POTENSI HASIL PADI VARIETAS INPARI 10 PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA DI PROPINSI BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DI KECAMATAN PADANG JAYA KABUPATEN BENGKULU UTARA

Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN:

Prosiding Seminar NasionalLahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN...

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN TANAMAN PADI BERDASARKAN POSISI TANAMAN TERHADAP KOMPONEN HASIL PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1 ABSTRAK

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI PENANGKARAN SEBAGAI BENIH SUMBER DI LAMPUNG

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Kata kunci : pertumbuhan dan hasil, galur harapan dan produksi beras

PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Keragaan Varietas Inpari Pada Lahan Lebak Tengahan di Desa Epil Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Keragaan pertumbuhan dan hasil tiga varietas unggul baru padi sawah di Kabupaten Seluma, Bengkulu

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

Efisiensi Penggunaan Pupuk dan Lahan dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah

TAMPILAN VARIETAS UNGGUL BARU INPARI 7 DI LAHAN SAWAH DATARAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI

KAJIAN KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ABSTRAK PENDAHULUAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

DAYA HASIL TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI KEBON AGUNG BANTUL THE POTENTIAL YIELD OF THREE NEW PADDY VARIETIES AT KEBON AGUNG BANTUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

Kajian Adaptasi Enam Varietas Unggul Baru Padi Sawah Irigasi Semi Teknis di Daerah Perbatasan Kalimantan Barat

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

Abstrak

Penampilan VUB Padi untuk Meningkatkan Produktivitas di Lahan Sub Optimal di Kalimantan Barat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI PTT PADI DAN PENDAMPINGAN SL-PTT DI KALIMANTAN TENGAH

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB III METODE PENELITIAN

Pengkajian Beberapa Varietas Unggul Baru (Vub) Padi Di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

Marthen P. Sirappa. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr. Soplanit, Rumah Tiga, Ambon 97234

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Padi hibrida merupakan tanaman F1 yang berasal dari

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENDAMPINGAN PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN:

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Syafri Edi dan Defira Suci Gusfarina Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi ABSTRACT

PETUNJUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN SL-PTT PADI DAN JAGUNG DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP) PENGAWALAN PENGEMBANGAN KAWASAN PADI DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

KERAGAAN 12 VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) DAN VARIETAS UNGGUL HIBRIDA (VUH) DALAM USAHA PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KEC

Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida Sl-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

Keywords: assistance, SL-PTT, rice Inpari, increased production

Transkripsi:

POTENSI HASIL PADI VARIETAS INPARI 10 PADA AGROEKOSISTEM YANG BERBEDA DI PROPINSI BENGKULU Yartiwi, Yulie Oktavia, Dedi Sugandi dan Jhon Firison 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu Email : bptp_bengkulu@yahoo.com ABSTRAK Produktivitas tanaman padi masih rendah yang disebabkan banyak faktor, diantaranya penentuan varietas yang ditanam tidak sesuai dengan musim. Penggunaan varietas yang adaptif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dibidang usaha tani. Pengkajian ini bertujuan untuk menguji daya hasil padi inpari 10 pada agroekosistem yang berbeda di Propinsi Bengkulu. Pengkajian di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu pada bulan April-Juli2015. Rancangan yang digunakan dalam pengkajian Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu tipe lahan: lahan dataran tinggi dan lahan dataran rendah, perlakuan diulang sebanyak 12 kali. Data dianalisis secara deskriptif dan untuk melihat pertumbuhan dan hasil dibandingkan dengan deskripsi varietas padi.hasil pengkajian menunjukkan inpari 10 berpotensi ditanam pada lahan dataran tinggi dan dataran rendah pada musim yang sama.hal itu ditunjukan dari tinggi tanaman, jumlah anakan/rumpun jumlah gabah bernas/malai, jumlah gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produktivitas yang dihasilkan. Kata kunci : padi, agroekosistem, varietas PENDAHULUAN Varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu produk, dan atau sifat-sifat lainnya, serta telah dilepas oleh pemerintah. Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan di Provinsi Bengkulu.Varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya (Rubiyo dkk., 2005). Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001). Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan produktivitas yang masih rendah (4,06 t/ha). Produktivitas padidi Bengkulu masih relatif rendah yaitu 4,06 t/ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2011), sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 6,5 t/ha untuk padi. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat di tingkat petani masih relatif rendah (sekitar 40-50%), penggunaan pupuk yang belum rasional dan efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi masih belum diadopsi dan terdifusi secara baik. 178

