IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering (KBK) Konsumsi Bahan Kering (BK) dihitung berdasarkan konsumsi pakan, yang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan palatabilitas pakan yang diberikan. Pada umumnya semakin baik kualitas pakan, maka nilai palatabilitas atau tingkat kesukaan ternak dalam mengkonsumsi pakan akan semakin baik. Domba dapat mencapai performa terbaik sesuai dengan potensi genetiknya jika memperoleh nutrien sesuai dengan kebutuhannya. Pakan yang dikonsumsi untuk kebutuhan pokok apabila berlebih akan digunakan untuk kebutuhan produksinya. Hasil penelitian konsumsi pakan berdasarkan bahan kering pada Domba Lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari) Domba Lokal Jantan ulangan perlakuan P1 P2 P3 --------------------------g-------------------------- 1 1265,11 1015,63 1092,79 2 1285,49 1109,03 1060,14 3 1271,80 1084,93 958,40 4 1303,74 1016,51 1035,37 5 1301,12 1106,00 1100,29 6 1241,73 1026,73 1122,11 Total 7668,99 6358,82 6369,10 Rataan 1278,17 1059,80 1061,52 Keterangan: P1 = Rumput Lapangan 60% + ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P2 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol Jagung 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P3 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol jagung olahan FAKB 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20%
28 Tabel 5. menunjukkan rata-rata konsumsi bahan kering pakan hasil penelitian dari yang terendah sampai tertinggi adalah 1059,80 g/ekor/hari (P2), 1061,52 g/ekor/hari (P3), dan 1278,17 g/ekor/hari (P1), rata-ratanya adalah 1133,16 g/ekor/hari, atau setara dengan 4,35% dari bobot badan domba, artinya sudah memenuhi kebutuhan nutrien domba. Hasil penelitian Hadi (2017) menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering domba lokal jantan umur kurang dari satu tahun yang diberikan ransum dengan komposisi 40% konsentrat dan 60% hijauan berkisar antara 704,09 729,11 g/ekor/hari. Dibandingkan perolehan data pada pengamatan ini, konsumsi bahan kering sudah memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi seekor domba yang sedang tumbuh. Konsumsi bahan kering pada domba yang diberikan perlakuan P1 - P3 berkisar antara, 1059,80-1278,17 g/ekor/hari. Data selisih tersebut menunjukkan adanya selisih yang besar antara rataan konsumsi tertinggi dengan yang terendah, untuk melihat keberagaman antar perlakuan dilanjutkan dengan analisis ragam. Selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan (Lampiran 6.) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap KBK Ransum Perlakuan Rataan KBK Ransum Signifikansi 0,05 -----------------g---------------- P2 1059,81 a P3 1061,52 a P1 1278,17 b Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
29 Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa menggunakan tongkol (P1) memiliki konsumsi bahan kering yang berbeda nyata atau lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 dan P3. Tingginya konsumsi bahan kering ransum pada P1 dapat disebabkan faktor palatabilitasnya yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Penggunaan konsentrat dan ampas tahu sudah umum digunakan sebagai pakan oleh peternak karena memiliki rasa, tekstur, bau yang disukai oleh ternak, yang menyebabkan ternak lebih banyak mengkonsumsi perlakuan tersebut. Berbeda dengan ransum yang diberikan campuran tongkol jagung yang pada umumnya masih jarang diberikan pada ternak. Penggunaan tongkol jagung diduga mengurangi palatabilitas dari ransum yang menyebabkan konsumsi bahan kering pada ransum menjadi rendah. Perlakuan penambahan tongkol jagung masih belum bisa meningkatkan konsumsi bahan kering ransum pada ternak. Menurut Forbes (2002), bahwa palatabilitas suatu pakan akan menentukan proporsi banyaknya pakan yang dimakan, ternak akan memilih pakan sesuai dengan kebutuhan nutrien serta karakteristik dari pakan, dan dipengaruhi oleh pengalaman dalam mengkonsumsi suatu bahan pakan yang diberikan, sehingga domba akan mencocokan pola makannya bergantung pada keadaan metabolismenya. Selain itu, hal yang menyebabkan adanya perbedaan konsumsi bahan kering ransum antar perlakuan diduga dapat disebabkan sudah terpenuhinya kebutuhan nutrien masing-masing ternak. Meskipun konsumi bahan kering pada P2 dan P3 lebih sedikit dibandingkan P1, diduga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak percobaan. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi ternak akan mengkonsumsi ransum untuk kebutuhan produksinya. Namun menurut pendapat Trinugraha (1998), bahwa volume normal rumen akan membatasi konsumsi pakan, sehingga apabila kapasitas daya tampung rumen
