BAB I PENDAHULUAN. dan makmur serta banyak pembangunan nasional yang dinilai masih kurang,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang berkelanjutan, guna mencapai tujuan masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

MEKANISME TAX AMNESTY (Studi Kasus Tuan X)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber, diantaranya : a. Sejarah Direktorat Jendral Pajak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapat dukungan dari masyarakat wajib Pajak. Sektor Pajak merupakan

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

: : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB II LANDASAN MASALAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

BABl PENDAHULUAN. Kelangsungan suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Program Pengampunan Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. baik di tahun kedepannya. Dengan keyakinan tersebut, pemerintah membuat

Judul : Tata Cara Pengajuan Tax Amnesty Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Nama : Gusti Ayu Dwi Antari NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berguna untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia memiliki peran vital yang menyangkut sumber

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, ekonomi di Indonesia belum dapat mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta banyak pembangunan nasional yang dinilai masih kurang, bahkan fasilitas-fasilitas umum seperti jalan raya, puskesmas dan lembaga masyarakat lainnya masih perlu diperbaiki. Masyarakat seringkali mengeluh dan tidak puas akan kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan nasional. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakpatuhan para wajib pajak yakni masyarakat itu sendiri dalam membayar pajak. Pajak juga merupakan penghasilan negara yang nantinya akan dikembalikan kepada masyarakat berupa fasilitas-fasilitas umum. Namun, banyak masyarakat yang tidak tahu akan hal ini. Masyarakat perlu mengetahui peranan pengetahuan pajak dengan benar. Hal ini sangatlah penting demi kemajuan pajak di Indonesia (Rahayu, 2017). Menurut Priantara (2012:2) bahwa pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. 1 Universitas Kristen Maranatha

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Gunawan dan Sukartha (2016) bahwa penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Adapun menurut Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 dalam pasal 1 berbunyi bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Anggaran pendapatan negara yang semakin meningkat setiap tahunnya ditopang oleh beberapa sumber yang salah satunya berasal dari pendapatan perpajakan. Berikut adalah realisasi penerimaan negara tahun 2015-2017 yang disajikan pada tabel 1.1 sebagai berikut : 2 Universitas Kristen Maranatha

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2015-2017 (dalam Milyaran Rupiah) Sumber penerimaan 2015 2016 2017 I. Penerimaan dalam negeri 1.496.047,33 1.784.249,90 1.736.256,70 Penerimaan pajak 1.240.418,86 1.539.166,20 1.495.893,80 Pajak dalam negeri 1.205.478,89 1.503.294,70 1.461.818,70 Pajak penghasilan 602.308,13 855.842,70 784.726,90 Pajak pertambahan nilai 423.710,82 474.235,30 493.888,70 Pajak bumi dan bangunan Bea perolehan hak atas Tanah dan bangunan 29.250,05 17.710,60 17.295,60 0 0 0 Cukai 144.641,30 148.091,20 157.158,00 Pajak lainnya 5.568,30 7.414,90 8.749,60 Pajak perdagangan internasional 34.939,97 35.871,50 34.075,10 Bea masuk 31.212,82 33.371,50 33.735,00 Pajak ekspor 3.727,15 2.500,00 340,10 Penerimaan bukan pajak Penerimaan sumber daya alam 255.628,48 245.083,60 240.362,90 100.971,87 90.524,30 80.273,90 Bagian laba BUMN 37.643,72 34.164,00 38.000,00 Penerimaan bukan pajak lainnya Pendapatan badan layanan umum 81.697,43 84.124,00 84.430,70 35.315,46 36.271,20 37.658,30 II. Hibah 11.973,04 1.975,20 1.372,70 Jumlah 1.508.020,37 1.786.225,00 1.737.629,40 Sumber : Badan Pusat Statistik (2017) Menurut Akbar (2017) selaku pegawai Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI bahwa di tahun 2016 penerimaan pajak ditargetkan Rp1.546.664,6 3 Universitas Kristen Maranatha

juta dan mencapai 85% dari total pendapatan negara. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak masih rendah dan dapat dilihat dari jumlah wajib pajak yang terdaftar yang memiliki NPWP hanya sebanyak 26 juta orang dari total penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta orang. Untuk mengoptimalkan potensi pajak yang ada di Indonesia, pemerintah berencana untuk mengeluarkan beberapa terobosan kebijakan, salah satunya adalah tax amnesty. Kondisi perpajakan Indonesia masih cukup mengkhawatirkan sebab dari tingkat kepatuhannya masih mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang dirangkum dalam refleksi tingkat kepatuhan wajib pajak (2016) ditemukan bahwa hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Dari hal itu, dilihat bahwa data jumlah wajib pajak wajib SPT sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah wajib pajak wajib SPT Kategori wajib pajak wajib SPT Jumlah wajib pajak wajib SPT WP Wajib SPT Berbentuk Badan 1.184.816 WP Wajib SPT Berbentuk Orang Pribadi Non Karyawan WP Wajib SPT Berbentuk Orang Pribadi Berstatus Karyawan 2.054.732 14.920.292 Total 18.159.840 Sumber : Dirjen Pajak (2015) Kristiyono (2016) selaku Direktur Penegakan Hukum Ditjen Pajak menyebutkan bahwa tidak adanya imbalan langsung dari membayar pajak 4 Universitas Kristen Maranatha

