BAB IV PEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dewasa ini, mobilitas Warga Negara Asing. (selanjutnya disingkat WNA) yang masuk ke wilayah Indonesia akan terus

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I PENDAHULUAN. untuk tempat tinggalnya di atas tanah. Pada perkembangan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

POLITIK HUKUM PERTANAHAN BAGI WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UU NOMOR 5 TAHUN 1960

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM AGRARIA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. pembangunan sarana kepentingan umum. Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB III TANGGUNG JAWAB PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI DALAM MENYELENGGARAKAN PENGURUSAN SATUAN RUMAH SUSUN

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 5 TAHUN 1974 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN

Menimbang: Mengingat:

PEMILIKAN HUNIAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA 1 Oleh : Eugenie Vita Paulina Kaseger 2

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

Lex Administratum, Vol. II/No.2/Apr-Jun/2014. PENGATURAN DAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH RUMAH SUSUN 1 Stefano Sampouw 2

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018


negara dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyalahgunaan perizinan..., Mumtazah, FH UI, 2010.

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI ORANG ASING DI INDONESIA

PROSPEKTIF KEBIJAKAN KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH BAGI WARGANEGARA ASING DI INDONESIA. Widyarini Indriasti W. * ABSTRACT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1974 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1996 TENTANG PEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

Dirangkup dari pendapat : Prof. Dr. Maria SW Sumardjono, SH.,MCL.,MPA Sebagai referensi Puslitbang BPN-RI didalam merumuskan pokok-pokok pikiran

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 3 PENGATURAN PEMILIKAN TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING DAN BADAN HUKUM ASING DI INDONESIA

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

BAB I PENDAHULUAN. pengganti Undang-undang no 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. konsep dikuasai oleh negara artinya negara mengatur, dalam hal ini negaralah

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan yang berperan penting dalam proses penegakan hukum. Untung S. Radjab (2000 : 22) menyatakan:

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN OLEH WARGA NEGARA ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP HAK MILIK TERSELUBUNG

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL - BUTON 2015 PERDAKAB. BUTON NO. 1, LD. 2015/NO

BAB 1 PENDAHULUAN. Agraria Isi dan Pelaksanaannya Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta : Djambatan, 2005), hal

HAK WARGA NEGARA ASING ATAS PENGUASAAN TANAH DI INDONESIA. Oleh : Vina Jayanti I Nyoman Wita. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

I. PENDAHULUAN. pesat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang didapatkan dibangku perkuliahan dan diterapkan di tempat kerja

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penegak hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

BAB I. PENDAHULUAN A.

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

PENGUASAAN TANAH OLEH WARGA NEGARA ASING DENGAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE) DI WILAYAH INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1

BAB II KONSEP WEWENANG ADMINISTRASI PERTANAHAN BAGI PENYELENGGARAAN PERUMAHAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. RI No. II/MPR/1983 tentang GBHN. Dengan demikian peradilan TUN

SKRIPSI KEPEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH ORANG ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA

MEKANISME PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN/PEMUKIMAN ZAIDAR, SH,MH. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. keluar wilayah suatu negara harus tunduk pada hukum negara tersebut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1977 TENTANG PERWAKAFAN TANAH MILIK. Presiden Republik Indonesia,

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

PENGERTIAN Hak Milik Hak Guna Usaha Hak Guna Bangunan Hak Pakai Hak Milik adalah hak turuntemurun,

BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan

BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 04 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUASAAN ATAS TANAH

SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN PROGRAM EVALUASI DAN PELAPORAN SEKSI PENGAWAS PEMERINTAH BIDANG BELANJA APARATUR

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA RENCANA KERJA (RENJA)

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN

GLOSARIUM. : Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian : Kartu Izin Tinggal Terbatas

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB IV PEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN BAGI WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA A. Kepastian hukum dalam pemilikan satuan rumah susun bagi warga negara asing di Indonesia Menurut Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, yang menjadi dasar dan kepastian hukum dalam pemilikan satuan rumah susun bagi warga negara asing secara jelas telah dijabarkan dalam PP No. 41 Tahun 1996 tentang pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia, begitu juga dengan status perolehan hak yang dapat dimiliki oleh warga negara asing. Menurutnya, UU dan PP yang mengatur tentang pemilikan hunian tempat tinggal bagi orang asing sudah mampu melindungi kepentingan warga negara Indonesia di negaranya sendiri, hal tersebut terlihat dari kemanfaatannya yang sudah tercapai. 1 Munculnya PP No. 41 tahun 1996 sebagai aturan tentang pemilikan hunian bagi orang asing di Indonesia merupakan langkah antisipasif yang di lakukan Pemerintah sebagai upaya menanggapi adanya fenomena globalisasi dunia yang membawa dampak bagi mobilitas manusia dari berbagai negara di Indonesia. Maksud dari adanya PP ini adalah untuk lebih menjamin kepastian hukum dalam kemungkinan pemilikan rumah tempat tinggal bagi orang asing di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UU No. 16 Tahun 1985 tentang rumah susun. Dengan demikian pemilikan rumah tersebut tidak menyimpang dari tujuan, yaitu sekedar dukungan yang wajar bagi penyelenggara 1 Hasil wawancara dengan Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 20 April 2010.

usahanya dan tidak semata-mata bagi kepentingan orang asing itu, tetapi lebih dapat memberikan manfaat atau kontribusi terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Adapun kepastian hukum dalam pemilikan hunian tempat tinggal bagi orang asing yaitu berupa sertipikat kepemilikan atas tanah dan bangunan. Sertipikat tersebut digunakan sebagai alat bukti kepemilikan yang sah yang dapat dipunyai oleh orang asing tersebut yang sebelumnya telah didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat. PP tersebut ditindak lanjuti dengan adanya Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 7 tahun 1996 dan No. 8 tahun 1996. Dalam rangka pemilikan hunian rumah oleh orang asing menurut PP No. 41 Tahun 1996 dapat dipastikan bahwa akan dilakukan perbuatan-perbuatan hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah beserta rumah oleh orang asing yang bersangkutan. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 7 Tahun 1996 menetapkan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan perbuatan hukum termasuk di atas, baik mengenai subyek hukumnya ( orang asing ), mengenai cara memperoleh hak/ rumah maupun mengenai batasan rumah/ hak yang akan diperoleh serta kewajiban orang asing yang telah memperoleh rumah di Indonesia. 2 Kepemilikan hunian tempat tinggal bagi warga negara asing perolehan hak atas tanahnya dibatasi dengan status Hak Pakai atau Hak Sewa" dan hanya diperbolehkan memiliki satu rumah untuk hunian tempat tinggal. Namun, karakter hukum dari bangunan yang dibangun diatas tanah hak sewa atau hak pakai mengandung kelemahan karena sifatnya hanya sementara dan tidak memperoleh kekuasaan mutlak atas hak tanahnya. Hal tersebut dilakukan sebagai antisipasi pemerintah dalam upaya melindungi kepentingan nasional dan kepentingan bangsa Indonesia. Dalam hal ini keberadaan 2 Indonesia, Peraturan Pemerintah, Surat Edaran Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 110-2871, butir 1.

orang asing di Indonesia sifatnya hanya sementara, untuk itu dalam perolehan hunian tempat tinggal di Indonesia terdapat beberapa batasan-batasan. Dengan adanya kesempatan orang asing untuk memperoleh hunian tempat tinggal di Indonesia, hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Di sisi lain, banyaknya orang asing yang memerlukan tempat tinggal akan meningkatkan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di bidang pembangunan perumahan dan akan menambah pemasukan devisa dari orang asing yang membeli rumah. Jika kita pelajari UU No. 16 Tahun 1985 tentang rumah susun, maka hukum kita memungkinkan orang-orang atau badan-badan hukum asing yang berkedudukan di Indonesia memiliki satuan rumah susun, yang dalam hal ini jika orang asing tersebut memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah bersama di atas mana bangunan gedungnya berdiri. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka pada prinsipnya orang asing dan badan hukum asing diharapkan dapat pula mendukung deregulasi yang dikeluarkan Pemerintah di bidang penanaman modal asing, yang memberikan izin investasi modal asing antara 30 sampai 60 tahun. Dengan penanaman modal jangka panjang akan banyak orang asing yang perlu tinggal cukup lama di Indonesia sehingga pemilikan rumah akan lebih menguntungkan bagi mereka daripada menyewa atau mengontrak. 3 B. Upaya penangulangan penyelundupan hukum dalam pemilikan satuan rumah susun Arus globalisasi dan perdagangan bebas yang melanda dunia saat ini menyebabkan aspek dan pola hidup masyarakat dunia berubah terutama masyarakat Indonesia. Mudahnya orang asing masuk ke Indonesia membawa dampak yang cukup besar bagi 3 Hutagalung, Arie S, Condominium dan Permasalahannya, ( Depok : Badan Penerbit FHUI, 2002 ), edisi kedua, hal. 99.

