HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering (KBK) Konsumsi Bahan Kering (BK) dihitung berdasarkan konsumsi pakan,

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Kering dengan Metode Analisis. 2. Mendinginkan cawan alumunium dalam eksikator selama 15 menit dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering (KBK) Konsumsi Bahan Kering (BK) dihitung berdasarkan konsumsi pakan, yang sangat dipengaruhi oleh kualitas dan palatabilitas pakan yang diberikan. Pada umumnya semakin baik kualitas pakan, maka nilai palatabilitas atau tingkat kesukaan ternak dalam mengkonsumsi pakan akan semakin baik. Domba dapat mencapai performa terbaik sesuai dengan potensi genetiknya jika memperoleh nutrien sesuai dengan kebutuhannya. Pakan yang dikonsumsi untuk kebutuhan pokok apabila berlebih akan digunakan untuk kebutuhan produksinya. Hasil penelitian konsumsi pakan berdasarkan bahan kering pada Domba Lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Bahan Kering (g/ekor/hari) Domba Lokal Jantan ulangan perlakuan P1 P2 P3 --------------------------g-------------------------- 1 1265,11 1015,63 1092,79 2 1285,49 1109,03 1060,14 3 1271,80 1084,93 958,40 4 1303,74 1016,51 1035,37 5 1301,12 1106,00 1100,29 6 1241,73 1026,73 1122,11 Total 7668,99 6358,82 6369,10 Rataan 1278,17 1059,80 1061,52 Keterangan: P1 = Rumput Lapangan 60% + ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P2 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol Jagung 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P3 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol jagung olahan FAKB 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20%

28 Tabel 5. menunjukkan rata-rata konsumsi bahan kering pakan hasil penelitian dari yang terendah sampai tertinggi adalah 1059,80 g/ekor/hari (P2), 1061,52 g/ekor/hari (P3), dan 1278,17 g/ekor/hari (P1), rata-ratanya adalah 1133,16 g/ekor/hari, atau setara dengan 4,35% dari bobot badan domba, artinya sudah memenuhi kebutuhan nutrien domba. Hasil penelitian Hadi (2017) menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering domba lokal jantan umur kurang dari satu tahun yang diberikan ransum dengan komposisi 40% konsentrat dan 60% hijauan berkisar antara 704,09 729,11 g/ekor/hari. Dibandingkan perolehan data pada pengamatan ini, konsumsi bahan kering sudah memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi seekor domba yang sedang tumbuh. Konsumsi bahan kering pada domba yang diberikan perlakuan P1 - P3 berkisar antara, 1059,80-1278,17 g/ekor/hari. Data selisih tersebut menunjukkan adanya selisih yang besar antara rataan konsumsi tertinggi dengan yang terendah, untuk melihat keberagaman antar perlakuan dilanjutkan dengan analisis ragam. Selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan (Lampiran 6.) untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Tabel 6. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap KBK Ransum Perlakuan Rataan KBK Ransum Signifikansi 0,05 -----------------g---------------- P2 1059,81 a P3 1061,52 a P1 1278,17 b Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

29 Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa perlakuan tanpa menggunakan tongkol (P1) memiliki konsumsi bahan kering yang berbeda nyata atau lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 dan P3. Tingginya konsumsi bahan kering ransum pada P1 dapat disebabkan faktor palatabilitasnya yang lebih tinggi daripada perlakuan yang lain. Penggunaan konsentrat dan ampas tahu sudah umum digunakan sebagai pakan oleh peternak karena memiliki rasa, tekstur, bau yang disukai oleh ternak, yang menyebabkan ternak lebih banyak mengkonsumsi perlakuan tersebut. Berbeda dengan ransum yang diberikan campuran tongkol jagung yang pada umumnya masih jarang diberikan pada ternak. Penggunaan tongkol jagung diduga mengurangi palatabilitas dari ransum yang menyebabkan konsumsi bahan kering pada ransum menjadi rendah. Perlakuan penambahan tongkol jagung masih belum bisa meningkatkan konsumsi bahan kering ransum pada ternak. Menurut Forbes (2002), bahwa palatabilitas suatu pakan akan menentukan proporsi banyaknya pakan yang dimakan, ternak akan memilih pakan sesuai dengan kebutuhan nutrien serta karakteristik dari pakan, dan dipengaruhi oleh pengalaman dalam mengkonsumsi suatu bahan pakan yang diberikan, sehingga domba akan mencocokan pola makannya bergantung pada keadaan metabolismenya. Selain itu, hal yang menyebabkan adanya perbedaan konsumsi bahan kering ransum antar perlakuan diduga dapat disebabkan sudah terpenuhinya kebutuhan nutrien masing-masing ternak. Meskipun konsumi bahan kering pada P2 dan P3 lebih sedikit dibandingkan P1, diduga dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak percobaan. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi ternak akan mengkonsumsi ransum untuk kebutuhan produksinya. Namun menurut pendapat Trinugraha (1998), bahwa volume normal rumen akan membatasi konsumsi pakan, sehingga apabila kapasitas daya tampung rumen

