BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: indikator yang diteliti yaitu komunikasi. Komunikasi masih banyak

BAB V PENUTUP. publik dan alokasi RTH 10% untuk privat. Sekarang ini DKP dalam upaya

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pembangunan merupakan upaya mengatur kegiatan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (DALAM RANGKA WORKSHOP DAN STUDI KASUS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 52 Tahun : 2014

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 4 EVALUASI KEBIJAKAN AMDAL

PENANGANAN KASUS PELANGGARAN PEMANFAATAN RUANG (Dalam Rangka Workshop dan Studi Kasus Pengendalian Pemanfaatan Ruang)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

BAB VI PENUTUP. Mataram, Yogyakarta disebabkan oleh beberapa faktor:

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Aspek-aspek minimal yang harus tercantum dalam Perda Kumuh

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB VII KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pemaparan temuan investigasi kasus dan pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

DAFTAR INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

FORMULA. Bidang Tata Ruang ditetapkan. Σ Izin Pemanfaatan Ruang yang diterbitkan dalam 1 Tahuan FORMULA

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

kesiapan untuk menaati tergolong tinggi yaitu sebesar 62 %.

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN STRUKTUR DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

ANALISIS MENGENAI TAMAN MENTENG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SOAL DAN TUGAS. Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Alam Dosen : Prof. Dr. Bambang Heru, M.S DISUSUN OLEH : IID MOH. ABDUL WAHID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

PENGERTIAN GREEN CITY

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Garut GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Transkripsi:

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penilaian efektivitas peraturan IMB berdasarkan tingkat pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di 3 (tiga) kecamatan studi, yaitu Kecamatan Kota Kendal, Kaliwungu, dan Weleri keseluruhannya memiliki nilai RENDAH dengan rata-rata nilai tingkat efektivitasnya sebesar 32,39%. Hal itu menunjukkan bahwa 32,39% kawasan perumahan di ketiga kecamatan studi yang memenuhi standar RTH privat kawasan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan IMB (luas RTH privat kawasan perumahan minimal 10% dari luas kawasan perumahan). 2. Demikian halnya, tingkat kematangan implementasi peraturan IMB dalam pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal masih berada pada Tingkat A (The Repeatable Stage). Tingkat A bukan lagi tahap inisiasi, akan tetapi pengulangan implementasi atas suatu peraturan yang sudah mulai berjalan. Tingkat A dalam implementasi peraturan IMB terhadap pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa potensi peningkatan kemampuan dan kapasitas institusi dalam implementasi peraturan sudah ada, proses interaksi aktif antar pemangku kepentingan dalam upaya mencapai tujuan implementasi peraturan sudah mulai terlihat, dan institusi sudah mampu memanfaatkan semua sumber daya untuk mendukung implementasi peraturan. Perbaikanperbaikan terhadap elemen-elemen pada empat karakteristik (karakteristik organisasi, manajemen, pelaksana, dan lingkungan) masih diperlukan agar tingkat implementasi dapat meningkat sedikit demi sedikit hingga mencapai tingkat tertinggi, yaitu Tingkat D (The Optimising Stage). 3. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa 8 (delapan) indikator prasyarat umum kesiapan (3A+1) Kabupaten Kendal dalam implementasi peraturan 183

184 IMB dalam memenuhi standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal secara keseluruhan belum sepenuhnya terpenuhi. Hal itu menyebabkan tidak terpenuhinya standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. Masing-masing kriteria di lapangan ada yang sudah terlaksana dengan baik, cukup baik, dan buruk. Dari 8 (delapan) prasyarat umum ditambah dengan 1 (satu) persepsi publik, hanya 2 (dua) prasyarat umum yang sudah dilaksanakan dengan baik, yaitu (1). Pendelegasian tugas dan wewenang dan (2). Mekanisme dan Pelaksanaan Koordinasi. 4. Prasyarat kecukupan legislasi belum mampu dipenuhi sebagai dasar dan acuan hukum bagi pelaksanaan penegakan peraturan IMB dalam pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. Kegiatan pendeteksian pelanggaran, penanggapan, dan penjatuhan sanksi masih lemah karena keterbatasan dukungan SDM, minimnya kegiatan pengawasan lapangan, dan tidak adanya penjatuhan sanksi atas pelanggaran yang ada. 5. Prasyarat mekanisme dan pelaksanaan koordinasi dalam penegakan peraturan IMB terhadap pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal telah terpenuhi dengan baik karena koordinasi antar OPD anggota Tim Perijinan Kabupaten Kendal telah dilaksanakan secara rutin setiap minggunya dan komunikasi juga telah terjalin dengan baik tanpa adanya hambatan berarti. 6. Prasyarat dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) secara kapasitas/kualitas, dan kuantitasnya dalam penegakan peraturan IMB terhadap pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal masih jauh dari cukup. Keterbatasan SDM menjadi masalah utama yang menjadikan pelaksanaan pendeteksian, penanggapan (respon), dan penjatuhan sanksi atas pelanggaran pemenuhan RTH privat kawasan perumahan tidak terlaksana dengan baik. 7. Prasyarat mekanisme pengaduan masyarakat sebagai perangkat pendeteksian pelanggaran sebenarnya telah tersedia dengan baik di masing-masing OPD anggota Tim Perijinan Kabupaten Kendal, baik itu melalui media sosial, surat resmi, surat kabar, kotak saran, telepon pengaduan, dan media komunikasi

