BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

Membangun Kedisiplinan Melalui Aktivitas Berlatih Di Klub Pembinaan Olahraga Prestasi. Oleh: Danang Wicaksono

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUATAKA. tujuan (Mc. Donald dalam Sardiman A.M, 2001:73-74). Menurut Mc. Donald. motivasi mengandung 3 elemen penting, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI pada Setiap Indikator Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB II KAJIAN TEORI. keinginan. Sedangkan menurut Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MOTIVASI MEMILIH PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DI SMA NEGERI 10 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal dimana tempat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesiapan Kerja. mempraktekkan sesuatu. Pendapat yang hampir sama dikemukakan Kartono dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pemberian motivasi, maka pemberian motivasi terhadap karyawan sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Belajar Pada prinsipnya berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal (1) mengetahui apa yang akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi (mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari) tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Untuk dapat memahami pengertian dari motivasi belajar, terlebih dahulu memahami pengertian dari motivasi. Motivasi belajar merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu motivasi dan belajar. Kata motivasi berasal dari kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Berawal dari kata motif tersebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman 2012). 1

Mc Donald dalam bukunya Sardiman (2012) mengartikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Kemudian Gray et al (dalam Winardi, 2001) mendefinisikan motivasi sebagai hasil sejumlah proses, yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatankegiatan tertentu. Dengan demikian motivasi adalah suatu dorongan baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar diri individu yang mengerakkan individu untuk mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap, tindak tanduk agar individu terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Jadi motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan optimal jika kalau ada motivasi yang tepat. (Sardiman, 2012) Keinginan untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan akan mendorong siswa untuk melakukan aktivitas belajar, aktivitas belajar ini tidak akan tercipta apabila siswa tidak memiliki keinginan atau motivasi untuk belajar. Dalam kondisi demikian motivasi belajar sangat berperan dan dibutuhkan serta berpengaruh terhadap masa depan selanjutnya. Djamarah 2

(2011) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Menurut Sardiman (2012) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Kemudian Dimyati dan Mudjiono (2013) mendefinisikan motivasi belajar adalah segi kejiwaan yang mengalami perkembangan yang terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan fisiologis siswa. Dari itu mereka menyimpulkan bahwa motivasi belajar berkaitan dengan proses belajar. Motivasi belajar sangat diperlukan karena dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah energi yang menggerakkan atau mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut sehingga tujuan belajar dapat tercapai. 2.1.1 Macam-macam Motivasi Belajar Dalam membicarakan macam-macam motivasi hanya akan dibahas dari dua sudut pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang yang disebut motivasi intristik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik (Sardiman,2012). a) Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena 3

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinstik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Sedangkan seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sangat dibutuhkan dan sangat berguna kini dan mendatang. Djamarah (2011) mengatakan motivasi itu intrinsik, bila tujuannya tidak dapat terlepas atau melekat pada situasi belajar, kebutuhan serta tujuan siswa ntuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran tersebut. Misalnya siswa tertantang senang mengerjakan tugastugas yang sulit dan berusaha untuk menemukan penyelesaiannya sendiri. Siswa termotivasi belajarnya semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran tersebut, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapatkan pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah, melainkan karena memiliki orientasi masa depan.pada akhirnya kegiatan belajar dapat dipandang sebagai jalan menuju ke realisasi cita-cita. b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh siswa itu belajar karena tahu besok ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik, lulus ujian dengan nilai yang memuaskan. Dengan hasil belajar dan nilai yang baik tesebut siswa dapat menghindari hukuman dari guru maupun orang tua, 4

mendapat pujian dari teman, dan mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung berkaitan dengan esensi yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan, motivasi ini diperlukan supaya siswa tetap semangat dan mau belajar. Berbagai macam cara dapat dilakukan supaya siswa tetap termotivasi untuk belajar, terutama oleh guru disekolah. Menurut Djamarah (2011) guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat siswa dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dan menggunakannya dalam rangka menunjang proses interaksi belajar mengajar dikelas. Peranan motivasi ekstrinsik ditegaskan oleh Sardiman bahwa, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik sangat perlu dan tetap dibutuhkan, karena keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponenkomponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga perlu motivasi ekstrinsik. 2.1.2 Aspek-Aspek Motivasi Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Adapun aspek-aspek motivasi belajar menurut 5