sudah tidak mendukung meskipun kebutuhan nutrien ternak belum terpenuhi tetap saja konsumsi ransum akan terhenti. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Lokal Pertumbuhan seekor ternak dikontrol oleh konsumsi ransum dari ternak tersebut. Ransum yang dikonsumsi khususnya energi akan digunakan ternak untuk kebutuhan pokok dan apabila kebutuhannya berlebih akan digunakan untuk kebutuhan produksinya. Banyaknya jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ternak akan menentukan pertambahan bobot badan harian dari ternak tersebut. Semakin tinggi konsumsi, maka semakin banyak zat-zat makanan yang dimanfaatkan oleh tubuh untuk pertambahan bobot badan harian. Laju pertambahan bobot badan harian yang baik menandakan produktivitas dari ternak tersebut baik pula. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu ciri adanya pertumbuhan dari seekor ternak. Pertambahan bobot badan harian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya rumpun domba, umur, jenis kelamin, genetik, lingkungan, dan tata laksana pemeliharaan. Hasil Penelitian Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) pada Domba Lokal jantan disajikan pada Tabel 7. Pada tabel tersebut tampak bahwa rataan pertambahan bobot badan harian dari yang terendah sampai tertinggi, kisaran 86,59-105,32 gr/ekor/hari dengan rataan PBBH secara keseluruhan adalah 95,95 g/ekor/hari. 30

Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (g/ekor/hari) Domba Lokal Jantan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 --------------------------------g------------------------------ 1 117,14 114,76 162,38 2 81,90 100,95 88,10 3 85,71 151,90 52,38 4 139,05 56,19 30,95 5 42,86 95,24 84,29 6 109,05 112,86 101,43 Total 575,71 631,90 519,52 Rataan 95,95 105,32 86,59 Keterangan: P1 = Rumput Lapangan 60% + ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P2 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol Jagung 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% P3 = Rumput Lapangan 40% + Tongkol jagung olahan FAKB 20% + Ampas tahu 20 % + Konsentrat 20% Hasil penelitian dari yang terendah sampai tertinggi adalah 86,59 g/ekor/hari (P3), 95,95 g/ekor/hari (P2), dan 105,32 g/ekor/hari (P1), dengan rata-rata 95,95 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan pada penelitian ini tergolong baik karena melebihi konsumsi normal harian domba. Menurut Dhalika dkk., (2010), domba lokal jantan yang diberi rumput lapangan hanya mencapai pertambahan bobot badan harian sebesar 42,67 g/ekor/hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kusumaningrum (2013) yang menyatakan bahwa domba lokal jantan yang diberi 60% rumput lapangan dan 40% konsentrat menghasilkan pertambahan bobot badan 80 g/ekor/hari. Data tersebut kemudian diuji menggunakan analisis ragam (lampiran 8.) untuk mengetahui keberagaman antar perlakuan, hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan olahan tongkol jagung yang direndam dengan filtrat abu kayu bakar (FAKB) dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba 31

32 lokal jantan berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan pertambahan bobot badan harian. Berdasarkan analisis ragam, perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan, keadaan ini dapat disebabkan nilai gizi setiap perlakuan tidak jauh berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dikontrol oleh konsumsi pakan khususnya konsumsi energi. Selanjutnya dinyatakan bahwa naik turunnya pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsumsi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan harian antara perlakuan ransum tanpa tongkol jagung (95,95 g/ekor/hari), ransum yang ditambahkan tongkol jagung tanpa olahan (105,32 g/ekor/hari) dan yang ditambahkan tongkol jagung olahan FAKB (86,59 g/ekor/hari) terlihat adanya selisih yang tidak terlalu besar. Penambahan pakan tongkol jagung ke dalam ransum mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba yang diduga dipengaruhi oleh kecernaan dari ransum tersebut. Pemberian ransum dengan penambahan tongkol jagung dan tongkol jagung olahan FAKB mampu meningkatkan pertambahan bobot badan harian karena kecernaannya diduga baik meskipun palatabilitasnya kurang. Selain itu, diduga telah mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak, apabila konsumsi ransum telah melebihi kebutuhan hidup pokoknya, ternak akan mengubah zat makanan tersebut menjadi urat daging dan lemak yang nantinya akan meningkatkan pertambahan bobot badan harian. Hal ini menunjukkan bahwa P2 dan P3 pada konsumsi bahan kering ransum lebih sedikit yang dimakan. Namun meskipun begitu diduga kecernaanya

33 sama dengan pakan yang tidak diberikan tongkol jagung (P1) atau bahkan lebih baik, dengan begitu penambahan tongkol jagung giling dan tongkol jagung giling FAKB diduga memiliki kecernaan yang baik, sehingga menjelaskan bahwa pemberian tongkol jagung olahan FAKB maupun tidak olah pada ransum dapat digunakan sebagai sumber serat pengganti hijauan dan dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian domba lokal jantan.