STUDI DESKRIPTIF TENTANG OLAHRAGA KLIEN HIPERTENSI LANJUT USIA DI KELURAHAN ROWOSARI. Manuscript. Oleh : Stefanus Anggit Suci Prasetyo G2A216027

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di


BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular, sehingga angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).


BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA BANJAREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

Stikes Muhammadiyah Gombong


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF TENTANG OLAHRAGA KLIEN HIPERTENSI LANJUT USIA DI KELURAHAN ROWOSARI Manuscript Oleh : Stefanus Anggit Suci Prasetyo G2A216027 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2018

PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuskip dengan judul : STUDI DESKRIPTIF TENTANG OLAHRAGA KLIEN HIPERTENSI LANJUT USIA DI KELURAHAN ROWOSARI Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan Semarang, April 2018 Pembimbing I Dr. Vivi Yosafianti Pohan.,M.Kep Pembimbing II Ns. Heryanto AN.,M.kep.,Sp.Kom

STUDI DESKRIPTIF TENTANG OLAHRAGA KLIEN HIPERTENSI LANJUT USIA DI KELURAHAN ROWOSARI Stefanus anggit 1, Vivi yosafianti pohan 2, Heryanto AN3 1. Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS 2. Dosen Keperawatan FIKKES UNIMUS, 3. Dosen Keperawatan FIKKES UNIMUS, ABSTRAK Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmhg. Penyakit yang dikenal tekanan darah tinggi ini merupakan faktor risiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Pengobatan hipertensi dilakukan dengan cara pemberian obat medis (farmakologi) dan non obat (non farmakologi). Pengobatan non farmakologi dilakukan dengan mengatasi obesitas, mengontrol pola makan dan gaya hidup, melakukan aktifitas fisik berupa olahraga ringan seperti berjalan selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu karena olahraga teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.metode penelitianini dengan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian menjelaskan status dari lokus studinya dengan metode studi korelasi cross sectional yaitu penelitian yang melakukan determinasi terhadap paparan dan hasil secara simultan pada setiap subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2017- Maret 2018 dengan sampel sebanyak responden. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling, dengan metode ini semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Masing-masing responden diukur tekanan darah dan diberikan kuesioner. Hasil penelitian berjenis kelamin perempuan 100%, berumur >65 tahun sebanyak 43,2%, kategori hipertensi ringan sebanyak 60,3%, lama menderita hipertensi sebanyak 21,2% selama 10 tahun. Olahraga tiga kali dalam satu minggu yaitu 43 lanjut usia, olahraga empat kali dalam satu minggu yaitu 38 lanjut usia dan olahraga lima kali dalam satu minggu yaitu 35 lanjut usia. Sisanya 30 lanjut usia melakukan olahraga 2 kali satu minggu. Peneliti menyarankan agar mahasiswa mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya sehingga memberikan variasi penelitian berikutnya. Kata kunci : Hipertensi, Olahraga, Lanjut Usia. Pustaka : 31 (2004-2015) ABSTRACT

PENDAHULUAN Hipertensi adalah sebagian peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmhg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmhg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, pembuluh darah dan semakin tinggi tekanan darah semakin besar resikonya (Nurarifif, 2015). Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan oleh seseorang melainkan melalui genetik dan pola yang tidak sehat dan dapat menimbulkan penyakit tidak menular seperti penyakit hipertensi. Prevalensi penyakit hipertensi tertinggi di Indonesia adalah provinsi Bangka Belitung sebesar 30,9%, Kalimantan Selatan sebesar 30,8%, Kalimantan Timur 29,6% dan Jawa Barat sebesar 29,4%. Tahun 2013 angka kejadian hipertensi sudah mengalami penurunan dikarenakan masyarakat sudah datang ke fasilitas kesehatan dan meminum obat secara teratur (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di puskesmas Rowosari dan hasil wawancara dengan perawat diperoleh informasi jumlah penderita hipertensi di puskesmas Rowosari tahun 2015 yaitu 4.376 orang, tahun 2016 sebanyak 5.398 orang dan data terakhir bulan juni 2017 sebanyak 4.448 orang. Intervensi yang sudah diberikan dari puskesmas Rowosari yaitu terapi farmakologi dan pendidikan kesehatan. Dari data diatas peneliti melakukan penelitian di tiga RW (Rukun Warga) yaitu 6, 7, 8 karena jumlah penderita hipertensi berjenis kelamin perempuan mayoritas di RW (Rukun Warga) tersebut. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara pemberian obat medis (farmakologi) dan non obat (non farmakologi). Pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan cara mengatasi obesitas dengan cara menurunkan kelebihan berat badan, mengontrol pola makan dan gaya hidup, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi potasium dan magnesium, menciptakan suasana rileks, serta melakukan aktifitas fisik berupa olahraga ringan seperti berjalan selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu karena olahraga yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Triyanto, 2014). Olahraga merupakan kegiatan yang terencana secara saksama, seperti macam-macam latihan yang akan dilakukan, frekuensi latihan, intensitas latihan dan lama latihan (Dewi, 2010). Olahraga yang teratur dapat menurunkan resiko aterosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu, dengan melakukan olahraga yang teratur khususnya

