BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizinya (BKP, 2013). Menurut Suhardjo dalam Yudaningrum (2011), konsumsi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Faktor Pendukung Peningkatan Kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Pangan berfungsi sebagai sumber tenaga

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

1. KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN, TANTANGAN DAN HARAPAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI INDONESIA 2. PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN KEMISKINAN

Identifikasi Sumber Makanan Pokok untuk Meningkatkan Sistem Ketahanan Pangan Menggunakan Analisa Hirarki Process (AHP)

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PERENCANAAN KEBUTUHAN PANGAN PADA REPELITA VI DI TIGA PROPINSI DI INDONESIA (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1. Tingkat partisipasi konsumsi rumah tangga di DIY menurut wilayah tempat

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PEDESAAN DI DESA SUKOLILO KECAMATAN WAJAK KABUPATEN MALANG Oleh : Gema Iftitah Anugerah Y*

BAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pola konsumsi pangan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan. Harapan (PPH) merupakan rumusan komposisi pangan yang ideal yan g

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

ANALISIS KEBUTUHAN PANGAN DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU. Niken Nurwati, Enny Mutryarny, Mufti 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ANALISISS KERAGAAN DAN STRATEGI PENCAPAIAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN PROVINSI BANTEN

DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN. Nuhfil hanani AR

Zulfadly Urufi, Salahudin, Tofan Dwi Rahardjo. Abstrak

JURNAL OLEH : IKA SAPUTRI DEWI AGRIBISNIS

ANALISIS PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN PENDUDUK KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN DIAN KARTIKASARI

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

POLA KONSUMSI PANGAN DAN PERMINTAAN BERAS OLEH RUMAH TANGGA PENGOLAH GULA MERAH AREN DI KABUPATEN KENDAL

Edisi 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang tertuang di dalam Millenium Development Goals (MDGs).

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

METODE PENELITIAN. Jumlah sampel dalam kecamatan (KK) Nama Desa. KK tidak

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

BAB I LATAR BELAKANG

URUSAN WAJIB KETAHANAN PANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dimana pemenuhannya merupakan hak asasi yang harus dipenuhi. Pangan juga merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan kualitas SDM yang baik diperlukan konsumsi pangan yang bergizi, beragam dan berimbang, tidak hanya berpaku pada satu jenis pangan saja. Semua unsur yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan unsur mikro lainnya dapat dipenuhi melalui makanan. Untuk memenuhi semua unsur tersebut, manusia perlu memperhatikan pola pangan yang mereka konsumsi. Salah satu bentuk perbaikan pola konsumsi pangan adalah melalui penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X (WKNPG) tahun 2012 menganjurkan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia masing-masing adalah 2150 kalori/kapita/hari dan 57 gram/kapita/hari. Pada tahun 2009 energi yang dikonsumsi oleh penduduk sebesar 1.927 kalori/kapita/hari dan protein sebesar 1

2 54,35 gram/kapita/hari dapat dikatakan memenuhi anjuran konsumsi energi protein, namun ternyata skor PPH sebesar 75,7 yang masih jauh dari skor ideal menunjukkan bahwa penganekaragaman konsumsi pangan masih belum terlaksana. Hal ini disebabkan karena masyarakat hanya mengkonsumsi bahan pangan dari satu atau beberapa kelompok pangan saja, yaitu sebagian besar pada kelompok padi-padian (Anugerah, 2015). Hal ini berkaitan pula dengan kondisi pola pangan masyarakat saat ini yang sangat didominasi beras, menyebabkan komoditas ini menjadi satu-satunya sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Indonesia. Beras telah lama menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Citra bahwa pangan hanya disimbolkan dengan beras merupakan inti permasalahannya. Semua orang seperti didorong untuk mengkonsumsi nasi. Bahkan, masyarakat Indonesia menganggap bahwa belum dapat dikatakan makan kalau belum makan nasi. Padahal, sumber karbohidrat harian dapat juga ditemukan dari sumber makanan selain beras, seperti jagung, sagu, singkong, dan lain-lain. Tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, penganekaragaman pangan diperlukan dalam penyediaan konsumsi pangan untuk memenuhi semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh, yang di dalamnya mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur (Dirjen BKM, 2002).

