BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengelolaan Persediaan

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahan baku sangat besar sehingga tidak mungkin suatu perusahaan akan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap usaha yang dijalankan perusahaan bertujuan mencari laba atau

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan pun merupakan hal yang sangat penting. Karena jika hal hal

(2004) dengan penelitian yang diiakukan oleh penulis adalah metode pemecahan

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA WAROENG JEANS CABANG P. ANTASARI SAMARINDA

Persediaan. Ruang Lingkup. Definisi. Menetapkan Persediaan. Keuntungan & Kerugian Persediaan

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB 2 LANDASAN TEORI

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dalam menentukan persediaan perusahan harus selalu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri baik industri manufaktur maupun jasa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan inilah dinamakan proses produksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. beragama islam. Semakin pesatnya perkembangan fashion membuat trend busana

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

MANAJEMEN PIUTANG DAGANG DAN PERSEDIAAN

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB 2 LANDASAN TEORI

INVENTORY. Bambang Shofari

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi Semua perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, agar dapat terus berjalan dengan baik dan teratur sehingga dapat terus menghasilkan keuntungan memerlukan manajemen operasi. Manajemen operasi sendiri diperlukan untuk mengatur faktor-faktor produksi pada sebuah perusahaan agar segala bidang operasional pada perusahaan tersebut dapat berjalan dengan lancar mulai dari hulu ke hilir. Menurut Heizer dan Render (2014), Manajemen Operasi adalah sebuah kegiatan yang dapat menciptakan nilai, baik itu dalam bentuk barang maupun jasa dengan cara merubah input menjadi output. Menurut Stevenson (2009), Manajemen Operasi adalah Sistem manajemen atau serangkaian proses dalam pembuatan produk atau penyediaan jasa. Menurut Daft (2009), Manajemen Operasi adalah Bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat dan teknik khusus untuk memecahkan masalah produksi. 8

9 Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli di atas, maka pengertian Manajemen Operasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah serangkaian proses yang dapat menghasilkan produk maupun jasa dengan cara merubah input menjadi output. 2.1.2 Keputusan Utama Manajemen Operasi Menurut Heizer dan Render (2014),terdapat 10 keputusan utama manajemen operasi : 1. Design of Goods and Services Perancangan barang dan jasa menetapkan sebagian besar proses transformasi yang akan dilakukan. Keputusan biaya, kualitas dan sumber daya manusia bergantung pada keputusan perancangan. 2. Managing Quality Ekspektasi pelanggan terhadap kualitas harus ditetapkan, peraturan dan prosedur dibakukan untuk mengidentifikasi serta mencapai standar kualitas tersebut. 3. Process and Capacity Design Keputusan proses yang diambil membuat manajemen mengambil komitmen dalam hal teknologi, kualitas, penggunaan sumber daya manusia dan pemeliharaan yang spesifik. Komitmen pengeluaran dan modal ini akan menentukan struktur biaya dasar suatu perusahaan.

10 4. Location Strategy Keputusan lokasi organisasi manufaktur dan jasa menentukan kesuksesan perusahaan. 5. Layout Strategy Aliran bahan baku, kapasitas yang dibutuhkan, tingkat karyawan, keputusan teknologi dan kebutuhan persediaan mempengaruhi tata letak. 6. Human Resources and Job Design Manusia merupakan bagian yang penting dan sangat berharga dari keseluruhan rancangan sistem. Karena itu harus disesuaikan dengan kualitas lingkungan kerja, bakat, dan keahlian yang harus dimiliki harus sebanding dengan upah yang harus ditentukan dengan jelas. 7. Supply-Chain Management Keputusan ini menjelaskan apa yang harus dibuat dan apa yang harus dibeli dan berhubungan dengan input dari hulu ke hilir. 8. Inventory Management Keputusan persediaan dapat dioptimalkan dengan cara memperhitungkan kepuasan pelanggan, pemasok, perencanaan produksi dan sumber daya manusia. 9. Scheduling Jadwal produksi yang dapat dikerjakan dan efisien harus dikembangkan agar terus dapat bersaing.

