METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

MATERI DAN METODE PENELITIAN

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

METODE. Materi. Rancangan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Bab III Bahan dan Metode

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur pengukuran nitrogen dan fosfat dalam air.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

Kembang gula Bagian 1: Keras

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada penjual minuman olahan yang berada di pasar

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

KAJIAN MUTU PRODUK SUSU PASTEURISASI DI UNIT PENGOLAHAN SUSU FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI RIDHA MULYANI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

Pupuk super fosfat tunggal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lima pasar tradisonal yang terdapat di Bandar

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Pemeliharaan Kultur Bakteri Asam Laktat (Hidayat 2009)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

Lampiran 1 Lay out penelitian I

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Minuman sari buah SNI 3719:2014

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Pupuk dolomit SNI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dente Teladas Kabupaten Tulang

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT

Yogurt SNI 2981:2009. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

Bakso daging SNI 3818:2014

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

III. BAHAN DAN METODE

METODE Lokasi dan Waktu Materi

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Prosedur pembuatan suspensi alginat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penanaman kelapa (dataran tinggi dan dataran rendah) dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

Desikator Neraca analitik 4 desimal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

4. Total Soluble Carbohydrate (Metode Phenol-AsamSulfat)

Pupuk tripel super fosfat

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

Susu kental manis SNI 2971:2011

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Transkripsi:

METODE Lokasi dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di unit pengolahan susu PT D-Farm Agriprima, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, peternakan sapi perah Eco Farm Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Koperasi Wirausaha Indonesia (KWI). Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan April hingga November 2010. Pelaksanaan magang di Eco Farm pada bulan April 2010, PT D-Farm Agriprima pada bulan Mei hingga Juli 2010, untuk pelaksanaan magang di KWI pada bulan Agustus 2010, bulan September hingga November 2010 melakukan pengujian kualitas. Materi Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan yaitu bahan baku, berupa bahan tambahan dan bahan pendukung dalam proses pembuatan yoghurt. Bahan yang digunakan dalam proses pengujian kualitas yaitu susu, yoghurt dengan berbagai rasa, serta bahan kimia meliputi fenolftalein 1%, kalium oksalat, formalin 4%, aquades, air hangat, larutan buffer ph 7, larutan buffer ph 4, larutan NaOH 0,1N dan 0,25N, larutan methilen biru, asam belerang 91-92%, amilalkohol, zink sulfat 5%, barium hidroxide 4,5%, fenol 1%, picrid acid 1%, sodium disulfat 4,5%, M g NO 3, 6H 2 O 10%, HNO 3 pekat, HCl 6 N, KCl, H 2 SO 4 18N, natrium molibdat 2%, H 2 O 2 dan media yang digunakan yaitu Eosin Metylen Blue Agar (EMBA), Violet Red Bile Agar (VRBA), Salmonella Shigella Agar (SSA), Plate Count Agar (PCA) dan Buffer Pepton Water (BPW). Instrumen yang digunakan dalam magang yaitu form penilaian dan alat tulis untuk memperoleh data. Pengujian kualitas bahan baku susu dan yoghurt menggunakan alat labu Erlenmeyer, gun tester, laktodensimeter, milkotester, titrasi buret, ph meter, gelas piala, rotational viscometer, pipet, inkubator, corong, gelas ukur, sumbat karet, labu butirometer, pipet volumetrik, sentrifuse, timbangan analitik, tabung reaksi ulir, rak tabung reaksi, mikro pipet dan spektrofotometer. Prosedur Pelaksanaan magang dilakukan di unit pengolahan susu PT D-Farm Agriprima, peternakan sapi perah Eco Farm Fakultas Peternakan Institut Pertanian 14

