6. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

PEMERINTAH KABUPATEN SERANG RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN SERANG Tahun Anggaran 2015

URAIAN PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah ,00

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Forum SKPD

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

P E RA N A N S E KT OR P ER T A NI AN D A LAM P E NY E R APA N T E N A GA KE RJA D I KAB UP AT E N P A T I

CAPAIAN IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI Gerakan Nasional Penyelamatan Sektor Kelautan Indonesia PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

Bab 5 Indeks Nilai Tukar Petani Kabupaten Ciamis

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TAHUN 2006

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

ANALISIS PERANAN SUBSEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BLITAR

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

Transkripsi:

79 6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumerdaya Perikanan Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu mengalami perubahan, perubahan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut, dipengaruhi intensitas pemanfaatan berupa penambahan atau pengurangan jumlah unit alat penangkapan ikan atau jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan, serta ketersediaan besarnya stok sumberdaya ikan yang dimanfaatkan. Salah satu ukuran untuk mengetahui tingkat pemanfaatan ataupun laju pemanfaatan suatu jenis sumberdaya perikanan selama kurun waktu tertentu, adalah dengan melihat besar kecilnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari seluruh upaya penangkapan ikan yang dilakukan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan ini didasarkan pada nilai catch per unit effort (CPUE) yang dihasilkan. Penghitungan nilai CPUE untuk mengetahui status pemanfaatan sumberdaya ikan, banyak digunakan beberapa kalangan karena tidak memerlukan penghitungan yang rumit dan dengan biaya rendah. CPUE dapat diperoleh dari data statistik perikanan yang tersedia atau dari hasil pencatatan kegiatan penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan. Data yang dihasilkan sangat ditentukan pada kemampuan petugas yang ada di tempat pendaratan atau pada kemampuan dalam memberikan laporan sesuai dengan yang sebenarnya. Upaya penangkapan dinyatakan dalam satuan upaya penangkapan (jumlah unit alat tangkap, jumlah trip penangkapan ataupun jumlah mata pancing yang digunakan). Jumlah hasil tangkapan ikan (catch) merupakan jumlah hasil tangkapan ikan yang diperoleh dan upaya penangkapan (effort) merupakan jumlah satuan upaya penangkapan ikan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil tangkapan tersebut. Hasil tangkapan ikan (catch) dapat dinyatakan dalam satuan berat (kg atau ton) ataupun satuan ekor ikan yang diperoleh (Uktolseja et al, 1998). Upaya (effort) adalah berbagai sarana atau faktor masukan (input) yang dipergunakan dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan. Pengertian umum dari upaya ini pada dasarnya merupakan indeks dari berbagai faktor masukan seperti tenaga kerja, kapal, jaring (alat tangkap) dan sebagainya yang dibutuhkan untuk suatu aktivitas penangkapan (Fauzi, 2004). 79

80 6.1.1 Analisis Keragaan Perikanan Wilayah Pesisir Utara 6.1.1.1 Hasil Tangkapan (Catch) Tahunan Hasil tangkapan ikan di pusat pendaratan perikanan laut di wilayah pesisir Utara dari tahun 2001 hingga 2007 dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan perkembangan hasil tangkapannya terlihat pada grafik pada Gambar 5 berikut ini : Tabel 10. Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 No Tahun Hasil Tangkapan (ton) 1. 2001 28.909,17 2. 2002 31.035,67 3. 2003 32.020,70 4. 2004 31.976,49 5. 2005 32.170,44 6. 2006 26.430,88 7. 2007 20.691,32 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan. Gambar 5. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara Dari Tabel 10 dan Gambar 5 diatas, menunjukkan hasil tangkapan ikan pada tahun 2001-2003 kecenderungan meningkat, kemudian menurun tahun 2004 dan meningkat kembali tahun 2005. Tahun 2006-2007 menunjukkan kecenderungan yang menurun. 80

81 Tabel 11. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) No Bulan Rata-rata (Ton) 1 Januari 1.529,64 2 Februari 1.458,27 3 Maret 1.959,85 4 April 1.893,22 5 Mei 2.387,43 6 Juni 2.165,51 7 Juli 3.174,25 8 Agustus 3.285,21 9 September 3.688,90 10 Oktober 3.100,43 11 November 2.316,70 12 Desember 2.074,12 Gambar 6. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 6 diatas, terlihat rata-rata produksi tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 3.688,90 ton/bulan sedangkan rata-rata produksi terendah terdapat pada bulan Februari yaitu 1.458,27 ton/bulan. Rata-rata produksi hasil tangkapan ikan di wilayah pesisir Utara menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu purse seine, payang besar, pancing prawe, payang kecil dan gill net. Kontribusi masing-masing alat tangkap berbeda-beda terhadap 81

82 hasil tangkapan secara total, kontribusi terbesar ke yang terkecil secara berurutan adalah payang besar, gill net, pancing prawe, purse seine dan payang kecil. Selengkapnya tersaji pada Tabel 12 dan Gambar 7. Tabel 12. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap (Ton) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) No Tahun Purse Seine Payang Besar Pancing Prawe Payang Kecil Gill Net 1 2001 1.917,569 12.160,784 5.194,427 1.747,658 7.888,732 2 2002 2.067,384 13.051,919 5.579,446 1.868,118 8.468,802 3 2003 2.123,453 13.464,620 5.767,104 1.930,411 8.735,112 4 2004 2.131,766 13.435,083 5.750,811 1.933,462 8.725,368 5 2005 2.133,383 13.527,585 5.794,073 1.939,439 8.775,960 6 2006 3.071,273 7.285,866 5.492,422 1.524,427 9.056,892 7 2007 2.371,572 5.853,265 4.171,664 921,647 7.373,173 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Gambar 7. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Rata-rata tiap bulannya penangkapan mengalami fluktuasi memiliki pola fluktuasi yang cukup tajam, seperti yang terlihat pada Tabel 13 dan Gambar 8 dibawah ini. Hasil tangkapan rata-rata mencapai puncak pada bulan September, dan tangkapan rata-rata terendah terjadi pada bulan Pebruari. 82

