HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 3 No. 2 Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dari 17 program pokok pembangunan kesehatan adalah program

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

Ike Ate Yuviska(¹), Devi Kurniasari( 1 ), Oktiana (2) ABSTRAK

HUBUNGAN KUALITAS VAKSIN DAN STATUS IMUN PENJAMU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN STATUS IMUNISASI PADA BAYI DI DESA SEMOWO KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Puskesmas Oebobo Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG EFEK SAMPING IMUNISASI BCG DENGAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS NGESREP SEMARANG

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT Yuliati Amperaningsih*, Yunanda Ayu Aprilia* *Jurusan Keperawatan Poltekes Tanjungkarang Menurut Word Health Organization (WHO)/United Nation Children's Fund (UNICEF) tahun 2015, hampir satu juta anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi sama sekali atau tidak lengkap status imunisasinya. Pada tahun 2015 Indonesia memiliki cakupan imunisasi 92,3% dan turun kembali pada tahun 2016 sebesar 86,5%. Faktor penyebab ketidakberhasilan imunisasi diantaranya adalah sikap orang tua anak berkaitan pemberian imunisasi dasar. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Jenis penelitian kuantitaitf dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah keseluruhan ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas Sekincau dengan jumlah sampel sebanyak 91 ibu. Data dianalisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar terbanyak dengan sikap yang tidak mendukung sebesar 50,55% (46 orang). Distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi dasar pada balita terbanyak dengan imunisasi dasar yang tidak lengkap sebesar 63,74% (58 orang). Ada hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Sekincau Kabupaten Lampung barat Tahun 201 dengan p value: 0,007 OR: 3,764. Saran diharapkan pihak puskesmas lebih gencar melakukan sosialisasi pelaksanaan imunisasi dasar lengkap guna meningkatkan cakupan pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi di wilayah kerjanya. Kata kunci: Sikap ibu, Imunisasi Dasar LATAR BELAKANG Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) 34/1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita (AKBA) 44/1000 kelahiran hidup karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain Tuberkulosis, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian Menurut angka estimasi yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)/United Nation Children's Fund (UNICEF) tahun 2015, hampir satu juta anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi sama sekali atau tidak lengkap status imunisasinya (Kemenkes, 2016). Indonesia memiliki cakupan imunisasi yang sedikit lebih rendah daripada tahun 2014 sebesar 94,7 yaitu sebesar 92,3% pada tahun 2015. Program imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 86,54%. Angka ini belum mencapai target Renstra pada tahun 2015 yang sebesar 91% (Kemenkes, 2016). Menurut Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI cakupan imunisasi dasar selama lima tahun dari tahun 2011 sampai tahun 2016) berturut-turut adalah 93,3%, 86,8%, [205]

