HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PE RKEMBANGAN BALITA DI DESA KARANGASEM PONJONG GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIYAH 50 SURAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-5 TAHUN DI BOYOLALI SKRIPSI

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN FREKUENSI PIJAT DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI RUMAH BERSALIN RACHMI NGAMPILAN YOGYAKARTA TAHUN

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah keturunan kedua.

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI DI PUSKESMAS KRATON YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tangan mereka kelak nasib bangsa ini ditentukan. Jika suatu bangsa memiliki

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN DENGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA DI DESA KALIGONO. Pratiwi Dyah Kusumanti, Elvy Nurika Zulaicha

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

Fery Budianto * )., ABSTRAK

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

Dasar Pembentukan Bina Keluarga Balita

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 7-24 Bulan di Desa Jembungan

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK NIDZAMIYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN 2017

HUBUNGAN STIMULASI PSIKOSOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSI PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK YAYASAN WANITA KERETA API MOJOKERTO

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PE RKEMBANGAN MOTORIK BALITA DI DESA KARANGASEM PONJONG GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madia Kebidanan pada Program Studi Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun oleh : VINA DEWANTARI NIM : 060105145 PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2009

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA DI DESA KARANGASEM PONJONG GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 Vina Dewantari 1, Dewi Rokhanawati 2, Herni Astuti 3 Intisari:Pengaruh perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik. Penelitian ini menggunakan metode observasional korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling.. Pengolahan data menggunakan rumus Chi Square. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul tahun 2009(p) 0,927. Saran bagi bidan dan kader kesehatan di Desa Karangasem agar meningkatkan deteksi dini tentang tumbuh kembang anak khususnya perkembangan motorik kasar dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik terutama status gizi balita. Kunci : Status gizi, Perkembangan motorik PENDAHULUAN Angka kematian balita di Indonesia masih tinggi. Diskusi forum jurnalis di Jakarta beberapa waktu yang lalu memaparkan data dari SDKI tercatat pada tahun 2002-2003 angka kematian balita 35 per 1000 kelahiran hidup (Republika, 2004). Menurut DepKes RI (2006) angka kematian balita menggambarkan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakut menular dan kecelakaan. Seorang anak merupakan harapan orang tua sebagai penerus dan tumpuan bangsa. Untuk mendapatkan anak yang sehat, cerdas dan sesuai dengan tumbuh kembangnya memerlukan pemenuhan semua kebutuhan anak itu baik itu kebutuhan fisik, psikologis, sosial, maupun spiritualnya. Tumbuh kembang yang optimal bertujuan untuk menjadikan anak menjadi manusia yang berkualitas dengan tidak hanya sekedar tumbuh secara fisik namun juga berkemampuan untuk berdaya guna dan berhasil guna baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa serta umat manusia ( Hurlock, 2000). Sejak dahulu, masalah perkembangan anak telah mendapat banyak perhatian. Semakin meningkatnya lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini saat ini menunjukkan besarnya perhatian masyarakat dan berbagai pihak lainnya 1 Mahasiswa DIII Prodi Kebidanan STIKES Aisyiyah Yogyakarta 2 Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Terhadap perkembangan anak. Selain itu pemerintah mengeluarkan Undangundang No.4 1979 tentang kesejahteraan anak menjadi alasan kuat mengapa kesejateraan anak menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan. Misalnya hak atas perawatan, asuhan, bimbingan serta kasih sayang dari orang tua. Ini menyangkut dengan perkembangan anak yang wajar. Sedangkan pada pasal 4 ayat 1 Undang-undang No.4 Tahun 1976 mengatakan, anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan negara, atau orang, atau badan lain. Sehingga diharapkan anak dapat tumbuh berkembang secara wajar baik secara jasmani maupun rohani, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, pendidikan, dan kedudukan sosial (Yanuar, 2008). Periode balita merupakan salah satu periode tumbuh kembang terpenting karena pada masa balita ini proses tumbuh kembang berlangsung cepat dan dapat dikatakan bahwa tumbuh kembang masa balita merupakan dasar dari pencapaian proses tumbuh kembang pada usia anak selanjutnya. Jadi tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak merupakan kurun waktu yang kritis bagi anak ( FKUI, 1996). Salah satu aspek penting pada proses tumbuh kembang adalah perkembangan motorik karena merupakan awal dari kecerdasan dan emosi sosialnya (DepKes, 2006). Perkembangan anak yang normal sangat bergantung pada faktor genetik, lingkungan, bio, fisik, psiko sosial, dan rekayasa genetik. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan tubuh yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya dan bila tidak dilatih akan terjadi suatu keterlambatan atau penyimpangan perkembangan motorik (Hurlock, 2000). Pengaruh perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik. Alasannya ada dua, pertama, menimbulkan akibat yang tidak menguntungkan bagi pembentukan konsep diri anak. Akibatnya sering menimbulkan masalah perilaku dan emosi anak. Alasan yang kedua, keterlambatan motorik berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi keterampilan motorik. Apabila upaya mempelajari ketrampilan terlambat karena keterlambatan peletakan landasan ketrampilan itu, maka akan mengalami kerugian pada saat mereka mulai bermain dengan anak lainnya (Hurlock,2000). Beberapa kondisi tertentu dapat mempengaruhi terganggunya perkembangan motorik anak. Kondisi tersebut antara lain sifat dasar genetik, kondisi prenatal khususnya gizi ibu, kesehatan dan gizi selama awal kehidupan bayi, cacat fisik dan rangsangan atau dorongan orang tua (Soetjiningsih, 1998). Salah satu kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah keadaan gizi setelah lahir. Nutrisi atau makanan yang diberikan pada anak sangat penting untuk perkembangan tubuh misalnya perkembangan saraf dan otot yang penting untuk perkembangan motorik (Hurlock, 2000). Gizi memiliki peranan yang tidak

