Indonesia 2015 Ringkasan Pelaksanaan

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI

VI. SIMPULAN DAN SARAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI SEBAGAI PILIHAN TEKNOKRATIK

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

Materi Paparan Menteri ESDM

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Reformasi Sistem Tata Kelola Sektor Migas: Pertimbangan untuk Pemerintah Jokowi - JK

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Versi 27 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

Harga Sebuah Kebijakan Bahan Bakar Fosil: Subsidi Pemerintah Indonesia di Sektor Hulu Minyak & Gas Bumi

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA SEKTOR ESDM

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KATA PENGANTAR. Semarang, Maret 2018

PRE SI DEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini menyajikan pengamatan di 1 bh lokasi PLTP yaitu PLTP

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

Transkripsi:

Secure Sustainable Together Indonesia 2015 Ringkasan Pelaksanaan Kebijakan Energi luar Negara IEA

Secure Sustainable Together Indonesia 2015 Ringkasan Pelaksanaan Kebijakan Energi luar Negara IEA

INTERNATIONAL ENERGY AGENCY Badan Energi Internasional (IEA), sebuah badan independen, didirikan pada November 1974. Mandat utamanya dari dulu dan sekarang- ada 2 bidang: Mempromosikan keamanan energy diantara Negara-negara anggotanya melalui tanggapan kolektif hingga gangguan fisik dalam pengadaan minyak, dan menyediakan riset yang bersifat autoritatif dan analisa terhadap cara-cara untuk memastikan energy yang bisa diandalkan, terjangkau, dan bersih bagi 29 negara anggotanya dan Negara-negara lainnya. IEA membawa program energi yang menyeluruh bagi sesama Negara anggotanya, yang masing-masing berkewajiban untuk menjaga cadangan minyak yang setara dengan 90 hari dari import bersihnya. Tujuan dari IEA meliputi hal-hal berikut: Menjaga akses bagi negara-negara anggotanya atas pengadaan segala bentuk energy yang bisa diandalkan dan cukup; khususnya dengan cara menjaga kemampuan tanggap darurat yang efektif jika terjadi gangguan pengadaan energy. Mempromosikan kebijakan energy yang berkesinambungan yang memacu pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dalam konteks global khususnya dalam hal mengurangi emisi rumah kaca yang sangat mempengaruhi perubahan iklim. Mendukung kolaborasi global dalam teknologi energy untuk mengamankan cadangan energy dimasa depan dan memperingan dampak lingkungannya, termasuk dengan cara peningkatan efisiensi energy dan pengembangan dan penggunaan teknologi berkarbon rendah. International Energy Agency 9 rue de la Fédération 75739 Paris Cedex 15, France www.iea.org Mencarikan jalan keluar atas tantangan energy global melalui peran serta dan dialog dengan Negara-negara anggotanya, IEA member countries: industry, organisasi internasional dan pemangku kepentingan lainnnya. Australia Austria Belgium Canada Czech Republic Denmark Estonia Finland France Germany Greece Hungary Ireland Please note that this publication is subject to specific restrictions that limit its use and distribution. The terms and conditions are available online at www.iea.org/t&c/ Italy Japan Korea Luxembourg Netherlands New Zealand Norway Poland Portugal Slovak Republic Spain Sweden Switzerland Turkey United Kingdom United States The European Commission also participates in the work of the IEA. Secure Sustainable Together

