BAB 5 : PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan pada pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

KONSEP DASAR ILMU GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 230 juta. Angka ini akan mengalami kenaikan sebesar 3% atau bertambah

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

KARBOHIDRAT. Sumber energi utama bagi manusia dan hewan Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan Melalui proses fotosintesis, + 6 H 2 O C 6

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah pengidap diabetes melitus (diabetesi) di dunia saat ini terus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Kontrol Gula Darah Anda. Apa? Mengapa dan Bagaimana?

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

PENDAHULUAN. psikologis, dan perubahan kondisi sosial. 2 Kondisi ini membuat kebutuhan asupan gizi lansia perlu diperhatikan untuk mencegah risiko

I. PENDAHULUAN. Pada abad modern ini, filosofi makan telah banyak mengalami pergeseran. Makan

DISERTASI. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Doktor di Program Doktor Ilmu Pertanian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB I PENDAHULUAN. penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

Diet Hipertensi, Diabetesi Tetap Minum Obat Herbal Untuk Diabetes

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

DIABETES MELLITUS. DYAH UMIYARNI P, SKM,M.Si

KUESIONER PENELITIAN

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik

I. PENDAHULUAN. Sejak dulu, tanaman aren atau enau merupakan tanaman penghasil bahanbahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

ANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 2

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

Semua karbohidrat berasal dari tumbuhtumbuhan

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

POLA KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN INDEKS GLIKEMIK DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Dorlan, 2012). disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

Transkripsi:

BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian dilakukan pada pasien rawat jalan di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2018 sebanyak 52 orang. Karena keterbatasan waktu, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti, maka peneliti hanya meneliti beberapa variabel saja yaitu kadar glukosa darah, konsumsi sayur dan konsumsi buah. Pada variabel konsumsi sayur dan buah alat ukur yang digunakan adalah formulir Semi Quantitative-Food Frequency (SQ-FFQ). Responden susah mengingat bahan makanan apa saja yang dikonsumsi dan jumlahnya, sehingga ada beberapa jenis bahan makanan yang tertinggal dan ada juga yang tidak tercantum dalam SQ-FFQ. Pada pengukuran kadar glukosa darah puasa yang diambil darah intravena dengan hasil pengukuran kadar glukosa darah 126 mg/dl dilakukan 1 kali. Pengukuran dilakukan oleh petugas laboratorium rumah sakit islam Ibnu Sina Padang. 5.2 Analisis Univariat 5.1.1 Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kadar glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSI Ibnu Sina Padang tahun 2018 yang tidak terkontrol 34 respon den (65,4 %) dan kadar glukosa darah puasa terkontrol 18 orang responden (34,6 %), dimana rata-rata kadar glukosa darah

puasa 163,75 mg/dl ±61,57mg/dl dengan kadar glukosa darah puasa minimum 68mg/dl dan nilai maksimum 330mg/dl. Ini sejalan dengan penelitian Fitri RI, Yekti Wirawanni menunjukkan bahwa sebagian besar subjek (76,1%) dengan kadar glukosa darah puasa termasuk tinggi (126mg/dl) 23. Bentuk yang paling sederhana dari molekul gula adalah glukosa, dimana glukosa merupakan produk akhir dari proses pencernaan karbohidrat yang diserap dari usus ke aliran darah. Banyak ditemui pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu dan jagung. Jumlah glukosa di dalam darah dapat terlihat dari keseimbangan jumlah yang masuk dengan jumlah darah yang keluar. Ada tiga macam sumber glukosa dar ah yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, glikogen dan sebagian dari asam amino 27. Tingginya kadar glukosa darah puasa responden disebabkan karena banyak faktor seperti asupan gizi yang tidak terkontrol, aktifitas fisik dan edukasi. Berdasarkan data dari hasil wawancara dengan responden bahwa responden belum dapat menjalankan empat pilar diabetes mellitus dan menerapkan 3J ( jadwal, jenis dan jumlah) karena responden masih ketergantungan dengan obat. Responden rutin setiap bulan kontrol kadar glukosa darah ke poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Ibnu Sina Padang, hampir setiap bulan responden rutin konsumsi obat diabetes untuk menstabilkan kadar glukosa darahnya. 5.1.2 Konsumsi Sayuran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi sayur responden Diabetes Mellitus tipe-2 di poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang tahun 2018, diperoleh dari hasil wawancara kuisioner SQ-FFQ. Untuk konsumsi sayur responden dilihat dari rerata konsumsinya 272,24 gram±