83 Tabel 13. Jumlah dan Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Ton) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Bulan Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Ratarata Jan 1.058,61 1.242,21 1.777,57 2.242,91 1.178,62 2.406,19 801,35 10.707,46 1.529,64 Feb 1.478,97 1.735,47 1.906,46 2.309,98 508,62 1.346,86 921,52 10.207,88 1.458,27 Mar 1.243,11 1.755,09 1.211,97 2.794,01 1.530,12 3.979,81 1.204,81 13.718,92 1.959,85 Apr 1.576,29 1.535,87 3.052,50 2.239,19 1.099,16 2.795,06 954,47 13.252,54 1.893,22 Mei 2.345,83 2.148,11 1.890,39 4.934,45 1.768,60 2.822,58 802,07 16.712,03 2.387,43 Juni 1.921,30 2.624,34 3.037,48 2.774,80 2.233,95 1.758,83 807,88 15.158,58 2.165,51 Juli 3.946,22 2.569,48 3.792,34 2.840,55 3.999,16 2.031,74 3.040,28 22.219,77 3.174,25 Agst 2.646,01 3.072,91 4.362,81 3.304,48 4.652,29 1.317,71 3.640,27 22.996,48 3.285,21 Sept 4.581,84 2.876,31 4.897,98 3.741,56 4.036,89 2.665,44 3.022,26 25.822,28 3.688,90 Okt 3.808,60 4.805,21 2.908,11 1.768,26 3.193,67 2.251,09 2.968,08 21.703,02 3.100,43 Nov 2.667,46 3.006,60 2.181,56 1.689,67 3.546,34 1.396,18 1.729,08 16.216,89 2.316,70 Des 1.634,92 3.664,06 1.001,53 1.336,64 4.423,02 1.659,41 799,25 14.518,83 2.074,12 Jumlah 28.909,16 31.035,66 32.020,70 31.976,50 32.170,44 26.430,90 20.691,32 203.234,68 Rata-rata 2.409,10 2.586,31 2.668,39 2.664,71 2.680,87 2.202,58 1.724,28 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Gambar 8. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan Rata-rata per Bulan di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) 83

84 6.1.1.2 Upaya Penangkapan (Effort) Perikanan Laut Upaya penangkapan ikan di wilayah pesisir Utara menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu purse seine, payang besar, pancing prawe, payang kecil dan gill net serta perkembangannya dalam kurun waktu tujuh tahun (2001-2007) disajikan pada Tabel 14 dan Gambar 9 dibawah ini : Tabel 14. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Purse Payang Pancing Payang No Tahun Gill Net Seine Besar Prawe Kecil 1 2001 58,74 421,50 89,17 39,40 375,99 2 2002 48,04 337,80 62,31 27,49 358,64 3 2003 29,39 265,92 155,80 27,85 393,54 4 2004 82,24 282,46 259,61 35,07 175,27 5 2005 50,95 287,97 167,43 91,81 359,85 6 2006 124,81 387,97 63,87 39,65 306,47 7 2007 52,35 582,46 137,98 26,31 513,78 Gambar 9. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) 84

85 Waktu pengamatan tujuh tahun (2001-2007), alat tangkap payang besar adalah alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan di wilayah pesisir Utara dibanding alat tangkap lainnya, disebabkan efektivitas alat tangkap payang besar lebih tinggi dibanding alat tangkap yang lainnya disetiap operasi penangkapan. Tabel 15 memperlihatkan rata-rata upaya penangkapan setiap bulan per alat tangkap sangat bebeda-beda. Tabel 15. Rata-rata Upaya Penangkapan (effort) Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-2007) Alat Tangkap Bulan Purse Payang Pancing Payang Seine Besar Prawe Kecil Gill Net Januari 4 15 13 5 14 Februari 5 21 14 5 6 Maret 5 22 9 6 18 April 6 19 22 5 13 Mei 9 27 14 11 20 Juni 7 32 22 6 26 Juli 15 32 28 6 46 Agustus 10 38 32 8 54 September 17 36 36 9 47 Oktober 14 59 21 4 37 November 10 37 16 4 41 Desember 6 45 7 3 51 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan Tabel 16. Rata-rata dan Fluktuasi Upaya Penangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Purse Seine Payang Besar Pancing Prawe Payang Kecil Gill Net Bulan ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) Jan 22 270 74 39 110 Feb 25 13,36 264-2,22 79 7,25 30-24,26 115 4,33 Mar 26 3,59 299 13,26 76-3,63 36 20,95 116 1,13 Apr 23-11,19 271-9,36 71-6,58 32-10,43 102-12,49 Mei 27 17,39 256-5,54 78 10,13 34 6,25 122 20,12 Juni 30 11,11 240-6,25 77-1,53 35 4,36 117-4,10 Juli 20-33,33 260 8,15 72-6,49 36 2,37 121 3,42 Agst 21 5,00 302 16,33 74 2,78 42 16,33 123 1,65 Sept 28 33,33 262-13,23 69-6,76 34-19,53 117-4,88 Okt 25-10,71 207-20,89 72 4,35 37 8,82 114-2,56 Nov 23-8,00 230 11,04 75 4,17 32-13,51 124 8,77 Des 25 8,70 287 24,72 78 4,00 36 12,50 125 0,81 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan 85

86 Rata-rata dan fluktuasi upaya penangkapan ikan per bulan per alat tangkap disajikan pada Tabel 16 dan Gambar 10. Gambar 10. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Utara (Tahun 2001-007) Tujuan untuk mengidentifikasi disparitas pemanfaatan sumberdaya perikanan wilayah pesisir Utara dan Selatan Jawa Timur diantaranya dapat dilihat melalui tren CPUE per alat tangkap baik di wilayah pesisir Utara maupun di Selatan selama tahun pengamatan 2001 sampai dengan 2007. Gambar 11. Tren CPUE Alat Tangkap Purse Seine di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 86

87 Pada Gambar 11 diatas terlihat CPUE alat tangkap purse seine dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun 2004. CPUE tahun 2004 sampai 2007 mengalami fluktuasi akan tetapi secara keseluruhan tren perkembangan CPUE relatif stabil dengan tingkat fluktuasi yang tidak terlalu besar. Gambar 12. Tren CPUE Alat Tangkap Payang Besar di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 CPUE alat tangkap payang besar dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan yang tidak terlalu besar pada tahun 2004 dan 2005. CPUE tahun 2003 sampai 2007 cenderung mengalami penurunan yang cukup tajam, bahkan terendah dicapai pada tahun 2007. 87

88 Gambar 13. Tren CPUE Alat Tangkap Pancing Prawe di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 Pada Gambar 13 diatas terlihat CPUE alat tangkap pancing prawe dari tahun 2001 sampai 2002 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun 2003 dan 2004. CPUE tahun 2005 sampai 2006 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2007. Gambar 14. Tren CPUE Alat Tangkap Payang Kecil di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 88