11 10. Maintenance Keputusan harus dibuat pada tingkat kehandalan dan stabilitas yang diinginkan. Dari 10 keputusan manajemen operasi di atas, penelitian ini berfokus pada keputusan yang ke-delapan, yaitu Inventory Management. Penelitian ini berguna untuk menentukan berapa persediaan optimal pada toko untuk mengurangi biaya pemesanan dan biaya persediaan. 2.1.3 Definisi Persediaan dan Manajemen Persediaan 2.1.3.1 Definisi Persediaan Jika sebuah perusahaan memiliki persediaan yang tepat, maka perusahaan tersebut dapat meminimalisir biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan. Maka dari itu perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Menurut Koher (2006), persediaan adalah bahan baku dan penolong, barang jadi dan barang dalam proses produksi dan barang-barang yang tersedia, yang dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada akhir periode. Sedangkan menurut Rangkuti (2007), persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan

12 untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. Mengacu pada beberapa pengertian di atas, maka pengertian inventory yang sesuai dengan penelitian ini adalah material baik itu bahan baku, barang setengah jadi, ataupun barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat, menunggu untuk proses selanjutnya. Sebuah perusahaan akan berjalan dengan resiko tidak dapat memenuhi kebutuhan para pelanggannya jika tidak memiliki sama sekali persediaan. Namun jika sebuah perusahaan memiliki terlalu banyak persediaan akan terjadi peningkatan biaya penyimpanan yang menyebabkan turunnya profit yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, jumlah persediaan yang ada harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan keinginan dari para pelanggan agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan meminimalisir kerugian. 2.1.3.2 Pengertian Manajemen Persediaan Menurut Harsanto (2013) Manajemen Persediaan adalah Serangkaian keputusan atau kebijakan perusahaan untuk memastikan perusahaan mampu menyediakan persediaan dengan mutu, jumlah dan waktu tertentu. Sedangkan menurut Keown, dkk (2000), Manajemen Persediaan adalah Manajemen persediaan adalah pengontrolan aset yang digunakan dalam proses produksi atau diproduksi dijual dengan jalan normal dalam operasi perusahaan.

13 2.1.3.3 Tujuan Persediaan Alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Assauri (2008) adalah: 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses ke proses yang lain yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya Sedangkan tujuan persediaan menurut Rangkuti (2007) adalah: 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang/bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk mengantisipasi bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dengan memeberikan jaminan tersedianya barang jadi.

14 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Sedangkan menurut Jacobs & Chase (2014) tujuan dari persediaan adalah: 1. Untuk mempertahankan independensi dari operasi. 2. Untuk menemukan variasi pada permintaan produk. 3. Fleksibilitas penjadwalan produksi. 4. Untuk berjaga-jaga jika terjadinya keterlambatan dalam pengantaran material. 2.1.3.4 Fungsi Persediaan Menurut Yamit, (2003), ada empat faktor yang dijadikan fungsi dari persediaan, yaitu: 1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. 2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier, menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. 3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan, disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai aspek lainnya.

15 4. Faktor ekonomis, adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Sedangkan menurut Rangkuti (2007) menyebutkan bahwa fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam kuantitas dan waktu pengiriman. 2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, serta biaya pengangkutan per unit sehingga menjadi lebih murah. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul karena besarnya persediaan (antara lain biaya sewa gudang, investasi, dan resiko). 3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jika waktu pengiriman dan permintaan barangbarang dilakukan selama periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock).