64,87 gram dengan konsumsi minimum 113,71 gram dan konsumsi sayur maksimum 425,48 gram. Dari hasil distribusi konsumsi sayur dapat diketahui bahwa ada hubungan konsumsi sayur golongan B yang kurang 86,5% (45 orang) dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol 65,4% (34 responden). Dan ini sejalan dengan penelitian Andi Mardhiyah Idris dkk, yang hasil penelitian menunjukkan sebagian pasien DM tipe-2 dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol memiliki tingkat konsumsi sayuran yang tidak baik dari kebutuhan yaitu sebesar (97,1%) dan hanya (2,9%) pada pasien yang kadar glukosa darah terkontrol 24. Sayuran merupakan salah satu bahan pangan yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Di dalam sayuran banyak mengandung kadar air tinggi dan dapat dikonsumsi mentah tanpa diolah ( dalam keadaan segar) atau telah diproses melalui perebusan. Sayuran adalah sumber serat yang mudah dijumpai dalam menu sehari-hari di masyarakat. Kecukupan asupan serat sekarang dianjurkan semakin tinggi, karena banyak manfaar terutama bagi penderita DM dianjurkan 25 gr/hr 22. Responden dalam mengkonsumsi sayur belum bervariasi hanya mengkonsumsi apa yang ada disekitarnya, sayuran dari golongan A yang paling sering dikonsumsi responden seperti kangkung, toge, labu siam, ketimun karena ini merupakan jenis sayuran yang mudah didapat dan sudah menjadi kebiasaan responden. Sedangkan untuk sayur golongan B responden lebih sering konsumsi seperti wortel, bayam ini dikarenakan mudah didapat, disamping itu responden tidak terbiasa makan sayur 3 kali dalam sehari. Dimana rerata mengkonsumsi sayur 1-2 kali sehari dan apa yang disediakan oleh keluarga. Disarankan kepada

responden untuk mencukupi kebutuhan serat dalam sehari, harus mengkonsumsi sayur dari golongan A tanpa diperhitungkan banyaknya karena mengandung sedikit kalori. Untuk konsumsi sayur dari golongan B dianjurkan 2 kali dengan takaran 100 gram dalam satu kali makan. 5.1.3 Konsumsi Buah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi buah pasien DM tipe-2 dipoliklinik penyakit dalam Rumah sakit Islam Ibnu Sina Padang tahun 2018, dengan rata-rata konsumsi buah responden 224,42 gram± 67,25 gram dengan konsumsi buah responden minimum 97,62 gram dan konsumsi buah maksimum 372,86 gram. Dari hasil SQ-FFQ tingkat konsumsi buah dilihat dari nilai indeks glikemiknya, bahwa semakin tinggi nilai indeks glikemiknya maka kadar glukosa darah puasa responden juga tidak terkontrol. Ini sejalan dengan penelitian Andi Mardhiyah Idris, Nurhaedar Jafar, Rahayu Indriasri bahwa pasien yang memiliki kadar glukosa darah terkontrol sebagian besar mengkonsumsi buah baik yaitu 68,8%, sedangkan pada pasien dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol termasuk dalam konsumsi buah kurang baik 24. Buah-buahan adalah sumber serat atau fiber yang diperlukan manusia, karena serat merupakan komponen dari tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, dengan arti kata bahwa enzim pencernaan yang tidak mampu mengurai serat menjadi komponen yang mudah diserap. Buah-buahan juga memiliki nilai indeks glikemik yang cukup bervariasi yaitu rendah (<55), sedang (56-69) dan tinggi (>70) 28. Dalam budaya masyarakat perkotaan mengkonsumsi buah dengan cara dijus serta penambahan gula, akan meningkatkan kalorinya 150-300 kalori. Oleh sebab

itu mengkonsumsi buah yang terlalu matang dan minum jus bergula perlu dibatasi, agar dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Badan kesehatan dunia (WHO) menganjurkan untuk mengkonsumsi buah 150 gram setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang, sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang (29). Berdasarkan hasil data konsumsi buah responden dengan menggunakan SQ- FFQ responden lebih banyak konsumsi buah dengan cara di jus dengan penambahan sedikit gula atau susu dari pada konsumsi langsung karena rerata responden berusia diatas 50 tahun lebih. Adapun buah yang sering dikonsumsi responden adalah mangga, semangka, pisang, apel, pir, pepaya dan melon. Responden juga masih ketergantungan dengan obat. 5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Hubungan Konsumsi Sayur den gan Kadar Glukosa Darah Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa antara konsumsi sayur golongan A dan sayur golongan B dengan kadar glukosa darah puasa responden tidak terkontrol 34 orang, hasil analisis sayuran A menunjukkan bahwa nilai p<0,05 (pvalue = 0,006) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi sayuran golongan A dengan kadar glukosa darah puasa. Dan hasil analisis konsumsi sayuran golongn B yang menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 (p-value = 0,028) yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi sayuran B dengan kadar glukosa darah puasa pada responden di poliklinik RSI Ibnu Sina Padang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Andi dkk tahun 2014 penelitian menunjukkan sebagian pasien DM tipe-2 dengan kadar gula darah tidak terkontrol memiliki tingkat konsumsi sayuran yang tidak baik dari kebutuhan yaitu sebesar