sudah tidak mendukung meskipun kebutuhan nutrien ternak belum terpenuhi tetap saja konsumsi ransum akan terhenti. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Lokal Pertumbuhan seekor ternak dikontrol oleh konsumsi ransum dari ternak tersebut. Ransum yang dikonsumsi khususnya energi akan digunakan ternak untuk kebutuhan pokok dan apabila kebutuhannya berlebih akan digunakan untuk kebutuhan produksinya. Banyaknya jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan menentukan pertambahan bobot badan harian dari ternak tersebut. Semakin tinggi konsumsi, maka semakin banyak zat-zat makanan yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertambahan bobot badan harian. Laju pertambahan bobot badan harian yang baik menandakan produktivitas dari ternak tersebut baik pula. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ciri adanya pertumbuhan dari seekor ternak. Pertambahan bobot badan harian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rumpun domba, umur, jenis kelamin, genetik, lingkungan, dan tata laksana pemeliharaan. Hasil Penelitian Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) pada Domba Lokal jantan disajikan pada Tabel 7. Pada tabel tersebut tampak bahwa rataan pertambahan bobot badan harian dari yang terendah sampai tertinggi, kisaran 86,59-105,32 gr/ekor/hari dengan rataan PBBH secara keseluruhan adalah 95,95 g/ekor/hari. 30
Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (g/ekor/hari) Domba Lokal Jantan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 --------------------------------g------------------------------ 1 117,14 114,76 162,38 2 81,90 100,95 88,10 3 85,71 151,90 52,38 4 139,05 56,19 30,95 5 42,86 95,24 84,29 6 109,05 112,86 101,43 Total 575,71 631,90 519,52 Rataan 95,95 105,32 86,59 Keterangan: P1 = Rumput Lapangan 60% + ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P2 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol Jagung 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P3 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol jagung olahan FAKB 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% Hasil penelitian dari yang terendah sampai tertinggi adalah 86,59 g/ekor/hari (P3), 95,95 g/ekor/hari (P2), dan 105,32 g/ekor/hari (P1), dengan rata-rata 95,95 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan pada penelitian ini tergolong baik karena melebihi konsumsi normal harian domba. Menurut Dhalika dkk., (2010), domba lokal jantan yang diberi rumput lapangan hanya mencapai pertambahan bobot badan harian sebesar 42,67 g/ekor/hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kusumaningrum (2013) yang menyatakan bahwa domba lokal jantan yang diberi 60% rumput lapangan dan 40% konsentrat menghasilkan pertambahan bobot badan 80 g/ekor/hari. Data tersebut kemudian diuji menggunakan analisis ragam (lampiran 8.) untuk mengetahui keberagaman antar perlakuan, hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan olahan tongkol jagung yang direndam dengan filtrat abu kayu bakar (FAKB) dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba 31
32 lokal jantan berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan pertambahan bobot badan harian. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan, keadaan ini dapat disebabkan nilai gizi setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dikontrol oleh konsumsi pakan khususnya konsumsi energi. Selanjutnya dinyatakan bahwa naik turunnya pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsumsi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan harian antara perlakuan ransum tanpa tongkol jagung (95,95 g/ekor/hari), ransum yang ditambahkan tongkol jagung tanpa olahan (105,32 g/ekor/hari) dan yang ditambahkan tongkol jagung olahan FAKB (86,59 g/ekor/hari) terlihat adanya selisih yang tidak terlalu besar. Penambahan pakan tongkol jagung ke dalam ransum mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba yang diduga dipengaruhi oleh kecernaan dari ransum tersebut. Pemberian ransum dengan penambahan tongkol jagung dan tongkol jagung olahan FAKB mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian karena kecernaannya diduga baik meskipun palatabilitasnya kurang. Selain itu, diduga telah mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak, apabila konsumsi ransum telah melebihi kebutuhan hidup pokoknya, ternak akan mengubah zat makanan tersebut menjadi urat daging dan lemak yang nantinya akan meningkatkan pertambahan bobot badan harian. Hal ini menunjukkan bahwa P2 dan P3 pada konsumsi bahan kering ransum lebih sedikit yang dimakan. Namun meskipun begitu diduga kecernaanya
33 sama dengan pakan yang tidak diberikan tongkol jagung (P1) atau bahkan lebih baik, dengan begitu penambahan tongkol jagung giling dan tongkol jagung giling FAKB diduga memiliki kecernaan yang baik, sehingga menjelaskan bahwa pemberian tongkol jagung olahan FAKB maupun tidak olah pada ransum dapat digunakan sebagai sumber serat pengganti hijauan dan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan.