Manajemen Penjangkaran dalam Perawatan Ortodonti Menggunakan Alat Lepasan



dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I ANGLE TIPE 2

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan oklusi yang baik tanpa rotasi gigi dan diastema (Alawiyah dan

A. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman, perawatan ortodontik semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tindakan pencegahan dan koreksi terhadap maloklusi dan malrelasi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. PERAWATAN ORTODONTIK

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

ORTODONTI III. H.Nazruddin Drg. C.Ort. Ph.D.

III. RENCANA PERAWATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan Ortodontik bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi-gigi dan

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jaringan lunak. Gigi digerakkan dalam berbagai pola, dan berbagai cara perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan normal (Graber dan Swain, 1985). Edward Angle (sit. Bhalajhi 2004)

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

RAPID MAXILLARY EXPANSION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR Pertemuan ke 11

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

Pekerjaan ortodonti yang diterima Dental Laboratorium RSGM FKG UNAIR periode semester ganjil tahun 2012 sampai semester ganjil tahun 2014

Manajemen incomplete transposisi dari insisivus lateral mandibula. menggunakan removable appliances

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR Pertemuan ke 13

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. RPE adalah suatu alat yang digunakan di klinik, bertujuan untuk mengoreksi

BAB 2 SISTEM DAMON. inovatif yang digunakan ortodontis dalam mengoreksi maloklusi. Banyak sistem

SINDROM KOMBINASI MAKALAH

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

RELAPS DAN PENCEGAHANNYA DALAM ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan Ortodontik menggunakan Teknik Begg pada Kasus Pencabutan Satu Gigi Insisivus Inferior dan Frenectomy Labialis Superior

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

Analisa Ruang Metode Moyers

ORTODONSIA I. drg. WAYAN ARDHANA, MS, SP.Ort BAGIAN ORTODONSIA FKG UGM

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BUKU AJAR ORTODONSIA III KGO III. Penanggungjawab Mata Kuliah drg. Soehardono D., MS., Sp.Ort (K)

BUKU AJAR ORTODONSIA III KGO III

ORTODONSIA III PERAWATAN ORTODONTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB TATALAKSANA KELAINAN DENTOKRANIOFASIAL BLOK 9 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan Cross Bite Posterior Unilateral Menggunakan Alat Ortodontik Cekat Teknik Begg

Penanganan delayed eruption karena impaksi gigi insisivus sentralis kiri dengan surgical exposure pada anak

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. mempertahankan kesehatan jaringan pendukung sehingga menghasilkan kedudukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

PANDUAN SKILL S LAB. ORTODONSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Manajemen Penjangkaran dalam Perawatan Ortodonti Menggunakan Alat Lepasan Makalah Bandung Dentistry 5 2008 Avi Laviana, drg., Sp. Ort. Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jl. Setrasari IV No. 14 Bandung 40152 HP: 0811247608, Faks.: 022-2011448, e-mail: avilaviana@yahoo.com 0

Manajemen Penjangkaran dalam Perawatan Ortodonti Menggunakan Alat Lepasan Abstrak Keberhasilan perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan aktif sangat bergantung pada kemampuan dokter gigi dan sikap kooperatif pasien, oleh karena itu manajemennya harus dilakukan sebaik mungkin. Karena kemampuannya yang terbatas, maka alat lepasan diindikasikan hanya untuk merawat maloklusi tertentu. Salah satu penyebab kegagalan perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan yang sering terjadi adalah anchorage loss. Upaya untuk menghindari anchorage loss adalah dengan menerapkan konsep-konsep desain alat dan rencana perawatan secara cermat, salah satunya adalah penjangkaran. Nilai penjangkaran untuk setiap kasus bergantung pada banyak hal. Penjangkaran dapat diperoleh secara intra oral, yaitu intra maksila dan inter maksila, ekstra oral, atau keduanya. Selama perawatan, anchorage loss harus dapat dideteksi sedini mungkin, kemudian dicari penyebabnya, dan harus segera diatasi untuk meminimalisir kegagalan perawatan. Kata kunci: Alat ortodonti lepasan, penjangkaran, anchorage loss. Pendahuluan Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien 1. Alat ini mulai rutin digunakan sejak abad ke-19, namun akrilik dan stainless steel baru digunakan pada awal abad ke-20. Sekitar tahun 1950, Adam 1 mengembangkan suatu cangkolan sehingga ruang lingkup penggunaan dan efisiensi alat lepasan meningkat. Sebelum alat cekat berkembang, alat lepasan digunakan untuk merawat hampir semua kasus maloklusi. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang ortodonti, maka pemakaian alat lepasan tergeser oleh alat cekat, namun alat ini masih menjadi pilihan untuk menangani kasus-kasus tertentu 2,3. Kerr 3 melaporkan bahwa 85% dari populasi yang dirawat 1