97,1% dan hanya 2,9% pada pasien yang kadar gula darah terkontrol. Uji fisher s exact test menyatakan ada hubungan yang bermakna konsumsi sayuran dengan kontrol kadar glukosa darah 24. Sayuran merupakan sumber vitamin, min eral dan serat. Serat makanan adalah merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus besar, serat makanan tersebut meliputi pati, polisakarida, oligosakarida, lignin dan bagian tanaman lainnya, secara fisis serat dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang serat larut dan serat tidak larut air. Konsumsi serat memberikan manfaat positif terhadap kadar glukosa darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe-2, sersat makanan akan memperlambat proses pengosongan lambung dan penyerapan glukosa oleh usus halus. Penelitian ini dilakukan Siti Fathimatuzhroh pada tahun 2017 menunjukkan bahwa hubungan antara asupan serat dengan kadar glukosa darah puasa dimana 92,5% (37 orang) termasuk dalam kategori kurang. Dari penelitian konsumsi sayur golongan A dan sayur golongan B dilihat dari kebiasaan makan responden dalam mengkonsumsi sayur belum bervariasi dan belum mencukupi kebutuhan sesuai dengan syarat diet yang dianjurkan serta faktor lainnya. 5.2.2 Hubungan Konsumsi Buah dengan Kadar Glukosa Darah Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi buah dengan nilai indeks glikemik rendah 34 orang responden dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol, dimana nilai p >0,05 (p-value = 0,391) yang artinya tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi buah nilai IG rendah dengan kadar glukosa darah puasa. Dan sebaliknya mengkonsumsi buah dengan nilai indeks glikemik tinggi 34 orang responden dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol dimana nilai p < 0,05 (p-value = 0,001) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara konsumsi buah nilai IG tinggi dengan kadar glukosa darah puasa. Berdasarkan penelitian Andi Mardhiyah bahwa dari hasil pengumpulan data konsumsi buah dapat dijelaskan dimana pasien yang memiliki kadar glukosa darah terkontrol sebagian besar mengkonsumsi buah baik yaitu 68,8% sedangkan pada pasien dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol semua termasuk dalam konsumsi buah kurang baik 24. Kenaikan kadar glukosa darah adalah kandungan serat, adanya zat anti nutrien,bentuk fisis, pemasakan, keadaan dan besar partikel pada pati, protein dan adanya interaksi antara protein dan zat pati. Bila dibandingkan dengan bahan makanan tinggi serat lain buah-buahan memiliki indeks glikemik relatif lebih rendah setelah kacang-kacangan, yaitu 50,0%, biji-bijian 60,0%, sayuran 65,0%, sedangkan kacang-kacangan hanya 31,0%.10 Hal tersebut dapat disebabkan selain memiliki indeks glikemik yang relatif rendah buah-buahan juga mengandung serat yang cukup tinggi sehingga dapat menimbulkan perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan menghindari intake energi yang berlebihan, sehingga dapat dijelaskan bahwa pada pasien yang mengkonsumsi buah dalam jumlah yang kurang akan cenderung memiliki intake energi yang melebihi kebutuhan karena pasien DM cenderung merasa lapar akibat selsel yang kekuran gan gula. Hal ini didukung oleh Gropper, bahwa gel dapat memperlambat

gerak peristaltik zat gizi (gula darah) dari dinding usus halus menuju daerah penyerapan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah 30. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi buah nilai indeks glikemik tinggi dengan kadar glukosa darah tidak terkontrol. Jadi tidak hanya kandungan gula yang harus diperhatikan bagi penderita diabetes mellitus tetapi indeks glikemiknya juga harus dilihat, apakah termasuk yang rendah atau tidak. Selain nilai indeks glikemik, yang perlu diperhatikan lagi adalah beban glikemik, karena beban glikemik akan melihat seberapa besar tubuh menyerap dari makanan, maka semakin besar kandungan glukosa dari makanan tersebut.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian hasil penelitian maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Rata-rata umur responden 57 dengan umur minimum 33 tahun dan maksimum 74 tahun. Dan lebih dari separuh 67,3% responden berjenis kelamin perempuan. 2. Rata-rata kadar glukosa darah puasa 163,75 mg/dl dan lebih dari separuh responden kadar glukosa darah tidak terkontrol. 3. Konsumsi rata-rata sayur 272,24 gram dan lebih dari separuh 86,5% responden kurang konsumsi sayur golongan B 4. Rata-rata konsumsi buah responden (224,42 gr) dan responden kurang konsumsi buah dengan nilai indeks glikemik rendah (137,43 gr). 5. Ada hubungan yang bermakna antara konsumsi sayur dan buah dengan kadar glukosa darah. 1.2 Saran 1. Bagi Rumah Sakit Bagi pihak rumah sakit disarankan dapat memberikan edukasi / penyuluhan khususnya kepada pasien Diabetes Mellitus tentang penerapan empat pilar Diabetes mellitus dan 3J (jumlah, jenis dan jadwal).

2. Bagi peneliti Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel asupan serat yang dipisah antara serat laut dan serat tidak larut, dengan kadar glukosa darah puasa.