BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Purwanti, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Via Ulfah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran secara ilmiah. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Trisiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. yang nantinya dapat memberikan hasil berupa perubahan pada diri siswa.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia, dan setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan fungsi tersebut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perwujudan tersebut tentu tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Muhibbin Syah (2008) pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Definisi lain diungkapkan oleh Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin Syah (2008) bahwa pendidikan adalah: usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya. Dalam pendidikan terdapat proses belajar dan pembelajaran. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pengalaman setelah terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa, dimana dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling berhubungan antara tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian materi pelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tujuan pendidikan dapat diciptakan dengan menyelenggarakan pendidikan sebaik mungkin, oleh karena itu dari tahun ke tahun pendidikan selalu dalam proses perbaikan, baik perbaikan tatanan sistem atau kurikulum dalam pendidikan. Salah satu upaya perbaikan dalam pendidikan yaitu perbaikan kurikulum yang dirancang untuk mempermudah dan memperbaiki kualitas pendidikan. 1

2 Dalam kurikulum pendidikan yang ada di sekolah dasar, pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan perubahan yang terjadi di alam yang memiliki katerkaitan dengan segala sesuatu yang kita lakukan sehari-hari. Pembelajaran IPA menurut Depdiknas (2004) merupakan ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. IPA merupakan satu cara dalam memperoleh kebenaran tentang fakta dan fenomena alam melalui kegiatan empirik yang dapat diperoleh melalui eksperimen laboratorium atau alam bebas. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa untuk memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar mencakup beberapa materi pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa termasuk materi Gaya yang diajarkan pada tingkat kelas IV semester 2. Konsep gaya merupakan pokok bahasan yang didalamnya terdapat beberapa sub bab antara lain pengaruh gaya terhadap gerak benda. Gaya merupakan suatu tarikan atau dorongan yang dapat memberikan pengaruh kepada benda yang diberi gaya tersebut. Pemahaman siswa terhadap gaya sangatlah penting karena banyak kegiatan sehari-hari siswa yang berhubungan dengan gaya. Pemahaman siswa terhadap gaya dapat dibuktikan secara riil melalui penggunaan metode pembelajaran yang tepat, salah satu metode yang dapat membuktikan bahwa gaya mempengaruhi gerak benda yaitu penggunaan metode inkuiri, sebagaimana dijelaskan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan di sekolah dasar yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-psinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu mata pelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai salah satu aspek dalam kecakapan hidup.

3 Salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktifitas siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah suatu model pembelajaran inkuiri dimana peran guru masih dominan. Inkuiri terbimbing dapat digunakan dalam proses pembelajaran dimana pada model pembelajaran ini siswa tidak dilepas begitu saja tanpa pengawasan guru, melainkan guru masih berperan penting dalam proses pembelajaran. Model inkuiri terbimbing dapat membantu guru untuk menyampaikan dan menanamkan pemahaman materi pembelajaran yang akan disampaikan serta memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa. Dengan kata lain, inkuiri terbimbing mengajak siswa untuk belajar mandiri melalui bantuan guru. Dalam hal ini guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil pembelajaran yang optimal. Penerapan model pembelajaran yang digunakan guru sangat menentukan suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Gagne dalam Purwanto (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategorikategori. Hasil belajar akan didapat oleh siswa dengan baik apabila proses pembelajaran berjalan dengan baik pula. Oleh sebab itu sebagai seorang guru yang baik diharapkan dapat menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif, sehingga tujuan pembelajaran akan optimal. Namun, pada kenyataannya hasil pembelajaran yang ditemukan dilapangan belum sejalan dengan teori dan tujuan yang diharapkan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, masih banyak pendidik yang menggunakan metode sederhana yang kebanyakan berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa merasa jenuh dan monoton.

4 Lain halnya yang terjadi di kelas IV SD Negeri 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung, kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran masih bersifat teacher centered dengan aktivitas siswa yang masih rendah, salah satu metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dimana guru lebih dominan dalam proses pembelajaran sehingga kesempatan siswa untuk berfikir masih kurang. Dengan penggunaan metode yang sederhana tersebut mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, siswa hanya duduk diam dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon tentang apa yang telah dipelajari. Kecenderungan ini berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang jauh dari optimal. Di SD Negeri 3 Cibodas Lembang pada mata pelajaran IPA nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 62, dengan nilai KKM yang rendah pun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga hasil belajar siswa masih kurang. Dari evaluasi yang dilakukan pada 39 siswa, hanya 14 orang siswa yang mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM yang telah ditentukan sedangkan yang lainnya mendapatkan nilai di bawah nilai KKM. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, sebagai penguatan penelitian, maka penelitian difokuskan dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, sehingga dengan penelitian ini hasil belajar siswa dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Merujuk pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gaya kelas IV SD Negeri 3 Cibodas untuk meningkatkan hasil belajar siswa?

5 2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gaya kelas IV SD Negeri 3 Cibodas? C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Apabila model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IV SD Negeri 3 Cibodas, maka hasil belajar siswa dapat meningkat D. Tujuan Penelitian Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : 1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gaya kelas IV SD Negeri 3 Cibodas untuk meningkatkan hasil belajar siswa 2. Mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi gaya kelas IV SD Negeri 3 Cibodas E. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, peneliti, dan SDN 3 Cibodas. 1. Bagi Siswa a. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa

6 b. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat melatih keberanian, keterampilan dan rasa percaya diri siswa c. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, pembelajaran lebih bermakna dan menarik karena pembelajaran disajikan secara konkret yaitu dengan melibatkan kehidupan sehari-hari d. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis suatu materi pembelajaran. 2. Bagi Guru a. Memberikan pengalaman bagi guru dalam merancang dan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA b. Mengembangkan pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA c. Sebagai perbandingan dalam menggunakan model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Bagi Peneliti a. Memberikan gambaran mengenai pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap peningkatan hasil belajar siswa b. Menambah pengalaman mengenai keadaan di lapangan yang sebenarnya 4. Bagi SDN 3 Cibodas a. Memberikan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA yaitu penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing b. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar F. Definisi Operasional

7 1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing Model pembelajaran nkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana dalam proses pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan bimbingan. Pada proses pembelajarannya, model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas lima tahapan yang diterapkan, yaitu tahap penyajian masalah, tahap pengumpulan dan verifikasi data, tahap eksperimen, tahap mengorganisasi data, dan tahap menganalisis hasil. Keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan melalui lembar observasi aktivitas guru dan siswa. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran yang dapat dilihat pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini, ketiga aspek tersebut akan diteliti oleh peneliti. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual siswa yang mencakup enam aspek dengan sub-sub aspek pada setiap aspeknya yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi tahap kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Sedangkan ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak siswa yang terdiri atas 6 aspek yang diamati yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Hasil belajar pada spek kognitif dapat diukur melalui tes yang disusun oleh guru berupa soal post test yang hasilnya diukur dan disajikan secara kuantitatif. Sedangkan pada aspek afektif dan psikomotor, hasil belajar

8 didapat melalui pengamatan yang dilakukan oleh guru melalui lembar observasi yang hasilnya dinyatakan secara kuantitatif dan kualitatif.