Disadari bahwa adopsi varietas unggul baru padi sawah ditingkat petani tidaklah mudah dan diperlukan informasi tentang kesesuaian varietas dengan kondisi spesifik lokasi.tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai (Kustiyanto, 2001). Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk menguji daya hasil padi inpari 10 pada agroekosistem yang berbeda di Propinsi Bengkulu. METODE PENGKAJIAN Kegiatan pengkajian ini adalah percobaan lapangan pada lahan sawah irigasi di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Seluma dan Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu dari bulan April sampai dengan Juli 2015. Pelaksanaan pengkajian dilakukan di lahan petani melalui pendekatan On Farm Adaptive Research(OFAR),seluas 2 ha yang melibatkan 2 orang petani. Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yaitu tipe lahan:lahan dataran rendahdan lahan dataran tinggi, perlakuan diulang sebanyak 12 kali. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah anakan), dan komponen hasil (panjang malai, gabah isi/malai, gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produktivitas).data dianalisis secara deskriptif dan untuk melihat pertumbuhan dan hasil dibandingkan dengan deskripsi varietas padi. Teknologi yang diterapkan adalah PTT yang terdiri atas komponen varietas padi Inpari 10 kelas BP (Benih Pokok), jumlah benih 25 kg/ha, dengan petak persemaian 1/20 luas penanaman, pengolahan tanah sempurna, umur bibit muda <21 Hari Setelah Semai (HSS) dengan sistem tanam legowo 2:1 (jarak tanam 20 x 10 x 40 cm) dan pupuk NPK Phonska dan Urea berdasarkan kalender tanam terpadu, frekuensi pemupukan 3 kali, I = 7 Hari Setelah Tanam (HST), II = 22 HST dan III = 35 HST, pengendalian gulma secara manual, pengendalian hama dan penyakit dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) serta panen dan gabah segera dirontok menggunakan power threser. Data yang dikumpulkan yaitu data pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah anakan), dan komponen hasil (panjang malai, gabah isi/malai, gabah hampa/malai, berat 1000 butir dan produktivitas). Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Tanaman 1. Keragaan Vegetatif Tanaman Tinggi Tanaman Pengukuran terhadap tinggi tanaman dilakukan pada umur tanaman 25 hari setelah tanam (hst), 50 hst, 75 hst. Adapun rata-rata hasil pengukuran tinggi tanaman padi inpari 10 dan cigeulis (eksisting) yang ditanam di dua agroekosistem berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman padi Inpari 10 dan cigeulis pada umur 25 hst, 50 hst dan 75 hst di dua lahan agroekosistem berbeda di Propinsi Bengkulu. Tinggi Tanaman Umur (cm) 25 hst 50 hst 75 hst n dataran rendah varietas Inpari 10 42.42 60.21 92.25 n dataran rendah varietas Cigeulis 29.15 46.24 87.54 n dataran tinggi varietas Inpari 10 44.17 66.66 105.4 n dataran tinggi varietas Cigeulis 32.33 52.78 98.27 Ket : Data primer yang diolah Tabel 1. menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman pada dua lokasi pengkajian dan dengan varietasinpari 10 lebih tinggi dari varietas eksisting (cigeulis) yang ditanam 179

