ALTERNATIF PENGGUNAAN PERKUATAN GEOFRAME UNTUK STABILITAS LERENG

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam

ANALISIS STABILITAS LERENG BERTINGKAT DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dedy Ardianto Fallo, Andre Primantyo Hendrawan, Evi Nur Cahya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR PONDASI DALAM

BABI PENDAHULUAN. Pada masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ini, Indonesia telah

ANALISIS ANGKA KEAMANAN (SF) LERENG SUNGAI CIGEMBOL KARAWANG DENGAN PERKUATAN SHEET PILE

PENGGUNAAN SHEET PILE UNTUK PERKUATAN LERENG DI DESA TAMBAKMERANG KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN BRONJONG MENGGUNAKAN SOFTWARE GEOSLOPE DI DESA TAMBAKMERANG, GIRIMARTO, WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keywords: soil nailing, safety factor, Fellenius, benching. Jalan Ir.Sutami No.36A Surakarta Telp

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. TINJAUAN UMUM TAHAPAN PENELITIAN BERBASIS STUDI NUMERIK... 73

Struktur dan Konstruksi II

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE BISHOP (Studi Kasus: Kawasan Citraland sta.1000m)

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE BISHOP/TRIANGLE (STUDI KASUS : KAWASAN MANADO BYPASS)

Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan industri juga makin meningkat. Perluasan lahan juga dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

Alternatif Perbaikan Perkuatan Lereng Longsor Jalan Lintas Sumatra Ruas Jalan Lahat - Tebing tinggi Km

BAB I PENDAHULUAN. syarat bagi angkutan darat tersebut untuk melakukan aktifitas. Keberadaan

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

lanau (ML) yang tebabiya 6 meter, atau tanah longsor yang terjadi di Sidangbarang

Analisis Stabilitas Pada Tanah Timbunan Dengan Perkuatan Geotekstil Dikombinasikan Dengan Dinding Penahan Tanah Di Ruas Jalan Tol Cisumdawu

ANALISA DAN PENANGANAN KESTABILAN RUAS JALAN MUARO KALABAN TANAH BADANTUANG KILIRAN JAO SIJUNJUNG KM DAN KM (B1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE JANBU (STUDI KASUS : KAWASAN CITRALAND)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dinding Penahan Tanah

Solusi TenCate untuk Perkuatan Lereng dan Dinding

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

INFO TEKNIK Volume 5 No. 2, Desember 2004 ( ) Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

REHABILITASI KERUSAKAN AMBLAS BADAN JALAN PADA TIMBUNAN TINGGI (RUAS JALAN SIMPANG KALIANDA-BAKAUHENI PROVINSI LAMPUNG) TESIS

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

RETAINING WALL DAN BASEMENT

I. PENDAHULUAN. stabilitas lereng. Analisis ini sering dijumpai pada perancangan-perancangan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Stabilitas lereng (lanjutan)

PERENCANAAN PENANGANAN KELONGSORAN DENGAN PONDASI BORED PILE PADA LERENG JALAN SUMEDANG-CIJELAG KM PROVINSI JAWA BARAT

ANALISA PERENCANAAN PERBAIKAN KELONGSORAN LERENG DI DESA TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR (STA S/D STA 0+250)

STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB V PENUTUP. Melalui analisa dan perhitungan nilai faktor keamanan yang telah

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

PENGGUNAAN BETON MATRAS SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF UNTUK PENANGGULANGAN BOCORAN PADA TANGGUL SALURAN IRIGASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

Dinding Penahan Tanah

PENGARUH VARIASI PANJANG LEMBARAN GEOTEKSTIL DAN TEBAL LIPATAN GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN FISIK LERENG PASIR KEPADATAN 74%

ANALISIS KESTABILAN LERENG METODE MORGENSTERN-PRICE (STUDI KASUS : DIAMOND HILL CITRALAND)

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan tanah yang memiliki elevasi lebih tinggi dibandingkan tanah di

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

ANALISIS STABILITAS DAN PERKUATAN LERENG PLTM SABILAMBO KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI. Adapun yang termasuk dalam tahap persiapan ini meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang kita hadapi dalam suatu lereng adalah masalah

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1

ANALISIS PENANGGULANGAN KELONGSORAN TANAH PADA RUAS JALAN GUNUNG TUGEL PATIKRAJA BANYUMAS

Transkripsi:

