PRODUK OLAHAN RUMPUT LAUT SEBAGAI USAHA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA RANOOHA KABUPATEN KONAWE SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK RUMPUT LAUT UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA ABSTRAK ABSTRACT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol. 2 No. 1 Maret 2018 e. ISSN: Boy Riza Juanda 1, Syukri Risyad 2, Hanisah 3

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

GUBERNUR SUMATERA BARAT

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

RENCANA AKSI DAERAH PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PROVINSI JAMBI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

IBM KELOMPOK USAHA HASIL LAUT PULAU LAE-LAE MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO (Studi Kasus Di Desa Karangwuni Dukuh I)

Oleh: Munirwan Zani 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

ANALISIS DAMPAK PENAMBANGAN PASIR LAUT TERHADAP PERIKANAN RAJUNGAN DI KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG DJUMADI PARLUHUTAN P.

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

Pendahuluan. Seminar Nasional Hasil Penerapan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat III 2016 P-ISSN: E-ISSN:

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

ALOKASI WAKTU JENDER DALAM RUMAH TANGGA NELAYAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

346 PRODUK OLAHAN RUMPUT LAUT SEBAGAI USAHA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA RANOOHA KABUPATEN KONAWE SELATAN Nur Rahmah, Waode Yusria, Hartina Batoa dan Nurbaya Busthanul Fakultas Pertanian Universitas HaluOleo email:rahmah.hidayat@yahoo.com, yusria_w@yahoo.com, hartina_batoa@yahoo.co.id dan nurbaya_busthanul@yahoo.com ABSTRAK Potensi sumberdaya pesisir menjadi penopan hidup bagi rumahtangga yang bermukim di wilayah maritim. Namun demikian kondisi iklim yang tidak menentu menjadi penyebabproduksi rumput laut tidak stabil sehingga berdampak pada ketidakpastian nafkah rumahtangga. Demikian halnya rumahtangga petani rumput laut di Desa Ranooha yang menjadikan budidaya rumput laut sebagai sumber nafkah rumahtangga. Produksi rumput laut terkadang mengalami surplus sehingga kegiatan IbM ini menjadi penting untuk dilakukan. Keterlibatan semua anggota keluarga termasuk ibu-ibu rumahtangga menjadi salah satu solusi untuk memperoleh tambahan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kegiatan IbM ini bertujuan untuk membentuk wirausaha baru bagi kelompok wanita tani dengan membuat olahan rumput laut berupa produk siap saji (dodol dan Bajik rumput laut) untuk dipasarkan dan diharapkan akan menjadi sumber nafkah tambahan bagi keluarga. Metode pendekatan yang digunakan adalah bersifat fisik dan non fisik. Pendekatan fisik diperuntukkan untuk memecahkan permasalahan terkait dengan masalah produksi, dengan cara perbaikan proses produksi, sarana prasarana produksi dan pengolahan rumput laut sebagai bahan dasar produk, pembuatan media promosi produk serta mengupayakan produk memperoleh lisensi dari instansi terkait, sedangkan pendekatan non fisik terkait dengan pemecahan masalah manajemen yaitu dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada kelompok wanita danmengupayakan perizinan serta lisensi produk. Kegiatan selanjutnya adalah membangun jaringan pemasaran dan melakukan kegiatan promosi produk. Hasil kegiatan IbM adalah terbentuknya jaringan pemasaran produk, memiliki media promosi produk berupa brosur ataupun leaflet yang didesain menarik untuk mempromosikan olahan rumput laut (dodol dan bajik) dengan kemasan sesuai standar kemasan untuk produk makanan serta mendapatkan lisensi dari dinas kesehatan kabupaten/kota. Kata kunci : Produk, olahan, rumput laut, usaha, kelompok, wanita tani. ABSTRACT The potential of coastal resources become a lifeline for households who live in the maritime area. However, the uncertain climate conditions cause seaweed production is not stable so the impact on household income uncertainty. Similarly, seaweed farming households in the village Ranooha which makes cultivation of seaweed as a source of household income. Seaweed production sometimes have a surplus so IbM activity is important to do. The involvement of all members of the family including housewives become one of the solutions to earn extra income to meet family needs. The involvement of all members of the family including housewives become one of the solutions to earn extra income to meet family needs. IbM activity aims to establish a new entrepreneurship for women farmers to make processed seaweed in the form of prepared products (dodol and bajik of seaweed) to be marketed and is expected to be a source of additional income for the family. The method used is both physical and non-physical. Physical approach intended to solve the problems associated with production problems, by improving the production process, the