89,9%, 86,9%, dan turun kembali pada tahun 2015 sebesar 86,5%. Untuk propinsi Lampung cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 98,60%. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Provinsi Lampung tahun 2015 sebesar 96% (Dinkes Provinsi Lampung, 2016). Namun, meskipun cakupan secara nasional dan provinsi sudah mencapai target, kesenjangan cakupan di beberapa daerah masih ada. Masih terdapat anak-anak yang sama sekali belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap imunisasinya (Kemenkes, 2017). Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Bacille Calmette-Guérin (BCG), 3 dosis Difteri, Pertusis, Dan Tetanus (DPT)-Hepatitis B (HB) dan atau DPT-HB- Haemophilus Influenzae tipe b (Hib), 4 dosis polio, dan 1 dosis campak karena imunisasi dapat melindungi anak terhadap beberapa PD3I tersebut melalui vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata (Kemenkes, 2016). Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekbalan individu agar terhindar dari penyakit tertentu (Lisnawati, 2011). Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Imunisasi dasar yang diberikan kepada bayi yaitu BCG untuk kekebalan aktif terhadap tuberkulosis, DPT untuk kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus, polio untuk kekebalan aktif terhadap poliomielitis, campak untuk kekebalan aktif terhadap penyakit campak dan hepatitis B untuk kekebalan aktif terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B (Kemenkes RI, 2016). Berdasarkan data cakupan UCI Puskesmas Sekincau tahun 2017, keseluruhan pekon sudah dilakukan pemberian imunisasi dasar pada bayi, meskipun terdapat beberapa daerah yang mengalami kendala dalam pemberiannya diantaranya masih kurangnya cakupan UCI yang baru mencapai 86,4%, dimana hal ini masih rendah dibandingkan dengan cakupan UCI Puskesmas Liwa dan Puskesmas Fajar Bulan yang sudah mencapai 90% (Puskesmas Sekincau, 2018) Faktor penyebab ketidakberhasilan imunisasi diantaranya adalah perilaku kesehatan dari orang tua anak Menurut Notoatmodjo (2010), individu dalam perilaku pencarian dan pemilihan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Pra survey yang dilakukan pada bulan April 2018 diperoleh data dari 17 Posyandu di wilayah di Kelurahan Sekincau terjadi penyebaran virus mematikan difteri, penyakit menular akibat kuman corynebacterium diptheriae yang mewabah hingga adanya korban meninggal dan saat itu dilaporkan oleh Puskesmas Sekincau ada 3 orang bayi dan balita yang dilarikan ke RSUD Abdul Moeloek, dan 8 orang lainnya dilarikan ke RSUD Liwa guna penanganan cepat dan tanggap (http://www.lampung1.com). Hasil ini menunjukkan bahwa masih terdapat balita yang tidak lengkap imunisasi dasarnya baru mencapai 86,4%, sehingga belum diberikan imunisasi difteri sehingga terjangkit bakteri. METODE Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional atau potong lintang untuk mengetahui hubungan sikap ibu terhadap imunisasi dengan kelengkapan imunisasi dasar. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan [206]

ibu yang memiliki balita pada 5 Desa dan 17 Posyandu dengan 1.008 ibu yang berkunjung ke Posyandu dan memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS). Sampel diambil menggunakan tehnik accidental sampling dimana sampel di ambil dari anggota populasi yang kebetulan ada dalam kegiatan di 17 posyandu berjumlah 91 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat penilaian sikap ibu menggunakan kuisioner. Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari 30 pertanyaan tentang sikap ibu terhadap imunisasi dasar yang telah dilakukan uji validitas dan realibilitas sebelumnya dengan hasil yang valid dan reliabel (terlampir) hasil dari jawaban responden dikategorikan menjadi dua kategori dengan skala ordinal dan dengan kode 0 untuk sikap yang mendukung dan 1 untuk sikap yang tidak mendukung. Tehnik pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan kuisioner dan buku KIA dan KMS.Teknik analisis data yang dipergunakan guna analisis univariat, data yang sejenis digabungkan, yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi untuk dipresentasikan, untuk pengolahan hasil dari pengumpulan data digunakan analisa data dengan menggunakan komputerisasi. Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Sikap ibu Tentang Imunisasi Dasar Sikap ibu f % Tidak mendukung 46 50,55 mendukung 45 49,45 Jumlah 91 100 Distribusi frekuensi sikap ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar terbanyak dengan sikap yang tidak mendukung sebesar 50,55% (46 orang). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Kelengkapan Imunisasi Dasar Kelengkapan imunsasi f % Tidak lengkap 58 63,74 Lengkap 33 36,26 Jumlah 91 100 Distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi dasar pada balita terbanyak dengan imunisasi dasar yang tidak lengkap sebesar 63,74% (58 orang). Analisis Bivariat Tabel 3: Distribusi Frekuensi Hubungan Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imunisassi Dasar Imunisasi Dasar Sikap Ibu Lengkap Tidak Total Lengkap f % f % f % Mendukung 23 51,1 22 48,9 45 100 Tidak Mendukung 10 21,7 36 78,3 46 100 Jumlah 33 36,3 58 63,7 91 100 p value 0,007 OR 3,764 (1,511-9,373) Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil analisis hubungan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dari 45 ibu dengan sikap yang mendukung terdapat 23 bayi (51,1%) dengan imunisasi lengkap dan 22 bayi (48,9%) dengan imunisasi tidak lengkap, sedangkan dari 46 ibu dengan sikap yang tidak mendukung terdapat 10 bayi (21,7%) dengan imunisasi lengkap dan 36 bayi (78,3%) dengan imunisasi yang tidak lengkap. Hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p value: 0,007, yang berarti ada hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sekincau Kabupaten Lampung Barat. Nilai OR: 3,764 yang berarti ibu dengan sikap yang mendukung memiliki peluang 3,764 untuk memiliki bayi dengan [207]