aerobik seperti jalan cepat, jogging, bersepeda dan senam dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 4-8 mmhg, olahraga secara teratur terbukti dapat meningkatkan fungsi kardiovaskuler yang memperlambat penurunan fungsi tubuh kemudian relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat mengontrol sistem saraf yang dapat menurunkan tekanan darah (Triyanto, 2014). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: Bagaimana aktifitas olahraga terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi lanjut usia di RW 6, 7,8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang? METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu sebuah tipe penelitian yang berusaha menjelaskan status dari lokus studinya (dengan metode studi korelasi cross sectional yaitu penelitian yang melakukan determinasi terhadap paparan (exposure) dan hasil (disease outcome) secara simultan pada setiap subyek penelitian (Swarjana, 2015). Populasi pada penelitian ini adalah klien hipertensi lanjut usia di RW (rukun warga) 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari. Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat data 3 bulan terakhir di puskesmas Rowosari tahun 2017 sebanyak 229 orang dengan jenis kelamin perempuan. Teknik sampel yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah random sampling, dengan metode ini semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Swarjana, 2015) sehingga jumlah sampel menjadi responden. Penelitian ini dilakukan di RW (rukun warga) 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang. Alat pengumpulan data pada penelitian ini dengan pengukuran tekanan darah dan menggunakan angket yang diberikan kepada responden yang masuk dalam kriteria inklusi. Proses penelitian dilakukan pada Juli 2017 sampai Maret 2018. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Lanjut Usia Hipertensi Berdasarkan Umur di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Umur dalam tahun 45-50 51-55 56-60 61-65 >65 5 23 29 26 63 Persentase 3.4% 15.8% 19.9% 17.8% 43.2% Tabel 2 Distribusi Lanjut Usia Yang Mengalami Hipertensi Berdasarkan Klasifikasi Hipertensi di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Tekanan darah (Systole/Diastole) Klasifikasi Persentase 140-159/90-99 mmhg Hipertensi ringan 88 60.3% 160-179/100-109 mmhg Hipertensi sedang 56 38.4% >180/>110 mmhg Hipertensi berat 2 1.4% Tabel 3 Distribusi Lanjut Usia Yang Lama Menderita Hipertensi di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Lama menderita hipertensi 5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 22 27 25 24 17 31 Persentase 15.1% 18.5% 17.1% 16.4% 11.6% 21.2%