disekitar lokasi pengkajian pada awal pertumbuhan (25 hst) sampai umur 75 hst terlihat penambahan tinggi yang normal. Berdasarkan hasil tersebut sesuai dengan genetisnya pada deskripsi varietas padi (Suprihatno, dkk., 2011) bahwa tinggi tanaman varietas inpari 10 lebih tinggi daripada varietas cigeulis.perbedaan karakter tinggi tanaman dipengaruhi oleh kondisi lokasi pengkajian, kesuburan tanah dan iklim. Jumlah Anakan Hasil pengukuran jumlah anakan pada pertumbuhan vegetatif varietas inpari 10 dan cigeulis di lahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan pada pertumbuhan vegetatif varietas inpari 10 dan cigeulis di lahan yang berbeda. Jumlah Anakan Umur (anakan) 25 hst 50 hst 75 hst n dataran rendah varietas Inpari 10 9.19 16.29 12.23 n dataran rendah varietas Cigeulis 6.22 12.18 9.33 n dataran tinggi varietas Inpari 10 12.23 20.27 15.67 n dataran tinggi varietas Cigeulis 5.89 13.19 10.22 Ket : Data primer yang diolah Berdasarkan Tabel 2. jumlah anakan varietas inpari 10 dan cigeulis yang ditanam pada dataran tinggi, jumlah anakan yang terbentuk lebih banyak dari pada yang ditanam di dataran rendah. Jumlah anakan pada saat pertumbuhan diharapkan semua produktif menghasilkan malai, karena anakan produktif nantinya merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya hasil gabah (Simanulang, 2001). 2. Keragaan Generatif Tanaman Tinggi Tanaman Optimal dan Jumlah Anakan Produktif Pada pertumbuhan generatif diamati tinggi tanaman optimal dan jumlah anakan yang produktif pada masing-masing varietas. Anakan produktif merupakan anakan yang menghasilkan malai sebagai tempat kedudukan biji/bulir padi. Varietas unggul baru biasanya mempunyai 20-25 anakan, namun hanya 14-15 anakan yang malainya dapat dipanen, dengan jumlah gabah per malai 100-130 butir. Hal ini disebabkan anakan yang tumbuh belakangan terlambat masak sehingga tidak dapat dipanen. Anakan utama juga cenderung menghasilkan gabah yang lebih tinggi dari anakan kedua, ketiga dan seterusnya. Jumlah anakan produktif per rumpun atau per satuan luas merupakan penentu terhadap jumlah malai yang merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya hasil gabah (Simanulang, 2001). Semakin banyak anakan produktif maka semakin banyak jumlah malai yang terbentuk. Terdapat korelasi antara jumlah malai dengan hasil karena semakin banyak jumlah malai semakin tinggi juga hasil tanaman padi, sama halnya dengan hasil penelitian Muliadi dan Pratama (2008) menunjukkan bahwa jumlah malai berkorelasi positif nyata terhadap hasil tanaman. Hasil pengukuran terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman optimal dan jumlah anakan produktif padi Inpari 10 dan cigeulis di dua lahan agroekosistem berbeda di Propinsi Bengkulu. ggi Tanaman (cm) mlah Anakan (batang) n dataran rendah varietas Inpari 10 102.82 10.18 n dataran rendah varietas Cigeulis 89.07 8.68 n dataran tinggi varietas Inpari 10 107.25 13.54 n dataran tinggi varietas Cigeulis 92.21 9.26 Ket : Data primer yang diolah 180