ALTERNATIF PENGGUNAAN PERKUATAN GEOFRAME UNTUK STABILITAS LERENG Fitridawati Soehardi 1,2, Abdul Hakam 3, Rendy Thamrin 4 1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru. Email: fitridawati@unilak.ac.id 3 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: abdulhakam2008@gmail.com 4 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: rendythamrin@gmail.com ABSTRACT The development of infrastructure due to the rate of population growth, this has resulted in an increase in the need for land for development, both in structure and roads. So that a lot of infrastructure development is found carried out on the slopes. The problem arises because the land has a lower carrying capacity compared to the Bearring Capacity of the soil in flat conditions. So that in the initial planning it is necessary to pay attention to the safety conditions on natural slopes, excavation slopes and embankment slopes against damage due to soil erosion. One solution in overcoming the carrying capacity of soil on slope soils uses reinforcement. This study aims to find recommendations in handling slope stability problems. Data collection uses the literature method to previous studies. Based on the results of previous studies showing that the use of geoframe to be an alternative in strengthening slope stability in providing strength through high stiffness in resisting forces acting on the slope. Keywords: slope, slope stability, strengtheningg, geosynthetics, geoframe ABSTRAK Perkembangan infratruktur akibat laju pertumbuhan penduduk, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan lahan pembangunan baik itu struktur maupun jalan raya. Sehingga banyak dijumpai pembangunan infrastruktur dilaksanakan diatas tanah lereng. Permasalahan muncul karena tanah memiliki daya dukung yang rendah dibandingkan daya dukung tanah pada kondisi datar. Sehingga dalam perencanaan awal perlu diperhatikan kondisi keamanan pada lereng alami, lereng hasil galian dan lereng hasil timbunan terhadap kerusakan akibat erosi permukaan tanah. Salah satu solusi dalam mengatasi daya dukung tanah pada tanah lereng menggunakan perkuatan. Penelitian ini betujuan untuk mencari rekomendasi dalam penanganan permasalahan stabilitas lereng. Pengumpulan data menggunakan metode literatur terhadap penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menujukkan bahwa penggunaan geoframe menjadi alternatif dalam perkuatan stabilitas lereng yang dapat memberikan perkuatan melalui kekakuan yang tinggi sehingga memiliki kemampuan yang baik dalam menahan gaya gaya yang berkerja pada daerah lereng. Kata Kunci : lereng, stabilitas lereng, perkuatan, geosintetik, geoframe 37

1. PENDAHULUAN Perkembangan infratruktur yang diakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk menimbulkan peningkatan kebutuhan lahan pembangunan baik itu struktur maupun jalan raya. Sehingga beberapa tahun terakhir banyak dijumpai pembangunan infrastruktur dilaksanakan diatas tanah lereng. Hal ini menimbulkan permasalahan lain karena tanah memiliki daya dukung yang rendah dibandingkan daya dukung tanah pada kondisi datar. Sehingga dalam perencanaan awal perlu diperhatikan kondisi keamanan pada lereng alami, lereng hasil galian dan lereng hasil timbunan terhadap kerusakan akibat erosi permukaan tanah. Salah satu solusi dalam mengatasi daya dukung tanah pada tanah lereng menggunakan perkuatan. Para ahli geoteknik telah banyak mengembangkan metode dalam menangani kestabilan lereng diantaranya sistem yang konvensional menggunakan penerapan terasering, dinding penahan tanah, turap, cerucuk, bronjong. Pada pelaksanaan dilapangan banyak digunakan dalan dunia teknik sipil adalah geosintetik, nailing dan penerapan pra tegang (Fauzi, 2012). Sistem geosintetik sendiri mengalami perkembangan dan mempunyai banyak ragam dan fungsi, diantaranya adalah geotekstil.geotekstil adalah geosintetik yang bersifat lolos air dari anyaman atau nir anyam benang (serat-serat)sinteti yang digunakan sebagai perkuatan pada perkerjaan tanah(suryolelono, 2000). Penelitian ini bertujuan untuk mencari rekomendasi dalam penanganan permasalahan stabilitas lereng, terutama penggunaan geosintetik sebagai perkuatan pada kestabilitasan lereng. 2. STUDI PUSTAKA 2.1 Lereng Pada tahun 1985, Braja M Das mengemukakan bahwa lereng adalah bidang dalam kondisi miring yang menghubung antara bidang-bidang lain yang mempunyai tingkat ketinggian yang berbeda. Lereng pada umumnya terbentuk secara alami anmun dapat juga dibentuk menggunakan alat berat. Berdasarkan jenisnya lereng dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: a. Lereng alam, yaitu lereng yang terbentuk melalui proses alamiah yang terjadi di alam, misalnya lereng pada perbukitan. b. Lereng yang dibuat pada tanah asli, misalnya tanah akibat pemotongan (cutting) dalam proses pembangunan jalan yang di buat pada lahan lereng atau saluran irigasi. c. Lereng yang dibentuk dengan cara memadatkan tanah misalnya bendungan urugan tanah atau tanggul. 2.2 Dinding Penahan Tanah Dinding penahan dalam bidang teknik sipil mempunyai banyak tipe kontruksi tergantung dari bahan, cara aplikasinya dan kemampuan dinding penahan tanah dalam 38