imunisasi dasar yang lengkap dibandingkan dengan ibu dengan sikap yang tidak mendukung terhadap imunisasi dasar lengkap. PEMBAHASAN Sikap Ibu Distribusi frekuensi sikap ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar terbanyak dengan sikap yang kurang mendukung sebesar 50,55% (46 orang). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap ibu tentang imunisasi dasar masih kurang baik dimana hasil tersebut dapat berkaitan dengan tingkat pendidikan responden yang juga sebagian besar dengan pendidikan tamatan SMP (50,55%) dimana pada ibu dengan tingkat pendidikan SMP tersebut terdapat 22 ibu dengan sikap yang tidak mendukung. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, sikap merupakan respon evaluasi terhadap pengalaman kognisi, reaksi, afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu dan manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap dibentuk sepanjang perkembangannya.(azwar 2011 ) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (Notoatmodjo, 2011). Newcomb dalam Notoatmodjo (2011) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan pre disposisi tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Riyanto (2013) di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang dengan hasil distribusi frekuensi sikap responden tentang perilaku pelaksanaan imunisasi dasar pada balita diperoleh sebesar 30,3% memiliki sikap negatif. Berdasarkan hasil tersebut maka sikap yang kurang mendukung dari ibu tersebut dapat dimungkinkan berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang manfaat dari kelengkapan imunisasi dasar yang kurang baik sehingga mereka kurang menganggap penting dari pemberian imunisasi dasar tersebut serta hal ini juga berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar adalah tamatan SLTP sehingga pengetahuan mereka juga masih kurang. Imunisasi Dasar Distribusi frekuensi kelengkapan imunisasi dasar pada balita terbanyak dengan imunisasi dasar yang tidak lengkap sebesar 63,74% (58 orang). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa masih banyak bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar, dimana kondisi ini tidak sesuai dengan kondisi yang diharapkan dimana setiap balita harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Imunisasi dasar merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PS3I) yang diberikan tidak hanya kepada anak sejak bayi hingga remaja juga pada dewasa (Kemenkes RI, 2016). Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi berguna untuk menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut (Kemenkes, 2016). Hasil penelitian ini memiliki kesesuaian dengan hasil penelitian terdahulu oleh Riyanto (2013) di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang dengan hasil distribusi frekuensi pelaksanaan imunisasi [208]

