BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA DESAGAJAH 2.1. Lokasi dan Keadaan Geografis. Desa Desagajah merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Sei Balai kabupaten Asahan, berada pada ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Desa Desagajah adalah 1.187 Ha, sebagian besar dari wilayah desa ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk lahan pertanian dan perkebunan. Desa ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan desa Kuala Sikasim Sebelah selatan berbatasan dengan desa Durian Sebelah timur berbatasan dengan desa PS Balai Sebelah barat berbatasan dengan desa Sei Mentaram Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari kantor kepala desa, Desa Desagajah memiliki jumlah penduduk sebanyak 3800 jiwa dengan 889 kepala keluarga dan terdiri dari beraneka ragam etnis. Sebagai pusat pemerintahan desa, desa ini memiliki 10 dusun yang berada di Desa Desagajah yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Dusun I, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan dusun II; sebelah Timur berbatasan dengan dusun III. (b) Dusun II, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun IX; sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun VIII; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun I. (c) Dusun III, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai dan Dusun VII; sebelah Selatan berbatasan dengan persawahan Dusun I; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun I; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Dusun X. (d) Dusun IV, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Dusun X; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai. (e) Dusun V, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Sikasim; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun VI; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Desa Kuala Sikasim; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai. (f) Dusun VI, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun IV; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan desa PS Balai. (g) Dusun VII, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun III; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun V. (h) Dusun VIII, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun IX; sebelah Selatan berbatasan dengan persawahan Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Mentaram; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun II. (i) Dusun IX, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun VIII; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Mentaram; sebelah Timur berbatasan dengan Desa PS Balai. (j) Dusun X, letaknya
yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V dan Dusun III; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun I; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun IV. 2.2 Sejarah Desa Desagajah Pada awalnya Desa Desagajah adalah hutan belantara yang dihuni berbagai macam binatang liar termasuk Gajah. Daerah hutan ini berbatasan dengan perkebunan masyarakat. Pada waktu itu belum ada masyarakat yang mendiami daerah tersebut, sehingga pemilik perkebunan sering merasa resah akibat ulah Gajah yang sering merusak kebun mereka. Sekitar tahun 1952 masuklah masyarakat untuk membuka lahan di daerah tersebut yang akan mereka gunakan untuk persawahan. Orang pertama yang datang untuk membuka lahan di daerah ini adalah orang Batak Toba yang bermarga Samosir 8. Sehingga sampai saat ini mayoritas masyarakat Batak Toba yang ada di Desa Desagajah adalah bermarga Samosir. Meskipun masyarakat telah membuka lahan di daerah tersebut, namun Gajah- Gajah tersebut juga tetap merusak persawahan mereka. Untuk mengatasi Gajah tersebut akhirnya masyarakat membangun sebuah pondok untuk menjaga dan mengawasi lahan persawahan mereka dari Gajah-Gajah tersebut. Kemudian pondok itu mereka beri nama Pondok Gajah dan Pondok Gajah tersebut akhirnya menjadi sebuah kampung yang bernama kampung Pondok Gajah. 8 Wawancara dengan Oppu Helen Gultom tanggal 20 Juli 2008
