BAB I PENDAHULUAN. diukur menggunakan pendapatan nasional di suatu daerah. Semakin tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

Iklim Perubahan iklim

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

PEMANASAN GLOBAL Dampak terhadap Kehidupan Manusia dan Usaha Penanggulangannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/345/KPTS/013/2012 TENTANG

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Knowledge Management Forum April

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

Pelaksanaan RAN/RAD-GRK: Sebagai Pedoman Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

Potensi implementasi mekanisme berbasis pasar untuk mitigasi dampak perubahan iklim. Rini Setiawati Sekretariat JCM Indonesia

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

Kebijakan perubahan iklim dan aksi mitigasi di Indonesia. JCM Indonesia Secretariat

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

APA ITU GLOBAL WARMING???

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

ISBN: Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

FENOMENA GAS RUMAH KACA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

I. PENDAHULUAN. hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya (Sitorus, 2004). Suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi permasalahan

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahan fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

Lampiran 1. MATRIKS RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perubahan Iklim? Aktivitas terkait pemanfaatan sumber daya energi dari bahan bakar fosil. Pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan suatu negara dari waktu ke waktu terkait dengan pertumbuhan ekonomi menjadi permasalahan yang kompleks bagi setiap negara. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi menjadi patokan untuk melihat prestasi dari perkembangan setiap perputaran ekonomi. Ketika pertumbuhan ekonomi tinggi maka jika dilihat secara umum tingkat kesuksesan suatu negara akan tinggi, begitupun sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi diidentikkan dengan meningkatnya barang dan jasa yang diproduksi serta meningkatnya perkembangan kesejahteraan masyarakat oleh suatu negara. Kemampuan negara dalam meningkatkan hasil barang dan jasa dipengaruhi oleh faktor produksi yang mengalami pertambahan dalam setiap kuantitas dan kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu permasalahan di negara maju maupun negara berkembang. Lebih jauh, pertumbuhan ekonomi sendiri biasanya diukur menggunakan pendapatan nasional di suatu daerah. Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara maka diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut dan sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kualitas masyarakatnya. Kegiatan di segala bidang tidak akan berjalan dengan baik, jika tanpa adanya pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, tingkat keberhasilan suatu negara tidak hanya dilihat dari aspek PDRB saja. Akan tetapi, juga dilihat dari aspek kualitas hidup manusianya.

2 Akhir-akhir ini, besarnya pendapatan per kapita masyarakat dianggap sebagai patokan dalam penilaian sudah maju atau belumnya perekonomian suatu negara. Nilai PDB kerap sebagai pembanding antar negara baik negara maju ataupun negara berkembang. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin banyak dibentuk kawasan-kawasan industri. Industrialisasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan taraf hidup yang lebih maju dan berkualitas. Proses industrialisasi dibutuhkan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya pendukung lainnya (Arsyad, 2015). Sektor industri yang diikuti dengan teknologi yang maju akan mempermudah dan menambah nilai pertumbuhan ekonomi. Wang et.al (2016) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat disebabkan oleh proses industrialisasi dari penggunaan sumber daya energi yang menghasilkan emisi CO2. Di sisi lain, industrialisasi memiliki dampak negatif baik secara langsung maupun tidak langsung. Para produsen sering menghiraukan masalah lingkungan ketika melakukan produksi. Kualitas lingkungan yang kurang diperhatikan berakibat pada tingginya jumlah emisi gas buang yang dihasilkan saat produksi. Hassan et all (2015) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan emisi karbon memiliki hubungan yang negatif signifikan dalam waktu jangka pendek. Tingkat gas di atmosfer bumi yang mendorong pemanasan global meningkat pada tahun 2012. World Meteorological Organization (WMO) menjelaskan bahwa tingkat karbondioksida (CO2) di atmosfer meningkat pesat pada tahun 2012 selama satu dasawarsa terakhir. Pada tahun 2012, WMO menjelaskan tingkat karbondioksida di atmosfer mencapai 393,1 bagian per juta (ppm) yang meningkat 2,2 bagian per juta