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama RINGKASAN PELAKSANAAN KEMAJUAN SUBSTANSIAL 1. RINGKASAN PELAKSANAAN DAN REKOMENDASI UTAMA Sejak terjadinya krisis ekonomi di Asia, perkembangan ekonomi dan politik Indonesia serta proses transisi menuju demokrasi dapat dikatakan sangat berhasil. Indonesia telah mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi secara konsisten dalam 15 tahun terakhir, bergabung dengan G20, menjaga kestabilan sistem demokrasinya yang masih baru, dan melimpahkan wewenang pelaksanaan otonomi dalam proses pengambilan keputusan dan kuasa anggaran ke pemerintah daerah. Indonesia hingga saat ini masih tetap menjadi pengekspor energi (net energy exporter). Indonesia merupakan eksportir batu bara terbesar di dunia dan eksportir terbesar di tingkat regional untuk gas bumi dan bahan bakar nabati. Selain minyak dan produk minyak, Indonesia merupakan negara yang memiliki kemandirian energi. Pengembangan produksi batubara, minyak sawit dan biomassa, serta peningkatan yang sangat substansial dalam eksploitasi potensi energi terbarukan, telah sangat membantu dalam keberhasilan ini. Namun demikian, di tengah berkurangnya cadangan dan produksi minyak dan gas bumi, berkurangnya kegiatan eksplorasi, dan kilang-kilang minyak yang kondisinya semakin tua, Indonesia semakin tergantung pada pasokan minyak impor dan saat ini menjadi importir minyak terbesar kedua di tingkat regional. Indonesia memiliki nilai subsidi BBM yang sangat besar, yang selalu menjadi masalah sejak Indonesia masih menjadi net oil exporter. Keberhasilan pertumbuhan ekonomi Indonesia, meningkatnya standar kehidupan, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang demikian cepat berdampak pada meningkatnya konsumsi energi yang semakin cepat pula. Proyeksi IEA memperkirakan kecenderungan ini akan terus berlanjut. Ketahanan energi dan kemampuan untuk memenuhi permintaan energi yang terus berkembang adalah tantangan utama dalam kebijakan energi Indonesia. Kesinambungan keberhasilan ekonomi, politik dan sosial sangat bergantung pada kemampuan Indonesia dalam memastikan penyediaan energi yang berkelanjutan dan cukup bagi kebutuhan konsumen. Memenuhi pertumbuhan kebutuhan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan dari pasokan energi menjadi pilar utama dari kebijakan dan strategi ekonomi serta investasi. Untuk mencapai hal ini maka dibutuhkan perbaikan lebih jauh lagi dalam pembentukan sistem kelembagaan di Indonesia, perlunya penguatan dalam perencanaan kebijakan dan implementasinya, investasi dalam infrastruktur energi yang penting, dan usaha yang berkelanjutan guna menuju pasar energi yang terkelola dengan baik dan untuk menciptakan struktur harga yang berbasis biaya. Indonesia telah memulai proses perubahan dan telah berhasil melaksanakan beberapa perubahan penting. Indonesia telah memiliki kerangka kebijakan energi yang lebih baik 3

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama dan sejalan dengan rekomendasi yang diberikan dalam Kajian Kebijakan Energi Indonesia, yang diterbitkan IEA pada tahun 2008. Secara khusus, Indonesia telah menetapkan sejumlah kebijakan energi yang penting, seperti UU Energi pada tahun 2007, Undang-Undang Ketenagalistrikan tahun 2009, dan Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara tahun 2009. Indonesia juga telah meningkatkan kerangka kelembagaan dengan membuat Unit Kebijakan dan Perencanaan dalam Dewan Energi Nasional (DEN) dan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Unit Kebijakan dan Perencanaan ini memungkinkan DEN untuk memperkuat kapasitasnya dalam melakukan pemodelan dan perencanaan kebijakan energi yang bekerjasama dengan instansi terkait. Hal ini sangat membantu dalam penyusunan perencanaan energi nasional yang lebih terarah, termasuk dengan memunculkan target yang cukup ambisius untuk energi terbarukan. Berdasarkan hal ini, Ditjen EBTKE bekerjasama dengan Kementerian Keuangan, menyediakan insentif bagi investor untuk mengembangkan energi terbarukan yang diharapkan dapat menciptakan pasar listrik yang lebih menarik. Pemberian insentif melalui mekanisme feed-in tariff menjadi faktor penting untuk mengoptimalkan potensi energi terbarukan Indonesia. Selain itu, adanya nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian ESDM dan Kementerian Kehutanan juga diharapkan dapat mendorong akselerasi pengembangan panas bumi yang banyak terdapat di kawasan hutan. Kementerian ESDM juga berhasil meningkatkan kualitas data untuk tender blok migas, serta meningkatkan transparansi dalam proses tender tersebut. Kedua hal ini menjadi sebuah langkah menuju ke arah yang tepat dan akan sangat membantu dalam meningkatkan daya tarik eksplorasi minyak dan gas bumi di Indonesia. Indonesia juga telah meningkatkan komitmennya dalam bidang perubahan iklim, tidak hanya memperkenalkan pemutakhiran inventarisasi karbon, tetapi juga menyerahkan Komunikasi Nasional Kedua untuk PBB pada tahun 2010. Dalam bidang efisiensi energi dan konservasi, Indonesia telah menyusun dokumen perencanaan dan kebijakan yang diperlukan serta mulai membangun standar efisiensi energi untuk gedung, peralatan dan industri. Dalam hal subsidi energi, Indonesia terus mereformasi struktur tarif pelanggan listrik dan telah meperkenalkan sistem kenaikan tarif bertahap pada tahun 2013 dan 2014. Pemerintah juga telah mengurangi subsidi BBM pada tahun 2008, dan pada tahun 2013 dan 2014 menaikkan harga jual BBM seiring dengan terus membesarnya nilai subsidi. MENINGKATKAN DAN MENYELARASKAN LEMBAGA DAN KEBIJAKAN 4 Terlepas dari kemajuan di beberapa sektor sejak Kajian Kebijakan Energi Indonesia tahun 2008, namun kebijakan nasional dan kerangka kelembagaan mengalami penurunan sinergisitas yang seharusnya dapat diperbaiki dengan cara pembagian tugas dan tanggungjawab yang lebih jelas, peningkatan koordinasi yang lebih baik dan lebih berorientasi pada pasar. Kebijakan energi Indonesia mengalami banyak kesulitan dikarenakan banyaknya keterlibatan berbagai lembaga dan badan dengan peran yang saling tumpang tindih. Secara khusus, adanya kebijakan kementerian yang saling tumpang tindih, dewan-dewan dan satuan tugas, yang masing-masing memiliki kewenangan