Tabel 4 Distribusi Lanjut Usia berolahraga Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang Dalam Satu Minggu (n=) 2018 Lama olahraga f % 1-3 kali >3 kali 73 73 50.0% 50.0% 100% Apakah jenis olahraga yang anda lakukan Senam hipertensi 24 23 47 jalan kaki 18 22 40 bersepeda 31 28 59 Tabel 4 menunjukan hasil bahwa dari responden, 73 lanjut usia (50,0%) berolahraga selama satu sampai tiga kali dalam satu minggu dengan senam hipertensi sebanyak 24 lanjut usia, jalan kaki 18 lanjut usia, bersepeda sebanyak 31 lanjut usia dan 73 lanjut usia (50,0%) yang berolahraga lebih dari tiga kali dalam satu minggu dengan melakukan olahraga senam hipertensi 23 lanjut usia, jalan kaki 22 lanjut usia, dan bersepeda sebanyak 28 lanjut usia. Tabel 5. Distribusi Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Olahraga Yang Dilakukan Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Jenis Olahraga Senam Hipertensi Jalan Kaki Bersepeda 47 40 59 Persentase 32.2% 27.4% 40.4% Tabel 5 menunjukan bahwa dari responden, 59 lanjut usia (40,4%) melakukan olahraga bersepeda dan 40 lanjut usia (27,4%) melakukan olahraga jalan kaki. Tabel 6 Distribusi Lanjut Usia Lama Melakukan Pemanasan di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Lama melakukan pemanasan 1-10 menit >10 menit 95 51 Persentase 65.1% 34.9%

Tabel 7 Distribusi Lanjut Usia Yang Melakukan Olahraga Secara Berurutan Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Gerakan olahraga f % Olahraga yang anda lakukan Ya Tidak total 76 70 52.1% 47.9% 100% Senam hipertensi 16 31 47 bersepeda 11 29 50 jalan kaki 19 40 59 Pada tabel 7 diatas menunjukan bahwa dari responden yang melakukan gerakan secara berurutan sebanyak 76 lanjut usia (52,1%) dengan berolahraga senam hipertensi 16 lanjut usia, bersepeda 11 lanjut usia, jalan kaki 19 lanjut usia dan yang tidak melakukan gerakan secara berurutan sebanyak 70 lanjut usia (47,9%) dengna melakukan olahraga senam hipertensi 31 lanjut usia, bersepeda 29 lanjut usia, dan jalan kaki 40 lanjut usia. Tabel 8 Distribusi Lanjut Usia Berdasarkan Lama Melakukan Olahraga Dalam Satu Hari Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Lama Olahraga 10-35 menit >35 menit 99 47 Persentase 67.8% 32.2% Pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari responden, 99 lanjut usia (67,8%) melakukan gerakan olahraga selama 10 sampai 35 menit dan 47 lanjut usia (32,2%) yang melakukan gerakan olahraga selama >35 menit. Tabel 9 Distribusi Lanjut Usia Yang Melakukan Pendinginan Setelah Berolahraga Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 pendinginan f % Ya Tidak 46 100 31.5% 68.5% 100% Melakukan pendinginan Senam hipertensi 16 31 47 jalan kaki 11 29 40 bersepeda 19 40 59 Dari tabel 9 di atas menunjukkan bahwa dari responden, 100 lanjut usia (68,5%) tidak melakukan gerakan pendinginan yang berolahraga senam

hipertensi sebanyak 16 lanjut usia, jalan kaki 11 lanjut usia, bersepeda 19 lanjut usia dan 46 lanjut usia (31,5%) melakukan pendinginan yang berolahraga senam hipertensi 31 lanjut usia, 29 lanjut usia olahraga jalan kaki dan yang bersepeda sebanyak 40 lanjut usia. Tabel 10 Distribusi Lanjut Usia Yang Lama Melakukan Pendinginan Di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang (n=) 2018 Lama pendinginan Tidak melakukan <15 menit >15 menit 100 30 16 persentase 68.5% 20.5% 11.0% Pada tabel 10 di atas menunjukkan dari responden yang tidak melakukan pendinginan sebanyak 100 lanjut usia (68,5%), 30 lanjut usia (20,5%) melakukan pendinginan selama kurang dari 15 menit dan 16 lanjut usia (11,0%) melakukan pendinginan selama lebih dari 15 menit. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dapat dilihat tabel diatas dengan hasil dari responden, bahwa sebagian besar responden berumur >65 tahun yaitu 63 lanjut usia (43,2%). Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Dinata (2015) dengan judul menurunkan tekanan darah pada lansia melalui senam yoga hal ini menunjukan kebanyakan lansia akan mengalami peningkatan tekanan darah setelah berusia 75 tahun. Hipertensi pada lansia diakibatkan karena perubahan yang terjadi pada sitem kardiovaskuler katub jantung menjadi tebal dan kaku. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume. Terjadi juga kehilangan elastisitas pembuluh darah, serta tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. Selain itu, hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Saleh, Basmanelly, dan Huriani tahun 2014, diperoleh hasil bahwa sebagian besar dialami oleh responden dengan usia masa tua (40-65 tahun) yaitu sebanyak 47 orang (73,4%) (Saleh, Basmanelly, & Huriani, 2014). Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat pada tabel diatas sebanyak responden yang menunjukkan hipertensi ringan sebanyak 88 responden, hipertensi sedang sebanyak 56 responden dan sebanyak 2 responden hipertensi berat.hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Khotimah (2013) tingkat hipertensi di dusun Pajaran desa Peterongan