Sudjana (2005) adalah sebagai berikut : a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, yaitu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan menaruh perhatian terhadap pelajaran dan minat siswa terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan. b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugasnya, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar akan selalu berusaha melakukan tugas pekerjaanya sebaik mungkin, selalu bersikap mandiri dan memiliki target nilai untuk meningkatkan semangat siswa dalam melakukan tugasnya. c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan selalu bertanggung jawab terhadap tugas yang diterima artinya tidak pernah mengabaikan tugas yang diberikan. d. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memperhatikan guru ketika sedang mengajar dan aktif bertanya ketika proses belajar mengajar berlangsung. e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, artinya siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akan memusatkan perhatian sepenuhnya terhadap tugas yang diberikan dan tidak mudah menyerah atau putus asa ketika mengerjakan tugastugasnya. 6

Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang digunakan untuk alat ukur atau angket motivasi belajar adalah aspek-aspek yang dikemukakan oleh Sudjana (2005) karena aspek ini mengungkap hakikat motivasi belajar secara lebih mendalam, yaitu bagaimana motivasi dapat memunculkan minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, bagaimana motivasi dapat menimbulkan semangat siswa untuk melakukan tugas-tugasnya, bagaimana motivasi dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam tugas-tugasnya, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru dan bagaimana motivasi dapat memberikan rasa senang dan puas pada siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dimyati dan Mudjiono (2013) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah: a. Cita-cita atau aspirasi siswa Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai, penentu target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. b. Kemampuan siswa Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugastugs perkembangan. Keinginan seorang anak perlu diiringi dengan kecakapan. Contohnya keinginan membaca perlu diiringi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. 7

c. Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah akan menganggu perhatian belajar dan begitu sebaliknya. d. Kondisi lingkungan Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah unsur-unsur yang keberadaanya dalam proses belajar yang tidak stabil. Kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya kondisi- kondisi yang sifatnya kondisional misalnya emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga f. Upaya guru dalam pembelajaran siswa Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari pengusaan materi, cara menyampaikanya, menarik perhatian siswa dan mengelola hasil belajar siswa. Sependapat dengan hal tersebut, Sardiman (2012) mengemukakan 8

bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu: a. Kebudayaan Setiap kelompok budaya mempunyai pandangan tersendiri terhadap pendidikan. Jika suatu wilayah mempunyai nilai budaya yang tinggi terhadap pendidikan, masyarakat budaya tersebut akan banyak mendorong perilaku anak didik untuk belajar keras agar menjadi orang yang benr-benar terdidik. b. Lingkungan keluarga Berdasarkan penelitian yang sudah ada selama ini, keluarga terbukti memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa karena perkembanganya motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi pada setiap perkembangan. c. Lingkungan sekolah Lingkungan sekolah menyangkut sarana prasarana sumber-sumber belajar, media belajar, hubungan siswa dengan teman-temanya, gurugurunya, serta staf sekolah lainnya, suasana pelaksanaan kegiatankegiatan belajar mengajar, dan sebagainya. Sekolah yang kaya akan aktivitas belajar memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik, dan diliputi suasana akademis yang wajar akan sangat mendorong semangat belajar siswa. d. Keinginan siswa itu sendiri untuk belajar Keinginan dari siswa sendiri untuk belajar merupakan hal penting. Dengan siswa memiliki keinginan untuk belajar maka siswa tersebut 9

akan memperoleh manfaat dari hasil belajarnya, menjadi orang terdidik, serta memiliki keahlin di bidang tertentu. usha untuk mencapi tujuan tersebut dilakukan dengan keinginan sebdiri tanpa paksaan dari orang tua maupun faktor-faktor diluar siswa seperti hadiah, pujian dan sebagainya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring yang selanjutnya menimbulkan program belajar sepanjang hayat, akan tetapi pada kenyataanya motivasi belajar siswa tidak selamanya stabil. Hal ini disebabkan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tersebut seperti citacita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran serta upaya guru dalam pembelajaran siswa. Motivasi belajar siswajuga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan keinginan siswa itu sendiri untuk belajar. 2.1.4 Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Menurut Sardiman (2012) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar siswa di sekolah, antara lain : a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru mencapai angka atau nilai yang 10

baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya yang baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja. b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. c. Saingan/kompetisi Saingan / kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-involment Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. e. Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh 11

karena itu pemberian ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. f. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. g. Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah reinforcement positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi maka pemberianya harus tepat. h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. i. Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada maksud. Hasrat untuk belajar itu berarti pada anak didik itu memang ada motivasi belajar sehingga sudah barang tentu 12

hasilnya akan lebih baik. j. Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu kan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai dirasa berguna dan menguntungkan. Maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar individu dapat tumbuh apabila ada orang lain yang mendorong individu tersebut untuk belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi belajar individu, diantaranya adalah memberi angka, mengetahui hasil dari pekerjaannya, memberikan pujian, memberikan hukuman, hasrat untuk belajar, memberikan hadiah, saingan/kompetisi, ego involment, memberi ulangan, minat dan tujuan yang diakui. 2.2 Disiplin Belajar 2.2.1. Definisi Disiplin Verhoven dan Carvalho (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan bahwa disiplin berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini antara lain berarti ketaatan, metode pengajaran, mata 13

pelajaran dan perlakuan yang cocok bagi seorang murid atau pelajar. Ellis (dalam Unaradjan, 2003) di bidang psikologi dan pendidikan kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran. Sehubungan dengan definisi tersebut, kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan (Perkins dalan Unaradjan, 2003). Makna lain dari kata yang sama ialah seseorang yang mengikuti pemimpinnya ( Kelly dalam Unaradjan, 2003). Matindas (dalam Unaradjan, 2003) menyatakan bahwa disiplin pada dasarnya adalah kepatuhan pada peraturan. Artinya, bila seseorang berperilaku disiplin, ia diharapkan bertingkah laku patuh, menurut, dan mengikuti aturanaturan tertentu dilinukungannya. Menurut Tu u (2004) disiplin merupakan sesuatu yang menyatu di dalam diri seseorang. Bahkan disiplin itu sesuatu yang menjadi bagian dalam hidup seseorang, yang muncul dalam pola tinggkah lakunya sehari hari. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak proses pembinaan cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam pendidikan di sekolah. Keluarga dan sekolah menjadi tempat penting bagi pengembangan disiplin seseorang 2.2.2.Definisi Disiplin Belajar Maman Rachman (dalam Tu u, 2004) menyatakan bahwa disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. 14

Winkel (2004) mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar merupakan sikap mental individu atau masyarakat yang menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku, sebagai upaya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuanpemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. 2.2.3.Pentingnya Disiplin Menurut Tu u (2004) disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan. Disiplin penting karena alasan berikut ini: 1. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya. 2. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran. 3. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin. 15

4. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang. Berdasarkan kutipan di atas penulis meyimpulkan disiplin belajar penting bagi siswa, karena disiplin belajar membantu siswa mengoptimalkan potensi dan prestasinya, suasana sekolah dan juga kelas lebih kondusif, memenuhi harapan orang tua, dan merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. 2.2.4.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin Perilaku disiplin perlu adanya kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Disiplin belajar akan tercipta apabila siswa memiliki kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Menurut Tu u (2004) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu: 1. Kesadaran diri Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman. 2. Pengikutan dan ketaatan Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. 16

3. Alat pendidikan Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 4. Hukuman Sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Tu u (2004) menambahkan masih ada faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin, yaitu: 1. Teladan Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh terhadap disiplin para siswa. 2. Lingkungan Berdisiplin Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut. 3. Latihan Berdisiplin Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. 17

