PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 45 KAJIAN PENGGUNAAN PASIR DARI BERBAGAI LOKASI DI KOTAWARINGIN TIMUR SEBAGAI AGREGAT PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE (HRS-BASE) Oleh: Febry Wahyu Esmanu 1), Desriantomy 2), dan Zainal Aqli 3) Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi terluas di Indonesia, untuk membangun prasarana transportasi darat khususnya jalan di wilayah Kalimantan Tengah diperlukan material yang sangat banyak. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan material tersebut memanfaatkan material yang tersedia secara optimal sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis yang telah ditetapkan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan material tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasir dari Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Kota Besi dan Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur memenuhi persyaratan atau spesifikasi yang telah ditentukan, sehingga dapat digunakan sebagai agregat dalam campuran Hot Rolled Sheet Base (HRS-Base). Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan sifat-sifat fisik agregat pasir dari Ujung Pandaran dan pasir dari Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur dapat digunakan sebagai agregat pada campuran HRS-Base, sedangkan pasir dari Kecamatan Kotabesi tidak dapat digunakan sebagai agregat pada campuran.untuk Penelitian ini dibuat 2 (dua) komposisi campuran dengan masing-masing 5 (lima) variasi kadar aspal. Komposisi II (agregat kasar 41%, abu batu 31%, pasir 28%), Komposisi III (agregat kasar 41%, abu batu 31%, pasir 28%). Berdasarkan hasil tes Marshall untuk Komposisi II diperoleh nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 7,3% dan Komposisi III diperoleh nilai KAO sebesar 6,95%. Kata Kunci: Lataston Lapis Pondasi Aus, Tes Marshall, Kadar Aspal Optimum (KAO) PENDAHULUAN Kebutuhan akan material semakin meningkat seiring dengan banyaknya pembangunan jalan di Kalimantan Tengah. Karena itu perlu adanya material alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pembentuk lataston lapis permukaan. Jika ingin mendapatkan perkerasan jalan sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka harus diperlukan pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan agregat. Salah satu jenis perkerasan yaitu Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton), adalah lapisan khusus yang mempunyai ketahanan alur yang tinggi, yang digunakan untuk daerah berlalu lintas berat atau daerah tanjakan. Lataston untuk lapis pondasi disebut sebagai HRS-Base (Hot Rolled Sheet-Base). Lataston sesuai spesifikasinya antara lain digunakan sebagai lapis aus dan lapis pondasi. Penelitian ini menggunakan pasir dari 3 (tiga) tempat yang berbeda di Kotawaringin Timur. Adapun lokasi pengambilan pasir adalah dari Ujung Pandaran, Kecamatan Kotabesi dan Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur. Pasir ini digunakan sebagai agregat halus pada campuran aspal panas jenis HRS-Base Dari uraian di atas dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah sumber material pasir yang berasal dari Kecamatan Ujung Pandaran, Kecamatan Kotabesi, Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur dan juga Agregat kasar dari Awang Bangkal memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai bahan baku campuran HRS-Base? 2. Bagaimana komposisi HRS-Base yang dihasilkan berdasarkan penggunaan pasir dari 3 (tiga) lokasi yang berbeda sebagai agregat halus? 3. Berapa nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang dihasilkan serta nilai karakteristik Marshall pada KAO dengan menggunakan 3 (tiga) jenis pasir berbeda? 4. Berapa perbandingan nilai karakteristik Marsahall pada KAO dari 3 (tiga) jenis pasir yang berbeda? Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui sifat-sifat fisik agregat pasir dari Kecamatan Ujung Pandaran, Kecamatan Kotabesi dan Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur dan juga agregat kasar dari Awang Bangkal sebagai bahan baku campuran HRS-Base. 1) Febry Wahyu Esmanu adalah mahasiswa Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 2) Ir. Desriantomy, M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya 3) Ir. Zainal Aqli, M.T. adalah staf pengajar tetap di Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 46 2. Mengetahui komposisi yang dihasilkan dari campuran yang menggunakan agregat pasir dari 3 (tiga) lokasi yang berbeda. 