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama dengan koordinasi kebijakan di sektor yang sama, hanya akan mempersulit ketimbang mempermudah proses dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Ditambah lagi dengan tidak adanya tanggung jawab yang jelas dalam bidang perumusan dan implementasi kebijakan. Hal ini kemudian menyebabkan tidak adanya satu peran tanggung jawab yang jelas dalam menyampaikan tujuan-tujuan kebijakan yang telah dibuat dan pada akhirnya tidak ada lembaga yang dapat dimintakan pertanggungjawaban ketika tujuan tersebut tidak tercapai dalam waktu yang telah ditentukan. Seluruh kondisi di atas pada akhirnya mengakibatkan penetapan target kebijakan yang kadang-kadang terlalu ambisius dan lebih mencerminkan prioritas politik daripada target yang mungkin dicapai. yang Walaupun memang kebijakan energi harus memiliki visi yang besar, namun hal ini tetap harus didukung oleh data-data yang akurat, pemodelan ekonomi yang komprehensif, dan didasarkan pada pengalaman dalam mengimplementasikan oleh pihak-pihak terkait. Salah satu contohnya adalah target untuk mencapai 23% energi baru terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025. Masing-masing perencanaan dan kebijakan nasional ini turut mendorong pengembangan energi, sebagai contoh, Kebijakan Energi Nasional, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, dan sebagainya. Namun kerapkali kebijakan-kebijakan tersebut tidak dimutakhirkan secara bersamaan, yang menghasilkan beberapa perbedaan dalam penetapan target kebijakan. Ketidakkonsistenan ini tercermin dalam perencanaan kebijakan sektoral yang seringkali tidak menggunakan perkembangan terakhir atau target utama yang harus dicapai, sebagai akibat tidak jelasnya target utama atau target utama lainnya yang lebih tinggi. Hal ini terjadi bukan hanya karena disebabkan oleh banyaknya lembaga pelaksana, jumlah kementerian (yang berjumlah 34), dan begitu banyaknya dewan di berbagai sektor, satuan tugas dan badan-badan koordinasi, namun juga dikarenakan oleh adanya proses desentralisasi kelembagaan yang terjadi secara terus menerus. Kebijakan dan peraturan di tingkat pusat dan daerah harus konsisten: Indonesia perlu memastikan standardisasi nasional dalam hal peraturan daerah dan perundang-undangan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memperbarui UU Energi tahun 2007 untuk menggambarkan dengan jelas tanggung jawab lembaga di tingkat pusat, dan memastikan bahwa peraturan di tingkat daerah harus menyesuaikan dengan kerangka peraturan dan perundangan-undangan sektor energi di tingkat pusat/nasional. MENINGKATKAN KERANGKA HUKUM DAN PERATURAN Meskipun Indonesia telah banyak membuat kemajuan dalam proses transisi dari sistem ekonomi yang terpusat menjadi sistem ekonomi yang berbasis pasar, dalam bidang kerangka hukum dan peraturan masih banyak hal yang memerlukan perbaikan lebih lanjut jika Indonesia ingin menarik investasi yang diperlukan agar dapat terus mengembangkan dan menjaga kestabilan sektor energi. Peraturan yang diterbitkan banyak yang bertolak belakang dengan kebijakan yang ada dan/atau bertentangan langsung dengan hukum yang berlaku. Adanya peraturan yang menyimpang pada tingkat pusat dan daerah untuk bidang industri ekstraktif merupakan salah satu contoh kasus yang paling mudah dilihat, tetapi tentunya bukan berarti tidak ada kasus-kasus lainnya. Hal ini tentunya menjadi tantangan yang serius bagi investor 5