dasar pada balita diperoleh sebesar 65,8% dengan perilaku imunisais yang tidak lengkap. Berdasarkan hasil tersebut maka masih rendahnya cakupan imunisasi dasar pada responden penelitian (36,26%) tersebut dapat dimungkinkan dengan kurang menyebarkan informasi kepada para seluruh ibu yang memiliki balita serta adanya halangan yang menyebabkan ibu tidak datang ke posyandu untuk memberikan imunisasi kepada bayinya terkait dengan pekerjaan mereka yang membantu suami untuk bekerja sebagai petani dan berkebun. Hubungan Sikap Ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Hasil analisis hubungan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar dari 46 ibu dengan sikap yang tidak mendukung terdapat 36 bayi (78,3%) dengan imunisasi yang tidak lengkap, sedangkan dari 46 ibu dengan sikap yang mendukung terdapat 22 bayi (48,9%) dengan imunisasi tidak lengkap. Hasil uji statistik chi square diperoleh bahwa nilai p value: 0,007, yang berarti ada hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sekincau Kabupaten Lampung Barat tahun 2018. Nilai OR: 3,764 yang berarti ibu dengan sikap yang tidak mendukung memiliki risiko 3,764 untuk memiliki bayi dengan imunisasi dasar yang tidak lengkap dibandingkan dengan ibu dengan sikap yang mendukung terhadap imunisasi dasar lengkap. Adanya hubungan antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap tersebut tergambar dari persentase bayi yang imunisasi dasar yang tidak lengkap lebih besar dibandingkan dengan persentase pada ibu dengan sikap yang mendukung. Hasil tersebut memiliki kesesuaian dengan teori yang menyebutkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap hal tersebut. Sikap merupakan juga kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek, yang diperoleh dari pengalaman atau dari orang terdekat (Notoatmodjo, 2007). Sikap akan diikuti oleh perilaku seseorang berdasarkan suka atau tidak suka terhadap hal tersebut. Jika ia mendukung hal tersebut maka ia akan berperilaku untuk melaksanakan hal yang ia dukung tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka kelengkapan imunisasi dasar yang dilakukan ibu berkaitan dengan penerimaan atas manfaat yang mereka peroleh dari imunisasi dasar lengkap terhadap bayi mereka sehingga mereka dengan senang hati untuk melakukan imunisasi dasar lengkap terhadap bayinya. Hasil ini memiliki kesamaan hasil dengan penelitian yang dilakukan oleh Umaroh (2014) di wilayah Kerja Puskesmas Kertasura Kabupaten Sukoharjo dengan hasil menunjukan hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dengan nilai p value: 0,001. Berdasarkan teori dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat diketahui bahwa sikap berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Ibu dengan sikap yang kurang mendukung akan cenderung tidak memperhatikan jadwal dari pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayinya dibandingkan dengan ibu dengan sikap yang mendukung. Dengan sikap yang mendukung maka seseorang akan lebih baik dalam memberikan persepsi sesuatu yang ia ketahui. Dalam penelitian ini juga terdapat ibu dengan sikap yang mendukung namun bayinya tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap (48,9%) dimana hal tersebut dapat berkaitan dengan kesibukan ibu yang sebagian besar dengan pekerjaan petani seperti yang tergambar dalam demografi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sekincau yang sebagian besar adalah petani sehingga mereka terlewat untuk membawa bayinya mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sedangkan pada ibu dengan sikap yang kurang mendukung namun bayinya tetap mendapatkan imunisasi dasar lengkap (21,7%) dapat dimungkinkan [209]

karena perilaku ibu tersebut tidak didasari oleh apa yang ia pahami namun lebih cenderung karena faktor ikut-ikutan dengan ibu lain yang membawa bayinya ke posyandu untuk mengimunisasikan bayinya. KESIMPULAN Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan kelengkapan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Sekincau Kabupaten Lampung Barat dengan p value: 0,007 OR: 3,764. Selanjutnya penelitian menyarankan agar pihak puskesmas dapat memberikan motivasi kepada para kader posyandu untuk mengajak para ibu yang memiliki balita untuk memberikan imunisasi serta untuk lebih tertib admistrasi dalam melakukan pendataan terhadap jumlah balita yang sudah maupun beum mendapatkan imunisasi sehingga dapat diupayakan DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2011), Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (edisi 2), Pustaka Pelajar, Jakarta. Kemenkes. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Kemenkes. Jakarta Kemenkes. (2017). Infodatin: Situasi Imunisasi di Indonesia. Kemenkes. Jakarta. Kemenkes. (2016). Buku Ajar Imunisasi. Kemenkes. Jakarta. Lisnawati, (2011), Generasi Sehat Melalui Imunisasi, Trans Info Media, Jakarta. Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Puskesmas Sekincau, Laporan PTP Puskesmas Sekincai Tahun 2017, Sekincau Lampung Barat Riyanto. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Perilaku Pelaksanaan Imunisasi Dasar pada Balita di Kampung Cantilan Kelurahan Kagungan Kecamatan Kasemen Kota Serang, diakses dari: http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/ file/6-1.pdf [210]