347 infrastructure of production and processing of seaweed as raw material products, manufacturing of promotional media products as well as seeking product obtained a license from the relevant authorities, while the approach to non-physical related to problem-solving management is conducting socialization and training to women's groups and seek licensing and product licensing. The next activity was to build a network marketing and promotional activities of products. The results of the activities of IbM is the formation of product marketing network, has a product promotion media such as brochures or leaflets designed to promote attractive processed seaweed (dodol and bajik) with the appropriate packaging standard packaging for food products and to obtain a license from the health department district /city. Key Words: The products, processed, seaweed, businesses, groups, women farmers. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia secara geografis merupakan Negara kepulauan, yang lautnya mencapai 70 % dari total wilayahnya. Kondisi laut yang luas dan sumberdaya alam yang melimpah pada kenyataannya belum mampu memberikan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pesisir. Sektor kelautan dan perikanan memiliki peluang strategis untuk dijadikan sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir dan bangsa Indonesia pada umumnya. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (Dahuri 2000). Kawasan pesisir sangat produktif dan mengandung potensi pembangunan yang tinggi, 85 % kehidupan biota laut tropis bergantung pada ekosistem pesisir dan 90 % hasil tangkapan ikan berasal dari laut dangkal dan pesisir. Oleh karena itu kawasan pesisir merupakan sasaran untuk pembangunan berkelanjutan (Christanto, 2010). Nelayan sebagai komunitas masyarakat pesisir terlekat erat dengan kemiskinan. Stigma tersebut tidaklah sepenuhnya salah. Pada beberapa tulisan (Kusnadi, 2009; Satria, 2009) menggambarkan dengan gamblang bagaimana kesulitan hidup nelayan bukan hanya karena masyarakat pesisir menghadapi jenis sumberdaya yang tidak bisa diprediksi dan open access, melainkan juga menghadapi kompleksitas masalah sosial, budaya, politik dan lingkungan.sejalan dengan hasil kajian (Nurbaya,2015) bahwa sebahagian besar hasil tangkapan nelayan diperuntukkan bagi penyelenggaraanmaulid nabi (maulu lompoa)sebagai budaya yang sampai saat ini setiap tahun masih terselenggarakan di Kabupaten Takalar. Hal lain bahwa sifat sumberdaya yang open access, maka komunitas nelayan menghadapi isu over fishing, degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut, maupun pulaupulau kecil (Kusnadi 2009). Terkait dengan dampak yang dihadapi masyarakat pesisir, Bedjeck et al. (2010) berpendapat bahwa perubahan ekologis yang terjadi di laut dapat menyebabkan perubahan terhadap ketersediaan produk perikanan sebagai modal utama nelayan. Selain itu juga dapat mempengaruhi pendapatan nelayan dan berujung pada peningkatan biaya dalam mengakses sumberdaya. Budidaya rumput laut merupakan salah satu pilihan bagi nelayan dalam menyiasati kondisi nafkah yang tidak stabil. Mengingat komoditi rumput laut memiliki nilai jual yang cukup baik sehingga dapat dijadikan sumber penghasilan bagi masyarakat pesisir. Potensi budidaya rumput laut di Desa Ranooha Raya mencapai ± 300 ha, yang termanfaatkan hanya ± 184 ha sehigga peluang untuk pengembangan budidaya rumput laut masih cukup tinggi. Demikian halnya dengan potensi sumberdaya manusia yang telah memiliki pengalaman berusaha budidaya rumput laut sejak pertama kali budidaya rumput laut dikembangkan