89 Pada Gambar 14 diatas terlihat CPUE alat tangkap payang kecil dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan sampai pada tahun 2005. CPUE tahun 2005-2007 mengalami fluktuasi produksi. Gambar 15. Tren CPUE Alat Tangkap Gill Net di Wilayah Pesisir Utara Tahun 2001-2007 Pada Gambar 15 diatas terlihat CPUE alat tangkap gill net dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami dinamika kenaikan dan penurunan yang tidak terlau besar yang selanjutnya meningkat tajam tahun 2004. CPUE tahun 2005 menurun sangat tajam naik sedikit tahun 2006 mengalami penurunan kembali tahun 2007. 6.1.1.5 Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Analisis potensi dan musim penangkapan sumberdaya ikan di suatu kawasan perairan laut sangat penting untuk mengontrol dan memonitor tingkat eksploitasi penangkapan ikan yang dilakukan terhadap sumberdaya di perairan tersebut. Pola musim yang berlangsung di suatu perairan diantaranya dipengaruhi oleh pola arus Di Indonesia terdapat empat musim penangkapan ikan yaitu mism barat, musim timur, musim peralihan awal tahun dan musim peralihan akhir tahun (Nontji, 1987). Indonesia dipengaruhi musim timur pada bulan Mei-September dan dipengaruhi musim barat yang jatuh pada periode bulan November-Maret, sedangkan bulan April dan Oktober di Indonesia mengalami musim peralihan. 89

90 Memasuki bulan April arah angin sudah tidak menentu dan pada periode inilah dikenal sebagai musim peralihan atau pancaroba awal tahun. Siklus ini berlangsung kembali ketika bulan Oktober, dimana arah angin kembali tidak menentu dan dikenal sebagai musim pancaroba akhir tahun (Wyrtki, 1961). Indeks Musim Penangkapan Nilai IMP 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00-90.32 75.28 74.68 74.64 57.21 55.24 57.20 50.04 45.81 38.04 34.51 Juli September Nopember Januari Maret Mei 52.82 Bulan Juli - Juni Gambar 16. Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Utara 6.1.2 Analisis Keragaan Perikanan Wilayah Pesisir Selatan 6.1.2.1 Hasil Tangkapan (Catch) Tahunan Hasil tangkapan ikan di pusat pendaratan perikanan laut wilayah pesisir Selatan dari tahun 2001 hingga 2007 dapat dilihat pada Tabel 17, sedangkan perkembangan hasil tangkapannya terlihat pada Gambar 17 berikut ini : Tabel 17. Hasil Tangkapan Ikan Laut di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 No Tahun Hasil Tangkapan (Ton) 1 2001 8.954,90 2 2002 13.340,10 3 2003 8.936,50 4 2004 14.027,60 5 2005 14.818,90 6 2006 23.883,30 7 2007 22.589,10 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 90

91 Gambar 17. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan di Pusat Pendaratan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Dari Tabel 17 dan Gambar 17 diatas, menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan pada tahun 2001-2003 menunjukkan kecenderungan yang meningkat, kemudian menurun pada tahun 2004 dan meningkat kembali pada tahun 2005. Tahun 2006-2007 menunjukkan kecenderungan yang menurun. Tabel 18. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-2007) No Bulan Rata-rata (Ton) 1 Januari 847,70 2 Februari 743,84 3 Maret 1.188,54 4 April 1.008,09 5 Mei 1.226,15 6 Juni 1.041,21 7 Juli 1.661,22 8 Agustus 1.730,79 9 September 1.890,21 10 Oktober 1.654,01 11 November 1.178,79 12 Desember 1.050,95 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 91

92 Gambar 18. Rata-rata Bulan Produksi Hasil Tangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Berdasarkan Tabel 18 dan Gambar 18 diatas, terlihat rata-rata produksi tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 2.651,62 ton/bulan sedangkan rata-rata produksi terendah terdapat pada bulan Februari yaitu 839,77 ton/bulan. Rata-rata produksi hasil tangkapan ikan di wilayah pesisir Selatan menggunakan alat tangkap utama yaitu pukat pantai, jaring klitik, pukat cincin, pancing dan jaring angkat. Selengkapnya tersaji pada Tabel 19 dan Gambar 19. Tabel 19. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap (Ton) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Pukat Jaring Pukat Pancing Jaring No Tahun Pantai Klitik Cincin Angkat 1 2001 3.045 1.075 2.328 1.254 1.254 2 2002 3.068 1.734 2.801 3.468 2.268 3 2003 2.770 1.877 1.609 894 1.787 4 2004 3.647 1.683 3.367 2.806 2.525 5 2005 16.615 13.750 10.886 8.594 7.448 6 2006 6.687 6.448 3.821 3.105 3.821 7 2007 5.421 3.840 4.292 3.614 5.421 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 92

93 Gambar 19. Rata-rata Produksi Hasil Tangkapan Ikan per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Rata-rata penangkapan setiap bulan mengalami fluktuasi dengan pola fluktuasi yang cukup tajam, seperti yang terlihat pada Tabel 20 dan Gambar 20 dibawah ini. Hasil tangkapan rata-rata mencapai puncak pada bulan September dan tangkapan rata-rata terendah terjadi pada bulan Pebruari. Tabel 20. Jumlah dan Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Ton) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Bulan Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Jumlah Ratarata Jan 327,91 533,94 496,09 983,93 542,92 2.174,27 874,85 5.933,91 847,70 Feb 458,12 745,96 532,06 1.013,35 234,29 1.217,04 1.006,04 5.206,88 743,84 Mar 385,07 754,39 338,24 1.225,69 704,83 3.596,21 1.315,32 8.319,75 1.188,54 Apr 488,27 660,16 851,91 982,30 506,31 2.525,65 1.042,01 7.056,61 1.008,09 Mei 726,64 923,33 527,58 2.164,67 814,68 2.550,52 875,63 8.583,05 1.226,15 Juni 595,14 1.128,02 847,71 1.217,26 1.029,04 1.589,30 881,98 7.288,47 1.041,21 Juli 1.222,38 1.104,44 1.058,38 1.246,11 1.842,16 1.835,90 3.319,13 11.628,51 1.661,22 Agst 819,63 1.320,83 1.217,60 1.449,62 2.143,02 1.190,70 3.974,15 12.115,55 1.730,79 Sept 1.419,27 1.236,33 1.366,95 1.641,37 1.859,54 2.408,53 3.299,46 13.231,44 1.890,21 Okt 1.179,75 2.065,43 811,61 775,71 1.471,12 2.034,11 3.240,31 11.578,04 1.654,01 Nov 826,27 1.292,33 608,84 741,23 1.633,57 1.261,61 1.887,67 8.251,52 1.178,79 Des 506,43 1.574,93 279,51 586,36 2.037,41 1.499,46 872,56 7.356,67 1.050,95 Jumlah 8.954,90 13.340,10 8.936,50 14.027,60 14.818,90 23.883,30 22.589,10 106.550,40 Rata-rata 746,24 1.111,68 744,71 1.168,97 1.234,91 1.990,28 1.882,43 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 93

