BAB I PENDAHULUAN. Persoalan-persoalan tersebut ada kalanya bersifat monodimensional dan ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada lembaga pendidikan khususnya pada tingkat pendidikan menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah

PERANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH Syamsul Alam WidyaiswaraLPMP Sulawesi Selatan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan sifat dan golongan, Perpustakaan secara umum terbagi menjadi dua

Studi pelayanan perpustakaan sekolah menengah atas sebagai sumber belajar (studi kasus di SMA Negeri 7 Surakarta)

MAKALAH PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR UNTUK KECERDASAN ANAK. Untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pengelolaan Perpustakaan Pendidikan

2015 STUD I TENTANG KOMPETENSI PENGELOLAAN INFORMASI TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

MAKALAH. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERMASALAHAN PERPUSTAKAAN DI SEKOLAH. Oleh Tyas Aningrum

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi membawa konsekuensi dilakukakannya proses pengolahan data

2015 STUDI PENILAIAN PEMUSTAKA TENTANG KOMPETENSI MANAJERIAL TENAGA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

Oleh Kepala Bidang Perpustakaan BPAD Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat

Optimalisasi Layanan Koleksi Audio Visual di Perpustakaan ISI Surakarta oleh Sartini. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun, mengelola,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elin Asrofah Qobtiah, 2013

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN TEORETIS. koleksi buku adalah syarat mutlak untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran perpustakaan sekolah sangatlah signifikan dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan banyak anak atau orang tua agar bisa bersekolah disana.

PEMANTAPAN JARINGAN PEMBINAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL TERHADAP PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH: Pembudayaan Literasi Informasi di Kalangan Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen terletak di Jl. Raya

BAB I. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan salah satu sarana dan sumber belajar yang efektif

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN TEMANGGUNG

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam

OPTIMALISASI FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN MINAT BACA PADA SISWA. Dosen : Nanik Arkiyah, M.

Persiapan Perpustakaan Sekolah dalam Menghadapi Akreditasi Perpustakaan 1. Oleh. Heri Abi Burachman Hakim, SIP 2

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENDUKUNG PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LITERASI DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah merupakan Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang penting bagi bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. buku. Tetapi bila dikaji lebih mendalam gambaran itu masih jauh dari pemahaman

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH

TEMA PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR JUDUL : PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER ILMU MAKALAH

mengembangkan Sekolah Bertaraf Internasional (Septikasari, 2009).

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi (Suatu studi di Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara)

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan merupakan tempat atau sarana yang sangat diperlukan

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

PENYELENGGARAAN DIGITAL LIBRARY DALAM MENINGKATKAN LAYANAN PERPUSTAKAAN BAGI PARA PEMUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan cara yang mudah dengan pengaplikasian teknologi yang canggih.

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan pada umumnya sering kita jumpai di sekolah-sekolah maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Promosi Dan Minat Baca Terhadap Kunjungan Pemustaka Ke Perpustakaan SD SALMAN AL FARISI Bandung

PENDAHULUAN Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat terasa perubahan akibat pengaruh globalisasi tersebut. Dalam era

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang dengan pesatnya. Untuk itu manusia dituntut cepat pula

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

MANFAAT PERPUSTAKAAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR BAGI SISWA DI SEKOLAH DASAR. Dosen : Nanik Arkiyah, M.IP. Oleh : Leny Nurhanifah PGSD/ 7A

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. Oleh Arif Surachman 1

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

Perpustakaan umum kabupaten/kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perpustakaan Sekolah. 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan merupakan salah satu bagian penting terutama bagi

PERAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI ERA GLOBALISASI

INOVASI PERPUSTAKAAN BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK LAYANAN INFORMASI, PENELITIAN DAN REKREASI DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

RENSTRA SKPD KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG JL. PEMUDA NO. 175 TELP SEMARANG

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DALAM ERA GLOBALISASI INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

