BAB I PENDAHULUAN. Penataan Kawasan Wisata Spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin, Tamanbali-Bangli

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Fasilitas Wisata Air di Blahkiuh 1

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Mandala Wisata Samuantiga 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Komunitas Fotografi di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir 2015 Penataan Pantai Purnama Gianyar 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Restoran aneka bali boga di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN -1- pepeoeoeoekonhcfkjsnfo. SEMINAR TUGAS AKHIR FASILITAS PENUNJANG pepeoeoeoekonhcfkjsnfo

BAB I PENDAHULUAN. City Hotel di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai luas daratan ± 5.632,86 Km². Bali dibagi menjadi 8 kabupaten dan 1 Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

Yusmaini Eriawati, M.Hum. Dra. Vita Lutfi Yondri, M.Hum. Sugeng Riyanto, M.Hum. Muhammad Chawari, M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. panorama alam, keberadaan seniman, kebudayaan, adat-istiadat dan sifat religius

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

PENGEMBANGAN TAMAN REKREASI DI LOKAWISATA BATURADEN

Universitas Sumatera Utara

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA

Denpasar Tourism and Cultural Information Center BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan. Youdastyo / Kompleks Wisata Perikanan Kalitirto I- 1

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

LAPORAN SEMINAR TUGAS AKHIR Pusat Pengolahan dan Kedai Kopi di Rendang, Karangasem BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. ii Denpasar Aquatic Centre

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi dengan membawa perubahan besar diseluruh belahan dunia. Disamping manfaat yang dapat kita rasakan dan nikmati, di sisi lain dampak yang ditimbulkan cukup memprihatinkan. Timbul banyak kisah depresi menghinggapi seluruh lapisan sosial masyarkat, mulai dari kalangan atas hingga menengah kebawah. Sehingga timbul keinginan untuk melakukan wisata-wisata yang jauh dari dunia yang biasa kita hadapi dengan segala hirup pikuk kehidupannya. Sehingga banyak perkembangan industri pariwisata yang mulai bergeser, terdapatnya perubahan orientasi pasar yang mengarah kepada pola wisata yang menekankan kepada aspek penghayatan dan penghargaan pada aspek kelestarian alam, lingkungan dan budaya. Dimasa mendatang pariwisata perlu dilandasi dengan visi kelestarian dan pemberdayaan, yang arahnya kepada kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta penghargaan pada nilai-nilai sosiokultural kemasyarakatan. 1

Dilihat dari sejarah perkembangan pariwisata di Bali, dimana para penekun spiritual yang melakukan perjalanan dan pencarian di Bali. Rsi Markandeya sebagai tokoh spiritual yang pertama menjejakan perjalanan di Bali untuk melakukan pencarian kesucian batin dan keseimbangan alam. Dari sana mulailah Bali dikenal dengan berbagai objek wisatanya, dimana objek wisata yang dimiliki sangat beragam yaitu objek wisata laut, objek wisata alam, dan juga objek wisata spiritual. Dengan tatanan kehidupan, agama, seni, sosial dan budaya yang unik menjadi Bali sebagai tujuan wisata yang mulai dikenal hingga ke mancanegara. Menurut perhitungan dari jumlah wisatawan, 10%-15% wisatawan yang masuk kategori MICE merupakan wisatawan spiritual. Sejak tahun 2009 wisata spiritual sudah mulai dikenal dimana jumlah kunjunganya mencapai 6,9 juta wisman dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 7 juta wisman. Jenis wisata ini biasanya bertujuan untuk mencari ketenangan dan suasana yang berbeda dari wisata konvensional pada umumnya. Wisata spiritual yang dimaksud merupakan kegiatan berwisata yang tidak hanya dapat dikunjungi oleh salah satu pemeluk agama saja, namun juga bagi pemeluk-pemeluk agama lain. Sehingga kegiatan wisata spiritual ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan wisata lainnya dimana memerlukan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, hanya saja lebih mengarah pada hal-hal kerohanian jiwa. Dalam hal objek wisata spiritual sendiri, Bali sangat terkenal dengan pulau seribu pura yang memiliki kawasan wisata yang berdekatan daerah hijau seperti persawahan dan hutan yang asri. Dilihat dari jumlah wisatawan dari tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali mencapai 3.766.638 orang pada tahun 2014, dimana meningkat 3,73% dari tahun 2013. Dimana objek wisata terkenal yang telah ada sebelumnya di Kabupaten Bangli sendiri, yaitu Desa Adat Panglipuran, Danau Batur, Desa Adat Songan, Pura Batur, dan masih banyak destinasi wisata lain. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli tahun 2014, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli sebanyak 616.637 orang dengan perincian 394.206 orang wisatawan asing dan 222.431 orang wisatawan domestik. Bila dibandingkan dengan tahun 2012 jumlah wisatawan meningkat, 2