perubahan hukum yang ada. Hal itu terjadi karena adanya desakan masyarakat akan kepastian hukum dan jaminan akan hukum di Indonesia baik bagi WNI maupun bagi WNA. Dalam hal ini permasalahan yang timbul dalam perubahan hukum itu adalah sejauh mana bisa sesuai dengan perubahan tersebut dan bagaimana tatanan hukum itu agar tidak tertinggal dengan perubahan masyarakat. Di samping itu, sejauh mana masyarakat dapat mengikat diri dalam perkembangan hukum agar ada keserasian antara masyarakat dan hukum supaya melahirkan ketertiban dan ketentraman yang diharapkan. Ketentuan ini hanya dapat dilaksanakan pada hukum modern sebagai lawan dari hukum tradisional. 4 Namun, hukum sudah menjadi bahan refleksi sejak dahulu kala, maka kegiatan berpikir tentang hukum tidak dapat bertolak dari titik nol. Artinya, pemikiran tentang hukum merupakan lanjutan pemikiran hukum pada zaman dahulu. Beberapa pemilikan hukum tersebut melampaui generasi dan zamannya, hal tersebut merupakan wujud pemberontakan terhadap dominasi wacana arus utama yang tidak mampu lagi menjelaskan dan menjawab berbagai kebutuhan kemanusiaan akan hukumnya. 5 Dalam kaitannya dengan pembaruan hukum di Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) tahun 1993 mengamanatkan Pembangunan Jangka Panjang ( PJP ) II dalam rangka memantapkan sistem hukum nasional yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, pembangunan hukum diarahkan untuk menghasilkan produk hukum nasional yang mampu mengatur tugas umum pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan nasional, didukung oleh aparatur hukum yang bersih, berwibawa, penuh pengabdian, sadar dan taat hukum, mempunyai rasa keadilan sesuai kemanusiaan, serta 4 Manan, Abdul, Aspek-aspek Pengubah Hukum, ( Jakarta : Kencana Prenada Media, 2009 ), cetakan ketiga, hal. 63-64. 5 Rahardjo, Satjipto, Membangun dan Merombak Hukum Indonesia Sebuah Pendekatan Lintas Disiplin, ( Yogyakarta : Genta Publishing, 2009 ), hal. v-vi.

yang professional, efisien dan efektif, dilengkapi dengan sarana dan prasarana hukum yang memadai, serta mengembangkan masyarakat yang sadar akan hukum. 6 Salah satu upaya hukum yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatur lebih lanjut ketentuan Pasal 42 UUPA khususnya terkait dengan pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian bagi warga negara asing, disamping untuk secara tidak langsung mencegah upaya-upaya penyelundupan hukum yaitu dengan menerbitkan PP No.41 tentang pemilikan rumah tempat tinggal atau hunian oleh orang asing yang berkedudukan di Indonesia yang diikuti oleh peraturan pelaksananya. 7 Selain itu bentuk upaya yang dilakukan Pemerintah sebagai usaha untuk menghindari adanya penyelundupan hukum pemilikan hunian bagi orang asing, khususnya di Kantor Pertanahan yaitu dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam meneliti berkaitan dengan permohonan sertipikat yang masuk, peningkatan kemampuan dalam bentuk pelatihan dan peningkatan pengetahuan di bidang penyidikan bekerjasama dengan kepolisian unit reserse serta pendidikan dan pelatihan teknis untuk petugas loket ( berhubungan langsung dengan masyarakat pemohon ). 8 Upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah dalam penegakan hukum yakni dengan membuat aturan kejelasan tentang sanksi yang berkaitan dengan adanya penyelundupan hukum yang dilakukan oleh beberapa oknum termasuk WNA dan WNI berupa UUPA Pasal 26 ayat 2 tentang pemindahan hak secara tidak langsung. Dalam hal ini pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin dalam mengeluarkan peraturan-peraturan untuk kenyamanan WNA tersebut tanpa melupakan keamanan dalam arti kepemilikan penguasaan tanah. Dalam upaya menyesuaikan 6 Manan, Abdul, op, cit., hal 65-66. 7 Sumardjo, Maria S. W, Alternatif Kebijakan Pengaturan Hak Atas Tanah Beserta Bangunan bagi WNA dan Badan Hukum Asing, ( Jakarta : Kompas, 2008 ), cetakan kedua, hal. 2-3. 8 Hasil wawancara dengan Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, 20 April 2010.

dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat, kerangka hukum tanah Indonesia kedepan diharapkan mampu mengakomodir dan memenuhi rasa keadilan bagi rakyat dan selalu menjaga konsistensinya sehingga tujuan hukum tanah Indonesia dapat tetap tercapai