menahan tekanan tanah yang terjadi pada tebing/slope, konstruksi pembendung air, timbunan/embankment, kolam tampungan atau retensi/pond, konstruksi bawah tanah sub structure /basement, kontruksi penahan transpor sedimen pada tebing sungai dsb. Pada dasarnya dinding penahan tanah mempunyai beberapa fungsi dalam kondisi menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat menimbulkan potensi penyebab terjadinya keruntuhan lateral pada tanah misalnya longsor/landslide, kemampuan dalam menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) akibat tekanan air tinggi yang menimbulkan potensi terjadinya keruntuhan lateral. Kontruksi ini juga dapat mencegah terjadinya proses perembesan air (seepage) secara lateral. Proses dewatering pada tanah (Cut Off) dengan melakukan pemotongan pada aliran air (Flow net) merupakan fungsi lain dari dinding penahan tanah. 2.3 Dinding Penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall) Dinding penahan tanah jenis ini banyak digunakan karena berfungsi menahan tekanan tanah lateralyang terjadi pada timbunan tanah maupun pada tebing-tebing dengan kondisi landai hingga terjal. Prinsip kerja dari dinding penahan ini yang dipergunakan cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari bagian badan kontruksinya sehingga kestabilan dari struktur dapat lebih stabil, hal ini disebabkan bobot dinding penahan tanah yang berat dalam menahan tekanan tanah lateral. Material konstruksi ini terdiri dari material pasangan batu ataupun beton bertulang (Reinforced Concrete). Menurut (Fadhillah et al., 2013)kelongsoran pada ruas jalan sangat membahayakan bagi pengguna jalan sehingga perlu dilakukan penanganan dengan menggunakan perencanaan dinding penahan tanah tipe cantilever dengan tinggi 5,5 meter, lebar dasar 3,85 meter, lebar tumit 0,95 meter, lebar kaki, 1 meter, dinding penahan tanah masuk 0,5 meter kedalam tanah. Dari hasil penelitian diperoleh angka keamanan tterhadap bahaya guling sebesar 1,67 > 1,5 dan angka keamanan terhadap bahaya geser sebesar 1,663 > 1,5. sehingga dimensi yang direncanakan aman terhadap bahaya geser dan guling. 2.4 Dinding Penahan Tanah massa (Gravity Reitening Wall). Dinding penahan ini biasanya berfungsi untuk menahan tekanan danah yang diakibatkan oleh tekanan tananah yang berasal dari timbunana maupun dari tebing. Dinding penahan tipe ini mempunyai prinsip kerja yanitu mengandalkan tahanan jepit yang besala dari dasar struktur badan dari dinding penahan tanah tersebut. Model telapak/spread memanjang dan bersifat jepit pada kontruksinya merupakan ciri khas dari dinding penahan tanah jenis kantilever sehingga dapat menjaga kestabilan dari struktur penahan. Pada umumnya konstruksi dinding penahan Tanah jenis tipe jepit biasanya di buat menggunakan pasangan batu maupun beton bertulang. Menurut (Yatjong and Fachryano, 2018), Kondisi lereng telah tergali akibat pelebaran jalan mulai kaki lereng sampai puncak lereng. Intensitas hujan yang cukup tinggi menyebabkan erosi di sepanjang permukaan lereng dan longsoran busur pada badan lereng. Geometrik lereng tergali didasarkan pada kondisi lapangan. Hasil analisis stabilitas lereng menggunakan program Slide v.06 yaitu nilai faktor keamanan kritis sebesar 1,009 dengan garis kelongsoran pada bench pertama dan bench kedua. Hasil analisis menggunakan program Phase2 v.08 diperoleh nilai faktor keamanan kritis sebesar 0,980 dengan garis 39