MAKALAH PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia tidak pernah lepas dari sejumlah persoalan. Persoalan-persoalan tersebut ada kalanya bersifat monodimensional dan ada kalanya bersifat multidimensional. Bahkan tak jarang setelah satu masalah terpecahkan akan muncul masalah baru. Begitu rentannya dunia pendidikan kita terhadap berbagai persoalan, tidaklah berlebihan manakala pada saat ini para ahli dan praktisi pendidikan terus berupaya mengembangkan sistem pendidikan nasional yang adaptabel terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat, baik melalui kajian filosofis atau teoretis maupun melakukan penelitian (Azis, 2009: 1). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah guna tercapainya citacita dalam bidang pendidikan seperti yang diamanatkan oleh pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya yang dilakukan tersebut berupa pembaharuan atau inovasi dalam bidang pendidikan. Pembaharuan atau inovasi pendidikan merupakan suatu perubahan yang baru, yang kualitatif dan berbeda dari sebelumnya, serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam pendidikan (Derasid, 2009: 1). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III ayat (4) menyebutkan bahwa salah satu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, berhitung, bagi 1

2 segenap masyarakat. Bertolak dari undang-undang ini, pemerintah menyadari akan pentingnya budaya membaca, menulis, dan berhitung dalam era informasi seperti sekarang ini. Lahirnya Undang-Undang Sisdiknas ini patut disyukuri sebab berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS dinyatakan bahwa sebagaian besar masyarakat Indonesia belum menjadikan budaya baca sebagai hal utama dalam mendapatkan informasi. Orang lebih suka menonton televisi atau mendengarkan radio (Darmaningtyas, 2008:85). Temuan yang dilansir oleh BPS tentu saja sangat mengkhawatirkan. Kebiasaan menonton televisi akan melemahkan bahkan dapat mematikan budaya membaca. Sesuatu yang disajikan di televisi bersifat instan. Otak pemirsa tidak dirangsang untuk melakukan analisis kritis. Berbeda dengan buku. Pembaca akan bersifat aktif melakukan analisis terhadap teks. Terlebih bagi teks yang cenderung sulit. Konsekuensinya, otak akan dirangsang aktif memecahkan permasalahan. Rendahnya minat baca masyarakat disebabkan oleh sarana prasarana perpustakaan yang relatif minim. Banyak perpustakaan yang dikelola ala kadarnya. Koleksi buku yang ada jauh dari cukup. Selain itu, tenaga perpustakaannya biasanya tidak menguasai masalah perpustakaan. Keberadaan perpustakaan sekolah sampai sekarang sebatas dimaknai sebagai kelengkapan sebuah sekolah (Darmaningtyas, 2007: 86). Secara umum, ada beberapa jenis perpustakaan diantaranya Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Wilayah, Perpustakaan Keliling (Mobile Library), Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Umum (Hartanto, 2006: 4). UNESCO merasa perlu

3 membuat Manifesto untuk Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Umum. Keberadaan perpustakaan ini sangat strategis dalam mengupayakan kecerdasan masyarakat pemakainya. Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dikemukakan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sementara itu Darmono (dalam Anonim, 2009: 3) mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar dan sumber informasi bagi warga sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sarana pendidikan yang amat penting harus diselenggarakan secara efektif dan efisien (Suryosubroto, 2004: 127). Lebih-lebih jika dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini demikian pesatnya, peranan buku sebagi sumber informasi sangat kuat dan mutlak diperlukan. Perpustakaan adalah sumber informasi yang menyediakan segala keperluan bagi masyarakat pemakainya. Fungsi perpustakaan sekolah tidak hanya sebagai sumber kegiatan belajar mengajar, tetapi juga pusat penelitian sederhana, dan rekreasi. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah tidak hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Sekarang ini diketahui bahwa minat baca di kalangan siswa umumnya masih rendah. Alasan

4 klasik yang sering dikemukakan adalah bahwa membaca belum membudaya di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat pelajar (Bafadal, 2005: 5). Pada kenyataannya, perpustakaan sekolah belum dikelola secara profesional dan keberadaan perpustakaan sekolah di lingkungan sekolah masih kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pertumbuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan, khususnya pada tingkat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Dasar. Dari 175.268 unit sekolah di seluruh Indonesia, baru 12.620 sekolah yang memiliki perpustakaan. Untuk SD baru 5% yang mempunyai perpustakaan sekolah, SMP sekitar 42% dan SMU sekitar 68%. Kondisi ini menyiratkan bahwa perhatian penentu kebijakan di lingkungan sekolah belum memprioritaskan perpustakaan sekolah sebagai program sekolah yang perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar (Anonim, 2004: 5). Perpustakaan sekolah yang tidak dikelola dengan baik akan menjadikan perpustakaan sebagai gudang buku. Citra perpustakaan seperti ini harus diubah menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Menurut Suherman (2009: 8) untuk memperbaiki ini tidak mesti mahal, dengan kreativitas pengelola dan melibatkan semua peserta didik, perpustakaan yang memadai dapat dibuat sekolah. Lahirnya Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan patut disyukuri. Dengan adanya Undang-Undang Perpustakaan, pengelolaan perpustakaan diharapkan menjadi lebih baik. Segala ketentuan yang berhubungan dengan pengelolaan perpustakaan terakomodir dengan baik dalam undang-undang

