TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI SAPIRA KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK SAIYO SAKATO KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM

PERBAIKAN MANAJEMEN USAHA SAPI POTONG DI PETERNAKAN KOTOSANI KABUPATEN SOLOK

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

Elly Roza, Salam N. Aritonang, Arief. Fak. Peternakan Universitas Andalas ABSTRAK

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Riswandi, Sofia Sandi, Meisji Liana Sari, Muhakka, Asep Indra M. Ali Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya ABSTRAK

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

ABSTRAK BAB 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Ahmad Pramono dan Sutrisno Hadi Purnomo

PEMBUATAN PAKAN FERMENTASI KAYA B KAROTEN UNTUK MEMPRODUKSI TELUR ITIK RENDAH KOLESTEROL DI KELURAHAN PISANG KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

APLIKASI TEKNOLOGI BIO CUBED HAY MENUJU DESA MANDIRI PAKAN TERNAK Technology Application of Bio Cubed Hay to Independent Ration Village

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

Pemamfaatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan teknologi. pengepresan Jerami sebagai sumber pakan sapi untuk meningkatkan

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN 2013

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENGERTIAN LIMBAH A C. Gambar 1. Ilustrasi hubungan antara limbah (A), bahan pakan konvensional (B) dan bahan pakan non konvensional (C)

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

Mirni Lamid, Retno Sri Wahjuni, Tri Nurhajati Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Abstrak

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

TEKNOLOGI JERAMI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN TERNAK Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si Widyaiswara Muda

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

ABSTRAK ABSTRACT. Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl PB Sudirman Denpasar, emai: 2

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENGGUNAAN DAUN TANAMAN LEGUME SEBAGAI SUMBER PROTEIN UNTUK FORMULASI PAKAN TAMBAHAN KAMBING PERANAKAN ETAWA

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 5.000.000 Tim Pelaksana Erpomen, Simel Somen dan Arief Fakultas Peternakan Lokasi Kab. Agam, Sumatera Barat TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM SAPI POTONG DI KELOMPOK TANI SAPIRA KECAMATAN IV ANGKEK KABUPATEN AGAM PENDAHULUAN Analisis Situasi Salah satu potensi yang dapat dikembangkan di Propinsi Sumatera Barat adalah peternakan sapi potong karena di Sumatera Barat terdapat banyak daerah dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan peternakan. Tetapi pada kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti saat ini banyak perusahaan peternakan tersebut yang gulung tikar, tetapi usaha pembibitan sapi potong Kelompok Tani Sapira yang terletak di kecamatan IV Angkek Candung Kabupaten Agam masih tetap bertahan walaupun dengan jumlah sapi yang terbatas. Pada saat ini jumlah induk sapi yang ada di kelompok sebanyak 19 ekor induk dan 25 ekor anak. Jumlah sapi tersebut merupakan kelompok ternak yang terdapat di lokasi kandang kelompok sedangkan sebagian lagi, ternak sapi berada ditangan anggota kelompok yang ada dikandang masing-masing. Perkembangan populasi ternak pada kelompok ini terasa lambat. Lambatya perkembangan populasi ini disebabkan adanya kematian karena kurang pengetahuan peternak dalam mengelola ternaknya termasuk manajemen pemeliharaan, pengolahan bahan pakan, pemberian makanan dan masalah reproduksi ternak. Pada hal beternak merupakan salah satu mata pencaharian pokok penduduk dan menjadi andalan untuk meningkatkan perekonomian di Kec. Ampek Angkek Canduang Kab. Agam. tempat kelompok berada Kurangnya perhatian petani dalam pengelolaan ternaknya menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah, akibatnya usaha ini tidak memberikan arti ekonomis yang besar bagi petani. Pada umumnya masyarakat memanfaatkan kondisi alam sebagai sumber ekonominya, namun hal ini tidak diterapkan dengan baik pada sektor peternakan. Di daerah ini banyak ditemui limbah-limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti jerami padi dan sebagainya. Secara alami limbah-limbah tersebut mempunyai keterbatasan yaitu tingginya kandungan zat makanan berserat seperti lignin dan rendahnya kandungan protein. Sapi merupakan ternak ruminansia yang mempunyai kemampuan istimewa dalam mencerna makanan berserat relatif baik dibandingkan dengan ternak-ternak lain. Namun demikian pengolahan bahan-bahan limbah dengan teknologi yang sederhana seperti metode amonisasi atau fermentasi dapat meningkatkan kualitasnya dan bila dikonsumsi oleh sapi akan memberikan nilai biologis yang relatif tinggi. Selain penerapan teknologi pengolahan makanan ternak, pengetahuan formulasi ransum memberi arti dalam mengoptimalkan produktifitas terutama pada ternak yang banyak mengkonsumsi makanan berserat seperti limbah. Peningkatan nilai biologis pakan tidak hanya dapat dicapai dengan pengolahannya saja tetapi dapat lebih ditingkatkan dengan pemberian jenis pakan tertentu dan ini dapat diwujudkan dengan membuat formulasi pakan yang tepat. Untuk memperbaiki status gizi ternak dalam usaha meningkatkan produktifitas ternak maka usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan peternak tentang managemen usaha sapi potong. Usaha-usaha yang dilakukan adalah memberikan bimbingan dan penyuluhan serta percontohan pembuatan jerami amoniasi. Perumusan Masalah Permasalahan yang ditemui di Desa ini adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang sistim pengelolaan sapi potong. 2. Belum dikenalnya teknologi pengolahan bahan makanan ternak yang berasal dari limbah pertanian seperti pembuatan jerami amoniasi. 3. Belum dikenalnya pengetahuan dan teknik memformulasikan ransum untuk sapi potong. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 1

Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa ini bertujuan antara lain untuk : 1. Meningkatkan pengetahuan kelompok peternak Sapira dalam mengelola usaha peternakan sapi potong 2. Memperkenalkan teknologi pengolahan bahan makanan ternak yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami amoniasi. 3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang formulasi ransum untuk sapi potong Manfaat Kegiatan 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani/peternak dalam mengelola usaha peternakan sapi. 2. Petani peternak dapat memanfaatkan dan meningkatkan produktifitas lahan sehingga lahan lebih produktif. 3. Petani peternak dapat memanfaatkan sumber-sumber bahan makanan lokal dan limbah yang ada dengan menggunakan teknologi pengolahan bahan makanan ternak yang akan diaplikasikan. 4. Dapat menekan biaya makanan ternak sehingga akan meningkatkan pendapatan petani peternak. Tinjauan Pustaka Umumnya tujuan pemeliharaan ternak sapi adalah untuk menghasilkan anak sapi dan daging. Sapi-sapi untuk penghasil daging paling sedikit dipelihara dalam program penggemukan baik dikandangkan ataupun di feedlot selama 120 hari dengan manajemen yang baik (Ogart and Taylor, 1983). Keberhasilan usaha peternakan sangat erat kaitannya dengan manajemen usaha peternakan yang dikenal dengan Panca Usaha Ternak yang antara lain adalah penggunaan bibit unggul, pemberian makanan yang baik, tatalaksana yang baik, pencegahan dan pengobatan penyakit serta pemasaran ternak (Tafal, 1981). Produktifitas ternak sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh ternak (Maynard et al, 1979). Menurut Siregar (1994) makanan yang diberikan pada ternak ruminansia seperti sapi harus mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan ternak untuk berbagai fungsi tubuh misalnya untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi. Seperti ternak ruminansia lainnya, sapi juga mempunyai sistim pencernaan fermentasi di alat pencernaan bagian depan yaitu rumen dan retikulum, sehingga ternak ruminansia dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme mampu mengkonsumsi ransum yang mengandung serat kasar yang relatif tinggi (Van Soest, 1987). Oleh karena itu bahan makanan penyusun ransum bagi ternak sapi dapat pula berasal dari limbah hasil pertanian seperti jerami padi, namun penggunaan jerami mempunyai keterbatasan yaitu rendahnya kualitas jerami tersebut (Winugroho, 1991). Menurut Bedjo (1985) usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil ikutan pertanian untuk makanan ternak yaitu melalui perbaikan gizi dengan kombinasi dari perlakuanperlakuan tersebut. Teknologi amoniasi dengan menggunakan urea umum dipakai untuk peningkatan kualitas dan daya cerna bahan makanan yang mengandung serat tinggi (Komar, 1984). Menurut NRC (1985) urea dapat digunakan untuk menggantikan sebagian protein yang dibutuhkan ternak, karena urea merupakan sumber nitrogen bukan protein. Meskipun proses ammoniasi atau fermentasi memberikan beberapa keuntungan, penggunaan pada ternak perlu didukung oleh makanan penguat. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa pemberian supplementasi sumber protein yang tahan degradasi di rumen seperti tepung ikan, tepung darah atau kombinasinya dengan bungkil kedelai dapat meningkatkan kecernaan makanan berserat dan produktifitas ternak (Adam et al, 1982) ; Hussein dan Jordan, 1991 : Rossi dkk, 1996). Untuk melengkapi kebutuhan gizi ternak terutama ternak yang mengkonsumsi bahan makanan yang berkualitas rendah, maka makanan tambahan sangat diperlukan. Urea Saka Multinutrien Blok (USMB) adalah makanan tambahan yang terdiri dari bahan campuran yang berasal dari hasil ikutan pertanian atau industri pertanian, garam, kapur, urea, saka, mineral yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan rumen, sehingga pencernaan zat-zat makanan lebih sempurna dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas ternak (Hendratmo dkk, 1991). Leng (1995) menyatakan bahwa USMB juga dapat meningkatkan effisiensi daya cerna hijauan oleh ternak dan merupakan makanan yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesuburan ternak yang 2 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