348 (tahun 2007) di Desa Ranooha Raya dan memberikan hasil yang signifikan yaitu dalam 1 ha lahan budidaya rumput laut dapat menghasilkan 3-4 ton/ musim tanam/ 40 hari (Nur Rahmah,2015) Kegiatan IbM dengan judul Produk Olahan Rumput Laut Sebagai Usaha Kelompok Wanita Tani Di Desa Ranooha Kabupaten Konawe Selatanbertujuan untukmeningkatkan keterampilan ibu rumahtangga petani rumput laut,meningkatkan nilai jual rumput laut, dan mengupayakan terbentuknya kelompok usaha yang mampu memberikan tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi rumahtangga petani rumput laut. METODE PELAKSANAAN Metode pendekatan yang digunakan adalah bersifat fisik dan non fisik. Pendekatan fisik diperuntukkan untuk memecahkan permasalahan terkait dengan masalah produksi, dengan cara perbaikan proses produksi, sarana prasarana produksi dan pengolahan rumput laut sebagai bahan dasar produk, pembuatan media promosi produk serta mengupayakan produk memperoleh lisensi dari instansi terkait, sedangkan pendekatan non fisik terkait dengan pemecahan masalah manajemen yaitu dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada kelompok wanita. Kegiatan selanjutnya adalah membangun jaringan pemasaran dan melakukan kegiatan promosi produk.tahapan pelaksanaanan kegiatan pengabdian seperti pada Gambar 1 berikut Sosialisasi Kegiatan IbM Alat Produksi,Bahan Baku, dan Pemasaran Olahan RL Konsumen/ Masyarakat Umum Kelompok Wanita Tani Pengolah Rumput Laut Memperkenalkan Produk Melalui Media Promosi Menggunakan Brosur/ Leaflet Penetrasi Produk Olahan RL Evaluasi : Penerimaan Produk Olahan RL olekonsumen Perbaikan Produk; Perbaikan Teknologi Pengolahan Membentuk Jaringan Pemasaran Produk Olahan Instansi Pemerintah yang terdapat di wilayah mitra Kualitas Produk Sesuai Standar Pengurusan Izin/ Label Halal (Kesehatan/ Perindag) Terbentuknya Wirausaha Baru Bagi Kelompok Wanita Tani

349 Tahap Pertama: Sosialisasi Kegiatan Sosialisasi kegiatan dilakukan oleh Tim IbM terkait dengan (1) rencana kegiatan IbM, (2) partisipasi mitra (kelompok wanita tani), dan (3) output yang ingin dicapai dalam kegiatan IbM. Kegiatan sosialisasi ini bertujuan agar semua pihakmerespon positif dan mengetahui semua kegiatan yang akan dilaksanakan dan diharapkan adanya motivasi mitra dalam mensukseskan program IbM. Tahap kedua: Pembentukan Jaringan Pemasaran Produk Membentuk jaringan pemasaran penjualan produk yang bertujuan agar mitra memiliki tempat pemasaran produk olahan rumput laut sehingga memiliki kepastian akan usaha pengolahan rumput laut.untuk tahap awal mitra 2 akan dijadikan tempat penjualan produk sebagai jaringan awal pemasaran produk. Kerjasama ini terkait dengan komitmen bersama untuk terus mengembangkan produk olahan rumput laut dengan kepastian produksi, kualitas dan kepastian pasar. Tahap Ketiga: Memperkenalkan Produk Melalui Media Promosi Produk mitra membutuhkan sarana promosi untuk memperkenalkan produk olahan rumput laut (dodol & bajik). Kegiatan IbM ini akan memberikan solusi bagi tersalurnya produk olahan rumput laut dengan menggunakan media promosi berupa brosur/ leaflet. Media promosi dirancang untuk memperkenalkan produk dengan harapan diketahui oleh masyarakat umum sebagai konsumen sasaran. Tahap Keempat: Penetrasi Produk Mitra ke Konsumen Pada tahap penetrasi produk ke konsumen dibutuhkan kerjasama, baik oleh tim pelaksana IbM maupun mitra yang terlibat sehingga harapan agar produk olahan ini (dodol& bajik) dapat diterima oleh konsumen. Pengenalan produk ditujukan pada masyarakat umum (konsumen sasaran) dan kantor pemerintah yang terdapat diwilayah mitra dengan harapan bahwa promosi produk dapat berkembang lebih cepat dan meluas. Tahap Kelima: Evaluasi Penerimaan Produk Olahan RL oleh Konsumen Tahap evaluasi dilakukan setelah penetrasi produk (dodol & bajik) ke konsumen. Pada tahap ini akan terlihat bagaimana respon konsumen terhadap produk yang diperkenalkan. Tanggapan ataupun kesan dan selera konsumen akan menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki produk baik dalam hal cita rasa produk, tampilan/kemasan produk maupun dalam hal manajemen pemasarannya. Tahap Keenam: Perbaikan Produk Mitra; Perbaikan Teknologi Perbaikan produk setelah tahapan evaluasi akan menjadi penentu bagi keberlanjutan pemasaran produk olahan rumput laut (dodol & bajik) sehingga diharapkan perbaikan teknologi dalam pengolahan produk menjadi catatan tersendiri guna menghasilkan produk yang lebih baik dan mampu menarik minat konsumen. Kemasan produk yang menarik merupakan strategi yang perlu dijalankan untuk pengembangan produk yang diharapkan.