diragukan lagi pada tumbuh kembang anak terutama dalam kaitannya dengan lingkungan anak sejak dalam kandungan hingga remaja. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidak-mampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan khronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ini yaitu melalui program Bina Keluarga dan Balita (BKB). Program BKB adalah program pembinaan kesehatan anak usia dini pada keluarga dan balita. Keluarga yang mempunyai anak dibawah lima tahun diberi pengetahuan mengenai tumbuh kembang anak, cara mendeteksi, dan bagaimana cara agar tumbuh kembang anak menjadi optimal. Program ini berada di bawah tanggung jawab BKKBN atau sekarang disebut PLKB tapi untuk pelaksanaannya dilakukan sepenuhnya oleh kader posyandu setempat setelah diberi penyuluhan dan pelatihan oleh PLKB (BKKBN, 2003). Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas Ponjong II jumlah balita yang dilakukan DTKB adalah sebanyak 872 balita dengan 127 balita (14,56%) mengalami keterlambatan perkembangan. Delapanpuluh satu balita (63,77%) mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan sisanya sebanyak 46 anak (36,22%) mengalami keterlambatan perkambangan bahasa dan sosial. Dari 81 balita yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik, paling banyak terdapat di Desa Karangasem yaitu sebanyak 47 balita (58,02%). Sedangkan untuk status gizi balita di wilayah Puskesmas Ponjong II berdasarkan data yang diperoleh terdapat 20 balita yang berada di bawah garis merah, 5 diantaranya terdapat di Desa Karangasem. Berdasarkan hasil DTKB yang dilakukan pada tanggal 12 November 2008 di Posyandu Lendang yang terdapat di Desa Karangasem, dari 10 anak yang dilakukan DTKB terdapat 4 anak yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik. Tiga diantaranya merupakan anak yang mempunyai status gizi di bawah garis merah. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan status gizi dengan perkembangan motorik balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul tahun 2009. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasional korelasi yaitu meneliti hal yang sudah ada tanpa perlakuan yang sengaja untuk membangkitkan suatu gejala atau keadaan (Arikunto,2002). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan motorik balita. Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional (pendekatan silang) yaitu penelitian mengenai situasi yang dilakukan pada suatu waktu tertentu (Arikunto, 2002). Pada saat penelitian, peneliti menilai status gizi dan perkembangan motorik pada saat yang bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita beserta balitanya (1-5 tahun) di Desa

Karangasem,Ponjong, Gunungkidul, Yogyakarta dengan jumlah 150 ibu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2005). Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan prosentase 25 %, sehingga didapatkan sampel sejumlah 38 responden. Instrumen dalam penelitian ini mengggunakan timbangan dacin untuk mengukur status gizi sebagai variabel bebas dan KPSP untuk mengukur perkembangan motorik sebagai variabel terikat. Analisis data diuji dengan teknik korelasi non parametrik yaitu dengan Chi Square dengan nilai X 2 tabel 5,591, nilai signifikasi p < 0,05. Gambar 4. menunjukkan bahwa sebagian besar balita berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 orang (57,9%). Gambar 5. menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SLTP yaitu 19 orang (50%) untuk ayah dan 17 orang (44,7%) untuk ibu. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3. menunjukkan bahwa sebagian besar balita berumur antara 13 24 bulan yaitu sebanyak 16 orang (42,1%). Gambar 6. menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi yang baik yaitu sebanyak 25 orang (65,8%).