menggunakan alat lepasan dengan kasus yang benar-benar terseleksi menunjukkan hasil yang memuaskan. Alat lepasan terdiri dari berbagai macam. Alat lepasan bisa digunakan sebagai alat pergerakan gigi aktif misalnya untuk kasus interseptif pada pasien gigi campuran, space maintainers, alat fungsional untuk perawatan modifikasi pertumbuhan, alat retensi pasca perawatan menggunakan alat cekat, dan clear aligner. 1,2 Akhir-akhir ini pemakaian alat lepasan lebih luas karena bisa dikombinasikan dengan band, hook, dan alat ekstra oral. Walaupun demikian, harus ditekankan bahwa alat lepasan bukan merupakan pilihan untuk menangani maloklusi yang kompleks. 2 Dokter gigi umum akan mampu merawat kasus ortodonti menggunakan alat lepasan jika memiliki keterampilan dan keahlian yang memadai, merencanakan dengan matang, memilih kasus yang sesuai, dan melakukan pengawasan perawatan secara cermat. Salah satu masalah yang masih sulit diatasi pada pemakaian alat lepasan adalah bagaimana mengontrol penjangkaran untuk menghindari anchorage loss. Tujuan dari tulisan ini adalah membahas bagaimana mengelola masalah penjangkaran pada perawatan ortodonti menggunakan alat lepasan, khususnya alat lepasan aktif agar hasil perawatan mencapai hasil yang memuaskan. Penggunaan alat lepasan pada perawatan ortodonti Pada umumnya, pasien memilih alat lepasan dengan alasan biaya lebih murah, mudah dibuka dan dipasang sendiri, serta mudah dibersihkan. Namun alat ini mudah patah bahkan hilang, seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian pada rahang bawah lebih sulit ditoleransi dibandingkan rahang atas sehingga pasien jarang yang menggunakannya secara purna waktu. Berdasarkan sudut pandang dokter gigi, alat lepasan juga memiliki keuntungan, antara lain penjangkaran dapat diperoleh dari palatum dan dapat digunakan pada pasien anakanak untuk mengurangi overjet. Tetapi alat ini mempunyai kekurangan yaitu gerakan yang 2

bisa dihasilkan hanya tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif untuk pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di laboratorium, maka memerlukan keterampilan dan keahlian yang memadai. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan alat lepasan sangat terbatas, maka kasus yang bisa dirawat menggunakan alat jenis ini harus dibatasi. 4,5 Menurut Proffit 2, penggunaan alat lepasan ditujukan untuk kasus yang bisa diatasi dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara menggerakkan gigi gigi sehingga menempati lengkung yang lebih lebar atau mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke dalam lengkung. Muir 4 mengindikasikan alat lepasan untuk kasus-kasus: (1) Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan overjet hanya sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi insisif, (2) Perawatan bisa dilakukan hanya pada salah satu rahang, misalnya rahang atas menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya dicabut atau tidak dirawat, (3) Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan tipping, (4) Perawatan dengan pencabutan yang membutuhkan hanya gerakan tipping untuk menutup ruang pencabutannya, (5) Maloklusi dalam arah buko-lingual yang diikuti dengan pergeseran mandibula, contohnya crossbite unilateral gigi posterior, (6) Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi segmen bukal harus dimajukan. Kontra indikasi pemakaian alat lepasan adalah: 4 (1) Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II dan kelas III skeletal, openbite atau deepbite skeletal, (2) Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan bawah, 3

(3) Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak akar, (4) Membutuhkan pergerakan secara bodily, (5) Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite, dan kelainan ketinggian gigi, (6) Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar. Kasus-kasus yang diindikasikan untuk alat lepasan juga harus mempertimbangkan faktor usia. Alat lepasan lebih sesuai untuk pasien usia 6 hingga 16 tahun, dimana waktu perawatan lebih banyak memanfaatkan periode akhir gigi campuran dan awal periode gigi tetap. 1 Pengertian penjangkaran pada alat lepasan Pergerakan sebuah gigi maupun sekelompok gigi secara ortodonti terjadi akibat penerapan gaya yang disalurkan oleh komponen aktif, seperti pegas, busur kawat, elastik, atau sekrup ekspansi. Ketika gigi-gigi digerakkan maka gaya reaksi akan disalurkan melalui alat sehingga cenderung menghasilkan pergerakan gigi-gigi lain ke arah yang berlawanan (Gambar 1). Keadaan ini sesuai dengan Hukum Newton ke-3 yang mengatakan bahwa setiap aksi menghasilkan reaksi yang besarnya sama dan berlawanan arah. Masalahnya adalah bagaimana menghindari efek merugikan dari gaya-gaya yang berlawanan tersebut, karena tujuan yang diharapkan dari suatu perawatan adalah menggerakkan gigi yang dikehendaki sementara struktur lain tidak bergerak. 1-11 Kemampuan bertahan terhadap gaya yang dihasilkan oleh komponen aktif disebut penjangkaran. Pengontrolan penjangkaran ditujukan untuk sebanyak mungkin menghasilkan pergerakan gigi yang diinginkan sementara gerakan gigi yang tidak diharapkan dapat ditahan atau diupayakan sekecil mungkin. Penjangkaran dapat diperoleh secara intra oral maupun ekstra oral, namun penjangkaran intra oral lebih umum digunakan pada alat lepasan. 1,6,7 4