16 2.1.3.5 Biaya Persediaan Biaya-Biaya persediaan barang yang perlu diperhatikan menurut Harsanto (2013) adalah : a) Harga Barang (item cost). Harga barang adalah harga murni material yang akan dibeli oleh perusahaan. Untuk barang dengan kuantitas besar biasanya pemasok akan memberikan harga berbeda. b) Biaya Simpan (carrying/holding cost). Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan meliputi biaya sewa atau beli fasilitas penyimpanan, biaya penanganan persediaan, pajak, biaya untuk mitigasi risiko kehilangan, risiko rusak dan berbagai jenis biaya yang berkaitan dengan penyimpanan. Bila perusahaan menghadapi biaya penyimpanan yang tinggi maka tingkat persediaan akan menjadi rendah. c) Biaya pemesanan (ordering/setup cost). Biaya pemesanan adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan pemesanan meliputi berbagai detil termasuk halhal administratif. d) Biaya kehabisan persediaan (stockout cost). Konsep dari biaya ini adalah biaya yang muncul ketika perusahaan dihadapkan pada situasi permintaan lebih besar daripada penawaran. Biaya ini sangat sukar diukur bila hendak dikatakan tidak mungkin diukur secara presisi, oleh karenanya lebih bersifat pendekatan.

17 2.1.3.6 Tujuan Manajemen Persediaan Menurut Heizer dan Render (2014) tujuan dari management inventory adalah untuk menentukan keseimbangan antara investasi inventory dan pelayanan pelanggan. Menurut Yamit (2003) tujuan dari Manajemen Persediaan adalah Tujuan manajemen persediaan adalah meminimumkan biaya, oleh karena itu perusahaan perlu mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis. Jadi manajemen persediaan digunakan perusahaan agar persediaan dalam perusahaan tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan karena hal tersebut dapat menimbulkan kerugian jika terjadi kelebihan atau kehilangan kesempatan jika kehabisan persediaan. 2.1.4 Analisis ABC 2.1.4.1 Pengertian Analisis ABC Menurut Senator Nur Bahagia (2006), dalam suatu unit usaha, jenis dan jumlah barang yang dikelola tidak hanya satu jenis, tapi dapat mencapai ribuan jenis dan lebih banyak lagi. Dibutuhkan sistem pengelolaan persediaan untuk mengatasi hal tersebut, sebab tidak semua barang mempunyai tingkat kepentingan dan penggunaan yang sama. Cara pemilihan yang umum adalah berdasarkan tingkat kepentingannya. Barang yang termasuk kategori penting akan mendapat perhatian

18 yang lebih sehingga akan dikendalikan secara lebih intensif bila dibandingkan dengan barang yang tidak penting. Heizer & Render (2014) menyatakan bahwa Analisis ABC adalah penerapan persediaan dari Prinsip Pareto, dimana prinsip ini mengatakan bahwa ada beberapa hal sangat penting dan banyak hal sepele. Maka analisis ABC ini terletak pada sebuah ide untuk membuat kebijakan persediaan yang memfokuskan persediaan pada bagian-bagian persediaan yang penting namun sedikit dan bukan kepada bagian persediaan yang banyak namun tidak penting. Karena dikatakan akan tidak realistis untuk memantau barang-barang murah dengan intensitas yang sama dengan barangbarang yang mahal. Untuk menentukan biaya tahunan dalam analisis ABC, diukur dengan cara mengalikan permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dengan biaya per unit. Barang Kelas A yaitu barang-barang yang total pemakaian tahunannya rendah, sekitar 15% dari total persediaan tetapi biayanya sekitar 70-80% dari total biaya tahunan. Barang kelas B yaitu barang-barang yang total pemakaiannya sedang, sekitar 30% dari total persediaan dan biayanya sekitar 15%-20% dari total biaya tahunan. Barang kelas C yaitu barang-barang yang total pemakaian tahunannya besar, menggunakan sebagian besar total persediaan yaitu 55%. Tetapi hanya menggunakan 5% dari total biaya tahunan. Keuntungan perusahaan membagi-bagi barang persediaan ke dalam kelaskelas untuk menetapkan berbagai kebijakan dan pengendalian pada setiap kelasnya.

