IDENTIFIKASI MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG BORAKS RADIUS SATU KILOMETER UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA KAMPUS 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan merata. Maksudnya bahwa dalam pembangunan kesehatan setiap orang

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perkembangan ( 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat keamanan dan dapat membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan makhluk hidup dapat memperoleh zat-zat yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pola hidup sehat masyarakat sangat terdukung oleh adanya makanan dan

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN. Kerupuk karak merupakan produk kering dari proses penggorengan,

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok manusia dalam menjalankan kehidupannya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, kantin, swalayan di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. kedelai yang tinggi protein, sedikit karbohidrat, mempunyai nilai gizi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bermotif ekonomi, artinya kegiatan yang dilakukan didasarkan profit

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

pengolahan pangan (Hardiansyah dan Sumali, 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

I. PENDAHULUAN. setiap orang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam. terbawa hingga dewasa. Kegemaran masyarakat akan jajan atau

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tubuh dari penyakit (Notoatmodjo, 2003). Sebagai penduduk. untuk makan makanan yang halal dan thayyiban.

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

INTISARI ANALISIS KUALITATIF FORMALIN DALAM TAHU MENTAH DI PASAR ANTASARI KECAMATAN BANJARMASIN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner Penelitian

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB 1 : PENDAHULUAN. sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak lansung. merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: UJI KANDUNGAN FORMALIN PADA IKAN ASIN DI PASAR TRADISIONAL KOTA BANDA ACEH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

ARTIKEL IDENTIFIKASI SAKARIN PADA MINUMAN JAJANAN DI KAWASAN PENDIDIKAN SD DI WILAYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO TUSUK MENGGUNAKAN KERTAS TUMERIK DI WILAYAH SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan rancangan cross

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan makanan jajanan. Makanan jajanan (street food) merupakan makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

Transkripsi:

IDENTIFIKASI MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG BORAKS RADIUS SATU KILOMETER UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA KAMPUS 2 Angelina Swaninda Nareswara 1 Program Studi S-1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta; Jalan Raya Tejem KM 1.5 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, Telp/Fax (0274) 4437888/4437999, email: swa_9nda@yahoo.com Abstrak Latar Belakang : Makanan jajanan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena harga relatif murah, memiliki cita rasa yang enak dan juga mudah untuk didapatkan. Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan, akan tetapi bisa berdampak negatif bagi kesehatan apabila makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba akibat penanganan yang tidak higienis dan penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang tidak diizinkan, salah satunya boraks Tujuan : Mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada makanan jajanan yang dijual radius 1 km dari Umiversitas Respati Kampus 2 Yogyakarta. Metode Peneltian : Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan rancangan deskriptif observasional. Sampel penelitian ini adalah semua makanan jajanan yang dijual radius 1 km dari Kampus 2 Universitas Repati, Jalan Tajem, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta. Uji Laboratorium Analisis Kandungan Boraks dilaksanakan di Balai Laboratorium Kesehatan Dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Hasil : Sampel makanan jajanan yang diteliti sebanyak 6 sampel. Hasil uji boraks yang dilakukan menyatakan keenam sampel negative kandungan boraksnya. Kesimpulan : Makanan jajanan yang dijual disekitar Kampus 2 Respati Yogyakarta Radius 1 Kilometer tidak ada yang mengandung boraks dan aman untuk dikonsumsi. Kata Kunci : Makanan jajanan; boraks PENDAHULUAN Makanan jajanan adalah makanan yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Istilah makanan jajanan tidak jauh dari istilah junk food, fast food, dan street food karena istilah tersebut merupakan bagian dari istilah makanan jajanan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Makanan jajanan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena harga relatif murah, memiliki cita rasa yang enak dan juga mudah untuk didapatkan. Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan, akan tetapi bisa berdampak negatif bagi kesehatan apabila makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba akibat penanganan yang tidak higienis dan penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) yang tidak diizinkan (Mudjajanto, 2005). Gaya hidup yang semakin tinggi mengakibatan peran makanan jajanan bagi masyarkat cukup tinggi. Salah satunya adalah gaya hidup mahasiswa, dimana aktivitas mahasiswa di luar rumah yang semakin tinggi, mengakibatkan mereka sngat bergantung dengan makanan jajanan. 1

Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/ MenKes/Per/IX/88 boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang untuk digunakan dalam pembuatan makanan. Boraks yang tercampur dalam makanan akan terserap oleh darah dan disimpan dalam hati. (Suklan H, 2002 dalam widayat, 2011). Asam borat atau boraks ( boric acid ) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005 dalam Widayat 2011). Boraks memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat, misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder, pembuatan gelas, bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009 dalam Widayat, 2011). Nevrianto (1991) menyebutkan bahwa Boraks dinyatakan dapat mengganggu keseahatan bila digunakan dalam makanan, misalnya mie, bakso kerupuk. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g (Simpus, 2005). METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan rancangan deskriptif observasional. Pendekatan deskriptif adalah menggambarkan terkait masalah kesehatan yang terjadi pada kasus atau fenomena berdasarkan distribusi tempat, waktu, dan lain - lainatau mendeskripsikan seperangkat peristiwa yang terjadi atau kondisi populasi saat itu (Hidayat, 2010). Penelitian ini dilakukan di sekitar Kampus 2 Universitas Respati Yogyakarta, Jalan Raya Tajem KM 1.5 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta dan Balai Laboratorium Kesehatan Dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. penelitian ini adalah semua makanan jajanan yang dijual radius 1 km dari Kampus 2 Universitas Repati, Jalan Tajem, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua makanan jajanan yang ada di wilayah Jalan Tajem. Sampelnya adalah semua makanan jajanan yang dijual radius 500 meter arah utara dan 500 meter arah selatan dari Kampus 2 Universitas Repati, 2