A B C Gambar 1. Penjangkaran berhubungan dengan jumlah gigi yang digerakkan. A) Menggerakkan sebuah gigi menghasilkan penjangkaran yang memuaskan. B) Jika 13 dan 23 diretraksi mengakibatkan gigi penjangkar bergerak ke depan. C) Jika 14,13,23,24 diretraksi bersama-sama, jumlah gigi yang digerakkan lebih besar dibandingkan gigi penjangkarnya, maka penjangkaran tidak akan kuat, kemungkinan terjadi anchorage loss. 1 Penjangkaran intra oral Penjangkaran intra oral ada dua macam, yaitu penjangkaran intramaksiler dan intermaksiler. Penjangkaran intramaksiler diperoleh dari lengkung rahang yang sama. Penjangkaran jenis ini adalah yang sering dipilih dalam pemakaian alat lepasan aktif. Penjangkaran intermaksiler menggunakan lengkung rahang lawan untuk memperoleh penjangkaran. Penjangkaran jenis ini biasa digunakan pada perawatan menggunakan alat fungsional dan alat cekat, tetapi sulit untuk diterapkan pada pemakaian alat lepasan untuk pergerakkan aktif gigi karena cenderung akan melepaskan alat. 1 Penjangkaran intramaksiler dapat diperoleh dari gigi-gigi yang dijadikan sandaran cangkolan atau gigi-gigi yang tertahan pada tempatnya oleh busur labial, pelat landasan yang beradaptasi baik dengan palatum dan dengan permukaan gigi yang tidak digerakkan, serta interdigitasi antara gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah. 1 Penjangkaran intermaksiler dapat diperoleh pada penggunaan alat lepasan yang dikombinasikan dengan alat cekat pada salah satu rahangnya. Salah satu contoh kasus adalah pada maloklusi kelas II dengan susunan gigi rahang bawah yang baik. Pada rahang bawah digunakan alat lepasan dengan ditambahkan hook pada cangkolan di gigi molarnya untuk mengaitkan elastik intermaksiler sehingga menghasilkan tarikan bagi segmen anterior dari 5

alat cekat yang dipasang pada rahang atas (Gambar 2). Pada kasus maloklusi kelas III, alat lepasan pada rahang atas bisa digunakan untuk menghasilkan traksi kelas III, dan bisa juga digunakan alat ekspansi untuk proklinasi segmen insisif. 1 Gambar 2. Penjangkaran intermaksiler. Elastik digunakan alat cekat atas, dan alat lepasan bawah sebagai penjangkar. Retensi cangkolan alat lepasan harus baik dan cangkolan Adam dimodifikasi dengan hook untuk sangkutan elastik. 1 Penjangkaran ekstra oral Penjangkaran ekstra oral dapat digunakan untuk memperkuat penjangkaran intra oral, namun bisa juga sebagai sumber utama penjangkaran, misalnya untuk retraksi segmen bukal. Gaya ekstra oral bergantung pada elastisitas dari elastik penghubung yang terdapat pada headgear. Penjangkaran ekstra oral dapat diperoleh dengan menggunakan headgear, bisa berupa headcap atau high pull headgear. Penghubung antara headgear dengan alat lepasan adalah facebow atau J hooks. 1,6 Pemakaian headgear Headgear yang digunakan adalah jenis headcap atau high pull headgear. Pada saat memasang headcap, tinggi kaitan elastik bisa diatur sehingga menghasilkan arah gaya yang diinginkan. Arah tarikan harus horisontal (penjangkaran occipital) atau bisa juga dibuat 6

sedikit lebih tinggi untuk menambah retensi. Komponen gaya ke arah bawah harus dihindari karena menyebabkan alat lepasan cenderung lepas. 1 Penghubung antara headgear dengan alat lepasan dapat menggunakan face bow atau J hook dengan alat traksi ekstra oral. Facebow dipasang ke dalam tube yang disolder pada bagian atas jembatan cangkolan di gigi premolar atau molar. Walaupun facebow dijual di pasaran dengan ukuran yang bervariasi, pada saat pemasangan tetap harus disesuaikan lagi sehingga mudah dimasukkan ke dalam tube. Bisa juga digunakan band untuk memasang tube facebow sekaligus cangkolan dari alat lepasan, namun cangkolan yang digunakan bukan Adam tetapi cangkolan flyover. Inner bow harus sesuai dengan bentuk dan panjang lengkung gigi. Inner bow diletakkan beberapa milimeter dari gigi insisif dan setinggi garis bibir aktif. Selama perawatan, loop U mungkin perlu disesuaikan lagi untuk mengatur panjang inner bow. Outer bow terletak sedekat mungkin dengan bibir dan pipi namun tidak bersentuhan, letak hook untuk sangkutan elastik adalah setinggi permukaan mesial molar pertama, sekitar 4 cm di depan hook dari headcap. Apabila headgear dipakai bersama-sama dengan alat cekat, tinggi dan panjang outer bow menentukan vektor gaya yang diaplikasikan pada gigi-gigi dan mempengaruhi gerakan yang dihasilkan, namun pemasangan pada alat lepasan semata-mata agar arah tarikan tidak mengakibatkan alat mudah lepas (Gambar 3). 1,6 A B Gambar 3. Penjangkaran ekstra oral. A) Pada pemakaian headgear, tinggi elastik bisa diatur. B) Facebow menghubungkan headcap dengan alat lepasan di dalam mulut. 1 7