3 Konsumsi pangan merupakan kegiatan mendasar dan perilaku utama bagi pemenuhan kebutuhan dasar individu dan rumah tangga. Konsumsi pangan sebagai bentuk kegiatan sehari-hari yang akan mencerminkan gambaran pola konsumsi pangan dalam memenuhi kecukupan pangan baik jumlah maupun kualitas pangan. Pola konsumsi dapat dijadikan acuan dalam mengukur indikator kesejahteraan penduduk seperti status kesehatan penduduk, status gizi penduduk, dan status kemiskinan penduduk (Widianis, 2014). Pola konsumsi masyarakat menggambarkan alokasi dan komposisi atau bentuk konsumsi yang berlaku secara umum pada anggota masyarakat. Tingkat konsumsi menggambarkan jumlah bahan makanan yang rata-rata dikonsumsi anggota masyarakat. Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaannya dan tingkat konsumsi dapat dikenali berdasarkan jumlah konsumsinya. Anggota masyarakat dalam pengalokasian kegunaan dan jumlah konsumsi tergambar dalam suatu rumah tangga, dimana biasanya tiap rumah tangga mengalokasikan jenis pangan untuk dikonsumsi seluruh anggota rumah tangga tersebut sehingga rumah tangga dapat dipakai untuk mengetahui pola dan tingkat konsumsi masyarakat yang kemudian jumlah konsumsi rumah tangga dibagi oleh jumlah anggota rumah tangga tersebut untuk mendapatkan konsumsi perkapita (Bangun, 2013). Kemiskinan berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dasar baik pangan maupun nonpangan. Besarnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan sebagai indikator kemiskinan (Nicholson, 1995).

4 Beras miskin (raskin) merupakan subsidi pangan dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin) sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan sosial pada rumah tangga sasaran. Keberhasilan Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas,dan tepat administrasi. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.selain itu raskin bertujuan untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah ditentukan (TNP2K, 2012). Tabel 1. Susunan dan Jumlah Pangan Ideal Nasional No. Kelompok Pangan %AKE Energi Berat (kkal/kap/hari) (gr/kap/hari) 1. Padi-padian 50 1000 275 2. Umbi-umbian 6 120 90 3. Pangan Hewani 12 240 140 4. Minyak dan Lemak 10 200 25 5. Buah/Biji Berminyak 3 60 10 6. Kacang-kacangan 5 100 35 7. Gula 5 100 30 8. Sayur dam Buah 6 120 230 9. Lain-lain 3 60 15 Total 100 2000 850 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

5 Tabel 2. Tingkat Konsumsi Pangan Kota Medan Tahun 2015 No. KELOMPOK PANGAN TINGKAT KONSUMSI PANGAN (gr/kap/hr) 1. Padi-padian 283,1 Beras Giling 263,7 Jagung Pipilan 2,7 Tepung Terigu 16,7 2. Umbi-umbian 37,9 Ketela Pohon 13,6 Ubi Jalar 5,1 Sagu 0,0 Kentang 14,5 Umbi-umbian lainnya 4,7 3. Pangan Hewani 278,4 Daging Ruminansia 25,2 Daging Unggas 36,8 Telur 32,9 Susu 22,8 Ikan 160,7 4. Minyak dan Lemak 49,7 Minyak Kelapa 3,2 Minyak Sawit 45,7 Lemak 0,9 Minyak Lain 0,0 5. Buah/Biji Berminyak 245,0 Kelapa 242,7 Kemiri 0,1 Biji Jambu Mete 0,0 Buah Biji Berminyak Lainnya 2,2 6. Kacang-kacangan 16,7 Kacang Tanah 1,0 Kacang Kedelai 12,9 Kacang Hijau 1,5 Kacang-kacangan lainnya 1,3 7. Gula 10,4 Gula Pasir 8,8 Gula Aren 1,6 8. Sayur dan Buah 534,2 Sayur-sayuran 446,3 Buah-buahan 87,9 9. Lain-lain 1,5 Minuman 0,0 Bumbu 0,4 Lainnya 1,1 Sumber: Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