menderita kurang gizi. Selanjutnya Leng (1995) menyimpulkan pembuatan USMB dapat direkayasa sendiri dengan pemanfaatan bahan lokal dan mudah diterapkan. Kerangka Pemecahan Masalah METODE PENGABDIAN 1. Memberikan penyuluhan dan diskusi dengan petani peternak dan tokoh masyarakat lainnya mengenai sistim pemeliharaan sapi potong yang baik 2. Melakukan penyuluhan dan percontohan tentang teknologi pengolahan bahan makanan ternak, seperti teknologi pembuatan jerami amoniasi, dan pengelolaan sapi potong untuk meningkatkan produktifitas. 3. Memberikan percontohan cara memformulasikan ransum untuk ternak sapi potong menggunakan jerami amoniasi. Realisasi Pemecahan Masalah 1. Untuk mengefektifkan pelaksanaan penyuluhan semua peternak perlu diberi penyuluhan yang bertempat di kantor kelompok tani Sapira Kecamatan IV Angkek Canduang Kabupaten Agam. 2. Materi penyuluhan disiapkan dan dibagikan sebelum penyuluhan dilakukan adapun materi yang diberikan adalah pengolahan bahan pakan sapi potong. 3. Memberikan percontohan dan praktek cara pengolahan jerami padi amoniasi dan memformulasikannya dalam ransum. 4. Memberikan percontohan Formulasi ransum untuk sapi potong. Khalayak Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah peternak sapi potong yang tergabung dalam kelompok Sapira dan penduduk yang berminat ingin berusaha dalam bidang usaha ternak sapi potong yang berada di Kecamatan IV Angkek Canduang Kab. Agam. Metode yang Dilakukan Pada Kegiatan ini Adalah : 1. Penyuluhan dan Diskusi Kegiatan penyuluhan dan diskusi dilakukan di Kantor kelompok Sapira Kec. IV Angkek Canduang Kab. Agam. Pada saat itu dilakukan diskusi dengan pemuka/tokoh masyarakat baik secara formal atau non formal dengan petani/peternak. Penyuluhan difokuskan kepada teknik penyusunan dan pembuatan ransum, serta pembuatan jerami ammoniasi, 2. Demonstrasi/Peragaan Setelah penyuluhan dan diskusi, dilakukan demonstrasi penyusunan dan pembuatan konsentrat, dan pembuatan jerami ammoniasi. Tujuan demonstrasi ini agar para peserta lebih memahami materi-materi yang diberikan dalam penyuluhan. 3. Pembinaan/Bimbingan Pembinaan dan bimbingan dilakukan selama peternak memberikan ransum jerami amoniasi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat di Kelompok tani Sapira baik dari segi penyuluhan berupa ceramah dan diskusi serta dilanjutkan dengan demonstrasi teknologi pengolahan pakan berupa pembuatan jerami amonisasi, dan pembuatan formulasi ransum dapat dikatakan bahwa kegiatan ini berhasil dengan baik. hal ini dapat dilihat dari tingginya minat, disiplin dan animo masyarakat peternak dalam mengikuti kegiatan penyuluhan ini. dari kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan beberapa materi yang ada ternyata antusias peternak lebih tinggi terlihat pada pembuatan jerami amonisasi. Oleh karena itu, banyak pertanyaan yang muncul berhubungan dengan pembuatan jerami padi amoniasi. Selama berlangsung kegiatan penyuluhan ini, dapat diketahui bahwa pada umumnya peternak sapi belum memperhatikan kebutuhan gizi ternak mereka sesuai dengan tingkat produksi dan umur ternaknya dan peternak hanya memberikan hijauan berupa rumput lapangan dengan kualitas rendah serta belum ada budidaya rumput unggul yang dilakukan oleh peternak. Jerami padi yang merupakan limbah pertanian yang banyak di desa belum banyak dimanfaatkan dan pengawetan/penyimpanannya untuk musim kemarau. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 3