19 Heizer & Render (2014) mengungkapkan dari dilakukannya Analisis ABC maka perusahaan setidaknya memiliki 3 kebijakan Kebijakan untuk membeli sumber daya yang ditujukan pada pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang kelas A dibandingkan kelas lainnya. Kebijakan untuk melakukan pengendalian fisik yang lebih ketat untuk barangbarang kelas B, barang kelas B mungkin ditempatkan di tempat yang lebih aman dan keakuratan catatan persediaan untuk barang kelas B harus lebih sering diverifikasi. Kebijakan untuk memberikan perhatian lebih kepada barang kelas C dibandingkan barang kelas lainnya, karena jumlahnya banyak. 2.1.5 Model Persediaan Menurut Heizer & Render (2014) ada dua model dalam persediaan, yaitu persediaan independen dan dependen. Model persediaan independen berarti permintaan untuk barang tersebut tidak terpengaruh dengan permintaan barang lain, contoh permintaan untuk meja makan independen terhadap permintaan kaus kaki. Sedangkan model persediaan dependen berarti permintaan untuk barang tersebut terpengaruh permintaan barang lain, contohnya yaitu permintaan terhadap garam, lada, telur, dependen terhadap permintaan berbagai jenis makanan pada suatu restoran

20 2.1.5.1 Model Deterministik Heizer & Render (2014) mengatakan bahwa ada tiga model persediaan yang bisa digunakan untuk permintaan independen, yaitu: 1) Model Kuantitas Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity) Menurut Heizer & Render (2014), kuantitas pesanan ekonomis (Economic Order Quantity, EOQ model) adalah suatu model pengendalian persediaan yang meminimalkan total biaya pemesanan dan penyimpanan. Grafik persediaan untuk model ini berbentuk gigi gergaji (Gambar 2.1), hal ini disebabkan oleh permintaan yang dianggap konstan. Pada saat tingkat persediaan mencapai angka nol, pesanan barang baru bisa diterima sehingga tingkat persediaan naik kembali sampai Q. Proses ini akan terus berlanjut sepanjang waktu. Sumber: Heizer & Render (2014)

21 Gambar 2.1 EOQ dalam Grafis Tujuan dari digunakannya model persediaan ini diantaranya adalah: a. Meminimalkan Biaya Menurut Heizer & Render (2014) tujuan dari mayoritas model persediaan adalah untuk meminimalisi total biaya. Biaya yang berpengaruh adalah biaya penyimpanan dan biaya pemasangan (pemesanan). Maka dengan menurunkan atau meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, maka juga akan meminimasi biaya secara keseluruhan. Dengan model EOQ, kuantitas pesanan optimal akan muncul di titik dimana total biaya pemasangan sama dengan total biaya penyimpanan (lihat Gambar 2.2). Sesuai hal di atas, maka langsung dapat dicari persamaan lalu dicari kuantitas optimal atau Q*. Sumber: Heizer & Render (2014) Gambar 2.2 Grafik Total Biaya

22 =( Dengan menggunakan variabel-variabel di bawah ini, dapat ditentukan biaya pemesanan dan penyimpanan, sehingga didapatkan nilai Q*: Q = Jumlah barang setiap pemesanan Q* = Jumlah optimal barang per pemesanan (EOQ) D = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit S = Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penahanan atau penyimpanan per unit per tahun 1. Biaya pemesanan tahunan = (jumlah pesanan yang dilakukan pertahun)(biaya pemasangan atau pemesanan setiap kali pesan). Permintaan Tahunan jumlah barang setiap pemesanan )(biaya pemesanan atau pemasangan setiap pemesanan) =( D Q )(S) = D Q S 2. Biaya penyimpanan tahunan = (tingkat persediaan rata-rata)(biaya penyimpanan per unit per tahun) =( Jumlah Pesanan 2 )(biaya penyimpanan per unit per tahun) = Q 2 H 3. Jumlah pesanan optimal ditemukan pada saat biaya pemesanan tahunan sama dengan biaya penyimpanan tahunan, yaitu