J hook merupakan alternatif penghubung antara alat traksi ekstra oral dengan alat lepasan. Alat ini disolder pada cangkolan yang terletak pada gigi insisif atau kaninus atas. Pada perawatan menggunakan alat cekat, J hook digunakan untuk intrusi segmen labial atas, namun pada perawatan dengan alat lepasan hasilnya belum diketahui (Gambar 4). 1,6 A B Gambar 4. Penjangkaran ekstra oral menggunakan J hook dan alat traksi ekstra oral. A) J hook dipatri pada cangkolan anterior. B) Alat lepasan pada rahang atas digabungkan dengan alat traksi ekstra oral untuk retraksi segmen bukal. 1 Tegangan elastik diperlukan untuk menyeimbangkan gaya yang timbul saat gaya dari komponen aktif diaplikasikan. Besar gaya yang digunakan tiap sisi untuk penguat penjangkaran mulai dari 150 gram hingga 200 gram dan untuk distalisasi segmen bukal mulai 400 gram hingga 500 gr. Gaya bisa diukur menggunakan tension gauge atau correx spring gauge (Gambar 5). Jika periode awal perawatan dengan alat ekstra oral sebagai penguat penjangkaran telah selesai, penggunaannya dapat dikurangi menjadi malam hari saja, yaitu pada saat tidur. Apabila tidak diharapkan terjadi anchorage loss, maka penggunaan headgear selama 10 hingga 12 jam per hari. Untuk retraksi aktif segmen bukal, penggunaannya selama 12 hingga 14 jam per hari. 1,6 Ketika memperagakan cara pemasangan alat ekstra oral kepada pasien dan orang tuanya, kita harus menjelaskan bahwa facebow atau alat traksi ekstra oral kemungkinan bisa terpental ke luar mulut. Keadaan ini bisa terjadi apabila pada saat melepas facebow, elastik penghubungnya masih terpasang pada headcap, biasanya karena pasien lupa atau kadangkadang terlepas pada saat bermain. 1,6 8

Gambar 5. Alat pengukur gaya ortodonti correx spring gauge. 1 Target waktu pemakaian headgear sebaiknya dicapai secara bertahap. Selama dua minggu pertama, biasanya pasien diminta untuk memakai headgear di sore hari. Apabila pasien dapat melaluinya dengan baik, maka dianjurkan untuk menambah waktu pemakaian, yaitu pada saat tidur. Headgear harus diperiksa pada setiap kunjungan dan pasien harus ditanya apakah selama tidur alatnya pernah lepas. Penyebab lepasnya alat harus segera dicari dan diatasi, jika tidak maka pasien tidak akan mau memakai alatnya pada saat tidur. Keterangan mengenai penyesuaian dan pemeriksaan headgear pada setiap kunjungan harus dicatat dalam rekaman medik pasien. 1 Merencanakan penjangkaran pada alat lepasan Penjangkaran bisa dihasilkan secara intra oral, ekstra oral, atau keduanya. Penjangkaran ekstra oral memiliki potensi keberhasilan yang besar jika digunakan pada pasien yang kooperatif, namun penampilan alat ini tidak disukai pasien dan tidak nyaman pada saat digunakan. Penjangkaran intra oral lebih bisa diterima oleh pasien, namun kemampuan menjangkarnya sangat terbatas. 7 9