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang hampir setengahnya yaitu (40,3%) dalam kategori hipertensi stadium 1 hipertensi yang diderita responden dalam stadium sebagian dalam stadium 1 disebabkan karena responden sebagian aktif meminum obat antihipertensi yang diperolehnya dari puskesmas. Tingginya hipertensi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, dari berbagai penelitian telah ditemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Dari hasil penelitian ini responden yang menunjukan lama menderita hipertensi yang lebih lama yaitu 10 tahun sebanyak 31 lanjut usia (21,2%) dan lama menderita hipertensi sejak 9 tahun terakhir sebanyak 17 lanjut usia (11,6%). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksita (2016), menunjukkan hasil bahwa rata-rata lama hipertensi responden adalah 7 tahun dengan nilai tengah sebesar 6 tahun. Lama hipertensi responden yang paling banyak muncul adalah 1 tahun, dengan simpangan baku berkisar 4 tahun. Lama hipertensi responden paling rendah dalam penelitian ini adalah 1 tahun dan paling lama adalah 14 tahun (Laksita, 2016). Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang olahraga pada klien hipertensi di Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang dapat dilihat pada tabel diatas bahwa dari responden, 73 lanjut usia (50,0%) berolahraga selama satu sampai tiga kali dalam satu minggu dengan senam hipertensi sebanyak 24 lanjut usia, jalan kaki 18 lanjut usia, bersepeda sebanyak 31 lanjut usia dan 73 lanjut usia (50,0%) yang berolahraga lebih dari tiga kali dalam satu minggu dengan melakukan olahraga senam hipertensi 23 lanjut usia, jalan kaki 22 lanjut usia, dan bersepeda sebanyak 28 lanjut usia. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2011), menyebutkan bahwa risiko terjadinya hipertensi pada lansia yang berolahraga 1-3 kali per minggu 3,820 kali lebih besar dari pada lansia yang melakukan olahraga >3 kali per minggu, dan olahraga tersebut bermakna. Olahraga secara teratur sangat diperlukan, karena dapat mengurangi kekakuan pembuluh darah, meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga yang dianggap teratur apabila dilakukan secara berkala dalam satu minggu minimal 3 kali (Arifwardi, 2009). Dari hasil penelitian Surbakti (2014) dengan judul pengaruh latihan jalan kaki 30 menit terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi di rumah sakit umum Kabanjahe dengan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang pengaruh latihan jalan kaki 30 menit terhadap penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi

di rumah sakit umum Dolok Sanggul dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan jalan kaki 30 menit memberikan pengaruh pada penurunan tekanan darah pada pasien penderita hipertensi di rumah sakit umum Dolok Sanggul, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini dengan hasil bahwa dari responden, 59 lanjut usia (40,4%) melakukan olahraga bersepeda dan 40 lanjut usia (27,4%) melakukan olahraga jalan kaki di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang. Hasil penelitian ini dari responden 95 lanjut usia (65,1%) melakukan lama pemanasan 1 sampai 10 menit dan 51 lanjut usia (34,9%) melakukan pemanasan selama lebih dari 10 menit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siskarosi (2010), menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama olahraga dengan kejadian hipertensi. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari responden, 100 lanjut usia (68,5%) tidak melakukan gerakan pendinginan dan 46 lanjut usia (31,5%) melakukan pendinginan. Keterlibatan lanjut usia dalam kegiatan olahraga akan merangsang berbagai komponen kebugaran jasmani yang sangat dibutuhkan agar dapat menjalankan aktifitas dengan lebih memadai (Junaidi, 2011). Sebanyak responden yang tidak melakukan pendinginan sebanyak 100 lanjut usia (68,5%), 30 lanjut usia (20,5%) melakukan pendinginan selama kurang dari 15 menit dan 16 lanjut usia (11,0%) melakukan pendinginan selama lebih dari 15 menit. Sesuai dengan penelitian (Surbakti,2014) dengan melakukan peregangan sebelum dan sesudah latihan maka akan terhindar dari kejang otot, kram dan sakit. KESIMPULAN Karakteristik responden, hipertensi lanjut usia di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang berjenis kelamin perempuan 100%, berumur >65 tahun sebanyak 43,2%, kategori hipertensi ringan sebanyak 60,3%, lama menderita hipertensi sebanyak 21,2% selama 10 tahun. Sebagian besar lanjut usia yang melakukan aktifitas fisik di RW 6, 7, 8 Kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang meliputi : Olahraga tiga kali dalam satu minggu yaitu 43 lanjut usia (29,5%), olahraga empat kali dalam satu minggu yaitu 38 lanjut usia (26,0%) dan olahraga lima kali dalam satu minggu yaitu 35 lanjut usia (24,0%). Sisanya 30 lanjut usia (20,5%) melakukan olahraga 2 kali dalam satu minggu. Jenis olahraga bersepeda 59 lanjut usia (40,4%) dan yang melakukan senam hipertensi 47 lanjut usia

(32,2%), dan sisanya 40 lanjut usia (27,4%) melakukan olahraga jalan kaki. Sebanyak lanjut usia melakukan gerakan pemanasan sebelum berolahraga. Sebanyak responden 95 lanjut usia (65,1%) melakukan lama pemanasan 1 sampai 10 menit dan 51 lanjut usia (34,9%) melakukan pemanasan selama lebih dari 10 menit. Sebanyak 46 lanjut usia (31,5%) melakukan gerakan olahraga secara berurutan. Sebanyak 95 lanjut usia (65,1%) melakukan lama pemanasan 1 sampai 10 menit dan 51 lanjut usia (34,9%) melakukan pemanasan selama lebih dari 10 menit Sebanyak 46 lanjut usia (31,5%) melakukan gerakan pendinginan setelah berolahraga. Sebagian besar responden yang lama melakukan pendinginan <15 menit sebanyak 30 lanjut usia (20,5%). SARAN Berdasarkan penelitian tersebut maka diharapkan lanjut usia atau keluarga lanjut usia agar lebih selektif lagi dalam menentukan kegiatan olahraga. Sehingga angka kejadian dan komplikasi hipertensi akan berkurang. Hendaknya tenaga kesehatan yang terkait dan memiliki tugas-tugas sebagai promotif maupun preventif agar lebih memberikan informasi pada lansia khususnya yang mengalami hipertensi dan bertempat tinggal jauh dari transportasi dan komunikasi, sehingga lansia mengetahui resiko yang dialami jika menentukan gaya hidup dan pendapat yang salah. Bagi peneliti dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya sehingga dan memberikan variasi pada penelitian berikutnya, sehingga dapat dijadikan bahan literatur dan kajian pustaka selanjutnya. KEPUSTAKAAN Arifwardi. 2009. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Kemenkes RI. 2013. Bantuan operasional kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI Laksita, I. D. 2016. Hubungan Lama Menderita Hipertensi dengan Tingkat Kecemasan pada Lansia di desa Praon Nusukan Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2. http://eprints.ums.ac.id/44958/1/11.%20 NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses 05 Maret 2017. Nurarif, A. H. & Kusuma. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction Publishing Rahma, M. 2011. Risiko Kejadian Hipertensi pada Lansia Berdasarkan Pola Hidup di Puskesmas Mulyorejo Kota Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Siskarosi, M.E. 2010. Faktor Risiko yang Berhbungan dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Menopause di Puskesmas Lidah Kulon Surabaya. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga Swarjana I ketut. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: ANDI Triyanto Endang. Pelayanan keperawatan bagi penderita hipertensi secara terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014