V. GAMBARAN UMUM WILYAH

dokumen-dokumen yang mirip
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

Desa Karang Agung berada di pesisir utara Jawa sehingga wilayah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN


KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM WILYAH 5.1. Gambaran Umum Propinsi Banten Propinsi Banten yang terletak antara 05 0 07`50``-07 0 01`01`` LS dan 105 0 01`11``-106 0 07`12`` BT merupakan propinsi ketiga puluh di Indonesia yang kaya akan sumberdaya alam. Kondisi geografis propinsi Banten bersifat khusus, karena terdiri dari banyak pulau (53 pulau) dengan luas wilayah seluas 20 300.83 kilometer persegi. Luas daratannya lebih kecil bila dibandingkan dengan luas perairan yaitu seluas 8 800.83 kilometer persegi atau hanya 43.35 persen dari total luas propinsi. Sedangkan perairannya 56.65 persen atau mencapai 11 500 kilometer persegi. Akan tetapi hal ini tidak menyulitkan perhubungan dan komunikasi antar wilayah di propinsi Banten. Propinsi Banten mempunyai letak yang strategis karena berbatasan langsung dengan ibukota negara Republik Indonesia (RI), Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, sehingga Propinsi Banten disebut sebagai wilayah/zona penyangga ibukota negara RI. Selain itu Propinsi Banten juga berhadapan langsung dengan wilayah perairan Selat Sunda sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan antar pulau (Pulau Sumatra dan Pulau Jawa) yang lalu lintasnya sangat padat sehingga dapat memberi nilai tambah dan keunggulan bagi propinsi ini. Propinsi Banten berbatasan dengan: 1. Laut Jawa di sebelah utara 2. Samudera Hindia di sebelah selatan 3. Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah timur 4. Selat Sunda di sebelah barat

68 5.2. Gambaran Umum Kabupaten Serang Kabupaten Serang terletak antara 05 0 50`00``-06 0 20`00`` LS dan 105 0 00`00``-106 0 22`00`` BT, memiliki luas wilayah 2 612.09 kilometer persegi. Sebelum terbentuknya Propinsi Banten di tahun 2001, Kabupaten Serang merupakan salah satu wilayah Keresidenan Banten di bawah Propinsi Jawa Barat. Baru kemudian setelah Propinsi Banten terbentuk pada tahun 2001, dimana kabupaten Serang menjadi ibukota Propinsi Banten, yang terdiri dari 34 kecamatan, 351 desa, dan 22 kelurahan. Kabupaten Serang berbatasan dengan: 1. Laut Jawa di sebelah utara 2. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak di sebelah selatan 3. Kota Tangerang dan DKI Jakarta di sebelah timur 4. Kotamadya Cilegon di sebelah barat Keadaan umum Kecamatan Kasemen meliputi letak dan keadaan alam, administrasi pemerintahan, kependudukan, sarana dan prasarana serta kondisi perikanan tangkapnya, yang akan diuraikan di bawah ini sebagai berikut: 5.3. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Kasemen merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Jarak antara kecamatan dengan ibukota Kabupaten Serang adalah 7 kilometer. Batas Kecamatan Kasemen di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Serang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pontang, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu.

69 Luas wilayah Kecamatan Kasemen adalah 63.36 kilometer persegi atau hanya 3.65 persen dari total luas Kabupaten Serang. Penggunaan lahan di wilayah ini terdiri dari tanah sawah seluas 10.94 kilometer persegi atau setara dengan 17.26 persen, dan untuk penggunaan lainnya seluas 52.43 kilometer persegi atau setara dengan 82.74 persen. 5.4. Administrasi Pemerintahan Kecamatan Kasemen terdiri dari 11 desa yang dikategorikan sebagai desa berstatus swasembada, yakni desa yang setingkat lebih tinggi dari desa swakarsa atau disebut juga dengan desa berkembang. Desa tersebut adalah Desa Banten/Karangantu, Kasemen, Sawah Luhur, Pulo Panjang, Mesjid Priyayi, Terumbu, Warung Jaud, Bendung, Kilasah, Kasunyatan, dan Marga Luyu. 5.5. Kependudukan Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Kasemen dapat dilihat pada Tabel 3, dimana jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen tahun 2005 adalah 81 214 orang yang terdiri dari 41 483 orang laki-laki dan 39 731 orang perempuan yang kesemuanya adalah warga negara Indonesia. Jumlah rumahtangga yang ada sebanyak 18 209 rumahtangga. Apabila jumlah penduduk dibagi dengan jumlah rumahtangga, maka akan diperoleh rata-rata 5 orang per rumahtangga. Adapun kepadatan penduduk Kecamatan Kasemen per kilometer persegi sebanyak 1 282 jiwa. Lebih besarnya penduduk Kecamatan Kasemen jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Serang

