BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pendidikan, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif, sehingga pada tahap akhir didapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

`BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru tidak hanya mentransfer ilmu kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar dan mengajar di pengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman konsep dalam matematika merupakan kemampuan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam membantu perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan inovasi dibidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga harus memperhatikan

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharuskan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam proses belajar- mengajar.

Miyandi Eko Anugrah Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. PKn SD tidak saja menanamkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945, namun juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pendidikan, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif, sehingga pada tahap akhir didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mencapai hasil yang maksimal di dalam dunia pendidikan, saat ini berkembang sebagai model pembelajaran. Secara harfiah model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan, sehingga proses belajar mengajar harus didominasi oleh guru dan saat mengikuti proses belajar mengajar, tidak semua siswa serius mengikuti proses belajar mengajar (Fitriana, dkk 2016:88-89). Salah satu proses yang sangat penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran. Untuk mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran diperlukan adanya motivasi pada diri siswa untuk dapat mendorong mereka melalukan aktivitas di dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran yang melatih siswa dalam menjalin kerjasama dalam dalam satu kelompok kecil dan saling membantu dalam memecahkan masalah, sehingga dalam penguasaan materi pelajaran memperoleh pemahaman yang sama (Harahap, 2013:58). Kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran biologi menuntut pesera didik agar lebih maksimal dalam pembelajaran. Peserta didik tidak saja dituntut untuk menguasai konsep-konsep dan teori saja, tetapi juga harus dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran 1

2 lebih bermakna dan dapat meningkatkan keaktifan serta hasil belajar peserta didik. Salah satu upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Penggunaan model pembelajaran ini dapat melibatkan peserta didik untuk dapat berpikir sehingga mereka dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan (Suparmi, 2015:98). Hasil penelitian Chairunnisa dkk (2016:28-29) menyatakan bahwa setelah dilakukan perlakuan pada kelas Numbered Head Together didapat rata-rata sebesar 78,44 dan pada kelas Student Team Achievement Division sebesar 73,83. Karena menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together dapat meningkatkan hasil pembelajaran rata-rata kelas yang awalnya hanya 55,71 menjadi 76,07 sebab pembelajaran kooperatif tipe ini dapat meningkatkan kerja sama, saling menghargai, dan sikap sosial lainnya. Hasil penelitian Fitriana, dkk (2016:90-91) menyatakan bahwa hasil penelitian terlihat bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran NHT hasilnya lebih baik dari pada hasil belajar yang menggunakan model STAD untuk materi virus. Perbedaan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata 80,00 lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan model Student Teams Achievement Divison (STAD) dengan ratarata 71,94 dan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Divison (STAD). Hal ini dikarenakan meningkatnya pemahaman siswa pada proses pembelajaran kooperatif tipe NHT, serta dikarenakan guru dan siswa telah mampu menerapkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik. Hasil penelitian Afrizal, dkk (2014:103) menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberi pelakuan juga terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen STAD dan kelas eksperimen jigsaw yaitu rata-rata kelas eksperimen jigsaw lebih tinggi

3 dibandingkan rata-rata eksperimen STAD yaitu 62,27 dan 46,9. Perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen STAD dan Jigsaw. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, para siswa yang diajarkan dengan model kooperatif jigsaw tampak lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing maupun saat bergabung membentuk kelompok ahli dengan kelompok lainnya dibandingkan dengan kelas eksperimen STAD, karena model pembelajaran jigsaw siswa bertanggung jawab untuk membagikan informasi kepada temannya pada saat bergabung kembali di kelompok asalnya. Hasil penelitian Siregar, (2012:38) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai-nilai postes di kelas eksperimen sebesar 77,4 dengan standart deviasi 11,9, sedangkan di kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata postes sebesar 69,9 dengan standar deviasi 13,3 artinya perbedaan rata-rata nilai postes antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 7,5 atau sebesar 10,7%. Hasil penelitian Fausan dan Pujiastuti (2017:138-139) menyatakan bahwa ada pengaruh pendekatan dengan menggunakan model NHT pada motivasi belajar. Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga ditunjang dari penggunaan model pembelajaran NHT, model pembelajaran ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam suatu kelompok. Siswa bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk menemukan jawaban yang terbaik sekaligus harus memahami jawaban tersebut, karena salah satu diantara mereka mendapatkan kesempatan secara acak untuk menjawab. Hasil penelitian Suandi, dkk (2013:7-8) menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil siswa yaitu lebih baik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvesional dan model ini pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh positif terhadap hasil belajar. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri yaitu mengutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif adalah satu jenis pembelajaran dari kelompok model pembelajaran.