untuk wisatawan asing 13,77%, sedangkan wisatawan domestik 10,30%. Sehingga dalam perkembangan wisata pemerintah Kabupaten Bangli kembali ingin mengembangkan dan menambah objek wisata demi meningkatkan volume wisatawan. Salah satunya Desa Guliang Kangin, Taman Bali yang terletak di kawasan Bangli selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Gianyar. Desa Guliang Kangin merupakan salah satu desa di kabupaten Bangli yang telah dikukuhkan sebagai desa wisata berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 16 Tahun 2014. Desa Guliang Kangin memiliki potensi wisata yang cukup menarik seperti hamparan sawah, dan ladang sebagai sumber penghidupan masyarakat pada umumnya, memiliki tempat tempat tradisional dan terkait dengan sejarah Bali, utamanya terkait kerajaan Gelgel dan Kerajaan Bangli, Tamanbali, dan Nyalian, serta terdapat Pancoran Solas sebagai tempat melukat. Selain potensi desa yang ada, mata pencaharian masyarakat sebagai pengerajin tikar pandan, peternak sapi dan babi, dan kehidupan masyarakat yang masih kental akan tradisi dan budaya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun manca negara. Melihat minat dan peningkatan wisata spiritual di Bali khususnya, selain itu juga semakin meningkatnya peminat wisata spiritual melukat di beberapa objek seperti Pesiraman Pura Dalem Pingit lan Pura Kusti (Sebatu,Gianyar), Pura Tirta Empul (Tampaksiring, Gianyar), dan Pura Tirta Sudamala (Sedit, Tamanbali), pihak Desa Guliang Kangin melihat peluang yang cukup potensial yang dimiliki, yaitu Pancoran Solas untuk dijadikan sebagai objek wisata spiritual. Dengan potensi alam dan nilai sejarah pada Pancoran Solas sehingga mampu menjadi daya tarik wisatawan dengan nuansa yang lebih berbeda dari objek wisatawan yang telah ada. Dari cerita lahirnya Desa Guliang Kangin, berawal dari mengungsinya raja Gelgel generasi VI yang bernama Dalem Dimade. Awalnya beliau tinggal di desa Blahpane, namun setelah lama tinggal disana kesehatan beliau semakin menurun, hingga akhirnya beliau pindah ke Desa Guliang Kangin yang dulunya benama Desa Tambangwilah, setelah melalui beberapa proses upacara dan mandi di Pancoran Solas. Semenjak itu beliau merasa lebih tenang dan nyaman, hingga akhirnya beliau kembali membugar dan memberikan nama pancoran tersebut sebagi Pancoran Solas. Pancoran Solas yang berarti 11 buah pancoran, terdiri dari 3

