V. GAMBARAN UMUM WILYAH 5.1. Gambaran Umum Propinsi Banten Propinsi Banten yang terletak antara 05 0 07`50``-07 0 01`01`` LS dan 105 0 01`11``-106 0 07`12`` BT merupakan propinsi ketiga puluh di Indonesia yang kaya akan sumberdaya alam. Kondisi geografis propinsi Banten bersifat khusus, karena terdiri dari banyak pulau (53 pulau) dengan luas wilayah seluas 20 300.83 kilometer persegi. Luas daratannya lebih kecil bila dibandingkan dengan luas perairan yaitu seluas 8 800.83 kilometer persegi atau hanya 43.35 persen dari total luas propinsi. Sedangkan perairannya 56.65 persen atau mencapai 11 500 kilometer persegi. Akan tetapi hal ini tidak menyulitkan perhubungan dan komunikasi antar wilayah di propinsi Banten. Propinsi Banten mempunyai letak yang strategis karena berbatasan langsung dengan ibukota negara Republik Indonesia (RI), Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, sehingga Propinsi Banten disebut sebagai wilayah/zona penyangga ibukota negara RI. Selain itu Propinsi Banten juga berhadapan langsung dengan wilayah perairan Selat Sunda sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan antar pulau (Pulau Sumatra dan Pulau Jawa) yang lalu lintasnya sangat padat sehingga dapat memberi nilai tambah dan keunggulan bagi propinsi ini. Propinsi Banten berbatasan dengan: 1. Laut Jawa di sebelah utara 2. Samudera Hindia di sebelah selatan 3. Propinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat di sebelah timur 4. Selat Sunda di sebelah barat
68 5.2. Gambaran Umum Kabupaten Serang Kabupaten Serang terletak antara 05 0 50`00``-06 0 20`00`` LS dan 105 0 00`00``-106 0 22`00`` BT, memiliki luas wilayah 2 612.09 kilometer persegi. Sebelum terbentuknya Propinsi Banten di tahun 2001, Kabupaten Serang merupakan salah satu wilayah Keresidenan Banten di bawah Propinsi Jawa Barat. Baru kemudian setelah Propinsi Banten terbentuk pada tahun 2001, dimana kabupaten Serang menjadi ibukota Propinsi Banten, yang terdiri dari 34 kecamatan, 351 desa, dan 22 kelurahan. Kabupaten Serang berbatasan dengan: 1. Laut Jawa di sebelah utara 2. Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak di sebelah selatan 3. Kota Tangerang dan DKI Jakarta di sebelah timur 4. Kotamadya Cilegon di sebelah barat Keadaan umum Kecamatan Kasemen meliputi letak dan keadaan alam, administrasi pemerintahan, kependudukan, sarana dan prasarana serta kondisi perikanan tangkapnya, yang akan diuraikan di bawah ini sebagai berikut: 5.3. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Kasemen merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Serang Propinsi Banten. Jarak antara kecamatan dengan ibukota Kabupaten Serang adalah 7 kilometer. Batas Kecamatan Kasemen di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Serang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pontang, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kramatwatu.
