HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Onggok Terfermentasi Bacillus mycoides terhadap

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

PENGARUH LEVEL BUNGKIL INTI SAWIT DAN ASAM HUMAT DALAM RANSUM TERHADAP PEFORMA BROILER SKRIPSI. Oleh : FADLY RAHMAD KASENDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Performa Ayam Petelur Strain ISA-Brown Umur Minggu

Transkripsi:

23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum diberikan dikurangi sisa ransum. Rataan konsumsi ransum ayam lokal Jimmy s Farm selama penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 (.............gram/ekor......) 1 1785,00 1917,00 1747,50 2001,00 1868,25 2 1936,50 2012,25 1599,60 1668,00 1981,50 3 1537,20 1641,00 1603,20 1893,00 2093,25 4 1534,20 1695,60 1699,20 1988,25 1603,20 Jumlah 6792,90 7265,85 6649,50 7550,25 7546,20 Rataan 1698,23 1816,46 1662,38 1887,56 1886,55 Keterangan : R1 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 15 % R2 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 17 % R3 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 19 % R4 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 15 % R5 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 17 % Rataan konsumsi ransum dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah perlakuan R3 sebesar 1662,38 gr/ekor dan selanjutnya pada perlakuan R1 sebesar 1698,23 gr/ekor, R2 sebesar 1816,46 gr/ekor, R5 sebesar 1886,55 gr/ekor, dan R4 sebesar 1887,56 gr/ekor. Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap konsumsi ransum. Dengan demikian, konsumsi ransum pada tingkat pemberian energi (2750-2950 kkal/kg) dan protein (15-19%) berada pada kisaran yang sama atau perlakuan tidak memberikan efek yang berpengaruh terhadap konsumsi ransum.

24 Pada penelitian, jumlah konsumsi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah energi. Energi pada R4 dan R5 lebih tinggi (2950 kkal/lg), namun jumlah konsumsi terendah adalah perlakuan R3 (2750 kkal/kg) tetapi perbedaan energi ransum (200 kkal/kg) tidak memberikan perbedaan yang nyata pada konsumsi ransum. Konsumsi ransum tertinggi yaitu pada perlakuan R4 dan R5. Kisaran konsumsi ransum pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan hasil penelitian Ariesta (2011) yang melaporkan bahwa konsumsi ransum pada ayam kampung umur 10 minggu dengan perlakuan ransum energi dan protein 3100 kkal/kg dan 22% yaitu sebesar 1551,9 g/ekor. Hal ini terjadi karena perbedaan kandungan energi ransum pada penelitian ini yang lebih rendah dibandingkan energi ransum penelitian Ariesta (2011) dimana konsumsi menurun apabila kandungan energi terus meningkat. Dengan demikian dalam penyusunan ransum kandungan protein harus disesuaikan dengan kandungan energi dan proteinnya. Unggas mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya (Anggorodi, 1985). Kelebihan energi dalam ransum terjadi bila perbandingan energi dan protein, vitamin serta mineral dalam keadaan berlebihan daripada yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, produksi, aktivitas dan untuk memelihara fungsi-fungsi vital menurut Wahju (1992). Abun (2005) menyatakan bahwa meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan pada tubuh untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, kebutuhan protein zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein terpenuhi. Sehubungan yang dikemukakan Scott et al (1982) bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas ransum. Semakin ransum palatabel maka semakin banyak jumlah ransum yang dikonsumsi.

25 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan selisih antara bobot akhir dengan bobot awal. Rataan Pertambahan Bobot Badan ayam lokal Jimmy Farm dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 (..............gram/ekor...) 1 620,00 582,50 612,50 596,25 550,00 2 677,50 661,25 617,00 529,00 675,00 3 539,00 608,00 619,00 607,50 681,25 4 524,00 673,00 669,00 555,00 563,00 Jumlah 2360,50 2524.75 2517,50 2287,75 2469,25 Rataan 590,13 631,19 629,38 571,94 617,31 Keterangan : R1 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 15 % R2 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 17 % R3 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 19 % R4 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 15 % R5 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 17 % Rataan pertambahan bobot badan dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah perlakuan R4 (EM 2950 kkal/kg dan protein 15%) sebesar 571,94 gr/ekor selanjutnya pada perlakuan R1 (EM 2750 kkal/kg dan protein 15%) sebesar 590,13 gr/ekor, R5 (EM 2950 kkal/kg dan protein 17%) sebesar 617,31 gr/ekor, R3 (EM 2750 kkal/kg dan protein 19%) sebesar 629,38 gr/ekor, dan R2 (EM 2750 kkal/kg dan protein 17%) sebesar 631,19 gr/ekor. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan, maka dilakukan analisis ragam. Hasil analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan atau

26 bisa dikatakan kelima tingkat energi dan protein ini menghasilkan pertambahan bobot badan yang relatif sama yaitu kisaran 571,94 gr/ekor sampai 631,19 gr/ ekor. Laju pertumbuhan dari unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni genetik, konsumsi pakan, kandungan protein dalam pakan serta sistem pemeliharaan. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Engel (1990) yaitu performans dari seekor ternak ditentukan oleh kemampuan genetik dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Setiap jenis/bangsa/rumpun unggas mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pertumbuhan, hal ini bisa disebabkan adanya perbedaan dari potensi genetik yang dimiliki masing-masing jenis dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda pada setiap individu. Pemberian ransum dengan energi metabolis dan protein lebih dari yang dibutuhkan akan terbuang karena ayam tersebut tidak bisa meningkatkan lagi pertumbuhannya yang sudah maksimal sesuai dengan genetiknya. Penelitian ini meskipun memiliki ransum dengan energi dan protein berbeda, tetapi perbedaan ini tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan karena dari peneletian yang telah dilakukan ayam lokal Jimmy Farm ini mempunyai aktivitas gerak yang sangat aktif atau sering bergerak dalam kandang dan kelebihan energi dari ransum tersebut digunakan untuk aktivitas gerak bukan untuk pertambahan bobot badan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santoso (1987) yaitu energi yang dikonsumsi oleh ayam kampung digunakan untuk pemeliharaan tubuh, gerak otot, menyelenggarakan aktivitas fisik dan mempertahankan temperatur tubuh yang normal. Penelitian ini berkombinasi antara energi dan protein dalam ransum yang tinggi, tidak digunakan untuk pertumbuhan karena kemungkinan ransum dengan protein yang rendah sudah mencukupi untuk pertumbuhan ayam Jimmy Farm

27 selama penelitian sehingga pemberian protein yang tinggi terbuang melalui urin. Alasan ini sesuai dengan pendapat Widodo (2002) yaitu unggas yang mengkonsumsi protein melebihi kebutuhannya maka protein akan dirubah menjadi energi, namun bila proteinnya terlalu berlebih sementara kebutuhan energi sudah terpenuhi maka protein tidak dapat disimpan dalam tubuh, sehingga protein pakan akan terbuang lewat feces atau urin. Protein tinggi dalam metabolismenya memerlukan energi yang tinggi untuk mencerna protein (Card and Nesheim, 1978), sehingga energi yang dibutuhkan lebih besar, akibatnya dengan semakin tinggi konsumsi energi maka hal ini justru membuat beban panas yang semakin tinggi sehingga kurang dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Hal ini tersebut memberikan gambaran bahwa genetik dari ayam lokal Jimmy Farm mempunyai batas pertumbuhan pertambahan bobot badan pada kisaran sama atau tidak berbeda jauh meskipun diberi perlakuan yang berbeda. 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Konversi ransum dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah total konsumsi ransum dibagi pertambahan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konversi ransum ayam lokal Jimmy Farm dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 1 2,88 3,29 2,85 3,36 3,40 2 2,86 3,04 2,59 3,15 2,94 3 2,85 2,70 2,59 3,12 3,07 4 2,93 2,52 2,54 3,58 2,85 Jumlah 11,52 11,55 10,58 13,21 12,25 Rataan 2,88 2,89 2,64 3,30 3,06

28 Keterangan : R1 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 15 % R2 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 17 % R3 = Ransum dengan kandungan EM 2750 kkal/kg dan Protein 19 % R4 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 15 % R5 = Ransum dengan kandungan EM 2950 kkal/kg dan Protein 17 % Rataan konversi ransum ayam Jimmy Farm dari tiap perlakuan berkisar antara 2,64 sampai dengan 3,30. Rataan konversi ransum pada perlakuan ransum dengan tingkat kandungan EM 2750 kkal/kg dan protein 15% (R1) sebesar 2,88, selanjutnya untuk perlakuan ransum dengan tingkat kandungan EM 2750 kkal/kg dan protein 17% (R2) sebesar 2,89, perlakuan ransum dengan tingkat kandungan EM 2750 kkal/kg dan protein 19% (R3) sebesar 2,64, perlakuan ransum dengan tingkat kandungan EM 2950 kkal/kg dan protein 15% (R4) sebesar 3,30, perlakuan ransum dengan tingkat kandungan EM 2950 kkal/kg dan protein 17% (R5) sebesar 3,06. Guna mengetahui pengaruh perlakuan ransum terhadap konversi ransum, makan dilakukan analisis ragam (Lampiran 5). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap konversi ransum (P<0,05). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Perlakuan Rataan Konversi Ransum Signifikansi(0,05) R1 2,88 a R2 2,89 a R3 2,64 a R4 3,30 b R5 3,06 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05)

29 Berdasarkan Tabel 8. diperoleh hasil bahwa konversi ransum perlakuan R1, R2 dan R3 nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan perlakuan R4 dan R5. Perlakuan R1, R2 dan R3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan konversi ransum yang baik adalah R1, R2 dan R3. Puspita (2008) menjelaskan bahwa konversi ransum erat kaitannya dengan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Semakin rendah nilai konversi ransumyang diperoleh, maka semakin efisien ternak. Anggorodi (1994) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya konversi ransum sangat ditentukan oleh keseimbangan antara energi metabolisme dengan zat-zat nutrisi terutam protein dan asam-asam amino. Abidin (2002) menyatakan konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum yang berkualitas. Nilai konversi ransum minimal dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan, dan angka mortalitas. Ransum yang memiliki konversi paling tinggi adalah perlakuan R4 dan R5 dan terendah perlakuan R1, R2 dan R3. Ini disebabkan oleh jumlah produksi (output) perlakuan R4 dan R5 lebih sedikit dibandingkan jumlah konsumsi (input) sebaliknya pada perlakuan R1, R2 dan R3 jumlah produksi (output) sebanding dengan jumlah konsumsi (input). Rasyaf (1995) menyatakan bahwa salah satu ukuran efisiensi adalah membandingkan antara jumlah ransum yang diberikan (input) dengan hasil yang diperoleh baik itu daging atau telur (output). Titus dan Fritz (1971) menambahkan semakin rendah nilai konversi ransum semakin baik, artinya bahwa ransum tersebut efisien dalam penggunaannya. Pakan R1, R2 dan R3 lebih efisien digunakan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan yang optimal. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Titus dan Fritz (1971) bahwa perkiraan terbaik untuk mengetahui suatu

30 mutu ransum adalah dengan melihat efisiensi penggunaan dari ransum tersebut. Efisiensi ransum disebut juga dengan istilah konversi ransum. Konversi ransum sangat penting diperhatikan karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Nilai konversi ransum diperoleh melalui perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan jumlah pertambahan bobot badan yang diperoleh (kg).