5 tersebut (Sismanto, 2007: 1). Khusus mengenai perpustakaan sekolah, pada pasal 23 disebutkan: 1. Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. 2. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik. 3. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum. 4. Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan pendidikan yang bersangkutan. 5. Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 6. Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan. Kebutuhan akan informasi memang menjadi hal mutlak saat ini. Terlebih bagi seorang guru yang terus bertatap muka dengan siswa dalam rangka proses belajar-mengajar. Guru yang jarang atau bahkan tidak menguasai informasi tentu akan tertinggal. Bahkan akan kalah dengan anak didiknya sendiri. Seyogyanya guru bisa memanfaatkan perpustakaan sekolah. Melalui perpustakaan, guru bisa menambah pengetahuan sebanyak-banyaknya. Keberadaan perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, melainkan juga merupakan bagian yang integral dalam sebuah pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang

6 studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar. Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan, di mana bersama-sama dengan komponen pendidikan lainnya turut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran (Darmono, 2007: 3). Keberadaan perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut dengan cara manajemen perpustakaan dengan baik (Widyanarko, 2008: 1). Bagi sekolah, keberadaan perpustakaan sekolah merupakan salah satu fasilitas pendukung pengajaran yang penting, bahkan bisa dikatakan sebagai kunci. Betapa tidak, pengetahuan para siswa akan semakin luas bila anak-anak rajin membaca buku-buku perpustakaan, bukan hanya buku pelajaran wajib saja. Selain itu, kualitas output lulusan sekolah tersebut juga akan lebih unggul karena wawasan dan pengetahuan para siswanya cenderung lebih bagus dibanding siswa lain yang di sekolahnya tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai (Hasan, 2005: 4). Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu

7 menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke internet. Akses ke internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan anak dari sumber lain yang tidak dimiliki oleh perpustakaan di sekolah. Dengan kata lain, seiring dengan perkembangan teknologi informasi, sudah selayaknya jika perpustakaan sekolah berbenah diri memanfaatkan teknologi informasi. Ini bisa dilakukan dengan automasi perpustakaan atau perpustakaan digital. Berbagai kelemahan yang diperoleh dengan penggunaan metode manual dapat diatasi dengan menerapkan penggunaan teknologi informasi (Supriyanto, 2008: 26). Landasan pemanfaatan teknologi informasi tercantum jelas pada ayat (5) Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Di sana disebutkan Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perpustakaan digital, komputer akan membuat serangkaian datadata yang siap dipanggil sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Kecepatan perhitungan menjadikan lebih efektif dan lebih banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan. Koleksi buku yang memakan tempat setelah dibuat dalam bentuk digital dapat disimpan dalam komputer ataupun CD yang secara ukuran jauh lebih kecil sehingga lebih banyak menghemat tempat. Penghematan tempat tentu saja mengakibatkan penghematan biaya perawatan dan pemeliharaan. Mengenai perpustakaan digital ini, Darmono (2007: 160) mengatakan bahwa perpustakaan digital menggunakan prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital. Perpustakaan digital tidak berdiri sendiri, melainkan terkait

8 dengan sumber-sumber informasi lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk tercetak saja, tetapi ruang lingkup koleksinya sampai pada artefak digital yang tidak bisa tergantikan dengan bentuk cetak. Secara harafiah, perpustakaan digital berarti perpustakaan yang mengelola semua atau sebagian yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternatif, suplemen atau pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang didominasi koleksi perpustakaan (Darmono, 2007:161). Dengan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan setiap perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya dari perpustakaan-perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat mengoptimalkan fungsi perpustakaan bagi masyarakat. Selain hal tersebut diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang sesuai dengan standar internasional dalam mengelola perpustakaan. Karena tanpa manajemen yang baik pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali jenis informasi apa saja yang diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di atas. Untuk itu diperlukan program pengetahuan tentang literasi informasi di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu murid diarahkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.