3. Menghitung KAO dari masing-masing komposisi yang direncanakan serta nilai karakteristik Marshall pada KAO. 4. Membandingkan nilai karakteristik Marsahall pada KAO dari 3 (tiga) jenis pasir yang berbeda. Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui kualitas pasir dari Ujung Pandaran, Kecamatan Kotabesi dan Sampit Km.13 Kabupaten Kotawaringin Timur digunakan sebagai agregat halus dalam campuran Lataston. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi mengenai penggunaan pasir daerah Ujung Pandaran, Kecamatan Kotabesi dan Sampit Km.13, Kabupaten Kotawaringin Timur salah satu bahan perkerasan jalan khususnya agregat halus pada pelaksanaan perkerasan jenis HRS- Base. 3. Untuk menambah pemahaman mengenai perkerasan jalan raya khususnya mengenai perkerasan HRS-Base. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian hanya dilakukan di laboratorium tidak di lapangan. 2. Jenis campuran yang diteliti adalah HRS- Base berdasarkan metode dan standar Bina Marga. 3. Pasir diambil tiga sampel dari daerah yang berbeda tempatnya. 4. Pemeriksaan sifat fisik aspal tidak dilakukan (menggunakan data sekunder). 5. Dalam penelitian ini aspek kimia yang terjadi pada fraksi agregat atau campuran aspal diabaikan. 6. Aspal yang digunakan adalah aspal keras dengan penentrasi 60/70. 7. Pengujian menggunakan alat Marshall. TINJAUAN PUSTAKA Perkerasan Jalan Raya Perkerasan jalan terdiri dari campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang digunakan antara lain batu pecah, batu kali dan batu belah. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal dan semen. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan agar pekerasan jalan sesuai yang diharapkan (Sukirman, 2003). Jenis Aspal Beton Jenis beton aspal yang dibedakan berdasarkan suhu pencampuran material pembentuk beton aspal dan fungsi beton aspal. Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran beton aspal dapat dibedakan menjadi: 1. Beton aspal campuran panas (hot mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 140ºC. 2. Beton aspal campuran sedang (warm mix), adalah beton aspal yang material pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 60ºC. 3. Beton aspal campuran dingin (cold mix), adalah beton yang material pembentuknya dicampur pada suhu ruang, yaitu sekitar 25ºC. Pengertian Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) Lapis tipis aspal beton atau dikenal dengan nama Lataston merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran antara agregat dengan kadar aspal yang tinggi sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Karena dicampur dalam keadaan panas maka sering kali disebut sebagai hot mix. Lataston lapis pondasi (HRS-Base) adalah satu jenis lapisan perkerasan lentur, lapisan ini terletak di bawah lapisan aus pada lapisan permukaan (surface). Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai tidak bergradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan dengan suhu tertentu.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 47 Bahan Campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) Bahan-bahan campuran untuk Lataston pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, aspal, dan filler. Masing-masing fraksi agregat terlebih dahulu harus diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut perbandingan yang akan mengahasilkan agregat campuran yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. Secara umum bahan atau material yang akan digunakan untuk Lataston Lapis Pengikat lapisan mempunyai persyaratan bahan antara lain: 1. Kekerasan atau kekuatan butir Butiran harus cukup kuat dan keras, misalnya: batu-batuan, granit, basalt, dan andesit. 2. Bentuk butiran Bentuk butiran harus merupakan bentuk bersegi-segi mendekati bentuk kubus (dadu), agar setiap butiran berkedudukan stabil dan tidak mudah pecah. 