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama swasta, yang pada akhirnya akan memengaruhi keyakinan mereka terhadap interpretasi atas peraturan dan perundangan yang ada. Investasi swasta sangat bergantung pada peraturan yang jelas dan transparan serta sangat membutuhkan tingkat kepercayaan yang baik terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Indonesia harus membuat kejelasan dalam hal perundangundangan, peraturan dan mekanisme sistem pajak bagi para investor yang berinvestasi di sektor sumber daya alam serta di sektor pembangkit listrik. Hal yang sangat penting untuk dilakukan saat ini adalah perlunya dibentuk sebuah lembaga independen atau setidaknya ada dua unit kunci dalam pemerintahan yang independen atau tidak memiliki tanggung jawab langsung kepada kementerian khususnya dalam bidang regulasi di sektor hulu migas, sektor hilir migas, dan sektor listrik. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bisa berperan sebagai sebuah contoh organisasi dari lembaga yang independen namun tetap menjadi bagian dari institusi negara. Adanya penggabungan dari regulator di tingkat sektoral ke Kementerian ESDM, atau kepada Badan Usaha Milik Negara, telah menjadi sebuah contoh konflik kepentingan yang saling berbenturan secara langsung dalam bidang penegakan hukum dan peraturan yang ada. MENINGKATKAN DAN MEMPERLUAS INFRASTRUKTUR 6 Menyediakan infrastruktur yang tepat merupakan tantangan utama Indonesia untuk mencapai target pencapaian bauran energi yang cukup ambisius, dan meningkatkan produksi energi untuk memastikan bahwa kebutuhan yang terus meningkat dapat terpenuhi. Rencana peningkatan produksi energi terbarukan sangat bergantung kepada adanya investasi yang besar pada jaringan transmisi dan investasi pada pembangunan pembangkit listrik panas bumi, energi surya dan energi angin. Demikian pula dalam hal pembentukan pasar gas domestik juga sangat membutuhkan pembangunan infrastruktur gas sehingga dapat mengalihkan gas untuk tujuan ekspor ke pasar domestik. Sektor batubara dalam negeri akan dapat mendapatkan benefit bila rencana pembangunan jalur kereta batubara jadi dilaksanakan, dan sektor ketenagalistrikan juga memerlukan penambahan pembangunan jaringan transmisi. Indonesia sebenarnya sudah mengidentifikasi kebutuhan proyek infrastruktur ini dalam kebijakan dan rencananya namun seringkali pembangunannya tertunda dan sumber pendanaannya tidak jelas. Tanpa adanya pembangunan infrastruktur baru, Indonesia menghadapi resiko pemadaman listrik di masa mendatang dan meningkatkan biaya energi sebagai akibat dari meningkatnya ketergantungan terhadap impor. Adapun hal lain yang berkaitan dengan investasi di bidang infrastruktur adalah pembebasan lahan. Proyek investasi, baik yang didanai oleh sektor publik atau swasta, sering tertunda dikarenakan ketidakjelasan kepemilikan lahan serta buruknya prosedur pembebasan lahan untuk proyek-proyek yang merupakan prioritas utama. Indonesia perlu mengembangkan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemilik lahan undang -undang pertanahan yang komprehensif guna menggantikan semua peraturan yang saling tumpang tindih, kontradiktif serta membingungkan baik di dalam undang-undang, peraturan pemerintah maupun pada prosedur yang berlaku. Aturan dan regulasi di setiap sektor selanjutnya harus selaras dengan aturan yang akan

