2017 PETA D ASAR PERTANAHAN BERBASIS CITRA SATELIT QUICKBIRD D I KECAMATAN PAMANUKAN D AN PUSAKANAGARA KABUPATEN SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

III. METODE PENELITIAN

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau


BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Citra Satelit IKONOS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA UNTUK PENATAAN RUANG WILAYAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

BAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dewasa ini, manusia seakan berpacu dalam waktu di dalam kehidupan

BAB IV ANALISIS. 1. keberadaan dan ketersediaan data 2. data dasar 3. hasil 4. rancangan IDS untuk identifikasi daerah rawan banjir

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab IV Analisis dan Pembahasan

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

KATA PENGANTAR. melimpahkan rahmat berserta karunian-nya, serta selawat beriring salam kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab III Pelaksanaan Penelitian

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RELASIONAL PENGINDERAAN JAUH DENGAN PEMETAAN PENGADAAN TANAH JALAN TOL TRANS JAWA

1.3 Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perlunya peta dasar guna pendaftaran tanah

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

EKSTRAKSI GARIS PANTAI MENGGUNAKAN HYPSOGRAPHY TOOLS

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

Isfandiar M. Baihaqi

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

Ina-Geoportal : Satu Peta, Satu Solusi

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN RESOLUSI SPASIAL, TEMPORAL DAN RADIOMETRIK SERTA KENDALANYA

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA, KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN)

BAB I PENDAHULUAN. dengan lokasi yang diinginkan atau sebaliknya dengan memilih informasi yang

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

Pemetaan Desa. Untuk Percepatan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan. Prof. Hasanudin Z. Abidin Kepala Badan Informasi Geospasial

Noorlaila Hayati, Dr. Ir. M. Taufik Program Studi Teknik Geomatika, FTSP-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya (hinterland) akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu dalam

Pengantar Sistem Informasi Geografis O L E H : N UNUNG P U J I N U G R O HO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur spasial berupa peta dasar pertanahan merupakan syarat penting bagi pelaksanaan pelayanan pertanahan bagi masyarakat Indonesia. Peta dasar pertanahan dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran umum bagi pelaksanaan pengukuran di lapangan. Suatu peta dasar pertanahan sangat berguna dalam memberikan orientasi bagi pemetaan bidang tanah untuk menunjang tertib administrasi data bidang tanah. Bahkan suatu peta dasar pertanahan merupakan sumber data penting bagi pembuatan Peta tematik pertanahan dan peta turunan lainnya (BPN, 2010). Saat ini ketersediaan Peta dasar pertanahan di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan berbagai permasalahan yang tidak hanya berdampak pada buruknya pelayanan pertanahan namun dapat menimbulkan konflik atau pertentangan yang berkaitan dengan tanah. Kondisi seperti tersebut kerap kali memaksa penggiat pertanahan di kantor pelayanan untuk berkreasi dalam mencari sumber data peta dasar pertanahan, salah satu nya dalam perolehan data citra satelit untuk pembuatan peta dasar pertanahan (BPN, 2010). Tujuan dari pembuatan peta dasar pertanahan untuk Pelaksanaan Pendaftaran Tanah sesuai pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997 untuk memberikan kepastian hukum, menyediakan informasi serta terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Jaminan kepastian hukum tersebut meliputi jaminan kepastian hukum mengenai subyek, jaminan kepastian hukum mengenai obyek dan jaminan kepastian hukum mengenai hubungan hukum antara subyek dan obyek (BPN, 1998). Pembuatan peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah yang selama ini menggunakan cara terrestrial dan fotogrametri tidak mampu memenuhi dan mencakup seluruh wilayah Indonesia. Masih banyak bidang-bidang tanah yang belum terdaftar serta titik-titik dasar teknik yang belum terpasang, yang seharusnya menjadi titik ikat bagi pengukuran detail terhadap bidang-bidang 1

tanah tersebut agar tidak melayang, hal tersebut dapat dibantu dengan pemetaan teknologi digital (BPN, 2010). Pelaksanaan pemetaan pada era teknologi sekarang ini selalu mengacu pada teknologi digital sehingga standarisasi juga mengacu pada alat dan produk digital. Secara umum citra atau image merupakan salah satu format data spasial. Citra merupakan data spasial yang menyajikan data suatu fenomena geografi yang disimpan dalam satu rangkaian unit yang disebut pixel (picture element). Pelaksanaan pemetaan membutuhkan data digital, citra satelit resolusi tinggi dapat menjadi solusi nya. Citra satelit resolusi tinggi merupakan citra-citra satelit yang memiliki resolusi spasial 0,6 4 m (DigitalGlobe, 2009). Manfaat yang diberikan dari citra satelit beresolusi tinggi yaitu Konprehensif, gambar permukaan dengan ketajaman tinggi dapat memberi gambaran keruangan yang menyeluruh dalam area yang luas, diperoleh dalam waktu yang relatif singkat, Efisiensi karena tidak perlukan perijinan khusus, standar harga yang rasional serta berlaku internasional, pengolahan yang tidak banyak membutuhkan banyak waktu (Achmad Siddik Thoha, 2008). Perkembangan teknologi citra satelit resolusi tinggi seperti Citra Satelit Quickbird yang mempunyai resolusi sampai 0,6 m memudahkan serta mempercepat upaya penyatuan peta-peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah yang ada. Kegiatan ini mendorong proses pembuatan peta digital secara cepat untuk mendukung Sistem Informasi Geografis sehingga dapat pula digunakan untuk mengambil kebijakan pertanahan dengan lebih baik karena didukung sistem informasi yang akurat dan lengkap (DigitalGlobe, 2009). Citra satelit reolusi tinggi dapat menghasilkan peta skala besar dalam menunjang peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah. Saat ini terdapat beberapa citra yang mempunyai resolusi tinggi diantaranya yang sudah dimanfaatkan dalam berbagai keperluan pemetaan yaitu Citra satelit quickbird (BPN, 2010). Citra satelit quickbird mengumpulkan citra panchromatic (warna hitam putih) dengan resolusi 0.6 meter dan juga mengumpulkan citra satelit multispectral (berwarna) dengan resolusi spasial 2.4 meter. Dengan tingkat resolusi spasial yang tinggi seperti itu, bangunan seperti rumah, gedung-gedung 2