94 Gambar 20. Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) 6.1.2.2 Upaya Penangkapan (Effort) Perikanan Laut Upaya penangkapan ikan di Wilayah Pesisir Selatan menggunakan jenis alat tangkap utama yaitu pukat pantai, jaring klitik, pukat cincin, pancing dan jaring angkat serta perkembangannya dalam kurun waktu tujuh tahun (2001-2007) disajikan pada Tabel 21 dan Gambar 21 dibawah ini : Tabel 21. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) No Tahun Pukat Jaring Pukat Jaring Pancing Pantai Klitik Cincin Angkat 1 2001 129,33 106,46 73,94 109,46 94,75 2 2002 36,43 74,05 128,16 44,55 113,78 3 2003 89,24 113,77 47,79 58,03 95,00 4 2004 170,05 64,26 111,86 156,39 153,45 5 2005 510,18 167,84 649,43 243,36 219,83 6 2006 154,55 292,77 315,54 286,18 297,91 7 2007 258,62 72,29 198,17 69,67 113,40 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 94

95 Gambar 21. Upaya Penangkapan (effort) Tahunan (Trip) di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Dalam kurun waktu tujuh tahun (2001-2007), alat tangkap pukat cincin adalah alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan di wilayah pesisir Selatan dibandingkan alat tangkap lainnya, disebabkan efektivitas alat tangkap pukat cincin lebih tinggi dibanding alat tangkap yang lainnya disetiap operasi penangkapan (trip). Tabel 22. Upaya Penangkapan (effort) Rata-rata Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Alat Tangkap Bulan Pukat Jaring Pantai Klitik Pukat Cincin Pancing Jaring Angkat Januari 6 74 9 193 4 Februari 9 66 15 133 4 Maret 5 71 10 270 3 April 4 99 9 173 4 Mei 7 121 7 153 3 Juni 4 80 6 162 3 Juli 5 90 9 117 4 Agustus 4 98 12 274 3 September 8 74 14 200 3 Oktober 6 50 13 166 4 November 8 119 9 180 4 Desember 9 121 9 223 3 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek 95

96 Tabel 23. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) Pukat Pantai Jarring Klitik Pukat Cincin Pancing Jaring Angkat Bulan ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) ratarata Fluktuasi (%) Jan 34 286 71 256 21 Feb 37 8,82 332 16,33 78 10,13 240-6,25 28 33,33 Mar 32-13,51 281-15,54 77-1,53 260 8,15 25-10,71 Apr 36 12,50 332 18,41 72-6,49 302 16,33 23-8,00 Mei 32-11,11 258-22,26 74 2,78 262-13,23 25 8,70 Juni 34 6,25 228-11,70 74-0,64 207-20,89 22-11,78 Juli 35 4,36 253 11,04 79 7,25 230 11,04 25 13,36 Agst 36 2,37 286 12,77 76-3,63 287 24,72 30 20,00 Sept 39 7,37 312 9,33 69-9,21 270-5,95 20-33,33 Okt 40 2,56 288-7,67 72 4,35 264-2,22 21 5,00 Nov 30-26,16 238-17,42 75 4,17 299 13,26 25 19,05 Des 36 20,95 253 6,38 78 4,00 271-9,36 23-8,00 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Trenggalek Gambar 22. Rata-rata dan Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan per Bulan (Trip) per Alat Tangkap di Wilayah Pesisir Selatan (Tahun 2001-007) 96

97 Gambar 23. Tren CPUE Alat Tangkap Pukat Pantai di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 Pada Gambar 23 terlihat CPUE alat tangkap pukat pantai dari tahun 2001-2002 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2003. CPUE di tahun 2004 mengalami penurunan dan mulai mengalami kenaikan tahun 2006 dan menurun kembali pada tahun 2007. Gambar 24. Tren CPUE Alat Tangkap Jaring Klitik di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 97

98 CPUE alat tangkap jaring klitik dari tahun 2001 sampai 2005 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan pada tahun 2006. CPUE naik kembali pada tahun 2007, tren perkembangan nilai CPUE meningkat. Gambar 25. Tren CPUE Alat Tangkap Pukat Cincin di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 CPUE alat tangkap pukat cincin dari tahun 2002 menurun dan tahun 2003 mengalami kenaikan yang cukup tajam dan mengalami penurunan kembali sampai tahun 2006. CPUE naik kembali tahun 2007, secara keseluruhan tren perkembangan CPUE menurun. Gambar 26. Tren CPUE Alat Tangkap Pancing di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 98

99 CPUE alat tangkap pancing tahun 2002 mengalami kenaikan yang sangat tajam dan mengalami penurunan secara tajam pula di tahun 2003 dan meningkat pula di tahun 2004 meskipun relatif kecil peningkatannya akan tetapi tahun 2005-2006 terjadi penurunan yang tidak terlalu tinggi. CPUE naik kembali secara tajam di tahun 2007. Gambar 27. Tren CPUE Alat Tangkap Jaring Angkat di Wilayah Pesisir Selatan Tahun 2001-2007 CPUE alat tangkap jaring angkat dari tahun 2001 mengalami kenaikan dan mengalami penurunan terus menerus sampai tahun 2006 dengan tingkat penurunan yang tidak terlalu tinggi. CPUE naik kembali tahun 2007. 6.1.2.5 Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Indeks musim penangkapan perikanan laut wilayah pesisir Selatan disajikan pada Gambar 28 dibawah ini : 99

100 Indeks Musim Penangkapan Nilai IMP 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00-85.98 74.62 72.87 72.36 54.64 54.66 56.14 49.35 41.45 43.94 35.68 Juli September Nopember Januari Maret Mei Bulan Juli - Juni 52.28 Gambar 28. Indeks Musim Penangkapan Perikanan Laut Wilayah Pesisir Selatan 6.1.3 Analisis Deskriptif Program dan Bentuk Kegiatan Pembangunan Wilayah Pesisir Pembangunan daerah, sebagai bagian integral pembangunan nasional, selain berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral, juga berkepentingan terhadap pembangunan dalam dimensi kewilayahan bertujuan mencapai sasaran-sasaran sektoral dan tujuan pengintegrasian pembangunan antar-sektor di dalam satu wilayah. Perubahan paradigma sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik (otonomi daerah) membawa konsekuensi terjadinya perubahan paradigma perencanaan pembangunan dari pendekatan pembangunan sektoral ke pendekatan kewilayahan (RPJMD Kab Lamongan, 2009). 100