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama menjadi payung hukum ini. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga harus memberi dukungan kepada investor dengan memastikan bahwa pembangunan infrastruktur energi yang sangat penting dapat dibangun melalui mekanisme pembebasan lahan yang cepat dengan tanpa mengabaikan hak pemilik lahan dan komunitas lokal. Secara umum, pemerintah Indonesia perlu memperkuat dukungannya untuk melakukan investasi di bidang infrastruktur energi yang penting dan meningkatkan koordinasi antara semua instansi pemerintahan secara signifikan. Badan Penanaman Modal harus diperkuat dan pelayanan terpadu untuk mengkoordinasikan investasi di bidang energi terbarukan, kelistrikan, dan gas bumi harus dibentuk di dalamnya. Hal ini akan sangat membantu investor ketika menjalani proses untuk mendapatkan izin untuk pembangunan infrastruktur energi pada masing-masing kota/kabupaten, daerah provinsi dan tingkat pusat. MENGHAPUSKAN SUBSIDI DAN BERPINDAH KE HARGA PASAR Subsidi energi menghambat proses transisi Indonesia ke sistem energi yang berkelanjutan dalam berbagai bentuk. Pertama, subsidi mengambil banyak sumber dana dari APBN yang sebenarnya dapat digunakan untuk membiayai infrastruktur penting dibidang energi (lihat di atas) dan kesehatan, pendidikan dan program lainnya. Subsidi juga tidak sejalan dengan konservasi energi dan peralihan ke energi alternatif yang lebih bersih, sehingga menghambat pencapaian sasaran Kebijakan Energi Nasional Indonesia dan kemudian akan meningkatkan ketergantungan pada impor energi. Pengenalan harga sesuai pasar untuk semua jenis energi merupakan langkah penting yang harus dilakukan jika Indonesia ingin mencapai tujuannya dalam bidang energi, termasuk mengurangi porsi minyak dalam bauran energi serta meningkatkan produksi energi terbarukan, dan menarik investasi di bidang infrastruktur energi yang penting. Daripada hanya sekedar melakukan respon terhadap anggaran jangka pendek dan tekanan hutang, pemerintah seharusnya lebih berkonsentrasi pada bagaimana memperkenalkan fluktuasi harga dan menerapkan langkah-langkah untuk menghentikan subsidi, dan harus secara ketat mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Tentunya, setiap kebijakan penghentian subsidi akan memiliki dampak negatif dalam jangka pendek seperti adanya kenaikan biaya hidup dan tekanan inflasi. Pemerintah perlu memastikan untuk menyediakan kompensasi sebagai dukungan kepada masyarakat miskin. Mengingat banyaknya penolakan atas rencana reformasi subsidi di masa yang lalu, pemerintah perlu menyusun strategi politis yang jelas mengenai pengurangan subsidi, berkomunikasi secara terbuka mengenai langkah-langkah yang ingin diambil, serta melakukan transparansi atas realokasi anggaran subsidi, dan menyediakan kompensasi terhadap masyarakat miskin atau terhadap masyarakat yang beresiko untuk kembali menjadi masyarakat miskin. MENJAMIN KEBERLANJUTAN SEKTOR ENERGI Pengurangan subsidi energi dipastikan akan meningkatkan keberlanjutan sektor energi, mendorong konservasi energi dan memacu penggunaan transportasi yang lebih efisien. 7