350 Tahapan Ketujuh: Kualitas Produk Sesuai Standar Perbaikan produk melalui penggunaan teknologi yang tepat akan menghasilkan produk olahan rumput laut berkualitas sesuai standar yang diharapkan. Kemampuan kelompok wanita untuk melakukan yang terbaik dalam pengolahan produk (dodol & bajik) akan menghasilkan produk yang memiliki standar kualitas yang sangat diharapkan oleh konsumen secara umum. Tahapan Kedelapan: Pengurusan Izin/ Label Halal (Kesehatan/ Perindag) Standar kualitas produk olahan rumput laut akan diterima dengan baik oleh konsumen jika produk (dodol & bajik) telah memiliki izin/ label halal ataupun lisensi yang dikeluarkan pihak kesehatan/ perindustrian dan perdagangan yang memuat tentang keamanan dan perlindungan konsumen terhadap produk olahan rumput laut.. Tahapan Kesembilan: Terbentuknya Wirausaha Baru bagi Kelompok Wanita Tani Terbentuknya wirausaha baru bagi ibu-ibu petani rumput laut. Tim IbM akan terus melakukan komunikasi dan pendampingan untuk membantu wirausaha baru agar dapat berjalan dan berkembang secara berkeseimbangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kelompok Wanita Tani dan Nafkah rumahtangga Pelaksanaan kegiatan IbM dengan kelompok wanita tani (mitra) sebagai sasaran pelaksanaan kegiatan adalah untuk menumbuhkan jiwa wirausaha dari ibu-ibu rumahtangga dengan harapan mereka memanfaatkan potensi wilayah sebagai sumber tambahan penghasilan dalam membantu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kelompok wanita tani ini juga sering mendapat pelatihan berupa keterampilan baik dari pihak pemerintahan setempat maupun dari pihak luar (swasta dan perguruan tinggi) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas mitra dalam kegiatan nafkah rumahtangga Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosial merupakanfaktor yang dapat membantu mitra dalam meningkatkan penghasilan rumahtangga. Clark (1986) dalam Arnis (2003) menyebutkan bahwa upaya memperbaiki kondisi hidup keluarga miskin dapat dilakukan dengan membentuk jaringan sosial yaitu (1) informal support network artinya suatu jaringan sosial informal dengan melakukan pertukaran timbal balik berupa uang, jasa atau kebutuhan pokok; (2) flexibel houshold composition yaitu mengubah komposisi keluarga misalnya menitipkan anak kepada neneknya; (3) multiple sources of income yaitu menganekaragamkan sumber penghasilan dan (4) unauthor izer land use yaitu menggunakan tanah yang tidak sah untuk perumahan. Sejalan dengan ini, Carner (1988) dari hasil penelitiannya di India, mencatat bahwa setiap keluarga miskin selalu memiliki berbagai cara untuk mengeleminasi atau setidaknya menghindarkan diri dari tekanan-tekanan ekonomik yang mereka hadapi. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu cara terpopuler adalah dengan mengerahkan sebanyak mungkin anggota rumahtangga untuk dilibatkan kedalam kewajiban ikut mencari atau menambah pendapatan keluarga, serta menganekaragamkan sebanyak mungkin macam kegiatan kerja diantara mereka (Nur Rahmah, 2015) Penghasilan rendah dari produktivitas yang rendah pula tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok memang seringkali menyebabkan keluarga-keluarga miskin lalu melakukan kegiatan-kegiatan sambilan yang dapat memberikan tambahan penghasilan meskipun dalam