6 Tabel 1 menunjukkan besar Angka Kecukupan Energi (AKE) ideal masingmasing kelompok pangan dan menunjukkan besar energi serta berat konsumsi ideal masing-masing kelompok pangan. Tabel 2 menunjukkan pola konsumsi pangan Kota Medan tahun 2015. Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa berat konsumsi pangan dengan kelompok padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak serta sayur dan buah lebih besar dibandingkan berat konsumsi pangan ideal nasional, dimana konsumsi pangan di Kota Medan kelompok padi-padian sebesar 283,1 gr/kap/hr dan dapat dikatakan lebih besar daripada berat konsumsi pangan ideal nasional sebesar 275 gr/kap/hr. Untuk konsumsi pangan di kota Medan kelompok pangan hewani sebesar 278,4 gr/kap/hr dan lebih besar dibandingkan berat konsumsi pangan ideal nasional sebesar 140 gr/kap/hr. Konsumsi pangan di kota Medan untuk kelompok pangan minyak dan lemak sebesar 49,7 gr/kap/hr lebih besar dibandingkan berat konsumsi pangan ideal nasional sebesar 25 gr/kap/hr. Untuk kelompok pangan buah/biji berminyak dikonsumsi sebesar 245 gr/kap/hr dimana lebih besar dibandingkan berat konsumsi pangan ideal sebesar 10 gr/kap/hr. Konsumsi pangan untuk kelompok pangan sayur dan buah di kota Medan sebsar 534,2 gr/kap/hr dimana lebih besar dibandingkan dengan konsumsi pangan ideal sebesar 230 gr/kap/hr. Sementara berat konsumsi pangan umbi-umbian, kacang-kacangan, gula serta pangan lain-lain lebih kecil dibandingkan dengan berat konsumsi pangan ideal. Untuk kelompok pangan umbi-umbian dikonsumsi sebanyak 37,9 gr/kap/hr

7 dimana lebih kecil dibandingkan berat konsumsi pangan ideal sebesar 90 gr/kap/hr. Komoditas pangan kacang-kacangan dikonsumsi sebesar 16,7 gr/kap/hr dimana berat konsumsi pangan ideal 35 gr/kap/hr. Gula dikonsumsi sebanyak 10,4 gr/kap/hr dimana lebih kecil dibandingkan berat konsumsi pangan ideal sebesar 30 gr/kap/hr. Untuk konsumsi pangan lain seperti minuman dan bumbu-bumbuan dikonsumsi sebanyak 1,5 gr/kap/hr dan lebih kecil dibandingkan berat konsumsi pangan ideal sebesar 15 gr/kap/hr. Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Kelurahan Terjun merupakan kelurahan kedua terbanyak di Kecamatan Medan Marelan yang menerima raskin. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak rumah tangga di Kelurahan Terjun yang dapat dikategorikan sebagai rumah tangga miskin dan hampir miskin. Peneliti melakukan kajian analisis pola konsumsi pangan rumah tangga miskin untuk mengetahui bagaimana situasi konsumsi pangan rumah tangga miskin secara aktual, menghitung kuantitas konsumsi pangan rumah tangga miskin dan menganalisis bagaimana ketahanan pangan rumah tangga miskin. Indikator rumah tangga miskin dalam kajian ini ialah rumah tangga yang menerima raskin. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian?

8 2. Bagaimana kuantitas konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian? 3. Bagaimana ketahanan pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pola konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis kuantitas konsumsi pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis ketahanan pangan rumah tangga miskin di daerah penelitian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumber pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai pola konsumsi pangan rumah tangga miskin. 2. Sebagai sumber informasi dan referensi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,.