menjadi alasan wajib pajak tidak mau menuntaskan kewajibannya. Kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia pada petugas pajak, menjadi salah satu penyebab rendahnya kesadaran membayar pajak. Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya masih rendah, baik untuk melaporkan surat pemberitahuan maupun membayar pajak. Kondisi ini pun membuat penerimaan negara menjadi tidak maksimal. Penerimaan negara sendiri adalah 75% berasal dari pajak. Jika penerimaan bisa melebihi porsi tersebut, pembangunan di Indonesia bisa lebih optimal dan tercipta keadilan bagi semua lapisan masyarakat (Rahayu, 2017). Santoso dan Setiawan (2009) menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan sistem pemungutan pajak bergantung pada dua hal yaitu kesadaran masyarakat sebagai pembayar pajak dan keefektifan pemerintah dalam penyuluhan dan pengawasan. Fenomena di negara yang sedang berkembang adalah adanya upaya penghindaran pajak sehingga setiap tahun pemerintah kehilangan potensi pajak yang cukup besar dari berbagai jenis pajak. Anggraeni dan Kiswara (2011) menyatakan bahwa sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan di dalam negeri khususnya di bidang penerimaan pajak, maka mulai tahun 1983 pemerintah telah mengadakan tax reform (pembaharuan di bidang perpajakan), yaitu dengan dikeluarkannya tiga undangundang pajak baru, yang masing-masing adalah : 5 Universitas Kristen Maranatha

1. Undang-undang Nomor 6 tahun 1983, tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, yang telah mengalami perubahan menjadi Undang- Undang RI Nomor 16 Tahun 2009. 2. Undang-undang Nomor 7 tahun 1983, tentang Pajak Penghasilan, yang mengalami perubahan terakhir dengan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2008; dan 3. Undang-undang Nomor 8 tahun 1983, tentang Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yang mulai berlaku tanggal 1 April 1985, yang telah mengalami perubahan terakhir dengan Undang- Undang Perpajakan Nomor 42 Tahun 2009. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009). Setiap jenis pelanggaran pajak mulai dari yang tingkatannya paling kecil sampai yang paling berat sudah tersedia ancaman sanksinya. Hal ini semakin tercermin pasca amandemen undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU Nomor 16 Tahun 2009) yang berhasil menggulirkan ketentuan-ketentuan baru menyangkut sanksi seputar pelanggaran kewajiban wajib pajak dan fiskus. Peraturan itu dibuat untuk meminimalisir tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan baik oleh wajib pajak maupun fiskus. Penegakkan hukum secara adil oleh aparat pajak diperlukan bagi wajib pajak yang lalai dalam membayar pajak sehingga diharapkan mampu mendorong motivasi wajib pajak dalam membayar pajak. Oleh karena itu, 6 Universitas Kristen Maranatha

ketegasan sanksi perpajakan sangat diperlukan agar kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dapat meningkat (Rahayu, 2017). Brodjonegoro (2016) selaku Menteri Keuangan RI, salah satu strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah melalui kebijakan fiskal berupa program tax amnesty. Kebijakan tax amnesty tidak hanya ditujukan pada dana yang disimpan di luar negeri tetapi kebijakan yang diberlakukan untuk semua wajib pajak di Indonesia. Adanya tax amnesty diharapkan wajib pajak akan secara sukarela melaporkan pajaknya dan kemudian akan patuh terhadap kewajiban perpajakannya (Husnurrosyidah dan Ulfah, 2016). Santoso dan Setiawan (2009) menjabarkan tax amnesty sebagai berikut pengampunan pajak (tax amnesty) merupakan kebijakan pemerintah di bidang perpajakan yang memberikan penghapusan pajak yang seharusnya terutang dengan membayar tebusan dalam jumlah tertentu yang bertujuan untuk memberikan tambahan penerimaan pajak dan kesempatan bagi wajib pajak yang tidak patuh (tax evaders) menjadi wajib pajak yang patuh (honest taxpayers) sehingga diharapkan akan mendorong peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak di masa yang akan datang. Tujuan tax amnesty antara lain adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui repatriasi aset, yang ditandai dengan peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi. Selain itu tax amnesty juga bertujuan memperluas basis data perpajakan yang 7 Universitas Kristen Maranatha