351 jumlah yang kecil. Rumahtangga mengerahkan seluruh anggota keluarga (istri, anak dan anggota keluarga lainnya) dalam kegiatan nafkah rumahtangga untuk memperoleh tambahan penghasilan. Hal ini sejalan dengan Yusria (2004) bahwa untuk mendapatkan pendapatan yang optimum penggunaan tenaga kerja perlu ditambah sampai pada tingkat yang optimum. Penghasilan berupa uang dapat diperoleh dari pekerjaan baik disektor formal maupun informal oleh kepala keluarga atau anggota rumah tangga yang lain. Sementara itu perolehan berupa bukan uang misalnya pangan atau bahan kebutuhan pokok lain sering juga membuat suatu pekerjaan menjadi lebih menarik. Misalnya perempuan tani untuk menambah penghasilan diluar pertanian mungkin dengan menerima pekerjaan serabutan, membantu tetangga yang sedang menyelenggarakan hajat dan semacamnya dengan mendapat imbalan. Setidaknya, deversifikasiusaha berupa kegiatan sambilan yang terutama dilakukan pada musim kering. Berbagai upaya dilakukan menunjukkan terbentuknya jejaring sosial meskipun aspek jejaring masih terbatas pada jangkauan lokal, usaha bersifat penunjang dan musiman, serta masing-masing kelompok sosial memiliki tujuan yang berbeda sehingga kurang melibatkan komunitas secara menyeluruh (Nuryadin, 2010) Demikian halnya dengan ibu rumahtangga yang tergabung dalam kelompok wanita tani di Desa Ranooha Raya, melakukan pekerjaan serabutan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Berbagai pekejaan yang dilakukan antara lain: menjual ikan, mencari nener di laut (bibit lobster), budidaya rumput laut, mencari kayu untuk dijual sebagai kayu bakar, membuka warung/kios (menjual 9 bahan pokok), sebagai ojek motor, menjahit dan menjual kue. Keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi hal penting yang harus dijalankan selain pekerjaan domestik yang mereka pahami sebagai ranah kaum wanita. Melakukan pekerjaan serabutan merupakan salah satu strategi dalam keberlanjutan nafkah rumahtangga. Hal senada dikemukakan Kusnadi (2000), bahwa strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinandapat dilakukan melalui: (1) peranan anggota rumah tangga nelayan (istri dan anak),(2) diversifikasi pekerjaan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian penghasilan, keluarga nelayan/ petani rumput laut dapat melakukan kombinasi pekerjaan. (3) jaringan sosial,melalui jaringan sosial, individu-individu rumah tangga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumberdaya yang tersedia di lingkungannya. 2. Nilai Ekonomi Olahan Rumput Laut Produktivitas budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan 1,45-1,5 ton/ siklus/ ha, dapat dilakukan 4 kali siklus produksi/ tahun, ditaksir dapat menghasilkan 28.449,7 setiap tahun rumput laut kering. Kecamatan Moramo merupakan salah satu kecamatan di Konawe Selatan yang memiliki perairan pantai yang luas dan berpotensi untuk pengembangan budidaya perairan pantai, termasuk budidaya rumput laut (BARISDA Sulawesi Tenggara,2012). Potensi budidaya rumput laut dapat menjadi penopan ekonomi rumahtangga, termasuk bagi masyarakat di Desa Ranooha Raya. Disamping itu potensi sumberdaya manusia termasuk kaum perempuan (istri petani rumput laut) memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai khususnya bagi pengembangan budidaya rumput laut (Nur Rahmah, 2015). Istri nelayan pada umumnya hanya menjalankan fungsi domestik dan ekonomi, dan tidak sampai pada wilayah sosial politik, namun jika dicermati sebenarnya istri nelayan juga kreatif dalam menciptakan pranata-pranata sosial yang penting bagi stabilitas