perkantoran, dan banyak bangunan lainnya akan tampak dengan cukup jelas (DigitalGlobe, 2009). Citra satelit quickbird juga merupakan salah satu citra satelit yang digunakan sebagai penyusun google earth dan google maps, walaupun datanya kurang begitu akurat karena data citra satelit yang ditampilkan bukan kondisi terkini dan tidak semua area tercover oleh citra satelit quickbird (Muhamad Irdian, 2008). Citra satelit quickbird membuat semua area akan terlihat dengan sangat jelas dan proses pembuatan peta dasar pertanahan ini dapat dilaksanakan dengan cepat tanpa memakan waktu lama. pembuatan peta dasar pertanahan tidak menggunakan citra satelit landsat, Karena resolusi dari landsat masih rendah jika dibandingkan dengan citra satelit quickbird, dan landsat ini bukan bagian dari citra satelit resolusi tinggi dan jika memakai citra satelit landsat untuk pembuatan peta dasar pertanahan maka tidak dapat dilaksanakan dengan waktu yang cepat dan efisien (Muhamad Irdian, 2008). Kabupaten Subang merupakan sebuah kabupaten di tatar pasundan Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung Barat di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat. Kabupaten Subang merupakan salah satu tempat di Indonesia yang ketersediaan peta dasar pertanahan nya masih sangat terbatas, oleh karena itu penulis berencana untuk membuat peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah dengan menggunakan citra satelit quickbird. Penulis memilih dua lokasi di Kabupaten Subang yaitu Kecamatan Pamanukan dan Kecamatan Pusakanagara untuk dibuatnya peta dasar pertanahan. Kecamatan Pamanukan terdiri atas sawah berpengairan teknis, Kecamatan Pamanukan ini membutuhkan peta dasar pertanahan untuk kegiatan pendaftaran tanah, karena di Kecamatan Pamanukan ini masih banyak masyarakat yang belum mendaftarkan tanah nya kepada kantor pertanahan. Kecamatan Pusakanagara merupakan kawasan dengan ketinggian 1-2 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Pusakanagara ini merupakan kawasan dekat dengan pantai dan laut, 3

Kecamatan Pusakanagara sangat membutuhkan juga Peta Dasar Pertanahan, sama hal nya dengan Kecamatan Pamanukan, di Kecamatan Pusakanagara ini hanya sebagian masyarakat saja yang telah mendaftarkan tanah nya ke kantor pertanahan, dan dengan adanya Peta Dasar Pertanahan di Kecamatan Pusakanagara ini dapat bermanfaat untuk pendaftaran tanah yang akan dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Pusakanagara. Berdasarkan Uraian tersebut maka penulis mengambil judul Peta dasar pertanahan berbasis citra satelit quickbird di Kecamatan Pamanukan dan Pusakanagara Kabupaten Subang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik dari Citra Satelit Quickbird untuk pembuatan Peta dasar pertanahan? 2. Bagaimana penyajian peta dasar pertanahan dengan menggunakan Citra Satelit Quickbird? 3. Berapa skala yang dapat dipergunakan dari Citra Satelit Quickbird untuk keperluan pembuatan Peta dasar pertanahan? C. Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang karakteristik dari Citra Satelit Quickbird untuk pembuatan Peta dasar pertanahan. 2. Untuk mengetahui tentang penyajian Peta dasar pertanahan dengan menggunakan Citra Satelit Quickbird. 3. Untuk mengetahui tentang besar nya skala yang dapat dipergunakan untuk keperluan pembuatan Peta dasar pertanahan. D. Manfaat 4

Secara Teoritis penelitian ini berguna sebagai pengembangan konsep materi atau ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan. Dan secara Praktis penelitian ini diharapkan: 1. Memberikan wawasan kepada penulis dan tambahan pengetahuan konsep keilmuan khususnya tentang pengolahan Peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah. 2. Tersedianya Peta Dasar pertanahan di Kecamatan Pamanukan dan Pusakanagara Kabupaten Subang yang berbasis pada Citra Satelit Quickbird. 3. Untuk para pembaca dan Dosen, penelitian ini sebagai media informasi tentang pembuatan Peta dasar pertanahan untuk pendaftaran tanah. 5