Bogor dan pembibitan sapi perah Koperasi Wirausaha Indonesia (KWI), dengan cara ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan produksi, melakukan observasi lapang, wawancara dan pengumpulan data. Partisipasi aktif dalam kegiatan pengolahan, dimulai dari penerimaan susu, bahan tambahan dan bahan pendukung lainnya, pengujian kualitas baik fisik, kimia dan mikrobiologi pada bahan baku yaitu susu, pembuatan yoghurt dan pengujian akhir pada produk yang dihasilkan yaitu yoghurt sebelum dikemas dan yang sudah dalam kemasan meliputi pengujian fisik, kimia dan mikrobiologi. Kajian GFP dan GHP dilakukan di peternakan sapi perah Eco Farm dan KWI. Kajian ini berhubungan dengan pengendalian standar mutu tata laksana peternakan sapi perah sebagai pemasok susu. GFP yang dikaji ini meliputi prosedur baku yang menyangkut tata laksana beternak yang baik dan benar untuk menghasilkan kualitas produk yang tinggi dari peternakan tersebut sesuai dengan aturan Dirjen Peternakan (2008). GHP yang dikaji adalah GMiP yang dilakukan di peternakan sapi perah Eco Farm dan KWI, yaitu berkaitan dengan tata cara pemerahan yang baik dan benar. Wawancara dan pengamatan di lapangan bertujuan untuk mengevaluasi aspek-aspek GFP dan GHP pada peternakan sapi perah. Pengambilan data dilaksanakan pada pekerjaan di kandang, sehingga dapat dilihat secara langsung kondisi nyata di lapangan tersebut. Hasil evaluasi aspek GFP yang diperoleh disusun dan diberi skor berdasarkan penilaian aplikasi di lapangan. Puspitasari (2009) menyatakan bahwa persentase aplikasi masing-masing aspek diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : % aplikasi aspek X = Nilai total aplikasi aspek X x 100% Nilai sempurna aspek X Hasil penilaian digunakan untuk menentukan kategori berdasarkan penerapan GFP yang ada dengan menggunakan standar sebagai berikut : Nilai Kategori Penerapan GFP 0-25 Sangat kurang > 25-50 Kurang > 50-75 Cukup > 75-100 Baik Sumber : Puspitasari (2009) 15

Penerapan HACCP yang diamati adalah kajian pelaksanaan pre-requisites yaitu SSOP dan GMP dengan cara melakukan pengamatan langsung pada saat proses produksi berlangsung. Pengisian form checklist yang digunakan untuk GMP adalah daftar pemeriksaan CPMB sarana produksi pangan. Hasil evaluasi aspek GMP dianalisis berdasarkan penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan atau deficiency dikategorikan menjadi penyimpangan minor (MN), penyimpangan major (MJ), penyimpangan serius (SR) dan penyimpangan kritis (KT). Hasil penyimpangan yang diperoleh, kemudian dapat untuk menententukan tingkat (rating) unit pengolahan. Standar penilaian yang digunakan untuk GMP adalah SK MENKES Nomor 23/Menkes/SK/I/1978 tentang Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB). Penilaian kelayakan GMP melalui scoring pada setiap aspek (BPOM, 2003). Hasil penilaian digunakan untuk menentukan tingkat (rating) kelayakan sarana produksi pangan berdasarkan penyimpangan (deficiency/defect) yang ada dengan menggunakan standar sebagai berikut : Jumlah Penyimpangan Tingkat Rating MN (Minor) MJ (Mayor) SR (Serius) KT (Kritis) A (Baik Sekali) 0-6 0-5 0 0 B (Baik) > 7 6-10 1-2 0 Atau Tb > 11 0 0 C (Kurang) Tb > 11 3-4 0 D (Jelek) Tb Tb > 5 > 1 Sumber : BPOM (2002) SSOP menurut Winarno (2004) digunakan untuk pembanding proses sanitasi yang diterapkan dari suatu unit (PT D-Farm Agriprima) yang meliputi delapan kunci persyaratan sanitasi. Penilaian kelayakan SSOP dilakukan melalui scoring terhadap semua aspek. Hasil evaluasi aspek SSOP dianalisis dengan suatu rumus untuk mendapatkan persentase kesesuaian antara penerapan GMP dengan Surat Keputusan dari Menteri Kesehatan Nomor 23/Menkes/SK/I/1978. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut : Y = (n 0 x 0) + (n 1 x 1) + (n 2 x 2) + (n 3 x 3) + (n 4 x 4) 16