23 = D Q S = Q 2 H 4. Untuk mendapatkan nilai Q*, maka samakan kedua persamaan menjadi : 2DS = Q 2 H Q 2 = 2DS H Q* = 2DS H Selanjutnya dapat ditetapkan jumlah pemesanan yang ingin dibuat sepanjang tahun yang bersangkutan (N) dan waktu yang diinginkan antar-pemesanan (T), sebagai berikut: Jumlah pemesanan yang diinginkan = N = Permintaan Jumlah unit yang dipesan = D Q Jumlah waktu antar-pemesanan yang diinginkan = Jumlah hari kerja per hari N Biaya persediaan tahunan merupakan penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan: Biaya tahunan total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan Dengan konteks variabel-variabel yang ada di model EOQ, dapat dikalkulasi biaya total sebagai : TC = D S + Q H Q 2

24 b. Titik Pemesanan Ulang Selanjutnya menurut Heizer & Render (2014), setelah menentukan berapa kuantitas yang akan dipesan, maka muncul pertanyaan yaitu kapan pesanan akan dilakukan. Model-model persediaan mengasumsikan bahwa perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaanya mencapai nol sebelum perusahaan memesan lagi. Akan tetapi, waktu antara dilakukannya pemesanan, disebut lead time atau waktu pengiriman, bisa dalam hitungan jam, hari, atau bahkan bulan. Maka keputusan kapan akan memesan biasanya ditentukan dengan titik pemesanan ulang. Titik pemesanan ulang (reorder point) (lihat Gambar 2.3) dicari dengan cara : ROP = (permintaan perhari)(lead Time untuk pemesanan baru dalam hari) = d x L Persamaan di atas mengasumsikan apabila permintaanya sama dan bersifat konstan. Bila tidak seperti demikian, harus ditambah persediaan tambahan, sering kali disebut persediaan pengamanan (safety stock). Permintaan per hari, d, dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan jumlah hari kerja pertahun :

25 d = D jumlah hari kerja per tahun Sumber: Heizer & Render (2014) Gambar 2.3 Grafik Titik Pemesanan Ulang 2.1.5.2 Model Probabilistik Model persediaan deterministik menggunakan asumsi bahwa permintaan untuk sebuah produk bersifat konstan dan pasti. Ada kalanya ketika permintaan produk tidak diketahui, Untuk mengatasinya dapat digunakan model probabilistik. Menurut Heizer & Render (2014) model probabilistik adalah sebuah model statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya tidak diketahui, tetapi dapat ditentukan dengan menggunakan distribusi probabilitas.

26 Hal penting yang harus diperhatikan oleh manajemen suatu perusahaan adalah menjaga tingkat pelayanan yang cukup dalam menghadapi permintaan yang tidak pasti. Tingkat pelayanan (service level) adalah pelengkap dari kemungkinan habisnya persediaan, contoh apabila kemungkinan habisnya persediaan adalah 0.04 maka tingkat pelayanannya adalah 0.96. Tingkat Pemesanan Ulang = ROP = d x L Permintaan yang tidak pasti meningkatkan kemungkinan kehabisan persediaan. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengurangi kehabisan persediaan adalah menyimpan unit-unit tambahan dalam persediaan atau disebut pengaman persediaan (safety stock). Dengan disertakan persediaan pengaman (ss) maka persamaan ROP menjadi: ROP = d x L + ss 2.1.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan ringkasan jurnal-jurnal yang akan digunakan sebagai referensi serta acuan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Jurnal pertama yang dijadikan acuan merupakan jurnal nasional yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan POS dan Scanner pada Bisnis Retail IT Solution di PT. KAHAR DUTA SARANA Cabang Bandung pada Tahun 2013 yang diteliti oleh Diana Perwita Sari hasil dari penelitian ini adalah seharusnya PT. KAHAR DUTA SARANA menggunakan metode EOQ untuk melakukan