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama Selain itu juga akan memunculkan peluang penghematan anggaran yang dapat digunakan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan. Kemudian, usaha untuk meningkatkan keberlanjutan di sektor energi sangatlah penting guna memastikan bahwa Indonesia bisa mencapai target pengurangan gas rumah kaca (GRK) Ini juga memerlukan penggunaan teknologi baru dan yang lebih efisien di sektor transportasi dan pembangkit listrik. Teknologi batubara bersih (Clean Coal Technology/CCT) sangatlah penting dalam hal ini, mengingat peningkatan pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) di Indonesia. Perlindungan lingkungan juga perlu ditingkatkan khususnya di tingkat lokal dimana terjadi kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati di Indonesia maka harus dihentikan. Penerapan dan penegakan peraturan yang ada juga sangat penting. Kecuali ekstraksi sumber daya alam Indonesia dilakukan secara berkelanjutan, Indonesia dapat berisiko kehilangan modal alam yang besar dengan hanya mendapatkan imbalan keuntungan jangka pendek. MEMBANGUN PASAR GAS DOMESTIK REKOMENDASI UTAMA Keinginan Indonesia untuk membangun pasar gas domestic yang merupakan elemen penting dalam kajian ini saat ini menghadapi semua rintangan yang telah dijelaskan di atas. Ini akan menjadi ujian utama dari kemampuan pemerintah dalam mengatasi tantangan kebijakan dan peraturan yang ada, dan juga sebagai usaha untuk menjadikan gas bumi sebagai bridging fuel menuju sektor energi yang lebih berkelanjutan. Pertama, pemerintah perlu mengatasi perencanaan kebijakan jangka panjang yang kurang terintegrasi; investasi infrastruktur jangka panjang, konstruksi dan penyaluran perdana (commissioning); dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan di pasar energi termasuk sektor listrik termasuk kendala fisik dan hambatan lainnya. Kedua, jaringan transmisi juga perlu berevolusi untuk dapat memfasilitasi munculnya pasar gas bumi domestik yang transparan dan terintegrasi. Pengawasan dan koordinasi sektor transportasi gas harus berada dalam badan regulator yang independen. Badan ini juga harus memiliki tugas untuk mengawasi pengembangan jangka panjang di sektor ini, serta melaksanakan transparansi akses transmisi dan penentuan harga. Akhirnya, pemerintah juga perlu melakukan penyesuaian alokasi pasokan gas dan harga gas yang disubsidi. Disinilah, secara bertahap harus diperkenalkan mekanisme harga yang transparan dan dapat diprediksi serta juga dapat membawa harga gas bumi domestik yang terintegrasi lebih dekat menuju ke tingkat ekspor. Pemerintah Indonesia sebaiknya: Dengan tegas menghapuskan subsidi bahan bakar fosil dengan menerapkan jadwal penghentian subsidi yang ada dan memulai dalam skala yang lebih besar serta melakukan kampanye komunikasi jangka panjang atas kebutuhan, waktu dan realokasi belanja negara, termasuk langkah-langkah kompensasi untuk perbaikan hidup bagi masyarakat miskin, dan sosial serta infrastruktur investasi yang menguntungkan bagi seluruh masyarakat. 8

1. Ringkasan pelaksanaan dan rekomendasi utama Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan peraturan dan kebijakan energi; memastikan konsistensi antara skenario pemodelan, target, dan implementasi; dan berkonsentrasi pada kualitas proses legislatif dan perundang-undangan dengan memperjelas kompetensinya masing-masing, meningkatkan konsultasi dengan para pemangku kepentingan, memastikan pelaksanaan dan akuntabilitas di tingkat nasional dan daerah. Meningkatkan kerangka investasi energi dengan mempercepat proses pengambilan keputusan dan membuka sektor energi untuk mengarah kepada mekanisme berbasis pasar untuk harga dan pilihan bahan bakar. Membentuk unit khusus dalam Badan Koordinasi Penanaman Modal guna memfasilitasi investasi infrastruktur di bidang energi terbarukan, listrik dan gas bumi, yang akan memberikan saran dan dukungan kepada investor dalam memperoleh perijinan dan lisensi yang diperlukan baik dari lembaga pusat dan daerah. Mengembangkan dan melaksanakan rencana pembangunan jangka panjang infrastruktur gas bumi yang terintegrasi, perubahan struktur harga gas bumi dan mekanisme pengalokasian, dan membentuk satu regulator hilir yang independen untuk gas bumibumi dan listrik, dengan target tujuan jangka panjang guna mencapai pangsa pasar nasional yang terintegrasi serta penggunaan gas yang lebih efisien. 9

nline bookshop www.iea.org/books PDF versions at 20% discount International Energy Agency 9 rue de la Fédération 75739 Paris Cedex 15, France Tel: +33 (0)1 40 57 66 90 E-mail: books@iea.org