Keterangan: Y = nilai total penyimpangan n 0 = jumlah aspek yang memiliki nilai 0 dalam form check list n 1 = jumlah aspek yang memiliki nilai 1 dalam form check list n 2 = jumlah aspek yang memiliki nilai 2 dalam form check list n 3 = jumlah aspek yang memiliki nilai 3 dalam form check list n 4 = jumlah aspek yang memiliki nilai 4 dalam form check list Penilaian 0 = penyimpangan terjadi 0% (memenuhi) 1 = penyimpangan terjadi 1-25% (cukup memenuhi) 2 = penyimpangan terjadi 26-50% (kurang memenuhi) 3 = penyimpangan terjadi 50-75% (sangat kurang memenuhi) 4 = penyimpangan terjadi >75% (tidak memenuhi) Nilai total penyimpangan yang didapat (Y) disesuaikan dengan skala persentase yang telah ditentukan berdasar nilai sempurna di setiap poin kesesuaian untuk mendapatkan klasifikasi aplikasi di perusahaan yaitu: (n x 0) = aplikasi aspek SSOP di lapangan sebesar 100% (memenuhi) ((n x 0)+1) s/d(n x 1) = aplikasi aspek SSOP di lapangan sebesar 75% (cukup memenuhi) ((n x 1)+1) s/d(n x 2) = aplikasi aspek SSOP di lapangan sebesar 50% (kurang memenuhi) ((n x 2)+1) s/d(n x 3) = aplikasi aspek SSOP di lapangan sebesar 25% (sangat kurang memenuhi) ((n x 3)+1) s/d(n x 4) = aplikasi aspek SSOP di lapangan sebesar <25% (tidak memenuhi) Keterangan: n = jumlah total aspek yang diamati pada sub bab dalam form check list Penyusunan HACCP plan yang dilakukan meliputi kebijakan mutu perusahaan, organisasi tim HACCP, deskripsi produk, diagram alir proses produksi, analisis bahaya, penetapan CCP, penetapan batas kritis, penetapan tindakan pemantauan (monitoring) dan penentuan tindakan koreksi, penetapan prosedur 17

verifikasi serta penetapan dokumentasi dan rekaman. Penyusunan HACCP plan mengacu pada Winarno dan Surono (2004). Pengujian yang dilakukan pada susu segar berdasarkan SNI (BSN, 1999) yaitu warna, bau, rasa, alkohol, berat jenis, derajat keasaman, protein, lemak, pengujian cemaran mikroba (TPC, Salmonella, Escherichia coli) dan pengujian cemaran logam (timbal dan seng). Pengujian yang dilakukan pada yoghurt berdasarkan SNI No 01-2981-2009 yaitu pengujian bau, rasa, warna, ph, total asam tertitrasi, viskositas, derajat keasaman, protein, lemak, bahan kering tanpa lemak, pengujian cemaran mikroba (Coliform, Salmonella,) dan pengujian cemaran logam (Timbal, Tembaga, Timah, Raksa) (BSN, 2009). Uji Berat Jenis (BSN, 1998). Susu dihomogenkan secara sempurna, kemudian sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur. Laktodensimeter dengan hatihati dicelupkan ke dalam susu, dibiarkan timbul dan ditunggu sampai diam. Skala dan suhu susu yang ditunjukkan laktodensimeter tersebut dibaca dan hasilnya disetarakan dengan tabel penyesuaian berat jenis susu yang diuji pada temperatur 27,5 0 C. Uji Alkohol (BSN, 1998). Susu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc dan ditambahkan alkohol 70% sebanyak 5 cc, kemudian dikocok pelan-pelan. Jika terdapat butir-butir pada susu maka dinilai positif. Uji Derajat Keasaman (BSN, 1998). Susu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 10 ml. Kedalam labu tersebut ditambahkan 2-3 tetes larutan fenolftalin 2% di dalam larutan 96% alkohol. Salah satu labu Erlenmeyer tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,25N hingga timbul warna merah muda yang tidak lenyap jika dikocok. Susu yang terdapat dalam labu Erlenmeyer lain sebagai pembanding, kemudian dicatat banyaknya NaOH 0,25N yang terpakai. Uji Kadar Lemak Metode Gerber (BSN, 1998). Susu sebanyak 10,75 ml, asam belerang sebanyak 10 ml dan amilalkohol sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam butirometer. Butirometer ditutup dengan sumbat karet dan dikocok perlahan-lahan dengan membentuk angka delapan hingga zat-zat tercampur secara homogen. Butirometer tersebut dimasukkan dalam penangas air (65 o C-70 o C) selama 5 menit. 18