kelongsoran pada bench pertama dan bench kedua. Kedua faktor keamanan kritis tersebut menandakan lereng tidak stabil atau longsor sebelum dilakukan perkuatan lereng yaitu masih di bawah FK ijin sebesar 1,30 sehingga diperlukan perkuatan lereng berupa dinding penahan pasangan batu ketebalan minimal 30 cm,pemasangan pipa air tanah pada badan lereng, pembuatan parit air hujan dan penanaman serta memelihara vegetasi di puncak lereng. 2.5 Dinding Penahan Tanah Tipe Counterford wall Counterford wall adalah salah satu jenis struktur dinding penahan tanah yang memiliki bagian penyangga pada bagian struktur belakangnya, bagian ini berfungsi untuk menyeimbangkan struktur akibat beban dari tanah. Menurut (Ciptaning, Yunus and Saleh, 2018) melakukan penelitian analisis stabilitas lereng menggunakan perkuatan tanah tipe Counterfort pada lokasi ruas jalan Babahrot-Balangkejeren yang berada di kabupaten Aceh Barat Daya yang merupakan wilayah rawan longsor. Penelitian ini menggunakan program geoslope dengan cara menganalisis stabilitas lereng pada kondisi existing pada keadaan lereng tanpa pengaruh gempa dan akibat pengaruh beban gempa, serta lereng yang diberi perkuatan menggunakan dinding penahan tanah tipe Counterfort. Berdasarkan hasil data analisa stabilitas lereng pada kondisi eksisting menggunakan berdasarkan γwet dengan menggunakan bantuan program Geo Slope dengan menambahkan faktor beban gempa pada STA 13+885 diperoleh faktor keamanan lereng tidak aman (FK = 0,533), sehingga diperlukan penanganan dengan menambahkan perkuatan lereng dengan menggunakan dinding penahan tanah jenis Counterfort. Berdasarkan hasil data analisa stabilitas lereng yang diperoleh dengan menggunakan program Geo Slope menggunakan data γwet dengan menambahakan faktor beban gempa periode 50 tahun (koefisien 0,229) setelah diberi perkuatan dengan dinding penahan tanah tipe Counterfort pada STA 13+885 diperoleh faktor keamanan tidak aman (FK= 1,366). Sehingga untuk meningkatkan nilai faktor keamanan (FK), maka penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan dengan mengubah sudut kemiringan pada lereng agar nilai faktor keamanan (FK) > 1,5. Sedangkan pada kondisi eksisting hasil data analisa stabilitas lereng menggunakan γwet dengan bantuan program Geo Slope dengan menambahkan faktor beban gempa pada STA 13+885 mengubah sudut kemiringan pada bawah lereng menjadi 20º dan setelah pemasangan dinding penahan tanah tipe Counterfort diperoleh faktor keamanan aman (FK = 1,867). 2.6 Dinding Penahan Tanah Tipe Turap (Sheet Pile) Dinding penahan tipe sheet pile mempunyai kontruksi yang lebih ramping dan mengandalkan kekuatan pada tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan dinding penahan tanah ini dipasang bersama sistem angkur/anchord tergantung dengan kondisi perancangan kontruksinya. Struktur dinding penahan tanah ini biasanya digunakan pada timbunan atau kontruksi membendung air (converdam) karena mampu menahan tekanan tanah aktif lateral. Jenis konstruksi tipe turap/sheet pile umumnya terbuat dari material baja maupun material beton pra tegang (Prestrees Concrete) berbentuk corrugate-flat. Dalam pelaksanaannya kedalaman pemancangan sheet pile dapat dilaksanakan hingga elevasi tanah keras. Menurut (Ramia, 2017) Angka stabilitas 40