70 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) daerah Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan terdekat dari Kabupaten Serang yang menjadi pusat penangkapan ikan tangkap, yaitu di Desa Kasemen dan khususnya di Desa Banten/Karangantu yang secara otomatis merupakan pusat jasa dan perdagangan, dan (2) wilayah Kecamatan Kasemen merupakan daerah pemukiman yang telah ada sejak Kesultanan Banten, dan sekarang menjadi daerah urban bagi penduduk dari Propinsi Sulawesi Selatan (Kesultanan Bone di Kota Makasar), dimana saat ini lahan pemukiman yang tersedia di Kecamatan Kasemen terasa semakin sempit sehingga harga tanah semakin mahal. Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Kelompok Umur (tahun) Perempuan (orang) Jenis Kelamin Laki-laki (orang) Jumlah (orang) 1. 0 4 5 085 5 378 10 463 2. 5 9 5 790 6 292 12 082 3. 10 14 4 801 5 549 10 350 4. 15 19 3 310 3 693 7 003 5. 20 24 3 306 3 209 6 515 6. 25 29 3 897 3 176 7 073 7. 30 34 3 304 3 138 6 442 8. 35 39 2 853 3 026 5 879 9. 40 44 1 994 2 428 4 422 10. 45 49 1 495 1 708 3 203 11. 50 54 1 512 1 411 2 923 12. 55 59 841 815 1 656 13. 60 64 674 702 1 376 14. 65+ 869 958 1 827 Jumlah 39 731 41 483 81 214 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 Pada Tabel 4, umumnya penduduk Kecamatan Kasemen bermata pencaharian di sektor pertanian, khususnya sebagai nelayan tradisional, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7. Sedangkan sebagian lagi bekerja

71 sebagai buruh pabrik dan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ataupun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan dan Desa di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Desa Pertanian Industri PNS/TNI Lainnya Jumlah (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) 1. Banten/Karangantu 2 845 2 438 1 625 1 219 8 127 2. Kasemen 2 465 2 113 1 409 1 057 7 044 3. Sawah Luhur 2 276 1 951 1 300 975 6 502 4. Pulo Panjang 2 086 1 788 1 192 894 5 960 5. Mesjid Priyai 1 896 1 625 1 084 813 5 418 6. Terumbu 1 707 1 463 975 731 4 876 7. Warung Jaud 1 517 1 300 867 650 4 335 8. Bendung 1 327 1 138 759 569 3 793 9. Kilasah 1 138 975 650 488 3 251 10. Kasunyatan 948 813 542 406 2 709 11. Marga Luyu 759 650 433 325 2 167 Jumlah 18 964 16 255 10 836 8 127 54 182 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 5.6. Potensi Ekonomi 5.6.1. Pertanian Tanaman pangan merupakan kegiatan perekonomian yang dominan setelah kegiatan dari sektor perikanan di Kecamatan Kasemen. Tanaman pangan yang diusahakan meliputi padi sawah, palawija (jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau), perkebunan kelapa, dan melinjo, serta kehutanan di Pulau Dua. Tanaman pangan, perkebunan, dan hasil hutan tersebut memiliki variasi produksi yang cukup besar. 5.6.2. Perindustrian Jumlah industri menurut jenisnya di Kecamatan Kasemen dapat dilihat pada Tabel 5, dimana kegiatan industri di Kecamatan Kasemen mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam industri hasil perikanan laut.

72 Kontribusi terbesar hasil kegiatan industri ini berasal dari Desa Banten/Karangantu, khususnya yang bergerak dalam bidang pengolahan ikan asin dan ikan pindang. Selain itu Desa Banten/Karangantu juga memiliki jumlah industri kecil dan industri rumahtangga yang paling banyak dibandingkan desadesa lain Tabel 5. Banyaknya Industri Dirinci Menurut Jenis dan Desa di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Desa Industri Besar/Sedang (unit) Indusri Kecil (unit) Industri Rumahtangga (unit) Jumlah (unit) 1. Banten/Karangantu 1 2 2 5 2. Kasemen 1 1 2 4 3. Sawah Luhur 0 1 2 3 4. Pulo Panjang 0 1 2 3 5. Mesjid Priyai 0 1 1 2 6. Terumbu 0 1 1 2 7. Warung Jaud 0 1 1 2 8. Bendung 0 1 1 2 9. Kilasah 0 1 1 2 10. Kasunyatan 0 1 1 2 11. Marga Luyu 0 0 1 1 Jumlah 2 11 15 28 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 5.6.3. Pariwisata Kecamatan Kasemen merupakan salah satu pusat kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Serang. Kesultanan Banten, Situs Banten, Benteng Surosoan, dan Klenteng/Vihara Dewi Kwam in yang tertua di Pulau Jawa yang telah ada lebih dari tiga abad lalu di Kecamatan Kasemen merupakan pertanda kejayaan Banten, dan juga sebagai bukti bahwa kawasan pariwisata di Kecamatan Kasemen telah ada dan berkembang di wilayah sekitar pantai sejak dahulu, dan telah banyak berpengaruh terhadap peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Kasemen.