352 sosial pada komunitas nelayan yang memiliki makna penting dalam membantu mengatasi ketidakpastian penghasilan ekonomi, Kusnadi (2000) dalam Satria (2015). Selain produktivitas rumput laut yang menjanjikan,peningkatan nilai harga rumput laut dan upaya penganekaragaman sumber makanan yang dikonsumsi adalah menjadi pertimbangan dalam kegiatan mengolah rumput laut menjadi makanan siap saji (dodol dan bajik rumput laut). Secara ekonomis perbandingan harga olahan rumput laut berupa dodol maupun bajik rumput laut dengan rumput laut kering di lokasi mitra adalah untuk 3 kg dodol rumput laut dijual dengan harga sebesar Rp. 90.000,- (untuk mendapatkan 3 kg dodol rumput laut membutuhkan bahan baku rumput laut kering 2 kg) dengan biaya bahan campuran olahan yaitu ; 2 kg gula pasir dengan harga Rp. 24.000,- (@14.000), 5 butir kelapa seharga Rp. 10.000,-, dan garam, vanilla, pewarna serta KCL secukupnya dengan harga Rp. 15.000,- sehingga total biaya bahan campuran olahan pembuatan 3 kg dodol rumput laut adalah sebesar Rp. 49.000,- sehingga total bersih harga 3 kg dodol rumput laut setelah dikurangi biaya ikutan bahan campuran olahan adalah sebesar Rp. 64.000,- sedangkan jika dijual secara gelondongan harga rumput kering dilokasi mitra perkilogramnya sebesar Rp. 10.000,- sampai Rp. 11.000,- sehingga ada selisih harga antara Rp. 34.000,- sampai Rp. 31.000,- jka dijual secara gelondongan dengan diolah menjadi dodol rumput laut. Niilai ekonomis yang diperoleh dari pembuatan olahan rumput laut akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi mitra jika dibandingkan dengan menjual rumput laut dalam bentuk gelondongan/ rumput laut kering. Pemasaran dodol dan bajik rumput laut masih terbatas pada lingkungan tempat tinggal sehingga saat ini mitra belum membuat secara kontinue dodol rumput lautsehingga diperlukan adanya tempat penjualan yang dapat memperkenalkan produk olahan rumput laut (dodol/ bajik) secara luas ke masyarakat. Pentingnya mitrauntuk mempromosikan dan menyebarluaskan produk olahan rumput laut berupa dodol/ bajik sangat dibutuhkan oleh mitra untuk keberlanjutan usaha. Berdasarkan potensi yang dimiliki mitra, baik dari segi ketersediaan bahan baku dan ketersediaan sumberdaya manusia berupa keterampilan dalam proses pembuatan dodol rumput laut, pengembangan usaha pembuatan dodol rumput laut menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari animo masyarakat untuk pengembangan olahan rumput laut khususnya bagi masyarakat Desa Ranooha. Selisih keuntungan yang diperoleh dari olahan rumput laut akan menjadi tambahan nafkah bagi rumahtangga. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah seagai berikut : 1. Wanita tani rumput laut terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi rumahtangga dengan melakukan kerja serabutan diantaranya menjual ikan, mencari nener di laut (bibit lobster), budidaya rumput laut, mencari kayu untuk dijual sebagai kayu bakar, membuka warung/kios (menjual 9 bahan pokok), sebagai ojek motor, menjahit dan menjual kue. 2. Pengolahan rumput laut menjadi makanan siap saji ( dodol & Bajik) memberikan keuntungan ekonomis sebesar Rp.34.000 31.000