Dalam bidang bibit ternak sapi dan kerbau yang diperoleh peternak umumnya dibeli langsung di pasar ternak oleh peternak untuk penggemukan, serta yang diperoleh dari hasil perwakilan sapi induk yang mereka pelihara. Pada umumnya peternak dan pedagang ternak yang ikut dalam penyuluhan ini memiliki 3-5 ekor ternak sapi/kerbau. Faktor lain selain bibit dan makanan ternak/hijauan, masalah yang menjadi kendala pada peternak di desa ini adalah perkandangan. Kandang ternak yang disediakan peternak masih sederhana hanya sekedar cukup untuk berlindung dari hujan dan panas, dan biasa masih menempel di sisi rumah atau di bawah kolong rumah. Terlihat bahwa kandang ternak masih belum memenuhi dari segi kesehatan ternak dan peternak itu sendiri. Jarak kandang dengan rumah masih terlalu dekat. Dengan penyuluhan yang diberikan, mereka mengerti dan memahami apa yang dilakukan perubahan di bidang perkandangan ini. Respon peternak kelihatan juga cukup besar, terutama dalam hal tatalaksana pemeliharaan ternak. Dari tanya jawab yang berkembang pada saat penyuluhan dilakukan, peternak lebih banyak menanyakan tentang permasalahan yang pernah mereka alami dan hal-hal yang dihadapi pada saat pemeliharaan. Misalnya bagaimana cara meningkatkan nafsu makan ternak, memacu pertumbuhannya, teknik penyusunan ransum dan pemberian pakan yang baik serta penanggulangan penyakit. Dari penyuluhan dan demontrasi pembuatan amoniasi jerami padi, yang dilakukan dihadapan peternak terjawablah semua permasalahan yang mereka hadapi. Dari mulai teori ilmiah yang dituangkan pada penyuluhan dan demontrasi pembuatan dan pengolahan pakan yang mereka saksikan sendiri, kelihatanya mereka memahami betul apa yang harus dilakukan di masa datang untuk meningkatkan produktivitas ternaknya. Misalnya dari pembuatan jerami amoniasi yang masih baru dan asing bagi peternak, terlihat sekali antusias mereka. Disamping itu formulasi ransum yang disusun dari bahan-bahan pakan yang murah, mudah diperoleh di desa mereka, cukup mengandung zat-zat makanan dan meningkatkan nafsu makan ternak sapi serta teknik penyajianya yang sederhana, sehingga minat mereka tinggi sekali untuk mencobakan pada ternaknya. Dari pengamatan dan evaluasi akhir terlihat bahwa masyarakat peternak di kelompok Sapira kec. IV angkek canduang ini setelah diberikan penyuluhan dan percontohan tentang pembuatan jerami amoniasi dan formulasi ransum untuk sapi potong, sangat paham dan antusias sekali. Hal ini disebabkan mereka belum pernah memperoleh teknologi ini selama ini. Terlihat animo dan kemauan mereka untuk menerapkan teknologi yang diperkenalkan. Semua ini terlihat dari semua jerami padi amoniasi yang dibuat pada waktu peragaan habis di bawa pulang oleh peternak. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dari kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di kelompok tani Sapira Kecamatan IV Angkek Canduang Kabupaten Agam ini dapat diambil kesimpulan bahwa terlihat respon masyarakat peternak sapi cukup tinggi. Terlihat dari semua teori dan aplikasi teknologi yang diberikan dapat diserap. Kegiatan ini juga dapat memotivasi masyarakat peternak ke arah yang lebih baik dan intensif. Saran Untuk melihat dan mencapai hasil yang diinginkan dalam pengabdian masyarakat yang telah dilakukan disarankan agar kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dalam bentuk kerja sama atau desa binaan. DAFTAR PUSTAKA Bedjo, S. 1985. Limbah Pertanian sebagai Makanan Ternak, Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan, Bidang Pasca Panen. Jakarta. Hendratno, C., J.V. Nolan and R. A. Leng. 1991. The Importance of Urea Molases Multinutrient Block for Ruminal Production in Indonesia. Proc. Of an Int. Symp. On Nuclear and Related Tech. In Animal Prod. And Health, IAEA/FOA. Komar, A. 1984. Teknologi Pengelolaan Jerami sebagai Makanan Ternak. Yayasan Dian Grahita. Jakarta. 4 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

Leng, R.A. 1995. A Short Course on the Rational Use of Molases/Urea Multinutrient Block for Supplementation of Ruminans Feed Crop Residues, Port Quality Forages and Agro Industrial by Products Low in Protein. Produced Initially for FAO. Warly, L., Hermon, A. Kamaruddin, RWS. Ningrat dan Elihasridas. 1996. Pemanfaatan Hasil Ikutan Agroindustri sebagai Bahan Makanan Ternak Ruminansia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing V/I. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Jakarta Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 5