Penjangkaran akan lebih baik jika dipersiapkan sejak awal dibandingkan apabila sudah terjadi anchorage loss. Jika penjangkaran ekstra oral digunakan sejak awal perawatan, sebaiknya dinilai apakah pasien sanggup untuk mematuhi waktu pemakaian, sebelum tahap rencana perawatan berikutnya dilanjutkan. Jika ragu terhadap nilai penjangkaran yang dihasilkan, maka nilai penjangkaran harus dievalusi pada setiap kunjungan. Operator harus selalu memperhatikan pergerakan gigi yang terjadi dan membandingkannya dengan keadaan sebelum perawatan. 7 Pada prakteknya, sangat sulit untuk menentukan nilai penjangkar secara akurat. Hal-hal mendasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan nilai penjangkaran adalah besar gaya yang digunakan, tekanan yang disalurkan pada membran periodontal, morfologi akar, ruangan yang tersedia, dan struktur jaringan di sekitar gigi. 7 Menghitung besar gaya untuk gigi atau kelompok gigi Tekanan optimum adalah tekanan yang dapat menghasilkan pergerakan gigi sejauh mungkin dengan resiko terhadap jaringan pendukung gigi sekecil mungkin. Gaya optimum identik dengan tekanan optimum dikalikan dengan luas permukaan akar gigi yang akan digerakkan. Hal ini merupakan dasar pemikiran dari konsep pertama penjangkaran, yaitu bahwa gigi atau kelompok gigi dengan luas permukaan akar yang besar memiliki nilai penjangkar yang lebih besar dibandingkan dengan gigi atau kelompok gigi dengan luas permukaan akar yang kecil. Namun yang terpenting adalah bukan berapa gaya yang harus diberikan pada gigi tetapi berapa tekanan optimum yang diterima oleh ligamen periodontal. Dalam mengelola penjangkaran, untuk mempertahankan kedudukan gigi atau kelompok gigi yang tidak diharapkan bergerak maka tekanan atau gaya per unit luas permukaan di daerah tersebut harus kecil. Sementara itu, gigi atau kelompok gigi yang akan digerakkan harus menerima gaya dalam batas optimum. 2,7 10

Nilai penjangkaran sebuah gigi identik dengan luas permukaan akarnya. 2 Namun untuk menentukan luas permukaan akar setiap gigi secara pasti sangat sulit. Tabel 1 dapat digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan berapa luas permukaan akar rata-rata dari setiap gigi, namun tentu saja nilai ini berbeda untuk beberapa keadaan, misalnya jika terjadi resorpsi tulang alveolar dan pemendekan akar maka luas permukaan akarnya berkurang. 2,7 Luas permukaan akar dalam mm 2. Tabel 1. Luas permukaan akar gigi sebanding dengan nilai penjangkaran. 7 Apabila diberikan gaya yang melebihi gaya optimal, maka akan terjadi undermining resorption, secara klinis pergerakan gigi tidak teratur dan melambat. Pada keadaan seperti ini sangat tidak bijaksana jika gaya ditambah karena dapat mengakibatkan kerusakan struktur pendukung gigi yang lebih parah dan menimbulkan rasa nyeri. 2,7 Distribusi tekanan pada membran periodontal berdasarkan jenis pergerakan Nilai penjangkar sangat dipengaruhi oleh pendistribusian tekanan terhadap ligamen periodontal. Distribusi tekanan ditentukan oleh kompleksitas gaya yang diterapkan, misalnya apakah gaya tunggal atau couple. Prinsip ke-dua dari penjangkaran adalah bahwa gigi yang bebas bergerak secara tipping memiliki nilai penjangkar yang lebih kecil dibandingkan dengan gigi yang diberi gaya couple. 7 berbeda untuk setiap gerakan. 2 Proffit menyarankan besar gaya optimum yang 11

Morfologi akar mempengaruhi penjangkaran Morfologi akar gigi menentukan distribusi gaya terhadap ligamen periodontal sehingga mempengaruhi nilai penjangkarannya. Salah satu contoh adalah bentuk akar mesiodistal gigi insisif bawah lebih sempit dibandingkan bukolingual, sehingga memiliki resistensi yang lebih kecil terhadap gerakan proklinasi dan retroklinasi dibandingkan gerakan di sepanjang garis lengkung. 7 Memperhitungkan nilai penjangkaran berdasarkan ruangan yang tersedia Pada kasus gigi berjejal yang membutuhkan pencabutan, nilai penjangkarannya bergantung pada seberapa banyak gigi penjangkar boleh bergerak mengisi ruang pencabutan tanpa menggunakan ruangan yang dibutuhkan untuk memperbaiki gigi berjejal. Penjangkaran bisa maksimum, moderat, atau minimum (Gambar 6). Harus diperhitungkan bahwa setelah pencabutan, tanpa penarikan pun gigi segmen bukal cenderung untuk bergeser ke mesial. 7,9,11 Total Ruang Pencabutan Group A Group B Group C Retraksi Anterior Retraksi Posterior Posterior (permukaan mesial Premolar ke-2) 1/4 1/2 3/4 Anterior (permukaan distal Kaninus) Gambar 6. Klasifikasi penjangkaran berdasarkan tersedianya ruang pencabutan. Group A atau penjangkaran maksimum jika 100% ruangan untuk retraksi anterior (tidak boleh terjadi anchorage loss di posterior) hingga retraksi anterior 75% (25% penutupan oleh segmen posterior). Group B atau penjangkaran moderat dimana penutupan ruangan oleh segmen anterior dan posterior sama banyak. Group C atau penjangkaran minimum dimana 75% hingga 100% penutupan ruangan adalah oleh segmen posterior. 9 12

Struktur di daerah sekitar dan nilai penjangkaran Kualitas tulang di sekitar akar menentukan nilai penjangkaran sebuah gigi. Gigi lebih mudah bergerak atau membutuhkan gaya yang lebih kecil apabila tulang pendukungnya cancellous. Jika akar berkontak dengan tulang kortikal, maka gerakannya akan melambat. Jika hal ini terjadi, besar gaya sebaiknya tidak ditambah. 7 Gigi yang bersebelahan, baik yang sudah maupun belum erupsi, dapat menambah nilai penjangkaran. Defisiensi tulang alveolar, misalnya pasca pencabutan, dapat mengurangi nilai penjangkar dari gigi yang bersebelahan. Alveolus pasca pencabutan dengan trauma yang besar akan mengalami penyempitan dan menimbulkan daerah dense bone sehingga pergerakan gigi untuk mengisi daerah tersebut menjadi sulit. Secara teoritis, gaya-gaya yang berasal dari jaringan lunak di sekitar mulut meskipun kecil dapat mempengaruhi nilai penjangkaran. Alat cekat pada rahang bawah yang dikombinasikan dengan lip bumper, memanfaatkan penjangkaran yang dihasilkan oleh tekanan bibir bawah untuk mencegah gigi molar bergerak ke depan. Busur palatal ditambah button akrilik yang diletakkan pada lekukan anterior dari palatum, dapat menambah nilai penjangkar untuk gigi molar dari pergerakan ke depan. Gigi ankilosis dan implant screw juga dapat menambah nilai penjangkaran. 7 Manajemen penjangkaran Manajemen penjangkaran pada dasarnya adalah menambah penjangkaran hingga nilainya cukup untuk menahan pergerakan gigi yang tidak diharapkan. Dalam kasus yang berbeda, dan pada tahap perawatan yang berbeda, penjangkaran yang dibutuhkan bisa bervariasi. Resistensi suatu kelompok gigi harus disesuaikan dengan kelompok lainnya sehingga pada akhir perawatan kedudukan gigi yang diharapkan dapat tercapai. Upaya untuk mengelola penjangkaran adalah: 2 13

Menjaga agar gaya tetap ringan Gerakan yang dapat dihasilkan oleh alat lepasan adalah tipping. Gaya yang dibutuhkan untuk gerakan tipping relatif kecil, demikian pula gaya reaksi yang ditimbulkannya. Gaya reaksi dapat dikurangi dengan membatasi jumlah gigi yang digerakkan. Pada setiap kunjungan, gigi yang boleh digerakkan hanya satu buah per kuadran dengan arah yang sama, dan apabila sedang meretraksi segmen anterior untuk mengurangi overjet, maka tidak boleh ada gigi lain yang digerakkan ke arah palatal atau distal. Namun tidak bisa diamsusikan bahwa apabila sudah digunakan gaya yang ringan maka akan terbebas dari anchorage loss. 4 Menambah resistensi penjangkar Resistensi yang dihasilkan oleh keakuratan kontak antara pelat landasan dengan permukaan gigi dan mukosa mempengaruhi penjangkaran yang dihasilkan oleh alat lepasan. Penjangkaran dapat dimaksimalkan dengan menjaga permukaan akrilik agar selalu berkontak sebanyak mungkin dengan permukaan gigi. 4 Hubungan bonjol yang mengunci antara gigi rahang atas dengan rahang bawah bisa menambah resistensi terhadap anchorage loss. Masalahnya, pencabutan di kedua rahang yang berlawanan bisa mengakibatkan gigi tersebut bergeser bersama-sama ke mesial dalam keadaan tetap mengunci. Kemungkinan ini dapat dihindari apabila menggunakan bite plane. Penambahan inclined bite plane pada pelat rahang atas dapat menambah penjangkaran dengan cara menyalurkan gaya dorong yang ditimbulkan oleh insisif rahang bawah pada saat oklusi. Namun bukan tidak mungkin penambahan inclined bite plane dapat mengakibatkan proklinasi gigi insisif. Oleh karena itu, untuk mengurangi overbite lebih baik menggunakan bite plane yang datar. 14