3 dibanding tahun 2011. Hal tersebut berada diatas angka rata-rata tahunan yang jumlahnya 2,02 bagian per juta selama beberapa tahun terakhir. Tingkat peningkatan karbondioksida di atmosfer telah diserap oleh lautan yang menyebabkan lautan lebih asam. Hal ini dikarenakan gas CO2 yang terserap di lautan dapat bertahan hingga ratusan tahun, memiliki waktu yang lebih lama daripada gas CO2 di lapisan atmosfer. Peningkatan tingkat emisi karbon di enam benua juga mangalami hal yang sama. Rata-rata tingkat peningkatan emisi karbondioksida berada di kisaran waktu lima tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015. Berikut adalah gambaran tingkat emisi kabrbon di enam benua. Sumber: WMO,2016 Gambar 1.1 Temperatur Udara Rata-Rata di Enam Benua

4 Selain itu, tingkat emisi carbon di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami fluktuatif. Pada gambar 1.2 menjelaskan bahwa tingkat emisi carbon di Indonesia tahun 2008-2016 paling tinggi berada pada tahun 2012 yaitu mencapai 59,7 persen. Sumber: Germanwatch Gambar 1.2 Tingkat Emisi Carbon di Indonesia Tahun 2008-2016 Masalah tingginya emisi karbon menjadi salah satu sorotan dunia yang perlu dibenahi. Beberapa organisasi dunia sudah mulai membentuk beberapa kegiatan yang dapat mengurangi tingginya emisi karbon. Salah satu hal yang dilakukan adalah membuat kesepakatan-kesepakatan yang kemudian melahirkan Paris Agreement pada COP ke-21 di Paris, Paris Agreement berisi kesepakatan-kesepakatan dari negara anggota yang pada intinya menyetujui ambang suhu berada di bawah 2 C mengarah dengan cepat ke arah 1,5 C. Indonesia baru menandatangani Paris Agreement pada 22 April 2016 yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

5 Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki kepadatan penduduk dan menyumbangkan emisi karbon terbanyak di dunia (Alam, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat emisi karbon cukup tinggi. Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia pada COP-21 di Paris untuk menurunkan emisi GRK sebesar 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri atau sebesar 41% dengan bantuan internasional (ESDM, 2016). Target baru tersebut menjadi dasar bagi Indonesia dalam membuat dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang diserahkan kepada The United Nations Framework Conventions on Climate Change (UNFCCC). Berikut ditunjukkan secara rinci porsi penurunan emisi GRK Indonesia dari setiap sektor N o Tabel 1.1 Target Penurunan Emisi GRK Berdasarkan Dokumen NDC Indonesia Sektor Emisi GRK 2010 (juta Ton CO 2e) Emisi GRK 2030 (Juta Ton CO 2e BaU Mitigasi Mitigasi 29% 41% Penurunan Emisi GRK (Juta Ton CO 2e) % Mitigasi dari 41% Total BaU Mitigasi 29% % dari Total BaU 1 Energi 453,2 1.669 1.355 1.271 314 11 398 14 2 Limbah 88 296 285 270 11 0,38 26 1 3 IPPU 36 69,6 66,85 66,35 2,75 0,10 3,25 0,11 4 Pertanian 110,5 119,7 110,39 115,9 9 0,32 4 0,13 5 Kehutanan 647 714 217 64 497 17,2 650 23 Total 1.334 2.869 2.034 1.787 834 29 1.081 38 Sumber: Kementerian LHK,2016 dalam ESDM, 2016 Catatan: GRK : Gas Rumah Kaca NDC : Nationally Determined Contribution BaU : Business as Usual

6 Berdasarkan data tersebut maka dapat dijelaskan bahwa target penurunan emisi paling banyak berasal dari sektor penggunaan energi fosil. Hal demikian juga dijelaskan dalam BPS (2015) bahwa pada tahun 2004 gas CO2 dari aktivitas manusia merupakan penyumbang emisi terbesar yaitu mencapai 76,7 persen. Sumber: BPS, 2015 Gambar 1.3 Penyumbang CO2 dari Aktivitas Manusia Tahun 2004 Dampak yang terjadi pada kondisi lingkungan di sekitar kawasan yang memiliki emisi karbon tinggi adalah menurunnya kualitas lingkungan yang menyebabkan daerah-daerah menjadi slum area (perkampungan kumuh). Jika dibiarkan terus menerus maka angka kemiskinan semakin meningkat. Berdasarkan pencatatan Badan Pusat Statistik tentang indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di Indonesia masing-masing meningkat sebesar 1,83 dan 0,48 pada Bulan Maret 2017. Beberapa daerah di Indonesia

7 memiliki tingkat industri dan angka kemiskinannya masing-masing, begitupun dengan tingkat emisi karbon antar daerah. Jawa Timur adalah suatu kawasan yang di Pulau Jawa yang terletak di sisi timut dengan 29 kabupaten dan 9 kota ini memiliki beberapa kota industri seperti Surabaya, Gresik, Tuban dan beberapa kota lainnya. Menurut berita yang telah dilansir pada Oktober 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana membangun sejumlah kawasan industri baru seperti Jombang, Lamongan dan Banyuwangi yang diharapkan mampu mendongkrak sektor manufaktur. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur tahun 2017, total luasan kawasan industri di Jawa Timur mencapai 4.819,5 ha dan menajdi kawasan industri terluas keempat di Indonesia. Pada tahun 2016, kawasan industri di Jawa Timur menyumbang pertumbuhan industri pengolahan nasional sebesar 21,08%. Berdasarkan data residu tahun 2009-2013 dari BPS Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah emisi karbon yang cukup tinggi di antara beberapa provinsi di Indonesia. Hal tersebut hampir sepadan dengan Ibu Kota Jakarta. Akan tetapi, selama tahun 2009 hingga tahun 2011 Jawa Timur mengungguli DKI Jakarta dalam emisi karbon yang disebabkan oleh bensin.

8 Tabel 1.2 Data Emisi Karbon (Co2) Bensin di Pulau Jawa Per Provinsi Tahun 2009-2013 No Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 1. DKI Jakarta 6.992,5 7.315,2 8.136,2 9.093,8 9.544,9 2. Jawa Barat 2.659,3 3.423,5 4.052,1 4.681,4 5.173,3 3. Jawa Tengah 6.548,3 6.770,6 7.368,4 8.048,9 8.370,7 4. DI. Yogyakarta 1.961,3 2.154,5 2.398,1 2510,5 2.476,1 5. Jawa Timur 7.710,5 7.741,1 8.148,2 8.867,1 9.014,3 6. Banten 543,5 603,5 672,9 772,3 969,6 Sumber : BPS, 2015 Selain itu, angka indeks kualitas udara di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013-2015 berada di bawah target RPJMN sebesar 84. Hal tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Timur memiliki kualitas udara yang rendah. Sumber: BPS, 2017 Gambar 1.4 Indeks Kualitas Udara per Provinsi di Indonesia Tahun 2013-2015

9 Berdasarkan paparan diatas, maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Tingkat Emisi Carbon (Co2 ) dan tingkat Kemiskinan terhadap Kualitas Hidup Manusia (Studi Pada 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016. B. Rumusan Masalah Latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil permasalahannya yaitu : 1. Bagaimana pengaruh tingkat emisi karbon CO2 terhadap kualitas hidup manusia pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016? 2. Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap kualitas hidup manusia pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat emisi karbon CO2 terhadap kualitas hidup manusia pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016. 2. Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap kualitas hidup manusia pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016.

10 D. Manfaat Penelitian Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk menindaklanjuti oknum-oknum yang sengaja merusak lingkungan. 2. Bagi pengusaha, diharapkan lebih bijak dalam menggunakan energi serta ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga kualitas lingkungan dan menyadari dampak negatif yang dihasilkan oleh gas buang. 3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menjadi acuan sebagai referensi untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kausalitas tingkat emisi karbon, kemiskinan dan kualitas hidup serta sejenisnya.