185 lain. Akan tetapi, ada ataupun tidak RTH privat di kawasan perumahan tidak menjadi perhatian bagi warga masyarakat sehingga aduan atas ketiadaan RTH privat kawasan perumahan selama ini belum ada. 8. Prasyarat kecukupan anggaran masih sangat kurang dalam penegakan peraturan IMB terhadap pemenuhan RTH privat kawasan perumahan. Anggaran pemantauan rutin dan penanganan pengaduan masih sangat minim bagi seluruh OPD teknis yang tergabung dalam Tim Perijinan Kabupaten Kendal. Anggaran yang terpenuhi hanya 30% dari kebutuhan DPUPR Kabupaten Kendal, 5% bagi Satpol PP Kabupaten Kendal, bahkan masih 0% bagi DLH dan Disperkim Kabupaten Kendal. Hal itu dikarenakan anggaran khusus penegakan peraturan IMB terkait pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di masing-masing OPD teknis belum tersedia. 9. Prasyarat keberadaan SOP untuk melaksanakan proses pendeteksian, respon, dan penjatuhan sanksi telah dimiliki masing-masing OPD teknis anggota Tim Perijinan Kabupaten Kendal meskipun SOP tersebut berlaku bagi pelaksanaan peraturan secara umum dan tidak dikhususkan bagi pelaksanaan peraturan IMB dalam pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. Akan tetapi hal itu sudah cukup menjadi kebijakan teknis dalam pelaksanaan pendeteksian, respon, dan penjatuhan sanksi terkait pelanggaran pemenuhan RTH privat kawasan perumahan apabila didukung oleh prasyarat lain seperti SDM, anggaran, serta sarana dan prasarana. 10. Prasyarat kemampuan daerah untuk membangun persepsi publik terutama pengembang perumahan bahwa peraturan IMB terkait kewajiban pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan sebenarnya telah dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil kuesioner, 78,58% pengembang perumahan sudah memahami aturan bahwa pengembang perumahan harus menyediakan RTH privat minimal 10% dari luas kawasan perumahan. Terkait tingkat kesadaran, 78,58% pengembang perumahan sudah memiliki kesadaran tanpa keterpaksaan untuk menegakkan peraturan IMB terkait pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan. 64,28%

186 pengembang perumahan sudah berpartisipasi aktif dalam penyediaan RTH privat minimal 10% dari luas kawasan perumahan. Tingkat pemahaman, kesadaran, dan partisipasi dari pengembang perumahan yang belum terpenuhi 100% dalam implementasi peraturan IMB terkait pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan menjadi penyebab tidak terpenuhinya standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. 11. Pembenahan perlu dilakukan terhadap kriteria-kriteria prasyarat umum penegakan peraturan IMB dalam pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan terutama dari segi dukungan SDM dikarenakan kondisinya paling buruk. Prasyarat umum lain seperti sarana dan prasarana, anggaran, legislasi, sistem pendeteksian dan pengaduan masyarakat, dan Standard Operating Procedures (SOP), serta peningkatan persepsi publik (pengembang perumahan) dalam hal pemahaman, tingkat kesadaran, dan tingkat partisipasi juga masih perlu dibenahi dalam implementasi peraturan IMB terhadap pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. 12. Minimnya dukungan SDM dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, anggaran, sarana dan prasarana, tidak adanya peraturan bupati sebagai aturan pelaksana yang secara khusus mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan RTH kawasan perumahan, kurangnya pelaksanaan pengawasan, dan ketidaktegasan penjatuhan sanksi terhadap pelaku pelanggaran merupakan manifestasi dari kekurangseriusan pemerintah daerah dan kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) tim perijinan Kabupaten Kendal dalam memenuhi standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. 13. Keberadaan RTH privat kawasan perumahan dapat mendukung terwujudnya kota hijau dimana keberadaan RTH privat tersebut memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sebagaimana dirasakan warga perumahan di ketiga wilayah studi diantaranya: a. Perumahan memiliki nilai estetika tinggi. b. Lingkungan perumahan disekitar RTH privat terasa lebih sejuk. c. RTH privat berfungsi sebagai sempadan sungai.