Dimasukkan dalam sentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan 1200 putaran/menit. Dimasukkan kembali dalam penangas air (65 o C-70 o C) selama 5 menit. Uji Bahan Kering (BSN, 2009). Dapat dihitung dengan menggunakan rumus Fleischman, dengan rumus sebagai berikut. Bahan Kering = 1,23 L + 2,71 100(B.J 1) ; B.J L kadar lemak (%) dan BJ berat jenis pada 27,5 o C Uji Bahan Kering Tanpa Lemak (BSN, 2009). Dapat dihitung dengan mengurangi kadar bahan kering dengan kadar lemak. Total Asam Tertitrasi (Nielsen, 2003). Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan dalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan indikator fenolftalein 1% sebanyak 2-3 tetes. Dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan jika sampel telah mengalami perubahan warna menjadi merah muda pertama kalinya dan tidak berubah kembali jika telah dihomogenkan. Banyaknya NaOH yang digunakan dicatat, kemudian persentase asam laktat dihitung dengan rumus sebagai berikut : % Asam Laktat = ml NaOH x 0,009 x N NaOH x 100 Bobot sampel Pengujian Kadar Protein dengan Titrasi Formol (AOAC, 2007). Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan dalam labu Erlenmeyer, ditambahkan fenolftalein 1% sebanyak 2-3 tetes, lalu ditambahkan kalium oksalat 0,4 ml dan dihomogenkan. Jika telah homogen maka dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna merah muda. Banyaknya NaOH yang digunakan tidak dicatat. Ditambahkan juga 2 ml formalin 40%, hingga warna merah muda hilang. Dilakukan titrasi kembali dengan NaOH 0,1N dan dicatat banyaknya NaOH yang terpakai (p ml). Titrasi blanko dibuat dengan mencampur 10 ml aquades, 2 tetes fenolftalein 1%, 0,4 ml kalium oksalat dan 2 ml formalin 40%. Campuran bahan tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,1N hingga warna merah muda terbentuk dan dicatat banyaknya NaOH yang terpakai (q ml). Kadar protein dapat dihitung dengan rumus : % kadar protein = (p-q) ml x 1,7 ; 1,7 = faktor formol 19

Total Plate Count (BSN, 1992). Pemupukan menggunakan media Plate Count Agar (PCA) Pengenceran dilakukan dengan cara pengambilan sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam 9 ml Buffer Pepton Water (BPW) untuk mendapatkan pengenceran sepersepuluh (P -1 ). Pengenceran dilanjutkan dengan cara yang sama untuk mendapatkan pengenceran seperseratus (P -2 ) hingga diperoleh P -8. Sebanyak 1 ml dari pengenceran yang dikehendaki (P -5 sampai P -8 ) diambil/diteteskan dengan pipet ke dalam cawan Petri steril, kemudian ditambahkan media PCA yang telah dingin (kira-kira 37 ± 1 o C ) dituangkan ke dalam cawan Petri steril tersebut sebanyak 12-15 ml. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara cawan Petri digerakkan dengan arah membentuk arah angka delapan. Setelah agar mengeras, cawan petri diinkubasikan dengan posisi terbalik pada suhu 37 ± 1 o C selama 24-48 jam. Jumlah bakteri ditentukan dengan metode hitungan cawan dan untuk melaporkan hasil sesuai dengan Standard Plate Count (SPC). Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni x faktor pengencer Jumlah Bakteri Koliform (DSN, 1998). Sampel dipipet sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam 9 ml Buffer Pepton Water (BPW) sebagai pengenceran sepersepuluh (P -1 ). Pengenceran ini dilakukan hingga (P -3 ). Pengenceran P -1 sampai P -3 dipipet ke dalam cawan Petri steril, kemudian ditambahkan sebanyak 12 ml media Violet Red Bile Agar (VRBA) yang telah dingin (kira-kira 37 ± 1 o C) ke dalam cawan Petri steril tersebut. Selanjutnya dihomogenkan dengan cara menggerakkan cawan Petri membentuk arah angka delapan. Bila sudah membeku pada permukaannya dilapisi (over lay) dengan medium yang sama tetapi lebih tipis (±3 ml), lalu dibiarkan lagi sampai agar membeku. Cawan Petri diinkubasi pada posisi terbalik pada suhu 37 ± 1 o C selama 24-48 jam. Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni x faktor pengencer Analisis Kuantitatif Total Escherichia coli (DSN, 1992). Sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer berisi 90 ml larutan Buffer Pepton Water (BPW) steril. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (P -1 ). Selanjutnya dari P -1 dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh P -2, demikian seterusnya dengan cara yang sama dilakukan sampai diperoleh P -3. Pemupukan dilakukan terhadap semua 20

