PERTEMUAN KE-12 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
Pokok bahasan 1. Pajak Penghasilan Pasal 25 2. Perhitungan PPh Pasal 25 3. PPh Pasal 25 dan SPT Bagian Tahun Pajak 4. PPh Pasal 25 sebelum SPT Tahunan 5. PPh Pasal 25 dan Surat Ketetapan Pajak 6. PPh Pasal 25 Wajib Pajak baru 7. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha 8. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD 9. PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya 10. PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu 11. SPT Masa PPh Pasal 25 12. Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 2
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan (PPh) dalam tahun pajak berjalan untuk setiap bulan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan: a. PPh yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta PPh yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan b. PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Contoh Kasus PPh Pasal 25 Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun 2015 diketahui: Jumlah PPh yang terutang sebesar Rp 50.000.000,00 Data kredit pajak tahun 2015 adalah: a. PPh yang dipotong pemberi Kerja (PPh Pasal 21) Rp 15.000.000,00 b. PPh yang dipungut oleh pihak lain (PPh Pasal 22) Rp10.000.000,00 c. PPh yang dipotong oleh pihak lain (PPh Pasal 23) Rp 2.500.000,00 d. Kredit PPh luar negeri (PPh Pasal 24) Rp 7.500.000,00
Perhitungan Contoh Kasus PPh Pasal 25
PPh Pasal 25 dan SPT Bagian Tahun Pajak Jika PPh sebagaimana dimaksud dalam contoh di atas berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh untuk bagian tahun pajak yang meliputi masa 6 bulan dalam tahun 2015, besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam tahun 2016 adalah sebesar Rp 15.000.000,00/6 bulan = Rp2.500.000,00.
PPh Pasal 25 sebelum SPT Tahunan a. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu. b. Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulan ketiga tahun pajak berikutnya dan bagi Wajib Pajak badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak berikutnya. c. Besarnya angsuran pajak untuk bulan-bulan sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.
Contoh PPh Pasal 25 sebelum SPT Tahunan Apabila SPT Tahunan PPh disampaikan oleh Wajib Pajak orang pribadi pada bulan Februari 2015, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak tersebut untuk bulan Januari 2015 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2014, misalnya sebesar Rp1.000.000,00. Apabila dalam bulan September 2014 diterbitkan keputusan pengurangan angsuran pajak menjadi nihil sehingga angsuran pajak sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2014 menjadi nihil, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari 2015 tetap sama dengan angsuran bulan Desember 2014, yaitu nihil.
PPh 25 dan Surat Ketetapan Pajak 1. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak. 2. Penetapan penghitungan besarnya angsuran pajak berdasarkan: a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian; b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur; c. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan; d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh; e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan; dan f. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak
Contoh PPh 25 dan Surat Ketetapan Pajak Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2015 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Februari 2016, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp1.250.000,00. Dalam bulan Juni 2016 diterbitkan surat ketetapan pajak tahun pajak 2015 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000,00. Besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2016 adalah sebesar Rp2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut bisa sama, lebih besar, atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan.
Wajib Pajak Baru Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan. Untuk Wajib Pajak orang pribadi baru, jumlah penghasilan neto fiskal yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam hal Wajib Pajak baru berupa Wajib Pajak badan yang mempunyai kewajiban membuat laporan berkala, besarnya angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan berkala pertama yang disetahunkan, dibagi 12.
PPh Pasal 25 Wajib Pajak baru Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak baru adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12. dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan pembukuannya; dalam hal Wajib Pajak hanya menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya penghasilan neto setiap bulan, penghasilan neto fiskal dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan bruto.
Daftar Persentase Norma Penghitungan Penerimaan Bruto
Contoh Perhitungan PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Baru
Pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Bank dan Sewa Guna Usaha Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12.
PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak ybs yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak yang lalu, dibagi 12. RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak lainnya Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu 1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 atau lebih tempat usaha. 2. Pedagang Pengecer adalah orang pribadi yang melakukan: a. penjualan barang baik secara grosir maupun eceran melalui suatu tempat usaha. b. penyerahan jasa melalui suatu tempat usaha.
Contoh perhitungan PPh pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha tersebut dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak. Ketentuan wajib mendaftarkan diri juga berlaku dalam hal tempat usaha dan tempat tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama.
PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu a. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha b. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dilakukan melalui Bank Persepsi atau Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak dengan memperhatikan tempat terdaftarnya. c. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 merupakan kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.
Contoh PPh pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Tuan Anto adalah seorang pengusaha pakaian yang mempunyai usaha di beberapa tempat di Jakarta, seperti Mal Taman Angrek, Bintaro Plaza, dan Bekasi Mal yang memiliki peredaran bruto bulan Maret 2015 masing-masing sebesar Rp 80.000.000,00, Rp 50.000.000,00, dan Rp 30.000.000,00. Maka besarnya PPh 25 Tuan Anto untuk masa Maret 2015 dari masing-masing tempat usaha, yaitu: Mal Taman Angrek = 0,75% x Rp 80.000.000,00 = Rp 600.000,- Bintaro Plaza = 0,75% x Rp 50.000.000,00 = Rp 375.000,- Bekasi Mal = 0,75% x Rp 30.000.000,00 = Rp 225.000,- Jumlah angsuran PPh pasal 25 per bulan = Rp 1.200.000,-
Surat Setoran Pajak dan Nomor Transaksi Penerimaan Negara a. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang melakukan pembayaran angsuran PPh Pasal 25 dan Surat Setoran Pajaknya telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum pada Surat Setoran Pajak. b. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 Nihil atau yang melakukan pembayaran tetapi tidak mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, tetap harus menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SPT Masa PPh Pasal 25 1. Dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu tidak melakukan usaha sebagai Pedagang Pengecer di tempat tinggalnya maka Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu tersebut tidak wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal. 2. Pembayaran PPh Pasal 25 yang dilakukan: a. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran tetapi belum melewati batas akhir pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
SPT Masa PPh Pasal 25 (Lanjutan) b. setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dan pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan dan denda Rp100.000,00. 2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal jatuh tempo pelaporan, dikenai sanksi administrasi berupa denda Rp100.000,00.
Jumlah Penghasilan Dan Pembayaran PPh Pasal 25 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh dengan melampirkan daftar jumlah penghasilan dan pembayaran PPh Pasal 25 dari masing-masing tempat usaha ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dengan menggunakan formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER - 32/PJ/2010, 12 Jul 2010.
LATIHAN SOAL PERTEMUAN KE-12