187 d. RTH privat sebagai area resapan air. e. RTH privat berfungsi sebagai area interaksi dan rekreasi warga. f. Memberikan nilai ekonomi bagi warga masyarakat. 14. Pengembang perumahan di Kabupaten Kendal masih memiliki paradigma bahwa RTH adalah ruang-ruang sisa diantara ruang-ruang terbangun. Oleh karena itu lokasi RTH kawasan perumahan di Kabupaten Kendal didominasi berada di bagian belakang kawasan perumahan yang merupakan lahan-lahan sisa. Padahal seharusnya kebijakan perumahan harus diarahkan untuk mencapai tujuan pengembangan perumahan berkelanjutan, dimana RTH merupakan salah satu usaha untuk menciptakan perumahan berkelanjutan; yaitu penataan kawasan perumahan yang memperhatikan aspek keberlanjutan ekologis, mempertahankan daya dukung lingkungan hidup (ekologis) bagi kawasan perumahan di perkotaan, peningkatan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat kawasan perkotaan terutama dari segi ekologis, dan perlunya upaya penurunan emisi karbon dan pengurangan berbagai bentuk polusi di kawasan perumahan di perkotaan. 1.2. Saran Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Kelebihan dan kekurangan dalam implementasi peraturan IMB dalam pemenuhan RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal yang diperoleh melalui penelitian ini dapat menjadi acuan referensi Pemerintah Kabupaten Kendal dalam melakukan pembenahan implementasi peraturan kedepannya. 2. Kabupaten Kendal perlu melakukan pendataan RTH privat kawasan perumahan dan melakukan penyerahan RTH privat kawasan perumahan dari pengembang perumahan ke pemerintah daerah sehingga dapat menjadi RTH publik yang merupakan aset pemerintah daerah. Dengan demikian, alih fungsi

188 lahan RTH privat kawasan perumahan menjadi peruntukan non RTH dapat dihindari. 3. Kerjasama antar stakeholder diperlukan dalam upaya peningkatan partisipasi pengembang perumahan dalam memenuhi standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal melalui kejelasan status lahan RTH privat. 4. Tingkat partisipasi pengembang perumahan akan meningkat sepanjang ada ketegasan dan konsistensi pemerintah daerah dalam penegakan peraturan IMB terkait pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal dan pengembang perumahan masih butuh kejelasan pengelolaan RTH di masyarakat terutama terkait pemanfaatannya. 5. Paradigma bahwa RTH adalah ruang-ruang sisa diantara ruang-ruang terbangun harus diubah dalam mindset pengembang perumahan. Kebijakan perumahan harus diarahkan untuk mencapai tujuan pengembangan perumahan berkelanjutan. RTH bukan sekedar meningkatkan nilai estetika kawasan perumahan, tetapi RTH merupakan salah satu usaha menciptakan perumahan berkelanjutan. Dimana konsep sustainable housing setidaknya mencakup penataan kawasan perumahan yang memperhatikan aspek keberlanjutan ekologis, perlunya mempertahankan daya dukung lingkungan hidup (ekologis) bagi kawasan perumahan di perkotaan, perlunya peningkatan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat kawasan perkotaan terutama dari segi ekologis, dan perlunya upaya penurunan emisi karbon dan pengurangan berbagai bentuk polusi di kawasan perumahan di perkotaan. 6. Jaringan RTH sebagai infrastruktur hijau kawasan perumahan harus terdistribusi ke semua kawasan perumahan dalam bentuk area dan jalur agar dapat RTH dapat berfungsi secara optimal dalam menciptakan keseimbangan ekosistem kawasan perumahan. 7. Kejelasan legalitas status lahan RTH privat kawasan perumahan menjadi hal terpenting untuk meningkatkan derajat kepercayaan dan partisipasi

189 pengembang perumahan dalam memenuhi standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. 8. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap substansi Perda Bangunan Gedung Kabupaten Kendal sehingga dapat dirumuskan peraturan yang lebih aplikatif terkait dengan peraturan IMB dalam pemenuhan standar RTH kawasan perumahan di Kabupaten Kendal. 9. Kajian lebih lanjut terkait persepsi pengembang perumahan dan penghuni perumahan terhadap peraturan IMB dalam pemenuhan standar RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal dapat dilakukan guna mengetahui mengapa RTH privat kawasan perumahan di Kabupaten Kendal sulit dipenuhi.