101 Desentralisasi dibutuhkan untuk menumbuhkan prakarsa dan aspirasi daerah sesuai keanekaragaman kondisinya masing-masing, sehingga pengambilan keputusan penyelenggaraan pemerintaan dan penyediaan pelayanan publik menjadi lebih sederhana, cepat, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal. Desentralisasi mendekatkan rentang kendali antara pembuat kebijakan dengan masyarakat, dan memberikan wewenang melaksanakan pengaturan atau kebijakan pada tingkat daerah (RPJMD Kab Lamongan, 2009). Tabel 24. Program dan Bentuk Kegiatan di Wilayah Pesisir Utara No Program Kegiatan Bentuk Kegiatan 1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2. Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan 3. Program Pengembangan Budidaya Perikanan 4. Program Pengembangan Perikanan Tangkap 5. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan 6. Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Sumber : RPJMD Kab Lamongan 2004-2009 1. Pemberdayaan lembaga keuangan mikro sektor kelautan 2. Pengembangan kelompok usaha bersama (KUB) 3. Pemberdayaan tokoh keagamaan/lembaga adat 1. Operasional kegiatan poskamla 2. Sosialisasi UU No, 27 Tahun 2007 3. Pengembangan sarana dan prasarana pengendalian sumberdaya kelautan 1. Pengembangan bibit ikan unggul 2. Pembinaan dan pengembangan perikanan 3. Fasilitasi PMI sawah tambak 4. Fasilitasi PMI tambak 5. Pembangunan gedung laboratorium kesehatan ikan 6. Laboratorium kesehatan ikan keliling 7. Pembuatan data base peta kondisi lahan sawah tambak 8. Pengadaan peralatan dan perkolaman BBI Lamongan 9. Operasional kendaraan BBI 10. Resctoking ikan di perairan umum 1. Rehabilitasi sedang/berat tempat pelelangan ikan 2. Fasilitasi penguatan modal TPI 3. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan tangkap 1. Optimalisasi penyuluh perikanan 2. Penyuluhan pembudidaya ikan dan nelayan 3. Pembuatan dan penyusunan lieflet dan buletin 4. Lomba kelompok pembudidaya ikan dan nelayan 1. Promosi gerakan gemar makan ikan kepada anak sekolah 2. Pelatihan hasil laut 3. Pembangunan outlet pemasaran ikan (DAK) 4. Pengadaan keranjang ikan/basket (DAK) 5. Operasional kegiatan produk unggulan pengolahan 6.Optimalisasi Perda No 7 Th 2004 pengusaha perikanan (pembenihan ikan, pembudidaya, pengolah, hasil perikanan, perikanan tangkap) 101

102 Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya yang memberikan kesempatan bagi terwujudnya masyarakat sejahtera. Upaya mencapai keberhasilan pembangunan daerah membutuhkan perencanaan strategis berupa program dan bentuk kegiatan pembangunan. Program dan bentuk kegiatan pembangunan wilayah pesisir Utara meliputi enam program terdiri dari dua program pemberdayaan, tiga program pengembangan dan satu program optimalisasi dengan 29 bentuk kegiatan seperti yang tersaji pada Tabel 24. Program dan bentuk kegiatan pembangunan wilayah pesisir Selatan meliputi sembilan program terdiri dari satu program pemberdayaan, empat program pengembangan, satu program optimalisasi dan tiga program peningkatan dengan sepuluh bentuk kegiatan tersaji pada Tabel 25. Tabel 25. Program dan Bentuk Kegiatan di Wilayah Pesisir Wilayah Pesisir Selatan No Program Kegiatan Bentuk Kegiatan 1. Pengembangan budidaya perikanan 1. Peningkatan produksi perikanan budidaya 2. Pengembangan perikanan tangkap 1. Peningkatan produksi perikanan perairan umum Laut 2. Peningkatan produksi perikanan perairan umum sungai 3. Pengembangan sistem penyuluhan 1. Peningkatan SDM penyuluh perikanan perikanan 4. Optimalisasi pengelola an dan pemasaran 1. Ketersediaan fasilitas TPI produksi perikanan 5. Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar, 1. Peningkatan kawasan budidaya perikanan 6. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir 1. Peningkatan jumlah petani ikan 7. Peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaan sumber daya 1. Penurunan pelanggaran pendayagunaan sumber daya laut laut 8. Peningkatan Mitigasi Bencana alam Laut 1. Terlindunginya kawasan pantai thd, dan Prakiraan Iklim Laut 9. Peningkatan Kegiatan Budidaya Kelautan dan wawasan Maritim kepada Masyarakat Sumber : RPJMD Kab Trenggalek 2004-2009 Kemungkinan adanya bencana alam laut 1. Meningkatnya budaya mayarakat nelayan terhadap budaya kelautan 102

103 6.2 Analisis Disparitas Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Wilayah Pesisir Jawa Timur Struktur ekonomi Kecamatan Paciran dan Brondong masih memiliki sektor pertanian sebagai sektor dominan di tahun 2004 mapun tahun 2007. Sektor yang paling kecil sumbangannya dalam struktur perekonomian di kedua Kecamatan pesisir tersebut adalah sektor pertambangan. Sektor perikanan laut merupakan sembilan besar dalam struktur perekonomian. Sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran dari tahun 2004 ke tahun 2007 mengalami kenaikan sedangkan di Kecamatan Brondong mengalami penurunan (Lampiran 1 dan 2). Tabel 26. Struktur Ekonomi Kecamatan Paciran dan Brondong di Wilayah Pesisir Utara No Kecamatan "Agr" "plaut" "pl" "Min" "Ind" "Lga" "Kon" "Dag" "Ang" "Keu" "Jsa" Tahun 2004 (%) 1 "Paciran" 0,0261 0,0009 0,0040 0,0001 0,0037 0,0006 0,0022 0,0146 0,0010 0,0025 0,0058 2 "Brondong" 0,0185 0,0007 0,0031 0,0001 0,0026 0,0005 0,0016 0,0103 0,0007 0,0018 0,0041 Tahun 2007 (%) 1 "Paciran" 0,0335 0,0012 0,0052 0,0002 0,0049 0,0008 0,0030 0,0194 0,0014 0,0034 0,0075 2 "Brondong" 00172 0,0006 0,0032 0,0001 0,0026 0,0003 0,0016 0,0106 0,0007 0,0019 0,0039 Keterangan : "Agr" = "Pertanian" "plaut" = "Perikanan Laut" "pl" = "Perikanan Lainnya" "Min" = "Pertambangan" "Ind" = "Industri Pengolahan" "Lga" = "Listrik, gas dan air bersih" "Kon" = "Konstruksi" "Dag" = "Perdagangan, Hotel & Restoran" "Ang" = "Pengangkutan & Komunikasi" "Keu" = "Keuangan, persewaan & jasa pers" "Jsa" = "jasa-jasa" Struktur ekonomi Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo juga masih didominasi oleh sektor pertanian di tahun 2004 mapun tahun 2007. Sektor yang paling kecil sumbangannya dalam struktur perekonomian di ketiga Kecamatan pesisir tersebut adalah sektor perikanan lainnya. Sektor perikanan laut merupakan delapan besar dalam struktur perekonomian. Sektor perikanan laut di ketiga Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo dari tahun 2004 ke tahun 2007 tidak mengalami perubahan (Lampiran 17 dan 18). 103

