BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Beberapa penyakit menular sudah bisa ditangani seperti cacar dan frambusia, namun masih banyak penyakit menular lain yang masih belum bisa dituntaskan seperti kusta, diare dan tuberkulosis (TB). TB merupakan penyakit yang dapat menginfeksi berbagai organ atau jaringan tubuh dan TB paru merupakan bentuk infeksi dari bakteri TB yang paling banyak ditemukan. 1 TB paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. 10 TB juga termasuk salah satu mayoritas penyakit yang menyerang anak di dunia. 2 Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit TB pada anak usia di bawah 15 tahun merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting, salah satu alasannya adalah karena bayi dan anak lebih berisiko dibandingkan orang dewasa dalam hal mengembangkan bentuk ganas dari TB misalnya TB meningitis. Diantara anak-anak, kasus TB paling banyak ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun dan pada remaja usia di atas 10 tahun. 3 WHO memperkirakan setiap tahunnya TB pada anak menyumbangkan 6-10% dari seluruh kasus TB di dunia. Selain itu, kira-kira 500.000 anak di dunia menderita TB dan lebih dari 74.000 anak-anak meninggal karena penyakit tersebut setiap tahunnya. 27 Menurut
WHO, pada tahun 2012 sebanyak 8,6 juta jiwa menderita TB dan 1,3 juta diantaranya meninggal karena TB dengan CFR sebesar 15,12%. Lebih dari 95% kasus TB terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2012, 530.000 anak-anak usia di bawah 15 tahun menderita TB dan 74.000 diantaranya meninggal karena TB dengan CFR sebesar 13,96%. 4 Berdasarkan data WHO Global TB Report 2013, Indonesia termasuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah kasus TB terbesar pada tahun 2012 dan berada pada urutan keempat dengan jumlah kasus TB terbesar di bawah negara India, China dan Afrika Selatan. 5 Pada tahun 2010 terdapat 7 negara yang merupakan anggota ASEAN telah mencapai target penemuan penderita TB paru yang ditetapkan WHO yaitu 70%, termasuk Indonesia dengan angka penemuan penderita 78%. Pada tahun 2011, negara anggota ASEAN yang memiliki prevalensi TB tertinggi adalah Kamboja dengan prevalensi sebesar 817 per 100.000 penduduk dan Indonesia berada pada urutan keenam dengan prevalensi sebesar 281 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk angka kematian diantara negara-negara anggota ASEAN, Indonesia berada pada urutan kelima dengan angka kematian tertinggi sebesar 27 per 100.000 penduduk. 7 Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi TB paru di Indonesia pada kelompok umur di bawah 1 tahun sebesar 200 per 100.000 penduduk dan pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 400 per 100.000 penduduk. 6 Provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi yang menempati urutan keempat dengan jumlah kasus baru TB Paru BTA positif tertinggi di Indonesia sebanyak 18.257 kasus. 7 Cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA positif di Sumatera
Utara tahun 2012 yaitu sebesar 82,57% dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 76,57% dan tahun 2010 yaitu 68,86%. 8 Provinsi Sumatera Utara termasuk salah satu provinsi dengan proporsi TB anak (0-14 tahun) kurang dari 5% yaitu sebesar 2,4% pada tahun 2012. 9 Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, jumlah kasus TB paru pada kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia ada sebanyak 1.703 kasus. Pada kelompok umur yang sama dilihat dari tingkat Provinsi, jumlah kasus tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 205 kasus, Jawa Timur sebanyak 200 kasus, Jawa Tengah 147 kasus dan pada urutan ke-4 adalah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus sebanyak 132 kasus. 7 Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota. Pada tahun 2012, kota Pematangsiantar berada di urutan kedelapan dengan angka prevalensi TB tertinggi sebesar 227 per 100.000 penduduk. 8 Data yang diperoleh dari catatan rekam medik di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar pada saat melakukan survei pendahuluan, jumlah balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar dari tahun 2010-2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2010, jumlah balita penderita TB paru yang dirawat inap tercatat 29 balita, tahun 2011 terdapat 37 balita dan tahun 2012 terdapat 40 balita. Jadi, jumlah balita penderita TB paru yang dirawat inap tahun 2010-2012 di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar ada sebanyak 106 balita.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2012. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru berdasarkan variabel sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, suku, agama dan tempat tinggal. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan status gizi. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan status imunisasi BCG. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan diagnosa penyakit.
e. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata balita penderita TB paru yang dirawat inap. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan sumber biaya. h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan status gizi. i. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan status imunisasi BCG. j. Untuk mengetahui perbedaaan distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan status gizi. k. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan status imunisasi BCG. l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. n. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar mengenai karakteristik balita penderita TB paru sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dalam hal perawatan dan pengobatan balita penderita TB paru. 1.4.2. Bagi penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai permasalahan pada Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya pada bidang TB paru dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 1.4.3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan TB paru pada balita.