pengenceran yang telah dilakukan (P 0 sampai P -3 ) dengan cara sebanyak 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan Petri secara duplo dan ditambahkan medium agar EMBA sebanyak 12-15 ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan Petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 o C dengan posisi terbalik. Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam sampai 48 jam. Cara perhitungan jumlah koloni sebagai berikut: Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni x faktor pengencer. Analisis Kuantitatif Total Salmonella (APHA, 1992). Analisa pendugaan Salmonella dilakukan terlebih dahulu melalui tahap perbanyakan dengan medium Selenite Sistein Broth (SCB) kemudian sebanyak 10 ml sampel dipipet secara aseptis ke dalam 90 ml SCB, lalu diinkubasi selama 12-16 jam. Proses selanjutnya adalah penggoresan pada cawan Petri steril yang telah berisi medium Salmonella Shigella Agar (SSA), kemudian cawan tersebut diinkubasi pada suhu 30 o C selama satu hari. Jika terdapat koloni bening yang terpisah dengan atau tanpa bintik hitam, maka dilakukan pengujian lebih lanjut yang dilakukan adalah uji Triple Sugar Iron (TSI) dan Sugar Indole Motility (SIM). Penetapan Cemaran Logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) (BSN, 2009). Sampel sebanyak 5-10 g ditimbang ke dalam cawan porselin/kuarsa/platina (m). Cawan yang berisi sampel dimasukkan dalam penangas listrik dan dipanaskan secara bertahap hingga sampel menjadi arang dan tidak berasap lagi (ditambahkan juga 10 ml M g NO 3, 6H 2 O 10% dalam alkohol untuk mempercepat pengabuan). Pengabuan dilakukan dalam tanur (500 ± 50) o C hingga abu berwarna putih, bebas dari karbon. Apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-abuan, dibasahkan terlebih dahulu dengan beberapa tetes air dan ditambahkan HNO 3 pekat kira-kira 0,5-3 ml. Cawan dikeringkan diatas penangas listrik dan dimasukkan kembali ke dalam tanur pada suhu 500 o C dan dilanjutkan pemanasan hingga abu berwarna putih. Dilarutkan abu yang sudah berwarna putih dalam 5 ml HCl 6 N atau 5 ml HNO 3 1 N sambil dipanaskan di atas penangas listrik atau penangas air selama 2-3 menit dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan air suling (v) hingga mencapai tanda garis. Larutan blanko disiapkan dengan 21

penambahan pereaksi, lalu dibaca absorbans larutan baku kerja dan larutan sampel terhadap blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang maksimum sekitar 324 nm untuk Cu dan 283 nm untuk Pb. Kurva kalibrasi dibuat antara konsentrasi logam (µg/ml) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y. Hasil pembacaan larutan sampel diplotkan terhadap kurva kalibrasi dan dihitung kandungan logam dalam sampel. Kandungan logam dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Kandungan logam (mg/kg) = Keterangan : C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi (μg/ml) V adalah volume larutan akhir (ml) M adalah bobot contoh (g) Penetapan Cemaran Logam Timah (Sn) (BSN, 2009). Sampel sebanyak 10-20 g sampel ditimbang ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, lalu ditambahkan 30 ml HNO 3 pekat dan dibiarkan selama 15 menit. Campuran tersebut dipanaskan perlahan dan dihindari terjadinya percikan yang berlebihan. Pemanasan dilakukan hingga volume 3-6 ml atau sampel mulai kering pada bagian bawahnya dan hindari terbentuknya arang, labu Erlenmeyer dikeluarkan dari penangas air dan ditambahkan 25 ml HCl pekat dan dipanaskan selama 15 menit sampai letupan dari uap Cl 2 berhenti. Pemanasan ditingkatkan dan dididihkan hingga sisa volume kurang lebih 10-15 ml. Ditambahkan 1,0 ml KCl, didinginkan pada temperatur ruang, ditera dengan air dan disaring. Disiapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi. Absorbans larutan baku kerja dan larutan sampel terhadap blanko menggunakan SSA dibaca pada panjang gelombang maksimum 235,5 nm dengan nyala oksidasi N 2 O-C 2 H 2. Dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi Sn (µg/ml) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y. Hasil pembacaan larutan sampel terhadap kurva kalibrasi disesuaikan dengan standar yang diperoleh. Kandungan Sn dalam sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kandungan Sn (mg/kg) = keterangan : C adalah konsentrasi logam dari kurva kalibrasi (μg/ml) V adalah volume larutan akhir (ml) 22