353 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kesempatan, kesehatan dan kemampuan sehingga kegiatan Ipteks bagi masyarakat (IbM) dapat terlaksana dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan IbM ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelompok wanita tani berupa peningkatan keterampilan sekaligus membuka peluang usaha yang diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan bagi rumahtangga petani rumput laut di Desa Ranooha Raya di Kabupaten Konawe Selatan. Pelaksanaan kegiatan ini tentu saja melibatkan banyak pihak sehingga untuk itu penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Rektor dan seluruh civitas akademik Universitas Halu Oleo yang telah memberi kesempatan dan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan IbM ini. 2. Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai sumber pendanaan kegiatan IbM untuk anggaran Tahun 2015/2016 3. Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan, Bapak Bupati dan semua jajarannya yang telah memberi informasi dan masukan yang berarti didalam pelaksanaan IbM. 4. Ibu Kepala Desa Ranooha Raya yang telah memberi izin dalam kegiatan kegiatan ini 5. Masyarakat Desa Ranooha Raya terutama bagi ibu-ibu rumahtangga petani rumput laut yang terlibat dalam kegiatan IbM 6. Tim Pelaksana kegiatan IbM yang mampu bekerja sama untuk kesuksesan pelaksanaan IbM. Tentu saja kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan ini masih terdapat beberapa kekurangan sehingga masukan dan kritikan dari berbagai pihak kami harapkan untuk kesempurnaan pelaksanaan berikutnya. Akhirnya, semoga kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak terutama ibu-ibu rumahtangga petani rumput laut di Desa Ranooha Raya. Sekali lagi terima kasih dan penghargaan tertinggi bagi semua pihak. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Luasan Areal Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Konawe Selatan. Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara. Arnis, 2003. Jaringan Sosial Perempuan Bakul Ikan (Sudi KasusPerempuan Bakul Ikan di desa Bendar, Kecamatan Juwana,Kabupaten Pati). Tesis tidak diterbitkan. Bogor. ProgramPascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bedjeck, M.C., et all. 2010. Impacts of Climate Variability and Change on Fishery-Based Livelihood. Journal of Marine Policy. 34, 375-383. Busthanul,Nurbaya, 2015. Fungsi Ritual Maudu Bagi Status Gizi Masyarakat Cikoang Kabupaten Takalar. Disertasi. Program Studi Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Carner, George.1988. Kelangsungan Hidup, Saling Ketergantungan, dan Persaingan di Kalangan Kaum Miskin Filipina dalam D. C. Korten dan Syarir (eds), Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia Christanto,Joko.2010.Pengantar Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Wilayah Pesisir. Deepublish : Yogyakarta Dinas Kelautan Perikanan. Indonesia Dahuri, 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan UntukKesejahteraan Rakyat. Jakarta: Penerbit Lembaga Informasi danstudi Pembangunan Indonesia.

354 Kusnadi, 2000. Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press Bandung., 2009. Keberdayaan Nelayan & Dinamika Ekonomi Pesisir. Jogjakarta: Lembaga Penelitian Universitas Jember dan Ar-Ruzz Media Nuryadin, La Ode Taufik. 2010. Kapital Sosial Komunitas Suku Bajo Studi Kasus Komunitas Suku Bajo Di Pulau Baliara Provinsi Sulawesi Tenggara. Disertasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi Universitas Indonesia. Nur Rahmah, 2015. Peran Perempuan Bajo Dalam Kehidupan Rumah Tanggapetani Rumput Laut Pada Komunitas Homogen Dan Heterogen Etnis Di Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Disertasi.Program Studi Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar. Satria, Arif. 2009. Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Bogor: IPB Press, 2015. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Kerja Sama antara Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesi. Yusria Waode, 2004. Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Jambu Mete di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Tesis. Pascasarjana Institut Pertania Bogor.