terhadap guling dan geser lebih besar dari 1,5 dan dengan nilai stabilitas terhadap daya dukungnya lebih kecil daripada nilai daya dukung tanah yang diijinkan pada dinding penahan tanah dengan perkuatan tanah menggunakan barisan tiang bor, hal ini mengakibatkan dinding penahan tanah ini aman terhadap kemungkinan terjadinya bahaya kelongsoran. Menurut (Apriyono, Sumiyanto and Wariyatno, 2016) Penerapan dinding Penahan tanah yang dikombinasikan pemasangannya dengan bahan minipile merupakan pilihan yang paling realistis jika mempertimbangkan kemudahan dalam tahap pelaksanaan di lapangan. untuk mencapai kondisi stabil diperlukan Dinding penahan Tanah di buat dengan mengunakan ukuran dimensi tinggi 2 meter dengan lebar bawah 2,5 meter. Dinding Penahan Tanah tersebut ditopang oleh dua tiang setiap penampang melintang dengan menggunakan ukuran diameter 0,3 meter sepanjang 10 meter dengan jarak antar tiang 1 meter. 2.7 Dinding Penahan tanah Bronjong (Gabion) Konstruksi dinding penahan tanah jenis ini merupakan kontruksi mudah dalam pengerjaannya, kontruksi ini merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat logam galvanis yang berisikan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas dengan step-step penyusunannya menyerupai bentuk terasering/tanga-tangga. Dinding penahan tanah jenis gabion mempunyai kelebihan antara lain berfungsi untuk menahan tekanan tanah dan memperbesar konsentrasi resapan air yang masuk kedalam tanah (Infiltrasi). Menurut (Murri, Surjandari and As;ad, 2014) tinggi rendahnya muka air tanah, besarnya beban yang bekerja pada lereng dan pemasangan kontruksi bronjong pada bagian dasar lereng memberi pengaruh terhadap kondisi stabilitas pada lereng. Semakin tinggi muka air tanah pada lereng maka mengakibatkan nilai SF (safety factor) semakin kecil. Semakin besar nilai beban hidup yang bekerja pada lereng maka nilai SF (safety factor) akan semakin kecil. Nilai SF (safety factor) Lereng yang dipasang bronjong mempunyai lebih besar jika dibandingkan dengan lereng tanpa menggunkan bronjong. 2.8 Dinding Penahan Tanah Tipe Blok Beton (Block Concrete) Dinding penahan tanah Jenis tipe blok beton merupakan kontruksi yang berupa kumpulan blok-blok beton yang padat dan disusun secara vertikal dengan menggunakan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun. Pada umumnya blok beton dibuat secara modular dan pabrikasi berbentu beton precash dan kemudian proses pemasangannya dilakukan di lapangan. Menurut (Sholeh and Yunaefi, 2016 Dinding penahan tanah yang terdiri dari tulangan-tulangan geosintetik, gabungan dinding penahan berbentuk segmental sebagai perkuatan dan tanah dengan tulangan-tulangan geosintetik (soil reinforced-segmental retaining wall) dapat dipergunakan sebagai alternatif pengganti dinding penahan konvensional yang biasa di gunakan karena prosesnya pemasangannya cukup sederhana, perhitungan yang relative mudah, nilai artistic yang baik, maupun proses pemasangannya yang mudah. Penggunaan unit blok beton segmental yang diperkuat tulangan-tulangan geosintetik dengan berbagai bentuk permukaannya yang bekerja saling mengunci antara perkuatan tanah dan agregat pada setiap unit segmental, block beton segmental hasil pabrikasi dengan mutu kuat tekan K- 225, setiap unit berton segmental memiliki berat 34 kg, untuk setiap 1 m2 permukaan 41

dinding terdiri dari 12 unit segmental, ukuran tinggi 20 cm, lebar 32 cm, panjang 40 cm hal ini mempunyai nilai relatif lebih ekonomis, serta pelaksanaan pekerjaannya yang lebih singkat karena tidak memerlukan cetakan (bekisting atau form work). 2.9 Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall. Dinding penahan tanah jenis ini merupakan dinding penahan tanah yang mempunyai kontruksi dinding bertulang ( Diaphgram wall). Kontruksi dinding penahn tanah ini terbentuk dari kumpulan rangkaian besi yang kemudian dicor di tempat lokasi dengan menggunkan system modular yang dibentuk hal ini berfungsi untuk membendung (Cover) kontruksi pada bagian tanahnya (Sub structure). Pembangunan Diaphragm wall dapat di gabung dengan sistem anchord hal ini dilakukan guna menambah kekuatan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral pada tanah dan juga berfungsi pada proses dewatering untuk memotong jalur aliran muka air tanah (Cut-Off Dewatering). Menurut (Basuki, 2017) Diaphragm wall merupakan dinding beton yang dapat dilaksanakan pada semua jenis dankondisi tanah, tanpa harus menurunkan muka air tanah. Konstruksi diaphragmwall ini relatif tidak berisik dan tidak menyebabkan adanya getaran, namun yangharus diperhatikan adanya pergerakan (displacement) dari dinding penahan.galian basement pada proyek Menara Astra aman terhadap pergerakandisplacement dengan faktor keamanan > 1.5. Keberhasilan d-wall menahanpergerakan displacement akibat tekanan tanah aktif dan tekanan air, karena ditahan oleh sistem strutting (slab). Dimensi d-wall yang digunakan setebal 800mm dan tebal strut (slab) yang dipakai setebal 350 mm. 2.10 Dinding Penahan Tanah Tipe Continguous Pile dan Soldier Pile Dinding penahan Tanah jenis continguous pile dan soldier pile merupakan kontruksi jenis konstruksi dinding penahan tanah yang pada umumnya di pergunakan untuk kotruksi didinding penahan tanah yang berfungsi untuk menahan tekanan lateral tanah aktif khususnya pada konstruksi bawah tanah antara lain seperti pada konstruksi basement suatu bangunan, kontruksi ini hamper sama dengan jenis konstruksi dinding penahan diaphragm wall. Continguous pile dan soldier pile pada pelaksanaannya biasanya dikombinasikan dengan sistem ankur/anchord ini dilakukan untuk meningkatkan kekuatan daya dukung tanah terhadap tekanan aktif lateral dan juga berfungsi sebagai pemutus jalur aliran air bawah tanah (Cut Off). Struktur Continguous pile biasanya di lakukan pada lokasi in-situ dengan sistem bored pile. kontruksi ini biasanya menggunakan rangkaian besi beton bertulang namun juga dapat menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan di rakit hingga terbentuk dinding penahan yang padat. Salah satu jenis dinding penahan tanah tipe In Situ Reinforcement adalah Soil nailing. Soil nailing menggunakan material berupa baja atau elemen metalik lainnya yang cara pemasangannya di masukkan kedalam tanah atau dengan melakukan sistem Grouting ke dalam lunbang yang telah digali, namun materialnya tidak pre-stressed. Menurut (Rajagukguk and Turangan A.E, 2014), berdasarkan Analisis kestabilan lereng dari nilai faktor keamanan dari suatu lereng dengan bantuan program Rocscience Slide 6.0. Soil properties didapat dari hasil geser langsung. Hasil dari data analisis kestabilan lereng dari lokasi dikawasan Citraland menujukkan bahwa kondisi lereng dalam keadaan kritis dengan nilai faktor 42