73 5.7. Sumberdaya Perikanan 5.7.1. Keadaan Perikanan Tangkap Kecamatan Kasemen memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang cukup besar. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Serang 2005, produksi perikanan tangkap di Kecamatan Kasemen lebih besar bila dibandingkan dengan produksi perikanan tangkap di kecamatan lainnya di Kabupaten Serang, yaitu sebesar 2 166.30 ton atau 31.88 persen dari total produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang tahun 2004 (Tabel 1). Sumberdaya perikanan tangkap ini ditunjang dengan adanya fasilitas pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan (PPP/PPI) di atas kapasitas jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di propinsi Banten yang terletak di Desa Banten/Karangantu (Lampiran 4). Kecamatan Kasemen terletak di pesisir Teluk Banten dan Selat Sunda. Usaha perikanan tangkap menduduki posisi utama dan satu-satunya usaha perikanan yang diusahakan nelayan (Tabel 1). Hal ini disebabkan para nelayan di daerah tersebut cenderung menggantungkan pendapatannya pada usaha penangkapan ikan, karena masih tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan laut dibandingkan ikan perairan umum (ikan tawar) sebagai konsumsi protein hewani. Ikan-ikan hasil tangkapan yang ada di Kecamatan Kasemen, antara lain Peperek, Teri Nasi, Lemuru, Tongkol, Tembang, Tenggiri, Pari, Manyung, dan komoditi unggulan berupa Udang, dan Rumput Laut. 5.7.2. Keadaan Rumahtangga Nelayan Nelayan adalah setiap orang yang memiliki mata pencaharian berasal dari hasil penangkapan ikan di laut. Nelayan di Kecamatan Kasemen sebagian besar

74 berasal dari suku Sunda/Banten dimana mayoritasnya adalah penduduk setempat. Pendapatan rumahtangga nelayan yang bersumber dari menangkap ikan di laut sering tidak stabil (kadang meningkat kadang menurun). Hal tersebut tergantung musim dan besarnya hasil tangkapan pada hari itu. Apabila nelayan tersebut tidak menangkap ikan, biasanya mereka memperbaiki alat tangkap. Pada umumnya, istri nelayan di samping sebagai ibu rumahtangga juga sangat menentukan dalam mengurus keluarga dan mengurus tempat tinggal. Kondisi perumahan di desa nelayan cukup baik dimana rumah-rumah nelayan sudah berdinding sebagian batu dan permanen walaupun masih dijumpai rumah yang berdinding bambu dan papan yang atap rumahnya masih menggunakan rumbia namun jumlahnya sedikit. Perumahan nelayan sudah memperhatikan aspek kesehatan melalui adanya ventilasi atau tata ruang udara dan umumnya rumah nelayan sudah memadai dan layak huni. Menurut data BPS Kabupaten Serang 2004, jumlah rumahtangga nelayan di Kecamatan Kasemen adalah 233 rumahtangga nelayan, dimana 180 rumahtangga nelayannya (77.27 persen) merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu tanpa motor (perahu dayung). Sedangkan 30 rumahtangga nelayan lainnya (12.97 persen) adalah rumahtangga nelayan yang menggunakan motor tempel untuk meningkatkan pendapatannya, dan 23 rumahtangga nelayan sisanya (9.76 persen) sudah menggunakan kapal motor (Lampiran 7). Keadaan sosial ekonomi nelayan di Kecamatan Kasemen umumnya ratarata masih berpendidikan rendah (sekolah dasar dan sekolah menengah pertama), keterampilan masih terbatas, modal usaha relatif rendah, pendapatan yang masih rendah dan berfluktuatif. Dalam penelitian, 40 rumahtangga responden yang

75 merupakan nelayan tradisional telah diwawancarai tiap bulan dalam dua musim penangkapan selama 2 bulan yakni pada bulan Desember tahun 2006 dan bulan Mei tahun 2007. Responden yang dipilih adalah rumahtangga nelayan yang menggunakan perahu sampan. Karakterisitk yang dianalis meliputi umur nelayan (kepala rumahtangga atau suami), umur istri nelayan, jumlah anak balita, banyaknya anggota rumahtangga, lama pendidikan nelayan (suami), dan istri serta pengalaman suami. Tabel 6. Karakteristik Rumahtangga Responden No. Karakteristik Rumahtangga Satuan Rata-rata 1. Umur suami Tahun 39 2. Umur istri Tahun 35 3. Lama pendidikan suami Tahun 8 4. Lama pendidikan istri Tahun 6 5. Jumlah anak balita Orang 2 6. Banyaknya anggota rumahtangga Orang 5 7. Pengalaman kerja suami di dalam sektor perikanan Tahun 12 8. Pengalaman kerja suami di luar sektor perikanan Tahun 5 Tabel 6 menunjukkan bahwa umur rata-rata suami adalah 39 tahun, dan umur rata-rata istri adalah 35 tahun. Dalam hubungannya dengan kelompok umur produktif, rata-rata usia suami dan istri termasuk dalam usia produktif (umur produktif antara 15 65 tahun) dimana pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur bagi tenaga kerja yang potensial untuk bekerja. Pendidikan rata-rata suami masih rendah yakni tamat SD (8 tahun). Demikian juga dengan pendidikan istri yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan suami (6 tahun). Banyaknya nelayan yang hanya mengenyam pendidikan sebatas SD dan SMP menunjukkan bahwa rumahtangga nelayan tradisional belum memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini

76 terkait dengan kondisi sosial ekonomi rumahtangga nelayan yang masih miskin sehingga untuk melanjutkan pendidikan perlu didukung dengan dana yang memadai di samping kemauan yang keras. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kualitas sumberdaya manusia dalam masyarakat nelayan semakin rendah. Akibatnya, tidak satupun dari responden memperoleh penghasilan dari sektor formal melainkan terkonsentrasi pada sektor informal. Rata-rata jumlah anak balita yang dimiliki oleh rumahtangga nelayan tradisional adalah 2 orang. Kaum ibu di daerah penelitian tidak menggunakan orang lain untuk membantu pengasuhan anaknya khususnya anak balita. Hal ini dikarenakan minimnya pendapatan rumahtangga nelayan tradisional untuk mempekerjakan orang lain guna membantu istri dalam pekerjaan rumahtangga. Banyaknya anggota rumahtangga rata-rata 5 orang. Banyaknya anggota rumahtangga menunjukkan bahwa keluarga responden termasuk dalam kategori keluarga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sosial ekonomi rumahtangga nelayan tradisional masih rendah. Pengalaman nelayan dalam kegiatan sektor perikanan atau melaut diukur dari lama melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan dan pendapatan. Pengalaman nelayan akan menentukan kemampuan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut karena dari lama dan tidaknya seseorang menekuni usaha tersebut dapat ditemukan kelemahan dan kekurangan serta peluang-peluang baru untuk penangkapan ikan. Pengalaman nelayan dalam kegiatan perikanan rata-rata 12 tahun. Pengalaman nelayan di luar sektor perikanan relatif masih dalam waktu yang terbatas, yakni rata-rata 5 tahun. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga

77 atau nelayan masih mengandalkan kegiatan menangkap ikan (kegiatan di dalam sektor perikanan) dan nelayan hanya melakukan kegiatan di luar sektor perikanan pada saat musim paceklik untuk memberikan tambahan pendapatan yang biasanya menurun. 5.7.3. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Kasemen adalah perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel, dan kapal motor. Namun, pada umumnya, armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Kasemen adalah perahu tanpa motor, dan perahu dengan motor tempel. Jangkauan penangkapan ikan oleh nelayan masih terbatas pada zona penangkapan I (4 mil) dan zona II (7 mil). Hal tersebut disebabkan karena kondisi nelayan yang masih tradisional dan semi tradisional sehingga nelayan sulit untuk melakukan investasi untuk memotorisasi armada penangkapannya dengan mesin agar dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh. Alat tangkap yang digunakan nelayan tradisional di Kecamatan Kesemen adalah jaring udang dan jaring ikan. Nelayan di Kecamatan Kasemen tergolong pada nelayan tradisional dengan alat tangkap yang masih sederhana, skala usaha yang kecil, dan modal yang digunakan merupakan modal sendiri. 5.7.4. Musim Penangkapan Ikan Di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa khususnya di Kecamatan Kasemen, produksi ikan yang ditangkap nelayan tradisional dipengaruhi oleh musim

78 penangkapan ikan. Pada dasarnya, terdapat tiga musim penangkapan ikan, yakni musim paceklik, musim sedang, dan musim panen. Musim paceklik disebut juga dengan musim barat umumnya berlangsung dari bulan Oktober sampai bulan Desember, dimana ombak dan arus laut di perairan Selat Sunda dan Teluk Banten besar menjadikan nelayan takut melaut sehingga produksi nelayan menurun/hasil tangkapan ikan sedikit. Musim panen atau disebut juga musim timur berlangsung antara bulan Januari sampai bulan Mei. Pada bulan-bulan tersebut, angin bertiup dari arah timur menuju barat dengan kandungan uap air yang rendah sehingga banyak ikan yang dapat ditangkap. Peralihan antara musim paceklik atau musim barat dan musim panen atau musim timur merupakan musim sedang yang berlangsung antara bulan Juni sampai bulan September tiap tahunnya.