3. Gradasi butiran-butiran harus merupakan susunan yang rapat Susunan butir harus serapat mungkin, artinya butiran batuan harus terdiri dari bermacam-macam ukuran, sehingga rongga-rongga antar butiran-butiran yang besar diisi penuh oleh butiran-butiran yang lebih kecil demikian seterusnnya. 4. Kandungan bahan pengisi (filler) harus cukup, tetapi tidak melampaui batas maksimum atau minimum. Jadi kandungan filler harus dalam batas antara maksimum dan mimimum dimaksudkan agar letak butir-butir kokoh atau stabil 5. Homogenitas campuran harus sesempurna mungkin Yang dimaksud adalah butiran-butiran yang besar, sedang, halus sampai butiran lembut/debu (filler) harus tercampur aduk menjadi satu dan merata. METODE PENELITIAN Umum Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah uji laboratorium untuk menganalisis pemanfaatan agregat halus sebagai bahan campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Sebelum digunakan material diperiksa dahulu di laboratorium untuk mendapatkan karakteristik dari masing-masing material tersebut. Material yang diperiksa pada penelitian ini yaitu pasir dari Kecamatan Kota Besi, Ujung Pandaran dan Sampit Km.13, sedangkan batu dan abu batu berasal dari Awang Bangkal. Data yang dihasilkan dari laboratorium nantinya akan digunakan untuk perencanaan campuran. Selanjutnya dapat diketahui karakteristik campuran tersebut. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Pengambilan Data Sampel Pengambilan data dilakukan dengan membuat briket/benda uji sebanyak 45 buah. 30 buah briket/benda uji tersebut terdiri dari 3 macam komposisi dan masing-masing komposisi terdiri dari 5 variasi kadar aspal. Tiap variasi kadar aspal tersebut dibuat 3 buah briket/benda uji yang kemudian nilai dari data hasil ujinya dirata-ratakan. Pembuatan dan pengujian briket/benda uji ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan gradasi agregat kasar, abu batu dan pasir yang dilakukan menggunakan analisis saringan dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 48 Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Masing-Masing Agregat Tabel 4. Hasil Perhitungan Gradasi Gabungan Campuran Pasir Ujung Pandaran Tabel 5. Hasil Perhitungan Gradasi Gabungan Campuran Pasir Sampit Km.13 Pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat yang berupa pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar dan agregat halus, pemeriksaan keausan (abrasi) agregat kasar dan pemeriksaan kadar lempung (sand equivalent) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Masing-Masing Agregat Berdasarkan komposisi yang telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan perhitungan berat material dan aspal untuk pembuatan benda uji. Perhitungan rencana berat material dan aspal dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Rencana Komposisi Campuran Perencanaan campuran menggunakan Metode Asphalt Institute dan perhitungan penggabungan agregat menggunakan cara Diagonal, selanjutnya gradasi agregat gabungan dikontrol menggunakan cara cobacoba (Trial and Error). Berikut tabel Proporsi Metode Diagonal yang dikontrol dengan Metode Trial and Error. Tabel 3. Hasil Perhitungan Gradasi Gabungan Campuran Pasir Kota Besi Tabel 7. Hasil Pengujian Marshall untuk Pasir Ujung Pandaran Gambar 2. Grafik Kadar Aspal Optimum Pasir Ujung Pandaran
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 49 Tabel 8. Hasil Pengujian Marshall untuk Pasir Km. 13 Gambar 3. Grafik Kadar Aspal Optimum Pasir Km. 13 Setelah didapat hasil KAO seperti pada tabel dan gambar di atas kemudian plotkan hasilnya ke dalam Grafik Stabilitas, Marshall Quotient, flow, VIM dan VFB masing-masing Komposisi campuran untuk mendapatkan Nilai Parameter Marshall berdasarkan KAO. Hasil ploting Nilai Parameter Marshall berdasarkan KAO dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Nilai Parameter Marshall Berdasarkan KAO Hasil pengujian dari Komposisi II dan Komposisi III semuanya variasi kadar aspal memenuhi spesifikasi. Peningkatan nilai hasil bagi Marshall disebabkan adanya peningkatan nilai stabilitas disertai penurunan nilai flow, hal ini disebabkan akibat perubahan kerapatan campuran. Semakin