M adalah bobot contoh (g) Pengujian Raksa (Hg) (BSN, 2009). Sampel 5 g (m) ditimbang ke dalam labu ekstruksi dan ditambahkan 25 ml H 2 SO 4 18 N, 20 ml HNO 3 7 N, 1 ml larutan natrium molibdat 2% dan 5 batu didih sampai dengan 6 batu didih. Labu destruksi dihubungkan dengan pendingin dan dipanaskan di atas penangas listrik selama 1 jam, setelah itu dihentikan pemanasan, dibiarkan selama 15 menit, lalu ditambahkan 20 ml HNO 3 : HClO 4 (1 : 1) melalui pendingin. Aliran air pada pendingin dihentikan dan dipanaskan dengan panas tinggi sehingga timbul uap putih. Pemanasan dilanjutkan selama 10 menit kemudian didinginkan. Air sebanyak 10 ml ditambahkan melalui pendingin dengan hati-hati sambil digoyangkan dan dididihkan lagi selama 10 menit. Pemanas dimatikan dan pendingin dicuci dengan 15 ml air suling sebanyak 3 kali, kemudian didinginkan sampai suhu kamar. Larutan destruksi sampel dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml secara kuantitatif dan diencerkan dengan air suling sampai tanda garis. Larutan tersebut diambil menggunakan pipet sebanyak 25 ml ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan larutan pengencer sampai tanda garis. Larutan blanko dengan penambahan pereaksi yang sama seperti contoh disiapkan dan ditambahkan larutan pereduksi ke dalam larutan baku kerja Hg, larutan sampel dan larutan blanko pada alat HVG. Absorbans larutan baku kerja, larutan sampel dan larutan blanko dapat dibaca menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) tanpa nyala pada panjang gelombang 253,7 nm. Kurva kalibrasi dapat dibuat dengan konsentrasi Hg (μg/ml) sebagai sumbu X dan absorbans sebagai sumbu Y dan hasil pembacaan larutan sampel diplotkan terhadap kurva kalibrasi. Pengerjaan dilakukaan secara duplo dan kandungan Hg dalam sampel dapat dihitung dengan rumus berikut : Kandungan Hg (mg/kg) = Keterangan : C adalah konsentrasi Hg dari kurva kalibrasi (μg/ml) V adalah volume larutan akhir (ml) M adalah bobot contoh (g) Fp adalah faktor pengenceran 23

Pengujian Arsen (As). Sebanyak ± 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung Erlenmeyer ukuran 125 ml atau 100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml HNO 3 dan didiamkan pada suhu ruang di ruang asam. Sampel dipanaskan di atas hot plate dengan suhu rendah selama 4-6 jam masih dalam ruang asam, kemudian sampel ditutup dan dibiarkan semalam. Sebanyak 0,4 ml H 2 SO 4 ditambahkan ke dalam sampel, lalu dipanaskan di atas hot plate sampai larutan berkurang (lebih pekat), biasanya ± 1 jam. Sampel ditambahkan kembali dengan larutan campuran HClO 4 dan HNO 3 dengan perbandingan 2:1 sebanyak 2-3 tetes. Sampel masih tetap berada di atas hot plate hingga terjadi perubahan warna dari coklat menjadi kuning tua kemudian kuning muda. Pemanasan dilanjutkan selama 10-15 menit setelah terjadi perubahan warna. Sampel dipindahkan dari atas hot plate. Sebanyak 2 ml aquades dan 0,6 ml HCl ditambahkan pada sampel yang telah didinginkan terlebih dahulu. Sampel kembali dipanaskan selama ± 15 menit agar larut dengan baik, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sampel yang mengandung endapan disaring dengan glass wool. Hasil pengabuan basah kemudian dianalisis menggunakan AAS untuk analisis arsen (As). 24