104 Tabel 27. Struktur Ekonomi Kecamatan Panggul, Munjungan dan Watulimo di Wilayah Pesisir Selatan No Kecamatan "Agr" "plaut" "pl" "Min" "Ind" "Lga" "Kon" "Dag" "Ang" "Keu" "Jsa" Tahun 2004 (%) 1 "Panggul" 0,0357 0,0016 0,0001 0,0007 0,0074 0,0004 0,0052 0,0191 0,0060 0,0059 0,0194 2 "Munjungan" 0,0258 0,0012 0,0001 0,0005 0,0053 0,0003 0,0037 0,0138 0,0043 0,0042 0,0140 3 "Watulimo" 0,0298 0,0014 0,0000 0,0005 0,0062 0,0003 0,0043 0,0159 0,0050 0,0049 0,0162 Tahun 2007 (%) 1 "Panggul" 0,0354 0,0016 0,0001 0,0007 0,0075 0,0004 0,0053 0,0198 0,0059 0,0056 0,0189 2 "Munjungan" 0,0256 0,0012 0,0001 0,0005 0,0054 0,0003 0,0038 0,0143 0,0043 0,0041 0,0137 3 "Watulimo" 0,0296 0,0014 0,0000 0,0006 0,0062 0,0003 0,0044 0,0165 0,0049 0,0047 0,0158 Pemetaan potensi ekonomi wilayah merupakan seperangkat proses yang menghasilkan rumusan informasi pendukung bagi pemerintah dalam menyusun sebuah kebijakan. Secara makro kebijakan pengembangan potensi ekonomi wilayah salah satunya terlihat dari besarnya PDRB wilayah. PDRB wilayah pesisir Utara rata-rata mencapai Rp. 3.160 juta. Dari tiga tahun pengamatan 2004 ke 2007 telah terjadi peningkatan PDRB rata-rata sebanyak Rp. 567 juta. 4500 4000 UTARA 4142 SELATAN 3500 3000 2919 PDRB Per Kecamatan 2500 2000 1500 1000 500 2268 2179 2013 1507 1791 2237 1670 1981 0 Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo 2004 2007 2004 2007 Gambar 29. PDRB Sektor Perikanan Laut di Wilayah Pesisir Utara Selatan Tahun 2004-2007 104

105 Pada tahun 2004, PDRB wilayah pesisir Selatan rata-rata mencapai Rp. 1.962 juta. Tahun pengamatan 2004-2007 terjadi peningkatan PDRB rata-rata sebanyak Rp. 192 juta. Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 29, terjadi disparitas PDRB wilayah pesisir antara Utara dan Selatan. Tahun pengamatan 2004 ke 2007 telah terjadi peningkatan PDRB rata-rata wilayah pesisir Utara sebanyak Rp. 567 juta, sedangkan untuk wilayah pesisir Selatan hanya sebanyak Rp. 192 juta. 6.2.1 Rasio antar Dua Variabel Tiap Lokasi Rasio antar dua variabel tiap lokasi memperlihatkan besarnya nilai relatif suatu sektor dalam struktur perekonomian di suatu lokasi dibanding sektor lain yang menjadi acuan atau pembanding. 6.2.1.1 Rasio Sektor Perikanan Laut-Sektor Pertanian Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara rata-rata 0,0400. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara 0,0400. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interpretasi sektor perikanan laut terhadap sektor pertanian bersifat langka atau relatif kecil perannya dalam struktur perekonomian di wilayah pesisir utara (Lampiran 4 dan 9). No Tabel 28. Rasio Sektor Perikanan Laut - Pertanian Tahun 2004-2007 Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,0400 0,0400 Langka 1. Kec Paciran 0,0350 0,0350 Langka 2. Kec Brondong 0,0380 0,0360 Langka Rata-rata Selatan 0,0466 0,0500 Langka 1. Kec Panggul 0,0440 0,0450 Langka 2. Kec Munjungan 0,0460 0,0470 Langka 3. Kec Watulimo 0,0470 0,0480 Langka 105

106 Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Selatan 0,0466. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan lautsektor pertanian wilayah pesisir Selatan 0,0500. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka (Lampiran 19 dan 23). 0.060 UTARA SELATAN 0.050 0.044 0.046 0.047 0.045 0.047 0.048 0.040 0.030 0.020 0.010 0.000 0.035 0.038 0.035 0.036 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Nilai rasio perikanan laut - pertanian Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 30. Rasio Sektor Perikanan Laut-Pertanian Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 28 dan Gambar 30, tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan sektor perikanan laut relatif kecil dibandingkan sektor pertanian. 106

107 6.2.1.2 Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Perikanan Lainnya Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor pertanian di wilayah pesisir Utara 0,2200. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan lautsektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Utara 0,2050. Tahun pengamatan 2004-2007 interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan 21,2800. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan 21,9200. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat melimpah. No Tabel 29. Rasio Sektor Perikanan Laut-Perikanan Lainnya Th 2004-2007 Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,2200 0,2050 Langka 1. Kec Paciran 0,2230 0,2230 Langka 2. Kec Brondong 0,2230 0,1890 Langka Rata-rata Selatan 21,2800 21,9200 Melimpah 1. Kec Panggul 10,5210 11,1960 Melimpah 2. Kec Munjungan 17,3250 17,9630 Melimpah 3. Kec Watulimo 35,9890 36,5980 Melimpah 107

108 UTARA SELATAN Nilai rasio perikanan laut - perikanan lainnya 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0.000 0.223 0.223 0.223 0.189 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong 10.521 Kec. Panggul 17.325 Kec. Munjungan 35.989 Kec. Watulimo 11.196 Kec. Panggul 17.963 Kec. Munjungan 36.598 Kec. Watulimo Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 31. Rasio Sektor Perikanan Laut-Perikanan Lainnya Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 29 dan Gambar 31, terlihat telah terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor perikanan lainnya diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan di wilayah pesisir Utara nilai sektor perikanan laut relatif kecil dibanding sektor perikanan lainnya. Rasio antar dua variabel wilayah pesisir Selatan relatif lebih besar dibanding rasio antar dua variabel wilayah pesisir Utara, dikarenakan sektor perikanan lainnya di wilayah pesisir Selatan relatif lebih kecil, sehingga bersifat melimpah. 6.2.1.3 Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Industri Pengolahan Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di wilayah pesisir Utara 0,2550. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di wilayah pesisir Utara 0,2400. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan, interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di Selatan 0,2200. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan di Selatan 0,2200. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. 108