keamanannya adalah 1,099. Berdasarkan kondisi kritis tersebut sehingga perlu dilakukan perbaikan lereng direncanakan menggunakan End Anchored yang berfungsi untuk memperkecil nilai momen penyebab longsor. Dari grafik Fk dan NS didapatkan bahwa lereng dengan multi slope mencapai puncak pada jumlah anak tangga = 2 dengan h =14,49 m dengan Fk dalam kondisi kritis yaitu Fk=1,270. Hasil penggunaan End Anchored didapatkan Fk=1,522. Data End Anchored yang digunakan P = 8 m, s = 3 m, n= 14 bh, kapasitas = 210 KN. 2.11 Dinding Penahan Tanah menggunakan Perkuatan Tanah Dinding penahan tanah ini merupakan timbunan tanah yang diperkuat menggunakan material lain berupa geosintetik, metal dll). Menurut (Prasetyo, Setiawan and Dananjaya, 2017), Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan perkuatan tanah menggunakan geotekstil dalam meningkatkan nilai angka keamanan pada lereng abadi. Metode perhitungan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode elemen hingga. Permodelan dilakukan dengan menggunakan beberapa variasi pada panjang geotekstil dan variasi tebal tanah timbunan pengisi. Parameter tanah menggunakan data sekunder dari Kabupaten Cianjur dan pendekatan sudut geser Meyerhof. Analisis stabilitas lereng dengan perkuatan geotekstil panjang 2m mengunakan pendekatan sudut geser Meyerhof memiliki angka keamanan lereng dibawah 1,25 kondisi ini menurut Bowles kemungkinan kelongsoran dapat terjadi. Sehingga untuk memperoleh angka keamanan lereng diatas 1,25 menggunakan panjang 4 m, dan 6 m agar kelongsoran jarang terjadi. Menurut (Fauzan, Widjaja and Gunawan, 2016) Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi kegagalan pada suatu konstruksi timbunan antara lain peningkatan pada tekanan air pori, tingginya sudut kemiringan pada lereng dan lapisan tanah lunak yang terdapat di bawah timbunan. Perkuatan geogrid yang direncanakan dengan panjang 22 m dan menggunakan dua jenis interval lapisan yaitu; jarak interval geogrid 0.5 m untuk timbunan paling bawah dan 1 m untuk tiga bagian timbunan atas. Berdasarkan hasil analisis stabilitas lereng menunjukkan bahwa nilai faktor keamanan lereng timbunan jalan akses dengan perkuatan geogrid adalah 1.52. Selain itu hasil analisis juga menunjukkan bahwa terjadinya pada arah vertikal adalah sebesar 14 cm dan arah horizontal adalah sebesar 12 cm. Menurut (Tijani, 2015), nilai faktor keamanan dengan menggunakan metode bishop dan menggunakan software plaxis, dimana pada perhitungan tersebut untuk lereng sebelum penanganan geoframe didapat nilai faktor keamanan sebesar 1. Dengan nilai ini artinya untuk perhitungan ini lereng dalam keadaan tidak aman dan longsor. Sedangkan nilai faktor keamanan setelah penanganan geoframe didapatkan nilai sebesar 1,227. Menurut (Tiana, 2018), metode dengan menggunakan Geoframe menggunakan tanah dibelakangnya sebagai kekuatan untuk menahan lereng supaya tidak longsor. Sedangkan dalam analisis perkuatan lereng didapatkan nilai SF = 1,50. Dengan nilai ini artinya lereng dalam keadaan stabil. Namun kontruksi Geoframe sangat sensitive terhadap aliran air, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan jika ada saluran air atau saluran limpasan air hujan karena akan membahayakan pada saat pemasangan Geoframe itu sendiri. 43