besar nilai hasil bagi Marshall berarti campuran perkerasan semakin kaku, karena nilai stabilitas yang semakin tinggi. Sebaliknya semakin kecil nilai hasil bagi Marshall berarti campuran semakin lentur karena nilai stabilitas menurun. PENUTUP Kesimpulan Setelah melalui serangkaian penelitian yang meliputi pemeriksaan bahan/material, perencanaan benda uji dan pengujian benda uji maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Dari hasil pemeriksaan sifat-sifat fisik agregat yaitu pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, serta pemeriksaan gradasi diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa pasir dari Desa Ujung Pandaran dan Sampit Km.13 dapat digunakan sedangkan pasir dari Kecamatan Kotabesi tidak dapat digunakan sebagai agregat untuk campuran perkerasan HRS-Base karena filler pada pasir Kotabesi tidak memenuhi spesifikasi. 2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap parameter Marshall pada campuran Komposisi II (Ujung Pandaran) dan Komposisi III (pasir Sampit Km.13), dengan variasi kadar aspal 5,5%, 6%, 6,5, 7% dan 7,5 % memberikan hasil sebagai berikut: a. Nilai stabilitas Untuk komposisi II dan III memiliki nilai stabilitas yang memenuhi spesifikasi HRS-Base. Nilai stabilitas paling tinggi pada komposisi III dengan kadar aspal 7,5%, yaitu 905,078 kg. b. Nilai kelelehan (flow) Secara umum nilai kelelehan meningkat seiring dengan adanya penurunan nilai stabilitas begitu pula sebaliknya jika nilai stabilitas naik maka flow akan menurun. Dalam penelitian ini nilai flow komposisi II pada kadar aspal 7,5% memiliki nilai tertinggi yaitu 3,33 mm. c. Nilai VFB (Void Filled Bitumen) Nilai rongga terisi aspal meningkat seiring dengan bertambahnya nilai kadar aspal. Dalam penelitian ini nilai VFB yang tidak memenuhi spesifikasi pada komposisi I pada kadar aspal 5,5%, 6%, dan 6,5%, sedangkan untuk komposisi II pada kadar aspal 5,5% dan 6%. d. Nilai VIM (Void In Mixture) Nilai rongga dalam campuran sebagian tidak memenuhi spesifikasi di mana nilai VIM pada komposisi I yang tidak tidak memenuhi spesifikasi pada kadar aspal
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 50 5,5%, 6%, dan 6,5%, sedangkan pada komposisi II pada kadar aspal 5,5% dan 6%. e. Nilai Hasil Bagi Marshall Ketika nilai hasil bagi marshall mencapai nilai maksimum maka terjadi penurunan walaupun penambahan kadar aspal tetap dilakukan. Nilai hasil bagi marshall untuk komposisi II dan III memenuhi spesifikasi Campuran HRS-Base. 3. Dilihat dari sifat-sifat fisik dan parameter marshall berupa hasil bagi marshall penggunaan pasir yang berasal dari Desa Ujung Pandaran dan Sampit Km.13 dapat digunakan sebagai agregat untuk campuran perkerasan HRS-Base, sedangkan untuk nilai stabilitas marshall, VFB dan VIM yang sebagian tidak memenuhi spesifikasi hal ini disebabkan campuran memiliki rongga yang cukup besar. a. Komposisi II kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 7,1%-7,5% sehingga diperoleh KAO sebesar 7,3% dengan nilai stabilitas 835 kg dan nilai flow 3,2 mm. b. Komposisi III kadar aspal yang memenuhi spesifikasi yaitu 6,4%-7,5% sehingga diperoleh nilai KAO sebesar 6,95% dengan nilai stabilitas 900 kg dan nilai flow 3 mm. 4. Jadi pasir yang digunakan untuk campuran HRS-Base dilihat dari segi ekonomi dan kekuatannya adalah pasir Sampit Km.13 dengan KAO 6,95% DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1999. Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas Dengan Kepadatan Mutlak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Kadri. 2006. Penggunaan Batu Riam Desa Gunung Karasik Kabupaten Barito Timur sebagai Agregat pada Campuran Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Nugraha. 2010. Penggunaan Batu Desa Pepas Kabupaten Barito Utara sebagai Agregat Pada Campuran Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Jakarta: Granit. Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Jalan Raya. Fakultas Teknik UGM: Biro Penerbit KMTS. Yurentan. 2008. Analisis Pengunaan Batu Putih dari Desa Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas sebagai Agregat pada Campuran Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.