4 Hasil penelitian Darwani, (2013:16) mengatakan bahwa perbedaan hasil belajar antara kelas STAD dan kelas Jigsaw cukup beralasan karena siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif STAD menekankan kerjasama antaranggota dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perbedaan hasil belajar siswa dengan penerapan model kooperatif STAD dikarenakan setiap siswa berkewajiban untuk menyumbangkan poin untuk memperoleh reward kelompok, salah satu cara yang dapat dilakukan semua anggota kelompok saling memotivasi dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan guru. Hasil penelitian Gumay, dkk (2016:82) menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement division (STAD) diperoleh nilai ratarata 82,36 dibandingkan dengan nilai rata-rata tes awal sebesar 14,36, maka terjadi peningkatan sebesar 68,00 dengan jumlah sebanyak 28 siswa yang nilainya tuntas atau mencapai KKM, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab diperoleh nilai rata-rata 64,43 dibandingkan dengan nilai rata-rata tes awal sebesar 15,36, maka terjadi peningkatan 49,07 dengan jumlah sebanyak 28 siswa yang nilainya tuntas atau mencapai KKM. Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru biologi SMA Swasta Kartika 1-2 Medan.Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 April 2018 kepada Bapak Liza Aulia. Didapatkan bahwa guru biologi masih menggunakan model-model pembelajaran yang kurang diminati oleh siswa, sehingga perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi untuk menambah minat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata yang di peroleh oleh siswa kelas X 2017/2018 pada materi sistem virus adalah 75, sedangkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 78. Siswa yang mencapai nilai KKM pada materi Virus adalah 20 dari 36 siswa. Jadi sekitar 55% siswa mencapai KKM dan 45% yang tidak mencapai KKM. Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa guru tersebut sudah menggunakan beberapa model pembelajaran akan tetapi model pembelajaran

5 kurang diminati oleh siswa dan kurang maksimal dalam penyampaian materi dengan pembelajaran tersebut, sehingga siswa tersebut kurang aktif dan kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran, maka dari itu siswa tersebut cenderung bosan dan kurang minat dalam mengikuti pelajaran. Kebanyakan dari siswa tersebut cenderung kurang memiliki kesiapan belajar, siswa hanya menerima pembelajaran yang bersumber dari guru, sehingga siswa kurang efektif dalam menerima pembelajaran. Maka dari itu diharapkan perlu adanya variasi dalam metode pembelajaran untuk membangkitkan dan memaksimalkan semangat belajar pada siswa tersebut. Peneliti memberikan solusi agar siswa lebih aktif dan bersemangat dalam menerima pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang mengarah pada permainan (games) dan mengajarkan siswa untuk kerjasama dalam suatu kelompok (team) sehingga siswa tersebut tidak jenuh dan lebih kompak dalam menerima pelajaran. Peneliti mencoba menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) dikarenakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu model pembelajaran yang menggunakan nomor yang diletakkan di atas kepala. Setiap kelompok sudah meletakkan nomor dikepala dalam setiap kelompoknya, kemudian siswa tersebut diberi lembar kerja dan setiap anggota kelompok mengerjakan bagian nomornya, serta jika anggota kelompoknya ada yang kebingungan dalam mengerjakan soal maka anggota kelompok yang lain membantu untuk menjawab sehingga lembar kerjanya terjawab semua. Setelah semua sudah selesai, maka guru memanggil setiap nomor dan nomor yang bersangkutan atau dipanggil menjelaskan hasil kerja sama mereka, jika ada tanggapan dari kelompok lain guru mempersilakan kelompok lain untuk menjelaskan hasil diskusinya dan begitu seterusnya sampai nomornya selesai dipanggil, sedangkan model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) yaitu model pembelajaran yang mengacu kepada belajar kelompok siswa. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, anggota kelompok diberi lembar kerja kemudian didalam kelompok saling membantu satu sama lain atau berdiskusi untuk menjawab lembar kerja yang telah

6 diberikan. Setelah sudah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Setelah semua sudah mempresentasikan hasil diskusinya guru memberikan kuis untuk melihat kemampuan siswa apa semua sudah paham dalam materi tersebut. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mempunyai nilai/skor yang tinggi. Berdasarkan uraian dari latar belakang dan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Dengan Student Teams Achievement Division (STAD) Pada Materi Virus Di Kelas X SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi adalah : 1. Rendahnya hasil belajar siswa yaitu 75. 2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga menyebabkan peserta pedidik kurang berminat belajar biologi. 3. Siswa kurang aktif selama proses belajar mengajar dan tidak konsentrasi pada pembelajaran biologi. 1.3. Batasan Masalah Dari tiga masalah yang teridentifikasi di atas, maka penelitan ini dibatasi pada masalah : 1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD). 2. Hasil belajar yang digunakan yaitu hasil belajar kognitif siswa menggunakan pretes dan postes. 3. Materi yang diajarkan adalah Virus di kelas X SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019.

7 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi Virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019? 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019? 3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) pada materi virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Virus di SMA Swasta Kartika 1-2 Medan T.P 2018/2019. 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk: 1. Bagi siswa, untuk membantu siswa meningkatkan pemahaman konsep, menciptakan pembelajaran bermakna dan mengembangkan kemampuan kognitif yang dimiliki.

8 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat membangkitkan semangat belajar biologi siswa. 3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan informasi sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti, memberi tambahan wawasan dan ilmu sehingga lebih mantap dalam menjalankan tugas sebagai calon pendidik.