1 pancoran diatas (melambangkan Ongkara), untuk keperluan upacara dan 10 pancoran dibawahnya melambangkan dasa aksara (Sa Ba Ta I Na Ma Si Wa Ya), untuk keperluan melukat, membantu proses pembersihan atau penyembuhan sekala-niskala. (sumber : wawancara dengan Bapak Ngakan Putu Suarsana selaku bendesa adat pada tanggal 30 September 2015) Bapak Ngakan Putu Suarsana juga menyatakan bahwa, Pancoran Solas pada tahun 60-an, dulunya memiliki aura magis, dipercaya mampu menyembukan penyakit, memberikan rasa tenang dan nyaman dan banyak didatangi oleh warga sekitar untuk melakukan kegiatan melukat, namun bencana alam longsor yang terjadi sekitar tahun 1990, telah membuat pancoran solas ditinggalkan oleh warga sebagai tempat melukat. Dengan potensi sekitar area Pancoran Solas yang dimiliki mulai dari keindahan alam yang masih asri, ketenangan dan kenyamanan dimana jauh dari kegiatan dan hirup pikuk kota, perkebunan pandan yang dijadikan bahan utama pembuatan tikar oleh masyarakat sekitar, serta terdapat prosesi kegiatan upacara melasti yang dulunya sering dilakukan pada Pancoran Solas oleh warga sekitar yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan domestik untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Namun selain potensi yang dimiliki kawasan tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang ada pada kawasan ini, yaitu kapasitas parkir yang kurang memadai, kontur pada kawasan yang curam, jalur pedestrian menuju pancoran solas belum memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan, belum terdapat sistem petanda yang jelas, sistem penerangan yang belum tersedia, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya (toilet, ruang ganti, loker, dan lain-lain). Sehingga perlu dilakukan penataan kembali dan penambahan beberapa fasilitas pendukung guna menarik minat para warga sekitar maupun masyarakat Hindu di Bali, serta para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin sebagai kawasan wisata spiritual. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut : 4

1. Apa saja penataan yang perlu dilakukan pada kawasan pancoran solas untuk dapat menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata spiritual? 2. Bagaimana menata fasilitas pariwisata yang bersifat komersial dan sakral, serta sarana penunjang pada kawasan Pancoran Solas agar menjadi kawasan yang baik dalam konteks Kawasan Wisata Spiritual? 3. Tema apakah yang cocok dengan fungsi dan kebutuhan untuk mewadahi kegiatan di Wisata Spiritual Pancoran Solas? 4. Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan penataan kawasan wisata spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari rumusan masalah yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui penataan-penataan yang diperlukan pada kawasan pancoran solas untuk dapat menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata spiritual 2. Untuk menata fasilitas pariwisata yang bersifat komersial dan sakral, serta sarana penunjang pada kawasan pancoran solas agar menjadi kawasan yang baik dalam konteks Kawasan Wisata Spiritual 3. Untuk menentukan tema yang cocok dengan fungsi dan kebutuhan untuk mewadahi kegiatan di Wisata Spiritual Pancoran Solas 4. Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan penataan kawasan wisata spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin 1.4 Metode Perancangan Metode perancangan yang akan digunakan dalam penataan Kawasan Wisata Spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin ini adalah menggunakan metode perancangan yang dikemukakan oleh Snyder dan Catanese (dalam Pradhana A.W, 2014) ditulis pada bukunya yang berjudul Pengantar Arsitektur di tahun 1989, terdapat 5 langkah dalam proses perancangan, yaitu proses permulaan, persiapan, pembuatan usulan, evaluasi, dan tindakan. Dalam penyusunan Seminar Tugas Akhir ini dari 5 langkat tersebut proses permulaan, persiapan, proses pembuatan 5