3. HASIL, ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. 3.1 Perkuatan dinding Penahan Tanah Pasang batu, Beton Bertulang, sheet Pile dan soldier pile. Kehadiran beberapa metode dinding penahan diatas tidak lagi menjadi efisien untuk bangunan multistory karena sifatnya dengan prinsip kantilever sehingga sulit dan mahal. Pada pasangan batu memerlukan dimensi yang relatif besar sehingga memerlukan kecermatan dalam penulangan dan pengecoran. Sedangkan pada sheet pile dan soldier pile terpaku pada keterbatasan panjang pile ddan memerlukan teknologi yang tidak sederhana dan biaya yang mahal 3.2 Soil Nailing Soil Nailing adalah teknik konstruksi yang dapat digunakan sebagai ukuran perbaikan untuk mengobati lereng tanah alami tidak stabil atau memeprtahan kan kondisi lereng dari kemungkinan terjadinya keruntuhan lereng. Untuk kondisi tertentu, kontruksi menggunakan soil nailing dapat memmberikan alternative perkuatan lereng jika dilihat dari sudut pandang biaya kontruksi, waktu pelaksanaan kontruksi dan kelayakan teknis. Namun dari hasil yang ada menyarankan agar menggunakan sistem soil nailing yang jumlahnya lebih banyak, dan juga harus disertakan sistem drainase, juga memperhitungkan persyaratan teknologi tepat dan ramah lingkungan untuk ruang yang terbatas dan khususnya ketika lalu lintas perlu menampung dengan jalan yang telah ada. 3.3 Geotekstil Perkuatan Geotekstil mempunyai keuntungan mengurangi pemakaian lahan karena lereng dengan perkuatan dapat lebih tegak, mengurangi volume bahan timbunan, memungkinkan digunakan timbunana dengan kualitas yang lebih rendah, mengurangi biaya untuk elemen-elemen penutup (facing) seperti yang diperlukan dalam kontruksi dinding yang distabilisasi secara mekanis. 3.4 Geogrid Geodrid mempunyai Kekuatan tarik yang tinggi, Pelaksanaan yang cepat, pemasangan yang mudah dan cepat dan dapat menggunakan material setempat. pada kondisi lebih tinggi dan tegak,tambahan PVC dapat memberi pelindungan terhadap ultraviolet, Pemasangan dan biaya geogrid yang lebih murah dibandingkan beton. Geogrid mempunyai struktur yang lebih flexible sehingga dapat menahan gaya gempa, mempunyai resiko yang kecil jika terjadi deformasi struktur, dan bentuk dari penutup dinding penahan tanah dini dapat disesuaikan dengan kebutuhan lokasi pada saat pelaksanaan, sehingga memungkinkan mendesain permukaan dinding untuk meningkatkan nilai estetika.perbaikan tanah lereng menggunakan biasanya lebih banyak dilakukan secara horizontal hal ini dilakukak karena memudahkan dalam pemasangan jika dibandingkan dengan arah tegak vertikal. 44

Kekurangan dari Geogrid antara lain jika geogrid tidak menggunakan PVC maka bisa mengalami penurunan tingkat kemampuan terhadap penahan gaya tarik. Hal ini disebabkan bahan Geogrid sangat peka terhadap kondisi naik turunnya suhu udara, karena pemuaian akan sangat mudah mempengaruhi bahan geogrid pada saat mendapatkan suhu tinggi. Geogrid dapat menjadi getas karena dipengaruhi oleh proses pemuaian sehingga mengurangi nilai kuat tarik. 3.5 Geoframe Geoframe adalah jenis lain dari wiremesh yang dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan, sehingga bisa dipakai untuk perkuatan lereng, sedangkan Geosintetik merupakan material jenis sintetis, berbahan polimer (sejenis plastik), dewasa ini banyak dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil pada bidang tanah dan batuan. Struktur Geoframe bersifat Go Green yang bisa ditanami tumbuhan rambat, sehingga diterapkan pada proyek untuk daerah perumahan, supaya terlihat lebih alami(geoforce Indonesia, 2018). Penerapan Geoframe dan Geosintetik sebagai kontruksi dinding penahan tanah bisa dilakukan pada jenis tanah apapun yang terpenting dasar atau pijakan untuk Geoframe itu sendiri berupa tanah keras dan stabil dan apabila memang tanah tersebut adalah jenis tanah lembek atau tanah memiliki kestabilan yang jelek, maka bisa ditambahkan perkuatan dasarnya dengan cerucuk kayu dan Bronjong batu gunung. Untuk kontruksi Geoframe sangat sensitif terhadap air, apabila ada saluran mata air atau saluran limpahan air hujan sebaiknya aliran tersebut dipindahkan terlebih dahulu ke tempat yang sudah disediakan karena sangat berbahaya bagi pasangan Geoframe itu sendiri. 4. KESIMPULAN. Dari beberapa metode dinding penahan tanah mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing, baik dari segi bahan, metode pelaksanaan, biaya, dan kekuatannya. Geoframe merupakan alternatif metode dinding penahan tanah yang dapat di gunakan karena Cara kerja dinding penahan tanah menggunakan Geoframe sangat berbeda dibandingkan dengan cara konvensional yang mana kekuatan untuk menahan lereng hanya mengandalkan dinding penahan tanahnya saja dan tanah dibelakangnya hanya dijadikan beban, sedangkan metode dengan menggunakan Geoframe menggunakan tanah dibelakangnya sebagai kekuatan untuk menahan lereng supaya tidak longsor 5. DAFTAR PUSTAKA Apriyono, A., Sumiyanto And Wariyatno, N. G. 2016. Analisis Penanggulangan Kelongsoran Tanah Pada Ruas Jalan Gunung Tugel Patikraja Banyuma. Jurnal Teknik Sipil, 14(1), Pp. 53 61. Basuki, R. W. R. 2017. Analisa Pergerakan Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphgragm Wall Pada Kondisi Basement Dengan Metode Up Down. Universitas Trisakti Jakarta. Available At: Http://Www.Repository.Trisakti.Ac.Id/Webopac_Usaktiana/Index.Php/Home/D etail/detail_koleksi/10/skr/judul/00000000000000087661/. 45