69 Luas wilayah Kecamatan Kasemen adalah 63.36 kilometer persegi atau hanya 3.65 persen dari total luas Kabupaten Serang. Penggunaan lahan di wilayah ini terdiri dari tanah sawah seluas 10.94 kilometer persegi atau setara dengan 17.26 persen, dan untuk penggunaan lainnya seluas 52.43 kilometer persegi atau setara dengan 82.74 persen. 5.4. Administrasi Pemerintahan Kecamatan Kasemen terdiri dari 11 desa yang dikategorikan sebagai desa berstatus swasembada, yakni desa yang setingkat lebih tinggi dari desa swakarsa atau disebut juga dengan desa berkembang. Desa tersebut adalah Desa Banten/Karangantu, Kasemen, Sawah Luhur, Pulo Panjang, Mesjid Priyayi, Terumbu, Warung Jaud, Bendung, Kilasah, Kasunyatan, dan Marga Luyu. 5.5. Kependudukan Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Kasemen dapat dilihat pada Tabel 3, dimana jumlah penduduk di Kecamatan Kasemen tahun 2005 adalah 81 214 orang yang terdiri dari 41 483 orang laki-laki dan 39 731 orang perempuan yang kesemuanya adalah warga negara Indonesia. Jumlah rumahtangga yang ada sebanyak 18 209 rumahtangga. Apabila jumlah penduduk dibagi dengan jumlah rumahtangga, maka akan diperoleh rata-rata 5 orang per rumahtangga. Adapun kepadatan penduduk Kecamatan Kasemen per kilometer persegi sebanyak 1 282 jiwa. Lebih besarnya penduduk Kecamatan Kasemen jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Serang
70 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) daerah Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan terdekat dari Kabupaten Serang yang menjadi pusat penangkapan ikan tangkap, yaitu di Desa Kasemen dan khususnya di Desa Banten/Karangantu yang secara otomatis merupakan pusat jasa dan perdagangan, dan (2) wilayah Kecamatan Kasemen merupakan daerah pemukiman yang telah ada sejak Kesultanan Banten, dan sekarang menjadi daerah urban bagi penduduk dari Propinsi Sulawesi Selatan (Kesultanan Bone di Kota Makasar), dimana saat ini lahan pemukiman yang tersedia di Kecamatan Kasemen terasa semakin sempit sehingga harga tanah semakin mahal. Tabel 3. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Kelompok Umur (tahun) Perempuan (orang) Jenis Kelamin Laki-laki (orang) Jumlah (orang) 1. 0 4 5 085 5 378 10 463 2. 5 9 5 790 6 292 12 082 3. 10 14 4 801 5 549 10 350 4. 15 19 3 310 3 693 7 003 5. 20 24 3 306 3 209 6 515 6. 25 29 3 897 3 176 7 073 7. 30 34 3 304 3 138 6 442 8. 35 39 2 853 3 026 5 879 9. 40 44 1 994 2 428 4 422 10. 45 49 1 495 1 708 3 203 11. 50 54 1 512 1 411 2 923 12. 55 59 841 815 1 656 13. 60 64 674 702 1 376 14. 65+ 869 958 1 827 Jumlah 39 731 41 483 81 214 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 Pada Tabel 4, umumnya penduduk Kecamatan Kasemen bermata pencaharian di sektor pertanian, khususnya sebagai nelayan tradisional, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7. Sedangkan sebagian lagi bekerja
71 sebagai buruh pabrik dan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ataupun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tabel 4. Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan dan Desa di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Desa Pertanian Industri PNS/TNI Lainnya Jumlah (orang) (orang) (orang) (orang) (orang) 1. Banten/Karangantu 2 845 2 438 1 625 1 219 8 127 2. Kasemen 2 465 2 113 1 409 1 057 7 044 3. Sawah Luhur 2 276 1 951 1 300 975 6 502 4. Pulo Panjang 2 086 1 788 1 192 894 5 960 5. Mesjid Priyai 1 896 1 625 1 084 813 5 418 6. Terumbu 1 707 1 463 975 731 4 876 7. Warung Jaud 1 517 1 300 867 650 4 335 8. Bendung 1 327 1 138 759 569 3 793 9. Kilasah 1 138 975 650 488 3 251 10. Kasunyatan 948 813 542 406 2 709 11. Marga Luyu 759 650 433 325 2 167 Jumlah 18 964 16 255 10 836 8 127 54 182 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 5.6. Potensi Ekonomi 5.6.1. Pertanian Tanaman pangan merupakan kegiatan perekonomian yang dominan setelah kegiatan dari sektor perikanan di Kecamatan Kasemen. Tanaman pangan yang diusahakan meliputi padi sawah, palawija (jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau), perkebunan kelapa, dan melinjo, serta kehutanan di Pulau Dua. Tanaman pangan, perkebunan, dan hasil hutan tersebut memiliki variasi produksi yang cukup besar. 5.6.2. Perindustrian Jumlah industri menurut jenisnya di Kecamatan Kasemen dapat dilihat pada Tabel 5, dimana kegiatan industri di Kecamatan Kasemen mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam industri hasil perikanan laut.