Publikasi ini telah diproduksi dengan bantuan keuangan dari Agence Francaise de Developpement dan Departemen Pembangunan Internasional Inggris, serta Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang. Pandangan yang diekspresikan dalam dokumen ini tidak semestinya pandangan resmi dari negaranegara anggota IEA atau sesuatu penyumbang dana. The IEA is the author of the original English version of this publication. Translation of this publication is under the sole responsibility of the translator; as such, the IEA takes no responsibility for the accuracy or completeness of this translation. Publikasi ini mencerminkan pandangan Sekretariat Badan Energi Internasional (IEA) tetapi tidak mencerminkan pandangan secara individu negara-negara anggota IEA.IEA tidak membuat perwakilan atau jaminan, tersurat maupun tersirat, sehubungan dengan isi publikasi (termasuk kelengkapan atau akurasi) dan tidak bertanggung jawab atas penggunaan atau ketergantungannya, pada publikasi. Dokumen ini dan peta apapun yang ada disini disertakan tanpa mengurangi status atau kedaulatan atas wilayah, dengan garis batas depan internasional dan batas-batas dan nama dari setiap wilayah, kota atau daerah. Publikasi IEA 9, rue de la Fédération, 75739 Paris cedex 15 Dicetak di Prancis oleh IEA, februari 2015 Desain Sampul: IEA. Foto Kredit: GraphicObsession.

Kebijakan Energi luar Negara IEA Indonesia 2015 Indonesia dapat melakukan banyak pencapaian ekonomi dan politik selama 15 tahun terakhir: Indonesia secara konsisten telah menempatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mengikuti organisasi G20, menstablikan demokrasinya yang masih dini, dan mengubah pola kekuasaan anggaran dan pengambilan keputusan. Agar dapat menambah daftar jejak rekam kesuksesan ini lebih jauh lagi, tergantung kepada kemampuan Indonesia untuk menjaga pengadaan energi yang cukup dan berkelanjutan kepada market dan khususnya kepada para konsumennya. Walaupun Indonesia masih menjadi eksportir net energy sehubungan dengan pengembangan dari batu bara dan produksi biofuel cair, Indonesia menggunakan lebih banyak energy sebagai dampak dari meningkatnya standard kehidupan, pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi yang cepat. Indonesia sudah sangat bergantung kepada impor minyak. Memenuhi pertumbuhan permintaan dan memastikan kesinambungan lingkungan atas pengadaan energy merupakan pilar-pilar kewajiban inti atas kebijakan dan strategi ekonomi dan investasinya. Indonesia telah menerapkan perubahan-perubahan penting sejak IEA menerbitkan ulasan pertamanya atas kebijakan energi nasional ditahun 2008. Kunci kesuksesannya antara lain terbitnya Undang-undang 2007 tentang Energi, Kebijakan Energi Nasional tahun 2008, Undangundang Listrik tahun 2009, dan Undang-undang tahun 2009 mengenai Pertambangan Mineral dan Batubara. Namun, pemerintah perlu melanjutkan proses reformasi secara lebih seksama dan menerapkan peningkatan lebih lanjut atas pembentukan kelembagaan Indonesia, bersamaan dengan perencanaan dan implementasi kebijakan yang lebih kuat, lebih banyak investasi pada infrastruktur energi yang penting, dan pergerakan berkelanjutan atas pasar-pasar energy teratur, dan penentuan harga yang berbasis biaya. Ulasanini menganalisis perubahan-perubahan kebijakan energy yang dihadapi oleh Indonesia dan menyajikan kritik dan rekomendasi untuk perbaikan kebijakan lebih lanjut. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu negara ini menuju masa depan energy yang aman dan berkesinambungan.