BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki nilai kebudayaan yang beraneka ragam. Pemahaman nilai budaya diperlukan sebagai dasar penguatan budaya bangsa dalam menghadapi pengaruh globalisasi. Hasil kebudayaan pada masa lampau merupakan hasil kreativitas masyarakat yang berkembang pada zamannya. Satu di antara wujud kebudayaan itu berupa peninggalan tertulis, yakni naskah yang ditulis dengan tangan (manuskrip), yang dipelihara dan disimpan di seluruh daerah di wilayah Nusantara. Terkandung sesuatu yang sangat penting dan berharga sebagai warisan rohani bangsa dalam setiap karya-karya klasik. Sastra klasik adalah perbendaharaan pikiran dan cita-cita nenek moyang (Robson, 1978: 5-6). Maka dengan mempelajari sastra itu bisa mendekati dan menghayati pikiran dan cita-cita yang dahulu kala menjadi pedoman kehidupan mereka yang diutamakan, maka tentulah kenyataan yang demikian sangat berguna bagi kita di jaman sekarang. Berbicara naskah sastra pada umumnya, dan sastra Bali tradisional khususnya kita tidak boleh lepas dari pandangan dan pembicaraan tentang kebudayaan, mengingat sastra merupakan bagian dari kebudayaan sebagaimana diketahui, bahwa kebudayaan itu sendiri merupakan hasil usaha manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Jadi adapun yang ditekankan pada kebudayaan ini, jelas mencakup pengertian sastra secara umum, 1
karena sastra itu pun merupakan hasil usaha ciptaan manusia untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Penelitian terhadap hasil kesusastraan Bali amat penting artinya bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali, sehingga banyak di kalangan pakar sastra Bali, mengatakan bahwa hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali tidak menyimpang dari uraian di atas, sebagaimana dijelaskan bahwa sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali, sastra Bali sebagai penunjang kebudayaan Bali, sastra Bali sebagai cerminan kebudayaan Bali, dan sebagainya. Jadi sangatlah perlu disadari dan diyakini bahwa peranan sastra Bali cukup berarti dalam usaha pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali selama ini (Agastia, 1980: 1). Hingga kini kesusastraan Bali masih mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat Bali, baik dalam kehidupan religius maupun kesenian. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan upacara keagamaan bagi umat Hindu di Bali yang dibagi menjadi 5 macam, dalam agama Hindu disebut dengan Panca Yadnya yang terdiri atas: Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya. Dalam seni lukis pun tokoh-tokoh maupun cerita-cerita dalam karya sastra Bali dituangkan dalam bentuk lukisan yang indah. Naskah-naskah lontar yang ada di Bali tersimpan pada instansi atau lembagalembaga formal baik pemerintah maupun swasta di antaranya adalah Gedong Kirtya Singaraja, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, UPT Perpustakaan Lontar Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Denpasar, Perpustakaan Universitas Hindu Indonesia, Yayasan Dwijendra, Museum Bali, dan lain-lain. Demikian pula di rumah penduduk seperti di Puri, di Griya, dan para pencinta sastra sebagai koleksi pribadi. Dari jenisnya naskah lontar dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni naskah yang 2
berjenis puisi, seperti kakawin, kidung, geguritan, gegendingan; dan naskah yang berjenis prosa, seperti parwa, babad, tutur, wariga dan usada. Mengingat naskah-naskah kuna pada saat itu ditulis di atas daun lontar yang tidak dapat bertahan lama, maka naskah-naskah tersebut dirawat dengan baik. Rusaknya sebuah naskah berarti kehilangan salah satu sumber pengetahuan. Untuk melestarikan naskah, kegiatan salin-menyalin naskah di Bali telah menjadi tradisi yang masih hidup dan berkembang sampai sekarang. Naskah-naskah dengan judul tutur sangat banyak ditemui (Santiati, 2014: 1). Salah satu tutur yang diwariskan itu adalah Tutur Angkus Prana. Secara garis besar isi lontar ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kawisesan dan kamoksan. Kawisesan berhubungan dengan sakti yang erat hubungannya dengan hidup keduniawian, sedangkan