72 Kontribusi terbesar hasil kegiatan industri ini berasal dari Desa Banten/Karangantu, khususnya yang bergerak dalam bidang pengolahan ikan asin dan ikan pindang. Selain itu Desa Banten/Karangantu juga memiliki jumlah industri kecil dan industri rumahtangga yang paling banyak dibandingkan desadesa lain Tabel 5. Banyaknya Industri Dirinci Menurut Jenis dan Desa di Kecamatan Kasemen, Tahun 2005 No. Desa Industri Besar/Sedang (unit) Indusri Kecil (unit) Industri Rumahtangga (unit) Jumlah (unit) 1. Banten/Karangantu 1 2 2 5 2. Kasemen 1 1 2 4 3. Sawah Luhur 0 1 2 3 4. Pulo Panjang 0 1 2 3 5. Mesjid Priyai 0 1 1 2 6. Terumbu 0 1 1 2 7. Warung Jaud 0 1 1 2 8. Bendung 0 1 1 2 9. Kilasah 0 1 1 2 10. Kasunyatan 0 1 1 2 11. Marga Luyu 0 0 1 1 Jumlah 2 11 15 28 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2005 5.6.3. Pariwisata Kecamatan Kasemen merupakan salah satu pusat kegiatan kepariwisataan di Kabupaten Serang. Kesultanan Banten, Situs Banten, Benteng Surosoan, dan Klenteng/Vihara Dewi Kwam in yang tertua di Pulau Jawa yang telah ada lebih dari tiga abad lalu di Kecamatan Kasemen merupakan pertanda kejayaan Banten, dan juga sebagai bukti bahwa kawasan pariwisata di Kecamatan Kasemen telah ada dan berkembang di wilayah sekitar pantai sejak dahulu, dan telah banyak berpengaruh terhadap peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Kasemen.
73 5.7. Sumberdaya Perikanan 5.7.1. Keadaan Perikanan Tangkap Kecamatan Kasemen memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang cukup besar. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Serang 2005, produksi perikanan tangkap di Kecamatan Kasemen lebih besar bila dibandingkan dengan produksi perikanan tangkap di kecamatan lainnya di Kabupaten Serang, yaitu sebesar 2 166.30 ton atau 31.88 persen dari total produksi perikanan tangkap Kabupaten Serang tahun 2004 (Tabel 1). Sumberdaya perikanan tangkap ini ditunjang dengan adanya fasilitas pelabuhan dan pangkalan pendaratan ikan (PPP/PPI) di atas kapasitas jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di propinsi Banten yang terletak di Desa Banten/Karangantu (Lampiran 4). Kecamatan Kasemen terletak di pesisir Teluk Banten dan Selat Sunda. Usaha perikanan tangkap menduduki posisi utama dan satu-satunya usaha perikanan yang diusahakan nelayan (Tabel 1). Hal ini disebabkan para nelayan di daerah tersebut cenderung menggantungkan pendapatannya pada usaha penangkapan ikan, karena masih tingginya permintaan masyarakat terhadap ikan laut dibandingkan ikan perairan umum (ikan tawar) sebagai konsumsi protein hewani. Ikan-ikan hasil tangkapan yang ada di Kecamatan Kasemen, antara lain Peperek, Teri Nasi, Lemuru, Tongkol, Tembang, Tenggiri, Pari, Manyung, dan komoditi unggulan berupa Udang, dan Rumput Laut. 5.7.2. Keadaan Rumahtangga Nelayan Nelayan adalah setiap orang yang memiliki mata pencaharian berasal dari hasil penangkapan ikan di laut. Nelayan di Kecamatan Kasemen sebagian besar
