon. Sumarsono (2006) menjelaskan bahwa dengan penanaman hijauan di lahan kelapa dan penggunaan pupuk kompos pada tanaman kelapa dan hijauan dapat menghemat biaya pemupukan, dengan meniadakan pupuk kimiawi sehingga meningkatkan produk tanaman hijauan mapun kelapa yang cukup produktif. 4. KESIMPULAN Pemberdayaan kelompok peternak sapi melalui kegiatan penerapan ipteks teknik pemeliharaan ternak sapi telah berhasil dilaksanakan. Kegiatan tersebut mampu meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, sehingga mampu menerapkan ipteks dalam usaha ternak sapi. 453

Untuk meningkatkan adopsi teknologi peternakan dalam pengembangan ternak sapi di Kelurahan Pinaras, maka penerapan teknologi yang diintodusir ke peternak harus dirasakan sebagai kebutuhan oleh peternak kebanyakan, memberi keuntungan secara konkrit bagi peternak, mendayagunakan sumberdaya yang sudah ada, terjangkau oleh kemampuan finansial peternak, serta teknologi harus sederhana tidak rumit dan mudah dicoba peternak. 5. DAFTAR PUSTAKA Ditjen PKH. 2015. Pedoman Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Jakarta. ILO. 2011. Buku Saku Bagi Penyelanggara Pelatihan Non-Formal. International Labour Organization, Jakarta. Kementan. 2005. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Kpts/HK.060/I/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian (Lampiran). Kementerian Pertanian, Jakarta. Kementan. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Diklat Metodologi Penyuluhan Pertanian Bagi Penyuluh Pertanian Swadaya. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BP2SP) Kementerian Pertanian, Jakarta. Padmowihardjo, S. 2006. Penyuluhan Pendampingan Partisipatif. Jurnal Penyuluhan 2(1):63-64. Prihandini, P.W. dan T. Purwanto. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Polakitan. D. 2012. Analisis Usahatani Terpadu Tanaman Dan Ternak Kambing Di Areal Perkebunan Kelapa Di Sulawesi Utara. Pastura 2(2):70-73. Prawiradiputra, B. R., dan A. Priyanti, 2009. Teknologi Pasokan Hijauan Pakan Yang Berkelanjutan Mendukung Pengembangan Usaha Sapi Perah di Indonesia. Prosiding Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Hal.107-114. Purwantari, N.D., B. Tiesnamurti dan Y. Adinata. 2014. Ketersediaan Sumber Hijauan di Bawah Perkebunan Kelapa Sawit untuk Penggembalaan Sapi. Wartazoa 24(4):47-54. Rumokoy, L.J.M. and W.L. Toar. 2014. The Forage Production Of Brachiaria Mutica Under Coconut Tree Canopy. Lucrări Ştiinţifice - Seria Zootehnie 62:131-134. Sumantri, S. 2000. Pelatihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Fakultas Psikologi Unpad, Bandung. Sumarsono, 2006. Peran Tanaman Pakan Dalam Intervensi Pertanian Berwawasan Lingkungan. Makalah Utama dalam Silaturahmi Ilmiah Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, 29 Maret 2006. 454