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pada parameter tinggi tanaman optimal tanaman di dataran tinggi lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam pada dataran rendah baik varietas inpari 10 maupun varietas cigeulis. Pada parameter tinggi tanaman terdapat penambahan tinggi setelah pengukuran umur 75 hst. Pada parameter jumlah anakan tidak semua anakan yang terbentuk menghasilkan, hal ini terlihat pada pengukuran umur 75 hst lebih tinggi dibandingkan pengukuran terakhir pengamatan. Rendahnya jumlah anakan yang produktif ini diduga karena pada saat tanaman memasuki masa generatif terjadi kemarau yang panjang sehingga tanaman kekurangan air yang berdampak terhadap terbentukya malai. Hal ini seiring pendapat Setiobudi, dkk (2009) proses keluarnya malai tergantung pada besarnya potensial air dimalai, kekurangan pasokan air pada saat fase heading dapat menghambat eksersi malai dan perpanjangan malai. Jumlah anakan produktif per rumpun atau per satuan luas merupakan penentu terhadap jumlah malai yang merupakan salah satu komponen hasil yang berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya hasil gabah (Simanulang, 2001). Semakin banyak anakan produktif maka semakin banyak jumlah malai yang terbentuk. Terdapat korelasi antara jumlah malai dengan hasil karena semakin banyak jumlah malai semakin tinggi juga hasil tanaman padi, sama halnya dengan hasil penelitian Muliadi dan Pratama (2008) menunjukkan bahwa jumlah malai berkorelasi positif nyata terhadap hasil tanaman. Jumlah anakan padi juga berkaitan dengan periode pembentukan phyllochron. Phyllochron adalah periode muncul satu sel batang, daun dan akar yang muncul dari dasar tanaman dan perkecambahan selanjutnya. Semakin tua bibit dipindah ke lapang, semakin sedikit jumlah phyllochron yang dihasilkan, sedangkan semakin muda bibit dipindahkan, semakin banyak jumlah phyllochron yang dihasilkan sehingga anakan yang dapat dihasilkan juga semakin banyak (Sunadi, 2008). Komponen Hasil Rata-rata hasil pengukuran untuk komponen hasil padi varietas inpari 10 dan cigeulis yang ditanam di dua agroekosistem berbeda dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Komponen hasil padi varietas inpari 10 dan cigeulis yang ditanam di dua agroekosistem berbeda. Jumlah Jumlah Berat Panjang Gabah Gabah 100 Provitas Malai Bernas Hampa butir (t/ha) (cm) (biji) (biji) (g) n dataran rendah varietas Inpari 10 23.27 84.27 42.12 27.06 6.2 n dataran rendah varietas Cigeulis 21.35 65.12 48.98 23.18 4.8 n dataran tinggi varietas Inpari 10 24.64 96.16 37.42 27.86 6.7 n dataran tinggi varietas Cigeulis 20.28 62.11 42.15 24.68 5.0 Berdasarkan Tabel 4 bahwa keragaan komponen hasil padi yang dihasilkan oleh kedua varietas inpari 10 dan cigeulis yang ditanam di dua agroekosistem berbeda pada semua parameter inpari 10 lebih tinggi dibanding varietas cigeulis. Tanaman padi yang ditanam pada lahan dataran tinggi lebih tinggi dibanding dengan tanaman yang ditanam di dataran rendah.hal ini ditunjukkan dari panjang malai, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah hampa per malai, berat 1000 butir dan produktivitas per hektar. Potensi hasil suatu varietas padi ditentukan oleh empat komponen, yaitu panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, gabah hampa dan berat 1000 butir gabah (Yoshida, 1981). Berdasarkan jumlah gabah yang dihasilkan terlihat semakin panjang malai yang terbentuk maka jumlah gabah yang dihasilkan semakin tinggi. Pada musim tanam saat pengkajian produktivitas yang dihasilkan tidak optimal hal ini dikarenakan jumlah gabah hampa yang dihasilkan masih cukup banyak sehingga secara langsung berpengaruh terhadap hasil. Menurut Setiobudi, dkk (2009) banyaknya gabah selain ditentukan oleh banyaknya malai yang dihasilkan juga oleh proses diferensiasi spikelet, penyerbukan dan fertilisasi. Berkurangnya pasokan asimilat, dimensi ukuran dan percabangan malai juga 181