Jalan Tajem, Maguwoharjo, Depok, Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan Purposive Random Sampling, yaitu dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria sampel tersebut yaitu: makanan jajanan yang diproduksi sendiri atau dititipkan ke pedagang, belum memiliki label pangan, dijual tanpa proses pengolahan dan persiapan lebih lanjut. Jumlah sampel yang masuk dalam kriteria adalah 6 sampel. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan secara deskriptif yang disertai dengan tabel, narasi, dan pembahasan, serta diambil kesimpulan apakah makanan jajanan radius 1 km di Kampus 2 Universitas Respati Yogyakarta mengandung boraks atau tidak. HASIL Pengambilan sampel makanan jajanan pada penelitian ini dilakukan di sekitar Kampus 2 Universitas Respati Yogyakarta, dimana radiusnya adalah saty kilometer. Penelitian laboratorium kandungan boraks pada makanan jajanan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang. Makanan jajanan yang dibeli seberat 250 gram per sampel. Berat sampel merupakan berat minimal untuk pengujian kandungan boraks pada makanan yang ditetapkan oleh Balai Laboratorium Kesehatan Dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tabel 2. Nama Makanan Jajanan Dan Jumlah Sampel Nama Makanan Jajanan Jumlah Mie 1 Bakso besar 1 Bakso Kecil 1 Dawet 1 Tahu Bakso 1 Sate sosis 1 Total 6 Hasil pemeriksaan kandungan boraks keenam makanan jajanan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Kandungan Borak Makanan Jajanan Nama Makanan Jajanan Kode Hasil Bakso besar A Negative Mie B Negative Bakso Kecil C Negative Dawet (cendol) D Negative 3

Tahu bakso E Negative Sate sosis F Negative Tabel 3. menunjukkan bahwa keenam sampel makanan jajanan yang diambil disekitar kampus didapat hasil negative. Hal ini menunjukkan bahwa makanan jajanan yang ada di sekitar Kampus 2 Universitas Respati Yogyakarta Radius Dua Kilometer tidak ada yang mengandung borak. Penjaja makanan adalah salah satu tempat yang digunakan untuk menyediakan makanan dan minuman yang siap unuk dikonsumsi. (Septiza, 2008). Makanan jajanan sendiri diartikan sebagai makanan dan minuman yang diolah oleh penyaji makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sbg makanan siap saji untuk dijual bagi umum selain yg disajikan jasa boga, rumah makan, restoran. (Kepmenkes, 2003 ) Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan di masyarakat Indonesia, baik di perkotaan ataupun pedesaan. Konsumsi makanan jajanan terus meningkat dari waktu ke waktu karena terbatasnya waktu untuk mengolah makanan. Penelitian inipun diperkuat dengan wawancara kepada mahasiswa Respati, dimana mereka yang kos ataupun kontrak di area dekat Kampus Respati. Pertanyaan mendasar yang peneliti tanyakan mengenai pemilihan makanan jajanan yang setiap kali mereka pilih sebagai pilihan. Mahasiswa menyampaikan bahwa kebanyakan mereka memilih makanan jajanan karena jam kuliah yang padat, tugas yang menumpuk dan kos-kosan yang tidak memungkinkan untuk mereka memasak. Alasan-alasan inilah yang dapat menggambarkan bahwa pentingnya makanan jajanan yang ada di area Kampus 2 Respati Yogyakarta. Dampak negative bagi tubuh yang disebabkan oleh makanan yang mengandung boraks dengan dosis 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak akan menyebabkan keraunan hingga kematian. Dosis boraks yang lebih rendah ada dalam makanan jajanan, akan terakumulasi pada jaringan di tubuh di otak, hati, ginjal, dan lemak, dan pada akhirnya dapat memicu kanker. (Yuliarti, 2007). KESIMPULAN Makanan jajanan yang dijual radius satu kilometer dari Kampus 2 Universitas Respati negative 4

kandungan boraks dan layak untuk dikonsumsi. SARAN 1. Pengujian keamanan makanan jajanan bisa lebih lengkap, yaitu pemeriksaan formalin ataupun zat pewarna berbahaya 2. Makanan jajanan yang diteliti macamnya bisa diseragamkan dengan lingkup daerah yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan Makassar 2013. Balai POM. Ciri Bakso Mengandung Boraks. Palangkaraya: POM Palangkaraya, 2013.http://www.pom.go.id/index.php/s ubsite/balai/palangkaraya/18/tips/17 (20 November 2015) Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-751-2006. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta Depkes R.I., (2002) Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Ditjen PPM- PLP. Jakarta. Ginting,M. Cara mendeteksi boraks. 2016 Hidayat, A. Aziz. Alimul Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Penerbit Health Books Publishing, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239/Men.Kes/Per/85. 1985. Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Jakarta. Widayat, Dandik. Uji Kandungan Boraks Pada Bakso (Studi pada Warung Bakso di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember). Jember: Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, 2011. Widyaningsih T.D., Murtini E.S. Alternatif Pengganti Formalin pada Produk Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana, 2006. Winarno, F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 5