Traksi Intermaksiler jarang sekali diterapkan pada pemakaian alat lepasan. Mungkin bisa digunakan pada rahang atas untuk mendukung alat cekat di rahang bawah, tetapi tetap lebih baik jika digunakan pada perawatan dengan alat cekat di kedua rahangnya. Traksi ekstra oral adalah metoda yang paling memungkinkan untuk menambah penjangkaran pada alat lepasan. Pemakaian alat traksi ekstra oral dapat diterima oleh pasien dan dapat memperluas ruang lingkup kasus alat lepasan. 1,4,6 Anchorage loss Pada saat menggerakkan gigi secara ortodonti, walaupun penjangkaran telah diperkuat, kadang-kadang pergeseran gigi lain yang tidak diharapkan tidak dapat dihindari, inilah yang disebut dengan anchorage loss. Namun pada beberapa kasus pencabutan untuk retraksi gigi anterior, ada sisa ruangan di belakang gigi kaninus yang justru diharapkan akan tertutup oleh pergeseran segmen bukal ke anterior. Pada kasus dengan nilai penjangkaran minimum seperti ini, maka alat lepasan harus dapat menfasilitasi penutupan ruangan tersebut. 2,8 Cara mendeteksi terjadinya anchorage loss Pada setiap kunjungan, pergerakan gigi harus dievaluasi dengan cara diukur menggunakan jangka dan penggaris, lalu dibandingkan dengan keadaan awal pada model studi apakah perawatan berjalan sesuai rencana atau terjadi penyimpangan yang harus segera diatasi. Pengukuran bisa dilakukan untuk setiap pergerakan gigi, misalnya pada kasus retraksi kaninus, pengukuran dilakukan dari garit bukal molar pertama hingga ujung kaninus; kasus pergerakan molar ke distal bisa diukur dari garit bukal molar tersebut dengan sudut mesial insisif pertama; selama ekspansi lengkung gigi ke lateral, bisa digunakan gigi-gigi yang sama yang letaknya berseberangan sebagai titik acuan; retraksi segmen anterior, mengukur 15

pengurangan overjet bisa secara langsung menggunakan penggaris berskala milimmeter dengan angka nol di bagian tepi ujungnya. 1,4 Operator harus menjadikan pengukuran ini sebagai suatu kebiasaan dan menggunakan titik acuan yang sama pada setiap kunjungan. Harus diperhatikan bahwa pengukuran terhadap gigi dengan titik acuan gigi lain pada rahang yang sama, hasilnya bisa salah, karena seluruh gigi yang berkontak dengan pelat landasan bisa bergerak bersama-sama dengan jarak yang sama tanpa mengubah hubungan interdentalnya, namun hubungan dengan gigi lawannya bisa berubah. Pada keadaan seperti ini, lebih baik menggunakan gigi-gigi pada rahang lawannya sebagai titik acuan, namun gigi-gigi tersebut juga bisa bergerak jika sudah ada gigi yang dicabut. Gigi yang paling baik untuk dijadikan acuan adalah gigi bawah segmen labial karena posisinya pada rahang bawah relatif stabil, tetapi apabila premolar rahang bawah sudah diekstraksi, maka keadaan berjejal pada gigi segmen labial akan mengalami perbaikan spontan, gigi insisif mungkin akan bergerak sedikit ke belakang sehingga pada pengukuran selanjutnya overjet akan bertambah. Bila gigi rahang atas secara keseluruhan tidak berubah dan tetap berkontak dengan pelat landasan, namun secara keseluruhan relatif lebih maju dibandingkan titik acuan pada gigi rahang bawah, misalnya overjet bertambah dan hubungan molar menjadi kelas II, menunjukkan adanya kecenderungan anchorage loss, namun apabila telah dilakukan pencabutan pada rahang bawah, maka penilaian menjadi sulit. Pengukuran harus selalu dilakukan dalam posisi mandibula paling belakang, hal ini harus sangat diperhatikan terutama pada pasien yang memiliki kecenderungan untuk memajukan mandibula sebagai upaya untuk memperoleh oklusi yang nyaman. Tanda-tanda yang pasti telah terjadi anchorage loss pada rahang atas adalah ditemukannya kecenderungan buccal crossbite. Jika molar atas maju ke depan sementara jarak transpalatal ditahan oleh pelat landasan, maka gigi rahang atas akan berkontak dengan gigi rahang bawah pada lebar lengkung yang lebih sempit. 1,4 16