27 pemesanan. Sebelumnya perusahaan melakukan pemesanan rutin setiap bulan, namun setelah dilakukan penelitian pemesanan akan lebih ekonomis jika menggunakan ROP ketika jumlah barang mencapai jumlah minimum. Biaya persediaan dari perusahaan juga lebih kecil ketika persediaan melakukan metode EOQ. Jurnal ini dijadikan acuan utama karena menjadikan perusahaan retail sebagai objek penelitiannya dan menggunakan metode EOQ. Jurnal kedua yang dijadikan acuan merupakan jurnal nasional yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Barang berdasarkan Metode EOQ di Toko Era Baru Samarinda (2015), dari ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2015, yang diteliti oleh Rudi Wahyudi. Hasil dari penelitian ini adalah seharusnya Toko Era Baru Citra Niaga Samarinda melakukan pemesanan dengan menggunakan metode EOQ. Hasil yang didapat dari penggunaan metode EOQ adalah total biaya persediaan yang dihitung lebih rendah dibandingkan dengan metode yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan model EOQ dan ROP untuk menghitung total biaya persediaan. Perusahaan yang diteliti juga merupakan perusahaan ritel. Kesamaan dari jurnal penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode EOQ dan ROP dalam pengerjaan nya. Jurnal selanjutnya yang dijadikan acuan adalah jurnal internasional yang berjudul Determination of Economic Order Quantity and Reorder Point Inventory Control Model for XYZ Retail Enterprises yang diteliti oleh Ganesh Prasad Shukla dan Prashant Kumar Jangde dan diterbitkan pada tahun 2017. Dalam jurnal ini masalah yang dihadapi oleh XYZ Retail Enterprises adalah penggunaan forecast

28 yang kurang efektif sehingga menyebabkan kehabisan stock dan kehilangan penjualan. Metode yang sebelumnya digunakan oleh XYZ Enterprises adalah rolling average method dimana mereka menggunakan data dari permintaan sebelumnya dan menghitung rata-rata untuk forecasting periode selanjutnya, variability tidak diperhitungkan sama sekali sehingga menyebbabkan peramalan kurang akurat. Perusahaan dapat menghemat sekitar 55.89% dan memotong biaya sebesar Rs.17719.4. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak digunakan nya metode forecasting. Jurnal selanjutnya dijadikan acuan adalah jurnal nasional yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Melalui Penerapan EOQ pada PT Andini Megah Sejahtera Cabang Bogor. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Andini Megah Sejahtera kurang efektif karena masih adanya kelebihan stock yang besar pada persediaan bahan baku dan total biaya persediaan. Metode EOQ yang digunakan dapat mengurangi biaya jika dibandingkan dengan metode yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan. Perbedaan yang ada pada jurnal ini adalah perusahaan yang diteliti bukan toko ritel, melainkan perusahaan manufaktur dan barang yang diteliti adalah bahan baku. Sebelumnya perusahaan menggunakan perhitungan persediaan tradisional dimana tidak adanya perhitungan persediaan yang optimal dan ekonomis, kepala gudang hanya berasumsi bahwa jika setiap melakukan produksi, maka akan dilakukan pemesanan bahan baku. Penelitian ini digunakan

29 sebagai acuan karena penelitian ini menggunakan metode EOQ untuk menyelesaikan masalah yang dialami pada perusahaan. Jurnal terakhir yang digunakan sebagai acuan adalah jurnal nasional yang berjudul Penggunaan Analisis ABC Untuk Pengendalian Persediaan Barang Habis Pakai : Studi Kasus di Program Vokasi UI yang diteliti oleh Titis Wahyuni pada tahun 2015. Jurnal ini dijadikan acuan karena menggunakan metode analisis yang sama yaitu Metode ABC untuk pengendalian persediaan barang habis pakai. Hasil penelitian jurnal ini mengatakan bahwa analisis ABC digunakan untuk membagi jenis produk kedalam kategori A, B, dan C, kriterianya dapat dilihat dari volume dan harga. Analisis ABC dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah pada persediaannya sehingga dapat membantu untuk menyelesaikan masalah dengan cepat. Jurnal ini dijadikan jurnal acuan karena sama-sama menggunakan metode ABC untuk menganalisis persediaan barang yang habis pakai. 2.2 Kerangka Pemikiran Manajemen operasi merupakan fungsi bisnis yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan terhadap seluruh sumber daya sehingga dapat mengubah input menjadi output dalam bentuk barang ataupun jasa yang bernilai bagi konsumen dan perusahaan. Fokus utama dari manajemen operasi adalah kegiatan produksi yang efektif dan efisien. Dengan efektif dan efisien nya sebuah perusahaan maka dapat meningkatkan daya saing perusahaan.