Ciptaning, K., Yunus, Y. And Saleh, S. M. 2018. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Kontruksi Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort. Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 1(2), Pp. 58 68. Doi: 10.24815/Jarsp.V1i2.10942. Fadhillah, M. H. Et Al. 2013. Diaphragm Wall, Secant Pile, dan Soldier Pile pada Pembangunan Proyek Mass Rapid Transit Jakarta. 1(1), Pp. 1 6. Fauzan, G., Widjaja, B. And Gunawan, F. 2016. Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Geogrid Stabilitas Lereng Dengan Perkuatan Geogrid. January. Fauzi, A. N. 2012. Analisis Tegangan-Perpindahan Dan Faktor Keamanan (SF) Pada Lereng Miring Dengan Perkuatan Soil Nailing Menggunakan Program Plaxis 8.2. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Geoforce Indonesia. 2018. Geoframe. Murri, M. M., Surjandari, N. S. And As;Ad, S. 2014. Analisis Stabilitas Lereng Dengan Pemasangan Bronjong (Studi Kasus Di Sungai Gajah Putih, Surakarta). E- Journal Matriks Teknik Sipil, 2(1), Pp. 162 169. Prasetyo, I., Setiawan, B. And Dananjaya, R. H. 2017. Analisis Stabilitas Lereng Bertingkat Dengan Perkuatan Geotekstil Menggunakan Metode Elemen Hingga. E-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL, (September), Pp. 922 926. Rajagukguk, O. C. P. And Turangan A.E, S. M. 2014. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Bishop (Studi Kasus: Kawasan Citraland Sta.1000m) Octovian. Jurnal Sipil Statik, 2(3), Pp. 140 147. Doi: 10.1161/01.STR.32.1.139. Ramia, I. N. 2017. Analisis Dinding Penahan Untuk Perkuatan Kelongsoran Lereng Di Jalan Bedugul Singaraja. Jurnal Matrix, 7(3), Pp. 64 67. Sholeh, M. dan Yunaefi. 2016. Penggunaan Blok Beton Segmental Sebagai Dinding Penahan Dengan Diperkuat Geosintetik. PROKONS: Jurnal Teknik Sipil, 10(2), Pp. 120 126. Suryolelono, K. B. 2000. Geosintetik Teknik. Yogyakarta, Nafiri. Tiana, L. 2018. Analisa Kestabilan Lereng Menggunakan Geoframe Di Jalan Tol Balikpapan Samarinda Pada Sta 54+350. Politeknik Negeri Balikpapan. Tijani, M. R. 2015. Metode Perkuatan Lerengmenggunakan Geoframe Dan Geosintetikpada Proyek Green Valleygunung Guntur Balikpapan. Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Yatjong, I. And Fachryano. 2018. Analisis Stabilitas Dan Pemilihan Perkuatan Lereng Pada Ruas Jalan Pemuda Km. 3 Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Teknologi Technoscientia, 10(2), Pp. 117 126. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih pada pihak-pihak yang berkontribusi berupa hasil penelitian dari peneliti-peneliti sebelumnya yang di pergunakan dalam studi literatur penelitian ini. 46