Dengan bertambahnya masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akhirnya Gajah-Gajah yang dulu sering mengganggu dan merusak lahan persawahan warga pun pindah tempat dan tidak pernah lagi muncul sampai sekarang. Pada tahun 1960 setelah terjadi pemekaran dari Kampung Durian, sehingga nama Kampung Pondok Gajah berubah menjadi Desa Desagajah hingga sekarang. Hingga tahun 1999 Desa Desagajah termasuk Kecamatan Tanjung Tiram, namun setelah terjadi pemekaran Desa Desagajah termasuk Kecamatan Sei Balai hingga sekarang. 2.3. Keadaan Penduduk. Desa Desagajah memiliki jumlah penduduk sebanyak 3800 jiwa, dan 889 kepala keluarga. Penduduk Desa Desagajah bersifat heterogen, karena memiliki berbagai macam etnis di dalamnya. Adapun etnis yang mendominasi di desa ini adalah etnis Batak Toba. Fenomena ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Naim (1984:9) bahwa ada beberapa suku bangsa yang mempunyai mobilitas yang cukup tinggi seperti etnis Batak Toba, Minangkabau, Banjar, Bugis. Oleh sebab itu, dengan beraneka ragamnya etnis di daerah tersebut tidak menutup kemungkinan adanya terjadi perubahan kebudayaan pada masing-masing etnis, seperti halnya pada masyarakat Batak Toba juga terjadi perubahan pada upacara adat ataupun acara yang bersifat hiburan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara kelompok etnis yang berbeda di desa tersebut. Kelompok-kelompok etnis yang berada di Desa Desagajah
terdiri dari Batak Toba, Jawa, Melayu, Karo, Nias. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel.1. Jumlah Penduduk menurut kelompok Etnik. NO. KELOMPOK ETNIK JUMLAH 1. Batak Toba 2885 jiwa 2. Melayu 300 jiwa 3. Jawa 435 jiwa 4. Karo 35 jiwa 5. Nias 145 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008. Disamping itu untuk jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur juga dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel.2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur NO KELOMPOK UMUR JUMLAH 1. 0-4 tahun 202 jiwa 2. 5-9 tahun 199 jiwa 3. 10-14 tahun 710 jiwa 4. 15-19 tahun 280 jiwa
5. 20-24 tahun 300 jiwa 6. 25-29 tahun 310 jiwa 7. 30-34 tahun 305 jiwa 8. 35-39 tahun 300 jiwa 9. 40-44 tahun 320 jiwa 10. 45-49 tahun 340 jiwa 11. 50-54 tahun 200 jiwa 12. 55-59 tahun 245 jiwa 13. 60 tahun ke atas 89 jiwa Jumlah 3800 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk Desa Desagajah yang paling banyak adalah berusia 10-14 tahun yaitu sebanyak 710 jiwa. Seluruh penduduk dengan jumlah 3800 jiwa tersebut terbagi kedalam sepuluh dusun yang ada di Desa Desagajah. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk menurut dusun. Tabel.3. Jumlah Penduduk Menurut Dusun. NO. DUSUN JUMLAH PENDUDUK
1. Dusun I 366 jiwa 2. Dusun II 445 jiwa 3. Dusun III 409 jiwa 4. Dusun IV 398 jiwa 5. Dusun V 197 jiwa 6. Dusun VI 280 jiwa 7. Dusun VII 238 jiwa 8. Dusun VIII 673 jiwa 9. Dusun IX 423 jiwa 10. Dusun X 371 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008. Dalam hal pendidikan formal, masyarakat Desa Desagajah sudah menyadari akan arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari antusiasme para orang tua yang berusaha keras menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini adalah untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3 (tiga) unit, ketiga Sekolah Dasar tersebut adalah Sekolah Dasar Negeri, 1 (satu) unit (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Desa Desagajah, 1 (satu) unit (SLTA) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri I Desa Desagajah.
2.4. Agama. Masyarakat di Desa Desagajah pada umumnya telah memeluk beberapa agama yang diakui di Indonesia, yaitu: Kristen Protestan, Katholik, Islam. Penduduk di Desa Desagajah mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan selebihnya adalah agama lain. Ada beberapa tempat pelaksanaan ibadah di Desa Desagajah, yaitu Gereja sebanyak 19 unit, Mesjid sebanyak 2 unit, mushollah sebanyak 1 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama NO. Agama dan kepercayaan Jumlah 1. Kristen Protestan 2799 jiwa 2. Katholik 205 jiwa 3. Islam 796 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008. Tabel.5. komposisi Jumlah Tempat Ibadah. NO. Nama Tempat Ibadah Jumlah 1. GEREJA 19 UNIT
2. MESJID 2 UNIT 3. MUSHOLLAH 1 UNIT Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008. 2.5. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Desagajah sangat bervariasi, namun mata pencaharian yang utama adalah sebagai petani. Hal dapat dilihat dari pemanfaatan tanah di desa yang didominasi oleh lahan pertanian antara lain areal persawahan dan perkebunan. Areal persawahan yang mereka tanami dengan padi terletak disekitar pemukiman penduduk. Selain itu mereka juga mengelola tanah perladangan dengan tanaman palawija seperti jenis umbi-umbian, jagung dan lain-lain. Diluar pertanian masyarakat di desa ini juga mengusahakan peternakan walaupun dalam skala yang kecil, seperti: kerbau, itik, babi dan kambing. Selain bertani dan beternak, mata pencaharian lain penduduk desa ini ada yang berdagang. Kriteria berdagang disini juga dalam skala kecil yaitu ada yang berusaha sendiri dengan membuka warung-warung kecil menjual keperluan rumah tangga, membuka kedai-kedai kopi dan kedai tuak. Selain warung-warung dan kedaikedai kopi, ada juga sebagian masyarakat desa yang membuka bengkel sambil