Gambar 7. menunjukkan bahwa sebagian besar balita memiliki perkembangan motorik yang normal yaitu sebanyak 23 orang (60,5%). Tabel 5. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul No. Perkembangan motorik Tidak normal Normal Total χ 2 p Status gizi f % 1. Tidak baik 5 13,2 2. Baik 10 26,3 Tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah balita dengan status gizi baik dan memiliki perkembangan yang normal yaitu sebanyak 15 orang (39,5%) sedangkan responden yang paling sedikit adalah balita dengan status gizi kurang dan memiliki perkembangan tidak normal yaitu sebanyak 5 orang (13,2%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa besarnya χ 2 adalah 0,008 pada df 1 dengan taraf signifikansi p 0,927 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan perkembangan motorik balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul tahun 2009. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul tahun 2009. Tidak adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik anak menunjukkan bahwa perkembangan anak yang normal tidak berhubungan dengan status gizi balita, tetapi berhubungan dengan faktor lain seperti stimulasi f % f % 8 21,1 13 34,2 0,008 0,927 15 39,5 25 65,8 sebagaimana dinyatakan Hurlock (2000) yang menyebutkan bahwa adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Kebutuhan stimulasi atau upaya merangsang anak untuk memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam peningkatan perkembangan anak. Stimulasi pada anak dapat dimulai sejak calon bayi berwujud janin, sebab janin bukan merupakan makhluk yang pasif. Di dalam kandungan, janin sudah dapat bernapas, menendang, menggeliat, bergerak, menelan, mengisap jempol, dan lainnya. Sedangkan stimulasi utama diberikan khusus untuk anakusia 0-7 tahun (Siswono, 2004). Tingkat pengetahuan orangtua balita tentang stimulasi di Desa Karangasem cukup tinggi, hal ini dikarenakan program puskesmas setempat yang mewajibkan para kadernya untuk menyampaikan kembali hasil pertemuan mereka di puskesmas yang salah satunya adalah mengenai perkembangan balita. Kemungkinan ini adalah salah satu hal yang menyebabkan status gizi tidak

mempunyai hubungan dengan perkembangan motorik di Desa Karangasem. Selain itu pekerjaan ibu balita yang sebagian besar ibu rumah tangga sebagaimana ditunjukkan tabel 2. memberikan kemungkinan untuk melatih dan mendidik anaknya dengan gerakangerakan atau bahasa yang memungkinkan untuk meningkatkan perkembangan motorik anak. Dengan adanya usaha ibu balita dalam memberikan rangsangan motorik, maka perkembangan motorik anak dapat berlangsung dengan normal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Balita yang paling banyak memiliki status gizi yang baik yaitu sebanyak 25 orang (65,8%). 2. Balita yang paling banyak memiliki perkembangan motorik yang normal yaitu sebanyak 23 orang (60,5%). 3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik balita di Desa Karangasem Ponjong Gunungkidul tahun 2009 yang ditunjukkan dengan hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa besarnya χ 2 adalah 0,008 pada df 1 dengan taraf signifikansi (p) 0,927. Saran 1. Bagi Kepala Puskesmas Ponjong II Agar dapat menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan perkembangan motorik dan gizi anak seperti lomba balita sehat. 2. Bagi bidan dan kader kesehatan di Desa Karangasem Agar meningkatkan deteksi dini tentang tumbuh kembang anak khususnya perkembangan motorik dan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan motorik terutama status gizi balita 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar melanjutkan penelitian dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak seperti tingkat pengetahuan, sosial ekonomi dan pemberian stimulasi perkembangan. DAFTAR PUSTAKA Hurlock, E.B,. 2000, Perkembangan Anak, Erlangga: Jakarta. Arikunto, S., 2004, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek, Edisi Revisi V, Rineka Cipta:Jakarta Supariasa, I.D.N., 2002, Penilaian Status Gizi, EGC: Jakarta.