Apabila menggunakan headgear, maka lama pemakaian sebaiknya dicatat. Pasien perlu dimotivasi untuk terus meningkatkan waktu pemakain hingga target waktu pemakaian tercapai. Apabila pasien tidak kooperatif maka baik pasien maupun orang tuanya harus terus dimotivasi, namun apabila tidak berhasil juga maka kita dapat mengatakan kepada pasien bahwa hasil perawatan tidak akan memuaskan dan waktu perawatan menjadi panjang. 1,4 Apa yang harus dilakukan jika terjadi anchorage loss? Jika terjadi anchorage loss, maka harus segera dicari penyebabnya dan ditindaklanjuti agar keadaan tidak semakin parah. Besar gaya yang digunakan untuk aktivasi harus diperiksa. Menurut Proffit 2, besar gaya yang dibutuhkan untuk gerakan tipping antara 30 gram hingga 60 gram, bergantung pada luas permukaan akar gigi. Menurut Isaacson 1, gerakan tipping sebuah gigi berakar tunggal dibutuhkan gaya sebesar 30 gram hingga 40 gram. Untuk praktisnya, biasanya aktivasi dilakukan sebesar kira-kira sepertiga lebar mesio-distal gigi atau 3 mm hingga 4 mm. Namun diameter dan panjang kawat yang digunakan untuk membuat pegas harus diperhitungkan karena menentukan besar gaya yang dihasilkan. Pegas yang terbuat dari kawat berdiameter besar dan pendek akan menghasilkan gaya yang besar, misalnya retraktor kaninus dari kawat berdiameter 0,7 mm, jika menginginkan gaya di bawah 40 gram maka aktivasinya tidak boleh lebih dari sepertiga lebar kaninus. Dengan aktivasi yang sama, jika kawat yang digunakan berdiameter lebih kecil, maka gaya yang dihasilkan lebih ringan. Namun besar gaya akan lebih baik jika diukur menggunakan alat ukur yang valid, yaitu tension gauge atau correx spring gauge. 1,2 Jika jumlah gigi yang digerakkan pada saat yang bersamaan terlalu banyak maka harus ditinjau kembali apakah nilai penjangkar seluruh gigi tersebut sudah sesuai dengan nilai penjangkaran dari komponen penjangkar. Jika tidak, maka penarikan gigi sebaiknya dilakukan satu per satu. 17

Ruangan sisa pencabutan yang masih tersedia harus diperhitungkan. Apabila masih mencukupi untuk memperbaiki keadaan berjejal atau overjet, maka kehilangan sedikit penjangkaran masih bisa diterima. Namun bila ruangan yang tersedia hanya tersisa sedikit maka harus diupayakan penguatan penjangkaran. Jika penjangkaran intra oral tidak mungkin untuk ditambah, maka cara yang paling efektif adalah dengan menambah penjangkaran ekstra oral, biasanya menggunakan headgear. 1 Kesimpulan Alat lepasan aktif bisa digunakan secara efektif untuk merawat kasus-kasus maloklusi tertentu. Salah satu yang harus diperhatikan pada saat merencanakan perawatan menggunakan alat lepasan adalah memperhitungkan nilai penjangkarannya. Penjangkaran pada alat lepasan dapat diperoleh secara intra oral, yaitu intramaksiler dan intermaksiler, penjangkaran ekstra oral, atau kombinasi keduanya. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan penjangkaran adalah berapa besar gaya yang dihasilkan, berapa tekanan yang diterima oleh membran periodontal, bagaimana morfologi akar, berapa ruangan yang tersedia, dan bagaimana struktur jaringan di sekitar gigi yang akan digerakkan maupun di sekitar sumber-sumber yang bisa dijadikan penjangkar. Pada dasarnya manajemen penjangkaran bertujuan untuk menjaga agar gaya yang digunakan tetap ringan dan menambah resistensi penjangkaran, sehingga gigi yang diharapkan bisa bergerak sementara gigi yang tidak diharapkan pergerakkannya bisa ditahan atau diminimalisir. Selama perawatan, anchorage loss harus bisa segera dideteksi, kemudian dicari penyebabnya, dan ditangani secepatnya agar tidak terjadi kesalahan yang lebih parah sehingga hasil perawatan bisa sebaik mungkin. 18

Rujukan 1. Isaacson K G, Muir J D, Reed R T. Removable orthodontic appliances. Singapore: Elsevier. 2002: 1-2, 39-46, 93-7. 2. Proffit W, Fielsd H W Jr, Sarver Drg. M. Contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis: Mosby Inc. 2007: 340, 395-407. 3. Kerr W J, Buchanan I B, McColl J H. Use of the PAR index in assesing the effectiveness of removable orthodontic appliances. Br J Orthodontics. 1983, 10: 73-7. 4. Muir J D, Reed R T. Tooth movement with removable appliances. England: Pitman Publishing. 1979: 1-10, 71-81. 5. Littlewood S J, Tait A G, Mandall N A, Lewis D H. The role of removable appliance in contemporary orthodontics. Br Den Jl. 2001, 191 (6): 304-310. 6. Adams C.P., Kerr W.J. The design, construction and use of removable orthodontic appliances. 6 th ed. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 10-11, 82, 89, 149. 7. Williams J K. Cook P A, Isaacson K G, Thom A R. Fixed orthodontic appliance. Jordan Hill: Butterworth-Heinemann Ltd. 1996: 7-14. 8. Geron S, Shpack N, Kandos S, Davidovitch M, Vardimon A D. Anchorage loss-a multifactorial response. Angle Orthodontist. 2003, 73(6): 730-737. 9. Nanda R. Biomechanics in clinical orthodontic. Philadelphia : W. B. Saunders Company. 1997: 156-187. 10. Feldmann I, Bondemark L. Orthodontic anchorage: A systematic review. Angle Orthodontist. 2006, 76(3): 493-501. 11. Nanda R. Biomechanics and esthetic strategies in clinical orthodontics. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2005: 1-37, 194-210. 19