menjual bahan bakar minyak untuk konsumsi kendaraan seperti premiun, solar, dan minyak tanah. Sebagian kecil dari penduduk desa desagajah ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri di instansi seperti pegawai di kantor Kecamatan, pegawai di Kantor Kepala Desa, Guru, TNI dan POLRI. Hasil dari pertanian dan peternakan yang mereka peroleh, selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga pada hari pekan (pasar) akan mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekan (pasar) di Desa Desagajah dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Jumat di tanah lapang disekitar Balai Desa. Berikut ini adalah tabel yang menerangkan tentang keadaan mata pencaharian penduduk di Desa Desagajah. Tabel.6. Keadaan Mata Pencaharian NO Jenis mata pencaharian Jumlah 1. Bertani 838 jiwa 2. Pedagang 104 jiwa 3. Pegawai negeri 157 jiwa Jumlah 1099 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Desagajah adalah dari sektor pertanian yang mencapai 838 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis mata pencaharian lain seperti pegawai negeri ataupun pedagang belum dapat menggeser sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama di Desa Desagajah. 2.6. Sistem Kemasyarakatan Setiap masyarakat memiliki suatu sistem kemasyarakatan yang mana sistem tersebut berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Sistem kemasyarakatan pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah tidak berbeda dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba di daerah lain. Dimana dalam masyarakat Batak Toba terdapat sebuah sistem sosial kemasyarakatan yang disebut Dalihan Na Tolu. Secara harfiah, Dalihan Na Tolu mengandung arti tungku yang tiga. Dalihan Na Tolu terdiri dari tiga unsur dasar yaitu hula-hula, boru, dongan tubu. Berikut ini penulis akan menguraikan secara singkat pengertian umum dari ketiga unsur Dalihan Na Tolu tersebut. Yang pertama adalah hula-hula yaitu pihak orang tua dan saudara dari pihak keluarga perempuan atau pihak pemberi istri dalam suatu perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Pada masyarakat Batak Toba hula-hula merupakan golongan yang harus dihormati, karena hula-hula dalam masyarakat Batak Toba dianggap sebagai pemberi berkat. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Batak Toba untuk menghormati hula-hulanya.
Yang kedua adalah boru yaitu pihak keluarga penerima istri. Dalam sebuah upacara atau acara adat, pihak boru sangat berperan besar di dalam kelangsungan acara tersebut. Sehingga tanpa kehadiran dari pihak boru maka acara tidak dapat berlangsung. Dengan demikian pihak boru juga harus mendapat perhatian dan dilindungi oleh pihak hula-hulanya. Yang ketiga adalah dongan tubu yaitu para turunan atau saudara semarga dari satu leluhur atau dari keturunan yang sama. Hubungan sesama dongan tubu sangatlah penting dijaga karena hubungan mereka merupakan hubungan yang telah terjalin dari leluhur atau turunan mereka. Dalam menjaga konsep Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba ada pepatah yang mengatakan: somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu (Gultom 1992:53). Somba marhula-hula maksudnya adalah agar pihak boru selalu memberikan sembah kepada hula-hula, elek marboru maksudnya adalah agar pihak hula-hula selalu bersikap mangelek (membujuk) dan sayang terhadap pihak boru, manat mardongan tubu maksudnya adalah agar pihak sesama marga selalu saling memperhatikan dan selalu berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjadi sakit hati bagi sesama dongan tubu. Selanjutnya pada masyarakat Batak Toba dapat kita lihat dengan jelas struktur sosial dalam kehidupan masyarakatnya, dimana terdapat banyak marga (klan) yang merupakan suatu kelompok kekerabatan besar yang menunjukkan nama dan asal nenek moyang serta merupakan lambang identitas suku bangsa.
kemudian dari sistem marga tersebut dapat dilihat garis keturunan yang berlaku pada suku Batak Toba yaitu Patrilineal (garis keturunan ayah). Oleh karena itu setiap orang Batak Toba, pria maupun wanita mempunyai marga menurut marga ayahnya. Dengan demikian dalam masyarakat Batak Toba kaum pria berfungsi sebagai pewaris dan penerus keturunan marga. Sedangkan wanita apabila berumah tangga secara otomatis akan masuk lingkungan marga suaminya dan tidak menjadi pewaris marga bagi keturunannya. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa marga (klan) pada masyarakat Batak Toba mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakatnya. Begitu juga jika ditinjau dari hubungan kekerabatan antar individu, marga (klan) juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.