109 No Tabel 30. Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri Pengolahan Th 2004-2007 Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,2550 0,2400 Langka 1. Kec Paciran 0,2420 0,2400 Langka 2. Kec Brondong 0,2650 0,2380 Langka Rata-rata Selatan 0,2200 0,2200 Langka 1. Kec Panggul 0,2140 0,2140 Langka 2. Kec Munjungan 0,2210 0,2210 Langka 3. Kec Watulimo 0,2280 0,2270 Langka UTARA SELATAN 0.300 0.265 Nilai rasio perikanan laut - industri pengolahan 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 0.242 0.240 0.238 0.214 0.221 0.228 0.214 0.221 0.227 Lokasi Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo 2004 2007 2004 2007 Gambar 32. Rasio Sektor Perikanan Laut-Industri Pengolahan Tahun 2004-2007 109

110 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 30 dan Gambar 32, terlihat bahwa tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor industri pengolahan diwilayah pesisir antara Utara dan Selatan disebabkan baik diwilayah pesisir Utara mapun Selatan, sektor perikanan laut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor industri pengolahan. 6.2.1.4 Rasio Sektor Perikanan Laut dengan Sektor Jasa Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Utara 0,2550. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Utara 0,1600. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. Tahun 2004, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di Selatan 0,0833. Tahun 2007, rata-rata rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di wilayah pesisir Selatan 0,0900. Tahun pengamatan 2004-2007 tidak terjadi perubahan yaitu interaksinya bersifat langka. No Tabel 31. Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa Tahun 2004-2007 Wilayah Pesisir Rasio Th 2004 Rasio Th 2007 Interaksi Rata-rata Utara 0,1650 0,1600 Langka 1. Kec Paciran 0,1560 0,1560 Langka 2. Kec Brondong 0,1710 0,1570 Langka Rata-rata Selatan 0,0833 0,0900 Langka 1. Kec Panggul 0,0810 0,0850 Langka 2. Kec Munjungan 0,0840 0,0870 Langka 3. Kec Watulimo 0,0870 0,0900 Langka 110

111 UTARA SELATAN 0.180 0.171 0.160 0.156 0.156 0.157 0.140 Nilai rasio perikanan laut - jasa-jasa 0.120 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.081 0.084 0.087 0.085 0.087 0.090 0.000 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 33. Rasio Sektor Perikanan Laut-Jasa Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Tabel 29 dan Gambar 33, terlihat tidak terjadi disparitas rasio sektor perikanan laut-sektor jasa di Utara dan Selatan disebabkan baik diwilayah pesisir Utara mapun Selatan, sektor perikanan laut jauh lebih kecil dibandingkan sektor jasa. 6.2.2 Pangsa Sektoral Tiap Lokasi (%) Tahun 2004, pangsa sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 1,46 % dan Kecamatan Brondong 1,59 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Utara 1,52 %. Tahun 2007, pangsa sektoral tiap lokasi di Kecamatan Paciran 1,45 % dan Kecamatan Brondong 1,42 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Utara 1,43 % (Lampiran 4 dan 9). Tahun 2004, pangsa sektoral tiap lokasi di Kecamatan Panggul 1,55 %; Kecamatan Munjungan 1,60 % dan Kecamatan Watulimo 1,65 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Selatan 1,60 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 1,57 %; Kecamatan Munjungan 1,62 % dan Kecamatan Watulimo 1,67 %. Rata-rata pangsa sektoral tiap lokasi di Selatan 1,62 % (Lampiran 19 dan 24). 111

112 UTARA SELATAN 1.700 1.650 1.600 1.550 1.591 1.554 1.609 1.656 1.578 1.628 1.673 1.500 1.450 1.462 1.451 1.428 1.400 1.350 1.300 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo PSTL Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 34. Pangsa Sektoral Tiap Lokasi Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 34, terlihat telah terjadi disparitas pangsa sektoral tiap lokasinya antara wilayah pesisir Utara dan Selatan, hal ini berarti di wilayah pesisir Selatan, relative lebih besar tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap investasi disebabkan di hampir semua sektor di tiap lokasi masih sangat terbuka dan belum mengalami faktor kejenuhan. 6.2.3 Pangsa Lokal Tiap Sektor (%) Tahun 2004, pangsa lokal sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 56,28 % dan Kecamatan Brondong 43,71 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Utara 50,00 %. Tahun 2007, pangsa lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 65,53 % dan Kecamatan Brondong 34,46 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Utara 50,00 % (Lampiran 5 dan 10). Tahun 2004, pangsa lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 37,89 %; Kecamatan Munjungan 28,37 % dan Kecamatan Watulimo 33,72 %. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Selatan 33,33 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 37,99 %; Kecamatan Munjungan 28,35 % dan Kecamatan Watulimo 33,65%. Rata-rata pangsa lokal tiap sektor di Selatan 33,33 % (Lampiran 20 dan 24). 112

113 70.000 UTARA 65.531 SELATAN 60.000 56.282 50.000 43.718 40.000 30.000 34.469 37.897 28.377 33.726 37.994 28.356 33.650 20.000 10.000 0.000 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo PLTS Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 35. Pangsa Lokal Tiap Sektor Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 35, terlihat terjadi disparitas pangsa lokal tiap sektor antara wilayah pesisir Utara dan Selatan, hal ini berarti tingkat kesesuaian lokasi untuk seluruh sektor di wilayah pesisir Utara lebih sesuai, yang berimplikasi kepada konsep aglomerasi. 6.2.4 Indeks Spesialisasi Tiap Lokasi (ISTL) Tahun 2004, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Paciran 0,0130 dan Kecamatan Brondong 0,0140. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Utara 0,0135. Tahun 2007, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Paciran 0,0250 dan Kecamatan Brondong 0,0130. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Utara 0,0190 (Lampiran 6 dan 12). Tahun 2004, indeks spesialisasi tiap lokasi di Kecamatan Panggul 0,0110; Kecamatan Munjungan 0,0120 dan Kecamatan Watulimo 0,0120. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Selatan 0,0116. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 0,0120; Kecamatan Munjungan 0,0120 dan Kecamatan Watulimo 0,0130. Rata-rata indeks spesialisasi tiap lokasi di Selatan 0,0123 (Lampiran 20 dan 25). 113

114 UTARA SELATAN 0.030 0.025 0.025 0.020 0.015 0.013 0.014 0.013 0.011 0.012 0.012 0.012 0.012 0.013 0.010 0.005 0.000 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo ISTL Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 36. Indeks Spesialisasi Tiap Lokasi Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 36, terlihat telah terjadi disparitas indeks spesialisasi tiap lokasi antara wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap lokasi relative lebih terkonsentrasi kepada sektor-sektor tertentu dibandingkan di wilayah pesisir Selatan. 114