kamoksan berhubungan dengan pembebasan terakhir dan harapan hidup bahagia sebagai tujuan utama dan terakhir bagi umat Hindu di Bali khususnya. Banyak kelompok masyarakat yang menganggap keberadaan lontar sebagai sesuatu yang sakral hingga terkadang lontar tersebut tidak berani dibaca atau bahkan disentuh. Hal ini menyebabkan keberadaan pengetahuan yang terdapat dalam lontar seakan hilang dan tidak diketahui masyarakat. Dengan adanya pengaruh era global dan perkembangan IPTEK yang begitu pesat, masyarakat Bali seakan lupa dengan keberadaan budaya adat istiadat yang dimiliki. Masyarakat kebanyakan berasosiasi terhadap materi semata dan mengesampingkan warisan-warisan leluhur yang ada sampai sekarang. Dalam penelitian ini menganggap penting untuk mengungkap sejauh mana makna sebuah tutur, dalam hal ini Angkus Prana dalam kehidupan 3
masyarakat. Selain itu juga berusaha mengubah pola fikir masyarakat tentang keberadaan sebuah lontar sebagai sebuah benda yang sakral, bukan berarti tidak boleh dibaca ataupun disentuh, akan tetapi tergantung dengan tujuan untuk apa lontar itu dimanfaatkan. Dalam teks Angkus Prana terdapat ilmu-ilmu rahasia yang tidak boleh sembarangan orang mempelajarinya. Hanya dia yang tidak memiliki dosa besar yang boleh mempelajarinya, karena akan berakibat buruk apabila disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Menariknya dalam teks tutur ini terdapat beberapa tutur yang berbeda, yang mengandung ilmu-ilmu yang bernilai dan mengandung filosofi bagi masyarakat. Untuk pengobatan, memperpanjang usia, untuk manarik hati wanita, tata krama dalam berguru, menuntun dalam pencapaian moksa, dan lain lain. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang hendak dikaji sebagai sasaran penelitian ini dapat disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Apa saja unsur-unsur yang membentuk Tutur Angkus Prana? 2) Apakah makna yang terkandung dalam Tutur Angkus Prana? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai. Tujuan ini perlu diperjelas agar arah penelitian dapat mencapai sasaran yang diharapkan (Triyono, 1994: 35). 4
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk ikut serta dalam upaya melestarikan dan mengembangkan karya-karya sastra tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa, dalam upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional pada umumnya melalui pengembangan kebudayaan Bali pada khususnya, terutama dari segi kesusastraannya. Penelitian ini diharapkan dapat menyentuh hati masyarakat bahwa karya sastra tradisional sesungguhnya mengandung nilai kehidupan yang berguna dan bermanfaat bagi pengembangan sikap mental dan spiritual manusia di masyarakat. Di samping itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan buah pikiran dalam pengembangan ilmu sastra tradisional, yang masih terpendam dan belum banyak diteliti serta memberi sumbangan terhadap usaha penggalian, pelestarian, dan pengembangan warisan budaya Nusantara. 1.3.2 Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan pokok yang telah dikemukakan di atas, yaitu: (1) mendeskripsikan unsur-unsur yang membentuk Tutur Angkus Prana, (2) mendeskripsikan makna yang terkandung dalam Tutur Angkus Prana. 1.4 Manfaat Penelitian 5
Berdasarkan uraian tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis kepada masyarakat, sehingga suatu saat dapat dipraktekkan secara langsung. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara Teoretis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya pemahaman konsep-konsep budaya dan agama yang berkaitan dengan Tutur Angkus Prana, untuk dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan pengembangan khasanah ilmu pengetahuan umumnya, dan ilmu humaniora khususnya. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat agar masyarakat dapat (1) Mengetahui dan memahami bentuk, dan makna yang terkandung di dalam Tutur Angkus Prana. (2) Meningkatkan pengetahuan dan kecintaan masyarakat terhadap karya sastra jenis Tutur dan secara sadar ikut serta melestarikannya; dan (3) Meningkatkan sikap peduli sebagai upaya melestarikan Bali dalam kehidupan seharihari. 6