lebih valid, komprehensif dan terintegrasi serta meningkatkan penerimaan pajak (Rahayu, 2017). Indonesia pernah menerapkan tax amnesty pada tahun 1984, namun pelaksanaannya tidak efektif karena wajib pajak kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi perpajakan secara menyeluruh (Ragimun, 2014). Di samping itu, peranan sektor pajak dalam sistem APBN masih berfungsi sebagai pelengkap saja sehingga pemerintah tidak mengupayakan lebih serius. Pada saat itu, penerimaan negara banyak didominasi dari sektor ekspor minyak dan gas bumi. Berbeda dengan saat ini, penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan dominan dalam struktur APBN Pemerintah Indonesia. Gunawan dan Sukartha (2016) menyatakan bahwa Indonesia telah dua kali melakukan tax amnesty yang pertama yaitu tahun 1984 dan tahun 2008. Tax amnesty tahun 1984 dianggap banyak pihak telah gagal, sementara tax amnesty pada tahun 2008 yang dikenal dengan nama sunset policy telah meningkatkan jumlah wajib pajak baru 5,6 juta dan bertambahnya SPT tahunan sebanyak 804.814. Penerimaan PPN naik sebesar Rp 7,46 Trilyun. Setelah periode sunset policy berakhir, tingkat kepatuhan wajib pajak menjadi stagnan serta tax ratio tidak menunjukan perkembangan. Kedua program tax amnesty tersebut dinilai gagal karena tidak didukung dengan sistem administrasi dan basis data perpajakan yang baik serta penegakan hukum (law-enforcement) yang tegas pasca tax amnesty. 8 Universitas Kristen Maranatha

Wacana untuk menjalankan program tax amnesty kembali muncul seiring dengan peningkatan target penerimaan pajak dari tahun ke tahun yang diyakini tidak akan dapat dicapai dalam jangka pendek kecuali melakukan extra-effort dikarenakan basis data perpajakan yang belum kuat serta jumlah aparat pajak yang kurang dari jumlah ideal. Syafrian (2016) selaku Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menjelaskan tentang ekonomi politik tax amnesty bahwa dalam teori ekonomi, kebijakan tax amnesty memiliki dua mata pisau. Satu sisi kebijakan ini (sebagaimana argumen pemerintah) memang dapat menambah pundi-pundi pendapatan negara, memperluas basis pajak (tax base) dan meningkatkan kepatuhan pajak (tax compliance). Namun, di sisi lain kebijakan ini juga dapat kontra produktif jika tidak diikuti oleh perubahan struktural, perumusan berbagai kebijakan berikutnya, tindak lanjut (follow up) serta penegakan kepatuhan pajak (enforcement). Karena itu jika pengelolaannya keliru, kebijakan tax amnesty justru dapat menyebabkan semakin banyak orang yang mengemplang pajak. Bagiada dan Darmayasa (2016) menyatakan bahwa wajib pajak yang memanfaatkan tax amnesty, segala aset yang dilaporkan wajib disusun dalam suatu database yang lebih baik. Database tersebut merupakan potensi pajak kedepannya. Menjadi tantangan berikutnya bagaimana menjamin kerahasiaan sumber dari aset yang dilaporkan dalam program tax amnesty, apakah ada jaminan kepada WP untuk tidak mengusut asal muasal aset tersebut sesuai dengan Pasal 41 ayat (3) UU KUP. Tax amnesty akan dianggap berhasil apabila dari wajib 9 Universitas Kristen Maranatha

pajaknya bisa menghendaki untuk dapat menjadi lebih jujur dalam menggungkapkan harta dan patuh dalam melaporkan setiap asset yang dimiliki. Susherdianto (2014) menyatakan bahwa untuk menjamin semua aset dari wajib pajak yang telah dilaporkan maka diupayakan wajib pajak melakukan deklarasi aset secara penuh (full disclosure). Wajib pajak yang memanfaatkan tax amnesty mempunyai hak untuk mengadukan jika terjadi pembocaran data rahasia oleh tim pemeriksa atau pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Faktor-faktor yang meningkatkan kepatuhan wajib pajak di antaranya adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran wajib pajak akan meningkat ketika wajib pajak tersebut berpersepsi baik terhadap pajak itu sendiri. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko dan Nugroho (2006), Ngadiman dan Huslin (2015) mengenai sanksi perpajakan menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak. Berdasarkan research gap di atas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Keikutsertaan Tax Amnesty. 10 Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Apakah kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keikutsertaan tax amnesty? 2. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap keikutsertaan tax amnesty? 3. Seberapa besar pengaruh kepatuhan wajib pajak dan sanksi pajak terhadap keikutsertaan tax amnesty secara parsial dan simultan? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menguji apakah kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap keikutsertaan tax amnesty. 2. Untuk mengetahui dan menguji apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap keikutsertaan tax amnesty. 3. Untuk mengetahui dan menguji seberapa besar pengaruh kepatuhan wajib pajak dan sanksi pajak terhadap keikutsertaan tax amnesty secara parsial dan simultan. 11 Universitas Kristen Maranatha

1.4 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain : 1. Manfaat Praktis a. Bagi Wajib Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk para wajib pajak agar dapat memahami dan mengetahui seberapa pentingnya kepatuhan wajib pajak agar terhindar dari sanksi pajak dan mengetahui sanksi, juga manfaat dari keikutsertaan tax amnesty. b. Bagi Direktorat Jenderal Pajak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan masukan untuk memahami tingkat kepatuhan dan sanksi pajak terhadap keikut sertaan wajib pajak dalam tax amnesty. 2. Manfaat teoritis a. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain atau bagi kalangan akademisi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya dengan menambah variabel yang lebih luas. 12 Universitas Kristen Maranatha