115 6.2.5 Indeks Lokalisasi Tiap Sektor / ILTS 0.95 0.9 ILTS 0.85 0.8 0.75 Utara Selatan 0.7 2004 2007 Tahun Gambar 37. Indeks Lokalisasi Tiap Sektor Tahun 2004-2007 Tahun 2004, rata-rata indeks lokalisasi tiap sektor di Utara sebesar 0,8940 dan tahun 2007 sebesar 0,0190 (Lampiran 5 dan 11), di Selatan tahun 2004 sebesar 0,7410 dan tahun 2007 sebesar 0,0123. Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 37, telah terjadi disparitas rata-rata indeks lokalisasi tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap sektor relative lebih terkonsentrasi pada lokasi tertentu (Lampiran 21 dan 25). 6.2.6 Kuota Lokasi Tahun 2004, kuota lokasi di Kecamatan Paciran 9,1380 dan Kecamatan Brondong 9,9430. Rata-rata kuota lokasi di Utara 9,5405. Tahun 2007, kuota lokasi di Kecamatan Paciran 8,1630 dan Kecamatan Brondong 8,0320. Rata-rata kuota lokasi di Utara 8,0975 (Lampiran 6 dan 12). Tahun 2004, kuota lokasi di Kecamatan Panggul 3,7400; Kecamatan Munjungan 3,8720 dan Kecamatan Watulimo 3,9850. Rata-rata kuota lokasi di Selatan 3,8656. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 3,7490; Kecamatan Munjungan 3,8690 dan Kecamatan Watulimo 3,9760. Rata-rata kuota lokasi di Selatan 3,8646 (Lampiran 21 dan 25). 115

116 12.000 UTARA SELATAN 10.000 9.138 9.943 8.000 8.163 8.032 6.000 4.000 3.740 3.872 3.985 3.749 3.869 3.976 2.000 0.000 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kuota Lokasi Lokasi 2004 2007 2004 2007 Gambar 38. Kuota Lokasi Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 38, terlihat telah terjadi disparitas rata-rata kuota lokasi wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, setiap lokasi relative lebih terkonsentrasi kepada sektorsektor tertentu dibandingkan di Selatan, meskipun di kedua wilayah pesisir tersebut sektor yang berkembang merupakan sektor basis. 6.2.7 Laju Pertumbuhan Lokal Tiap Sektor (%) Tahun 2004, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 31,61 % dan Kecamatan Brondong -1,24 %. Rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di wilayah pesisir Utara 15,18 %. Tahun 2007, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 13,96 % dan Kecamatan Brondong -1,30 %. Ratarata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di wilayah pesisir Utara 6,32 % (Lampiran 7 dan 13). Tahun 2004, laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 4,36 %; Kecamatan Munjungan 4,19 % dan Kecamatan Watulimo 4,12 %. Ratarata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Selatan 4,22 %. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 3,71 %; Kecamatan Munjungan 3,59 % dan Kecamatan Watulimo 3,53 %. Rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor di Selatan 3,61 % (Lampiran 21 dan 27). 116

117 UTARA SELATAN 35.000 31.614 30.000 25.000 20.000 LPLTS 15.000 13.960 10.000 5.000 4.364 4.196 4.122 3.716 3.593 3.538 0.000 Lokasi -5.000 Kec. Paciran Kec. Brondong -1.243 Kec. Paciran Kec. Brondong -1.308 Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo 2004 2007 2004 2007 Gambar 39. Laju Pertumbuhan Lokal Tiap Sektor Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 39, terlihat telah terjadi disparitas rata-rata laju pertumbuhan lokal tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan. Di wilayah pesisir Utara, pertumbuhan sektoralnya relative lebih tinggi dibandingkan di wilayah pesisir Selatan. 6.2.8 Daya saing Lokal Tiap Sektor Tahun 2004, daya saing lokal sektor perikanan laut di Kecamatan Paciran 21,3320 dan Kecamatan Brondong -11,5240. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Utara 4,1220. Tahun 2007, daya saing lokal tiap sektor di Kecamatan Paciran 6,6750 dan Kecamatan Brondong -8,5930. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Utara -0,9590 (Lampiran 8 dan 14). Tahun 2004, daya saing lokal tiap sektor di Kecamatan Panggul 0,1300; Kecamatan Munjungan -0,0380 dan Kecamatan Watulimo -0,1130. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Selatan - 0,0070. Tahun 2007, Kecamatan Panggul 0,0950; Kecamatan Munjungan -0,0280 dan Kecamatan Watulimo -0,0830. Rata-rata daya saing lokal tiap sektor di Selatan -0,0053 (Lampiran 22 dan 29) 117

118 UTARA SELATAN 25 21.332 20 15 DSLTS 10 5 6.675 0 0.130 0.095 Lokasi -5-10 -15 Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Paciran Kec. Brondong Kec. Panggul Kec. Munjungan Kec. Watulimo Kec. Panggul Kec. Munjungan -11.524-8.593-0.038-0.113-0.028 2004 2007 2004 2007 Kec. Watulimo -0.083 Gambar 40. Daya Saing Tiap Sektor Tahun 2004-2007 Dari hasil perhitungan seperti yang tersaji pada Gambar 40, terlihat telah terjadi disparitas daya saing lokal tiap sektor wilayah pesisir Utara dan Selatan, berarti di setiap lokasi wilayah pesisir Utara, seluruh sektor mempunyai daya saing yang relative lebih tinggi dibandingkan di wilayah pesisir Selatan. 118

119 6.3 Analisis Disparitas Pembangunan Wilayah Pesisir Jawa Timur 6.3.1 Analisis Shiftt Share Perkembangan Wilayah Pesisir 6.3.1.1 Profil Tingkat Pertumbuhan Wilayah Identifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah dilakukan menggunakan analisis shift share. Shift share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi pada dua titik waktu di suatu wilayah. Hasil analisis shift share menunjukkan perkembangan sektor di suatu wilayah dibandingkan secara relative dengan sektor lainnya dan perkembangan wilayah dibandingkan wilayah lainnya tumbuh cepat atau lambat. Hasil analisis shift share di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan nasional (National Growth Component/PN), komponen pertumbuhan proporsional (Proportional or Industrial Mix Growth Component / PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (Regional Share Growth Component / PPW). Komponen pertumbuhan adalah perubahan kesempatan kerja atau produksi suatu wilayah disebabkan perubahan kesempatan kerja atau produksi nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional wilayah tersebut. Dari penjumlahan dua komponen pertumbuhan wilayah yaitu komponen pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah digunakan mengidentifikasi pertumbuhan wilayah atau suatu sektor dalam suatu wilayah. Jumlah antara dua komponen disebut pergeseran bersih (PB). Persentase komponen pertumbuhan regional, pertumbuhan proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah. 119