usulan yang digunakan, sedangkan evaluasi dan tindakan dilanjutkan pada tahapan Studio Tugas Akhir. Berikut adalah penjabaran mengenai 5 langkah dari proses perancangan tersebut. 1. Permulaan Permulaan merupakan tahap awal dari sebuah perancangan yakni meliputi kegiatan melakukan perumusan dan juga penjabaran mengenai permasalahan yang terjadi dalam merancang penataan Kawasan Wisata Spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin. Perumusan tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah atau latar belakang mengapa judul proyek ini perlu diadakan dan kemudian dilakukan perumusan terhadap masalah-masalah yang muncul, seperti yang telah dijabarkan pada sub bab latar belakang dan rumusan masalah. Selanjutnya hasil tersebut akan digunakan dalam penentuan alternatif-alternatif yang berhubungan dengan permasalahan tersebut. 2. Persiapan Persiapan atau juga disebut proses penyusunan program ini adalah tahap pengumpulan, menganalisis informasi secara sistematik tentang permasalahan, dan juga penyusunan konsep desain mengenai perancangan penataan Kawasan Wisata Spiritual Pancoran Solas di Desa Guliang Kangin. Jenis-jenis data yang digunakan, yaitu : a. Data primer adalah data-data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumbernya, dalah hal ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Data primer ini diperoleh melalui : Observasi dan dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung dengan cara mengambil foto-foto mengenai fasilitas-fasilitas diwadahi dalam kegiatan-kegiatan wisata spiritual pancoran solas. Wawancara yaitu teknik tanya jawab dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan data tentang kawasan wisata spiritual pancoran solas serta fasilitas-fasilitasnya. 6

Survei Instasional yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintahan terkait dalam hal ini Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli, Bappeda Kabupaten Bangli, Badan PU Kabupaten Bangli, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, dan Kantor Desa Guliang Kangin yang berhubungan dengan penataan kawasan wisata spiritual pancoran solas di Desa Guliang Kangin, baik itu berupa peraturan dan kebijakan maupun data-data lain yang dibutuhkan. b. Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan oleh pihak lain, yang kemudian digunakan peneliti sebagai pertimbangan dalam penelitiannya. Data-data sekunder ini diperoleh melalui studi literature yaitu teknik dengan mencari sumber-sumber yang dapat mendukung data tentang Penataan Kawasan Wisata Spiritual Pancoran Solas melalui buku-buku, majalah, artikel, maupun internet mengenai pengertian judul, standarstandar ruang, dan lain-lain. Kemudian data tersebut dianalisis, sehingga didapat simpulan mengenai pengertian, sasaran, dan tujuan proyek ini. dengan demikian pemecahan masalah mengenai kebutuhan ruang baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diperlukan dalam fasilitas ini melalui studi pemrograman fungsional, perfomansi, dan arsitektural dapat diketahui untuk kemudian dirumuskan ke konsep desain yang nantinya digunakan pada proses berikutnya. 3. Pembuatan usulan Merupakan tahap menyampaikan gagasan-gagasan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan uang telah dianalisis sebelumnya. Tahapan ini juga sering disebut dengan sintesis, yaitu memadukan serangkaian pertimbangan-pertimbangan dari konteksnya (sosisal, ekonomi, fisik), program, kondisi tapak, keinginan klien, teknologi baru, estetika, dan nilainilai dari perancanganya. Diharapakan gagasan-gagasan ini berupa penyajian yang menyatukan sejumlah pokok-pokok pembahasan dalam bentuk fisik. 7

4. Evaluasi Merupakan tahap mengevaluasi gagasan-gagasan yang dihasilkan oleh perancang pada tahap pembuatan usulan. Evaluasi atau penilaian usulanusulan tersebut meliputi pembanding pemecahan-pemecahan rancangan yang diusulkan dengan sasaran dan kriteria yang dikembangkan pada tahap penyusunan program. 5. Tindakan Tahap tindakan dari proses perancangan meliputi aktivitas-aktivitas yang dihubungkan dengan persiapan dan pelaksanaan sebuah proyek, seperti penyiapan dokumen pelaksanaan dan bertindak sebagai hubungan antara pemilik dan kontraktor. Lima tahapan diatas akan berulang kembali pada proses sebelumnya secara berturut-turut setelah berada pada tahap ke-lima proses perancangan untuk memberikan timbal balik dari hasil rancangan terhadap program-program yang telah ditetapkan diawal. Dengan demikian diharapkan akan ditemukan suatu pemecahan yang memuaskan. 8