74 berasal dari suku Sunda/Banten dimana mayoritasnya adalah penduduk setempat. Pendapatan rumahtangga nelayan yang bersumber dari menangkap ikan di laut sering tidak stabil (kadang meningkat kadang menurun). Hal tersebut tergantung musim dan besarnya hasil tangkapan pada hari itu. Apabila nelayan tersebut tidak menangkap ikan, biasanya mereka memperbaiki alat tangkap. Pada umumnya, istri nelayan di samping sebagai ibu rumahtangga juga sangat menentukan dalam mengurus keluarga dan mengurus tempat tinggal. Kondisi perumahan di desa nelayan cukup baik dimana rumah-rumah nelayan sudah berdinding sebagian batu dan permanen walaupun masih dijumpai rumah yang berdinding bambu dan papan yang atap rumahnya masih menggunakan rumbia namun jumlahnya sedikit. Perumahan nelayan sudah memperhatikan aspek kesehatan melalui adanya ventilasi atau tata ruang udara dan umumnya rumah nelayan sudah memadai dan layak huni. Menurut data BPS Kabupaten Serang 2004, jumlah rumahtangga nelayan di Kecamatan Kasemen adalah 233 rumahtangga nelayan, dimana 180 rumahtangga nelayannya (77.27 persen) merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu tanpa motor (perahu dayung). Sedangkan 30 rumahtangga nelayan lainnya (12.97 persen) adalah rumahtangga nelayan yang menggunakan motor tempel untuk meningkatkan pendapatannya, dan 23 rumahtangga nelayan sisanya (9.76 persen) sudah menggunakan kapal motor (Lampiran 7). Keadaan sosial ekonomi nelayan di Kecamatan Kasemen umumnya ratarata masih berpendidikan rendah (sekolah dasar dan sekolah menengah pertama), keterampilan masih terbatas, modal usaha relatif rendah, pendapatan yang masih rendah dan berfluktuatif. Dalam penelitian, 40 rumahtangga responden yang
75 merupakan nelayan tradisional telah diwawancarai tiap bulan dalam dua musim penangkapan selama 2 bulan yakni pada bulan Desember tahun 2006 dan bulan Mei tahun 2007. Responden yang dipilih adalah rumahtangga nelayan yang menggunakan perahu sampan. Karakterisitk yang dianalis meliputi umur nelayan (kepala rumahtangga atau suami), umur istri nelayan, jumlah anak balita, banyaknya anggota rumahtangga, lama pendidikan nelayan (suami), dan istri serta pengalaman suami. Tabel 6. Karakteristik Rumahtangga Responden No. Karakteristik Rumahtangga Satuan Rata-rata 1. Umur suami Tahun 39 2. Umur istri Tahun 35 3. Lama pendidikan suami Tahun 8 4. Lama pendidikan istri Tahun 6 5. Jumlah anak balita Orang 2 6. Banyaknya anggota rumahtangga Orang 5 7. Pengalaman kerja suami di dalam sektor perikanan Tahun 12 8. Pengalaman kerja suami di luar sektor perikanan Tahun 5 Tabel 6 menunjukkan bahwa umur rata-rata suami adalah 39 tahun, dan umur rata-rata istri adalah 35 tahun. Dalam hubungannya dengan kelompok umur produktif, rata-rata usia suami dan istri termasuk dalam usia produktif (umur produktif antara 15 65 tahun) dimana pada kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur bagi tenaga kerja yang potensial untuk bekerja. Pendidikan rata-rata suami masih rendah yakni tamat SD (8 tahun). Demikian juga dengan pendidikan istri yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan suami (6 tahun). Banyaknya nelayan yang hanya mengenyam pendidikan sebatas SD dan SMP menunjukkan bahwa rumahtangga nelayan tradisional belum memiliki kemampuan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini
76 terkait dengan kondisi sosial ekonomi rumahtangga nelayan yang masih miskin sehingga untuk melanjutkan pendidikan perlu didukung dengan dana yang memadai di samping kemauan yang keras. Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan kualitas sumberdaya manusia dalam masyarakat nelayan semakin rendah. Akibatnya, tidak satupun dari responden memperoleh penghasilan dari sektor formal melainkan terkonsentrasi pada sektor informal. Rata-rata jumlah anak balita yang dimiliki oleh rumahtangga nelayan tradisional adalah 2 orang. Kaum ibu di daerah penelitian tidak menggunakan orang lain untuk membantu pengasuhan anaknya khususnya anak balita. Hal ini dikarenakan minimnya pendapatan rumahtangga nelayan tradisional untuk mempekerjakan orang lain guna membantu istri dalam pekerjaan rumahtangga. Banyaknya anggota rumahtangga rata-rata 5 orang. Banyaknya anggota rumahtangga menunjukkan bahwa keluarga responden termasuk dalam kategori keluarga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan sosial ekonomi rumahtangga nelayan tradisional masih rendah. Pengalaman nelayan dalam kegiatan sektor perikanan atau melaut diukur dari lama melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan dan pendapatan. Pengalaman nelayan akan menentukan kemampuan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut karena dari lama dan tidaknya seseorang menekuni usaha tersebut dapat ditemukan kelemahan dan kekurangan serta peluang-peluang baru untuk penangkapan ikan. Pengalaman nelayan dalam kegiatan perikanan rata-rata 12 tahun. Pengalaman nelayan di luar sektor perikanan relatif masih dalam waktu yang terbatas, yakni rata-rata 5 tahun. Hal ini disebabkan karena kepala keluarga
77 atau nelayan masih mengandalkan kegiatan menangkap ikan (kegiatan di dalam sektor perikanan) dan nelayan hanya melakukan kegiatan di luar sektor perikanan pada saat musim paceklik untuk memberikan tambahan pendapatan yang biasanya menurun. 5.7.3. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Kasemen adalah perahu tanpa motor, perahu dengan motor tempel, dan kapal motor. Namun, pada umumnya, armada penangkapan yang digunakan nelayan di Kecamatan Kasemen adalah perahu tanpa motor, dan perahu dengan motor tempel. Jangkauan penangkapan ikan oleh nelayan masih terbatas pada zona penangkapan I (4 mil) dan zona II (7 mil). Hal tersebut disebabkan karena kondisi nelayan yang masih tradisional dan semi tradisional sehingga nelayan sulit untuk melakukan investasi untuk memotorisasi armada penangkapannya dengan mesin agar dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh. Alat tangkap yang digunakan nelayan tradisional di Kecamatan Kesemen adalah jaring udang dan jaring ikan. Nelayan di Kecamatan Kasemen tergolong pada nelayan tradisional dengan alat tangkap yang masih sederhana, skala usaha yang kecil, dan modal yang digunakan merupakan modal sendiri. 5.7.4. Musim Penangkapan Ikan Di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa khususnya di Kecamatan Kasemen, produksi ikan yang ditangkap nelayan tradisional dipengaruhi oleh musim
78 penangkapan ikan. Pada dasarnya, terdapat tiga musim penangkapan ikan, yakni musim paceklik, musim sedang, dan musim panen. Musim paceklik disebut juga dengan musim barat umumnya berlangsung dari bulan Oktober sampai bulan Desember, dimana ombak dan arus laut di perairan Selat Sunda dan Teluk Banten besar menjadikan nelayan takut melaut sehingga produksi nelayan menurun/hasil tangkapan ikan sedikit. Musim panen atau disebut juga musim timur berlangsung antara bulan Januari sampai bulan Mei. Pada bulan-bulan tersebut, angin bertiup dari arah timur menuju barat dengan kandungan uap air yang rendah sehingga banyak ikan yang dapat ditangkap. Peralihan antara musim paceklik atau musim barat dan musim panen atau musim timur merupakan musim sedang yang berlangsung antara bulan Juni sampai bulan September tiap tahunnya.