9 Perpustakaan digital menarik untuk diteliti. Hal ini disebabkan perpustakaan digital memiliki sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan objek informasi yang mendukung akses objek informasi tersebut melalui perangkat digital (Supriyanto dan Muhsin, 2008: 31). Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar, dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat. Selain itu, perpustakaan digital, khususnya di Sekolah Menengah Atas, merupakan program baru yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pada buku Panduan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa perpustakaan sekolah kategori RSBI dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (Anonim, 2007:13). Adapun dipilihnya SMA Negeri 1 Semarang sebagai lokasi penelitian disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, SMA Negeri 1 Semarang merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas negeri tertua di Kota Semarang yang memiliki fasilitas relatif lengkap. Salah satu fasilitas yang ada adalah perpustakaan dengan sistem digital. Kedua, SMA Negeri 1 Semarang merupakan sekolah dengan kategori RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang sudah menerapkan perpustakaan digital. Dalam hal ini, perpustakaan digital di SMA Negei 1 Semarang dapat terwujud berkat kerja sama antara guru, kepala sekolah, dan komite. Melalui perpustakaan digital, diharapkan layanan kepada pemustaka meningkat dan

10 akhirnya dapat membawa kemajuan terhadap perkembangan SMA Negeri 1 Semarang. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang penelitian di atas, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah bagaimanakah karakteristik pengelolaan perpustakaan digital. Fokus dibagi menjadi tiga subfokus. 1. Bagaimanakah karakteristik digitalisasi koleksi perpustakaan? 2. Bagaimanakah karakteristik layanan perpustakaan? 3. Bagaimanakah karakteristik aktivitas petugas pada perpustakaan digital? C. Tujuan Penelitian Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. 1. Mendeskripsikan karakteristik digitalisasi koleksi perpustakaan. 2. Mendeskripsikan karakteristik layanan perpustakaan. 3. Medeskripsikan karakteristik aktivitas petugas pada perpustakaan digital. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretisnya adalah memberikan sumbangan pemikiran tentang pengelolaan pepustakaan digital di SMA Negeri 1 Semarang.

11 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoretis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis. Manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiraan mengenai pengelolaan perpustakaan yang sudah dijalankan selama ini, khususnya dalam meningkatkan layanan, sehingga dapat diambil kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas perpustakaan. b. Bagi sekolah, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang proses pengelolaan perpustaan digital yang baik dalam mendukung pembelajaran di sekolah. Sekaligus juga sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam mengelola pepustakaan digital. c. Bagi pengelola perpustakaan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran tentang penyelenggaraan pengelolaan perpustakaan yang ideal atau yang semestinya dilakukan. d. Bagi warga sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang karakteristik perpustakaan digital. Dengan demikian, pemustaka, baik guru, siswa, maupun karyawan dapat memanfaatkan keberadaan perpustkaan digital semaksimal mungkin. e. Bagi komite sekolah, penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang perpustakaan sekolah yang ideal, sekaligus sebagai bahan masukan untuk meningkatkan peran komite sekolah dalam

12 meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah, khususnya yang berkaitan dengan sarana dan prasarana. f. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai pengelolaan perpustakaan digital di sekolah. E. Definisi Istilah Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki arti yang khas. Selanjutnya, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahaminya, istilahistilah tersebut perlu ditegaskan lagi. Istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian atau subbagian dari sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. 2. Perpustakaan digital adalah perpustakaan yang dalam pengelolaannya memanfaatkan sistem teknologi informasi, koleksi objek informasi dalam format digital, dan terhubung dengan jaringan internet sehingga mempermudah pencarian informasi. 3. SMA adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dengan mengutamakan perluasan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. SMA yang dimaksud adalah SMA Negeri 1 Semarang.

13 4. Digitalisasi adalah proses mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen elektronik. 5. Layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pemakai perpustakaan baik untuk dimanfaatkan di tempat atau untuk digunakan di luar ruang perpustakaan. Layanan yang dilakukan dalam pembahasan ini meliputi layanan teknis dan layanan pembaca. 6. Aktivitas petugas adalah segala kegiatan atau aktivitas petugas perpustakaan selama menjalankan tugas di perpustakaan. Aktivitas yang dilakukan dalam pembahasan ini meliputi aktivitas kepala perpustakaan, aktivitas petugas teknis, dan aktivitas petugas layanan pembaca.