30 Daya saing sendiri berhubungan langsung dengan kekuatan perusahaan untuk terus bertahan di zaman yang terus berkembang. Dalam menjalankan sebuah perusahaan, biasa terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan, dan hal ini sering menjadi hal yang merugikan perusahaan. Dengan menggunakan pengendalian persediaan diharapkan dapat membantu perusahaan menghilangkan resiko barang terlambat, tertumpuk, kekurangan, dan lainnya. Tugas dari pengendalian persediaan adalah menjawab pertanyaan kapan, dimana, dan berapa banyak barang yang perusahaan butuhkan. Dengan terjawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan perusahaan akan mendapatkan keuntungan maksimal. Keuntungan maksimal inilah yang dapat meningkatkan daya saing sebuah perusahaan. Pengendalian persediaan harus dilakukan sesuai dengan jenis barang yang ada di persediaan, apakah barang tersebut saling bergantung dengan barang yang lain. Dalam perusahaan ritel permintaan suatu barang tidak bergantung pada barang lain sehingga disebut permintaan independen. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah permintaan konsumen yang tidak menentu. Untuk mengatasi permintaan yang tidak menentu akan dilakukan peramalan tingkat permintaan suatu produk pada periode selanjutnya. Setelah melakukan peramalan, maka sistem pengendalian dihitung dari metode persediaan yang independent yaitu permintaan yang tidak bergantung dengan barang lain, selain itu pada penelitian ini tidak ada tingkat produksi harian karena perusahaan yang diteliti adalah perusahaan ritel sehingga metode yang akan digunakan yaitu

31 Economic Order Quantity, Safety Stock, dan Reorder Point. Setelah dilakukan perhitungan maka perusahaan dapat mengetahui total biaya persediaan yang dibutuhkan dan selanjutnya akan dibandingkan tingkat efisiensi persediaan sebelum dan sesudah menggunakan metode tersebut, sehingga perusahaan akan mengetahui metode terbaik untuk melakukan pemesanan. Untuk menentukan produk yang dipilih akan digunakan metode ABC untuk menganalisis jenis produk yang paling berpengaruh pada pengeluaran perusahaan, dan akan dipilih 20 produk yang akan dipilih lagi menggunakan metode ABC menjadikan masing-masing terdiri dari 2 fast moving, 2 moderate moving, dan 1 slow moving. Adapun alas an mengapa produk slow moving dipilih hanya satu dan tidak dua seperti produk yang fast moving dan moderate moving karena jumlah produknya relatif lebih sedikit. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.5.

32 Masalah yang Dihadapi Masalah yang dihadapi oleh NINDI adalah pengaturan persediaan yang masih belum optimal sehingga keuntungan yang didapat masih belum maksimal Metode ABC Dengan pengaplikasian metode ABC diharapkan dapat diketahui mana barang yang penting dan kurang penting agar penggunaan EOQ lebih tepat guna Heizer & Render (2014) Aplikasi EOQ Dengan pengaplikasian metode EOQ diharapkan dapat menurunkan biaya persediaan dan biaya pemesanan yang dibutuhkan oleh minimarket NINDI Heizer & Render (2014) Total Biaya Persediaan Setelah dilakukan penghitungan dengan metode EOQ dilakukan perbandingan Total Biaya Persediaan sebelum dan sesudah pengaplikasian metode EOQ Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Manajemen Persediaan