mengurangi potensi gabah yang dihasilkan dan pengisian gabah dipengaruhi oleh suhu udara dimana semakin tinggi suhu udara laju pengisian gabah makin cepat namun distribusi pengisian gabah tidak merata sehingga mengakibatkan pengisian gabah tidak penuh atau partially filled gain. Begitu juga dengan parameter berat 1000 butir yang dihasilkan pada pengjkajian terlihat bahwa semakin berat suatu gabah maka produktivitas yang dihasilkan tinggi hal ini ditunjukkan bahwa varietas Inpari 10 dan cigeulis yang ditanam didataran tinggi lebih rendah dibandingkan produktivitas yang dihasilkan pada tanaman padi yang ditanam pada lahan dataran rendah. Selain itu produktivitas yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh varietas yang digunakan hal ini terlihat antara varietas inpari 10 dan cigeulis maka varietas inpari 10 menunjukkan hasil tertinggi. Hasil kajian Sirappa, dkk (2007), membuktikan bahwa intorduksi varietas unggul baru yang didukung teknologi lainnya mampu memberikan hasil 21-54% lebih tinggi.hal ini menunjukkan bahwa pencapaian hasil suatu varietas harus didukung oleh teknologi dan lingkungan tumbuh yang optimal. Tanaman padi mempunyai daya adaptasi yang cukup besar terhadap kerapatan tanaman melalui mekanisme pengaturan terhadap jumlah malai, jumlah gabah per malai, dan persentase gabah isi. Peningkatan populasi tanaman dapat dilakukan dengan sistem tanam legowo 4:1 atau tandur jajar 20 cm x 20 cm. Pada kondisi radiasi matahari yang rendah, terutama pada musim hujan, sekitar 65% areal padi di Indonesia, peningkatan populasi tanaman menjadi sangat penting untuk meningkatkan hasil gabah dan efisiensi penggunaan pupuk N karena lebih sedikitnya jumlah anakan yang terbentuk (De Datta, 1981). Selain itu salah satu faktor penting dalam budidaya untuk menunjang pertumbuhan hidup tanaman adalah pemupukan. Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dalam tanah, tetapi tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar yaitu berupa pupuk (Simanungkalit, dkk., 2006).Pertumbuhan dan hasil tanaman padi yang ditanam dapat dilihat dengan membandingkan keragaan dari hasil pengkajian dengan deskripsi varietas (Tabel 5) Tabel 5. Perbandingan hasil pengkajian dengan deskripsi varietas padi inpari 10 dan cigeulis Tinggi Jumlah Berat 100 Produktivitas Varietas Kedelai Tanaman anakan butir (g) (t/ha) (cm) (batang) ri 10 *: Dataran Rendah Dataran Tinggi ulis *: Dataran Rendah 102.82 107.25 89.07 92.21 10.18 13.54 27.06 27.86 8.68 23.18 4.8 Dataran Tinggi 9.26 24.68 5.0 ri 10** 110 21 27.7 7.0 ulis** 100-110 14-16 28-29 5.8 Keterangan : * Hasil pengkajian ** Deskripsi varietas padi (Suprihatno, dkk, 2011). Berdasarkan hasil produktivitas tersebut diatas masih ada peluang untuk meningkatkan produktivitas keempat varietas yang dikaji jika teknologi yang digunakan tepat guna. Tinggi dan rendahnya produktivitas tergantung dengan teknologi yang diterapkan dan kesesuaian iklim di lahan setempat. Semakin baik teknologi yang diterapkan dengan kondisi iklim yang mendukung, produktivitas yang dicapai akan lebih baik. 6.2 6.7 KESIMPULAN Padi varietas inpari 10 berpotensi ditanam pada lahan dataran tinggi dan dataran rendah pada musim yang sama.produktivitas yang dihasilkan inpari 10 pada lahan dataran 182

tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam didataran rendah yaitu rata-rata 6,7 t/ha dan 6,2 t/ha. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tinggunya kepada Kepala BPTP Bengkulu, Dr.Ir.Dedi Sugandi, MP. yang telah mendukung kegiatan pengkajian dan tak lupa juga terima kasih kepada Hendri Suyanto sebagai teknisi yang telah membantu kegiatan dilapangan selama pengkajian. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Berita Resmi Statistik Nomor 43/11/17/th.V, 1 November 2011. BPS. 2011. De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley & Sons, Inc., USA. Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi. Muliadi A., R. Heru Pratama. 2008. Korelasi Antara Komponen Hasil dan Hasil Galur Harapan Padi Sawah Tahan Tungro.Prosd. Seminar Nasional Padi; Inovasi teknologi padi mengantisipasi perubahan iklim global mendukung ketahanan pangan (1):165-171. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Rubiyo, Suprapto, dan Aan Drajat. 2005. Evluasi beberapa galur harapan padi sawah di Bali. Buletin Plasma Nutfah. Vol 11. No 1:6-10. Setiobudi, D., Y. Samaullah dan T. Rustiati. 2009. Kepekaan Relatif Padi Inbrida dan Hibrida Terhadap Variasi Pasokan Air Selama Fase Vegetatif dan Reproduktif.Inovasi Teknologi Padi untuk mempertahankan Swasembada dan mendorong Ekspor beras.buku 2.Balai Besar Penelitian Padi. Sukamandi.p.683-700. Simanulang, Z.A. 2001.Kriteria Seleksi untuk Sifat Agonomis dan Mutu.Pelatihan dan Koordinasi Progam Pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi 9-14 April 2001. Balitpa.Sukamndi. Simanungkalit, R.D.M, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Styorini, W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Sirappa, M.P., A.J. Rieuwpassa dan E.D. Waas. 2007. Kajian Pemberian Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. V0l. 10 (1) : 48-56. Sunadi. 2008. Modifikasi paket teknologi SRI (The System or Rice Intensification) untuk meningkatkan hasil padi (Oryza sativa. L) sawah. ). Disertasi Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjanan Unand. Padang. Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE., S. Dewi Indrasari., I Putu Wardana dan M.J. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.118 hal. 183

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos. Laguna. Philippines. 184