Berdasarkan kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin belajar, yaitu : kesadaran diri, pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, dan hukuman. Dan ada tiga faktor lain yaitu : teladan, lingkungan berdisiplin, dan latihan berdisiplin. 2.2.5.Unsur - Unsur Disiplin Tu u (2004) mengemukakan unsur - unsur disiplin adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. 2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. 3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. 5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku. Berdasarkan kutipan di atas, penulis setuju dengan pendapat dari Tu u bahwa disiplin memiliki 5 unsur, diantaranya adalah mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum, siswa yang meiliki disiplin akan menunjukan sikap sesuai dengan peraturann, nilai dan hukum yang berlaku. Dislipin bisa muncul karena adanya kesadaran diri atau bisa dari luar. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan 18

nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. Peraturan-peraturaan yang berlaku digunakan sebagai pedoman dan ukuran perilaku. 2.2.6.Fungsi Disiplin Disiplin belajar sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin belajar menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku,dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Berikut ini beberapa fungsi disiplin menurut Tu u (2004), yaitu: 1. Menata Kehidupan Bersama Fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar. 2. Membangun Kepribadian Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. 3. Melatih Kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. 19

4. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. 5. Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah. 6. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan. 20

Berdasarkan kutipan diatas, penulis setuju bahwa disiplin berfungsi untuk mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dengan adanya kepatuhan dan ketaatan oleh peratuan yang telah disepakati, maka hubungan antara individu akan terjalin dengan baik, serta membuat lingkungan yang kondusif. Disiplin juga dapat membangun dan melatih kepribadian. Lingukngan yang tertib, teratur, tenang, tentram dapat mempengaruhi dalam membentuk kepribadiam. Kepribadian tersebut dapat tebentuk melalui latihan. Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman atau sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. 2.3 Hubungan Antara Disiplin Belajar dengan Motivasi Belajar Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan membentuk perilaku siswa agar menjadi orang yang berguna dan berprestasi tinggi dalam bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut 21

Prijodarminto (1994) yaitu Disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin belajar pada siswa sangat diperlukan tingkat konsistensi dan kebiasaan yang teratur dalam kegiatan proses belajar mengajar karena dalam belajar membutuhkan beberapa faktor salah satu diantaranya adalah kebiasaan dalam disiplin belajar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai nilai ketaatan, dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar sosial. Sedangkan Mc. Donald (Sardiman, 2001) berpendapat bahawa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi adalah daya penggerak atau pendorong yang ada di dalam diri individu untuk melakukan sesuatu demi mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dengan menerapkan sikap disiplin dalam belajar pada siswa, maka diharapkan pula dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam belajar siswa dan juga siswa semakin rajin, kreatif dan aktif dalam belajarnya. 22

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila siswa memiliki disiplin yang tinggi maka dengan sendirinya ia juga akan memiliki sikap motivasi belajar yang tinggi pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam belajarnya. Namun apabila seorang siswa kurang memiliki disiplin belajar rendah, maka motivasi belajar juga akan rendah bahkan sama sekali tidak ada. Ini semua dikarenakan adanya interaksi antara disiplin belajar dan sikap motivasi belajar yang berhubungan antara keduanya yang dapat meningkatkan cara siswa dalam belajar yang lebih aktif. Upaya untuk menumbuhkan kedisiplinan belajar dan motivasi belajar tidak terlepas dari peran aktif guru dan lembaga di Sekolah yang didukung dengan adanya tata tertib sekolah serta peran serta orang tua dan keluarga dirumah agar selalu menanamkan dan menumbuhkembangkan sikap kepada anak didiknya yakni dengan senantiasa menerapkan sikap disiplin dalam belajar dan memotivasi siswa agar rajin belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Dengan kata lain sistem sosial dan tata tertib atau peraturan sekolah harus sudah diketahui dan diperkenalkan kepada anak masuk sekolah. Suatu hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh guru sediri mungkin pada permulaan sekolah ditanamkan dan ditumbuhkan dasar pendidikan moral, sosial, susila, etika dan agama dalm setiap pribadi anak. Untuk membentuk kepribadian anak yang berbudi pekerti yang luhur, disiplin, kreatif, aktif, dinamis, serta berinteligensi. 2.4 Penelitian Yang Relevan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa di kelas XI jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI 1Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Dari hasil penelitian di Kelas XI Jurusan 23

Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI 1 Yogyakarta menjunjukkan bahwa disiplin belajar siswa berada pada kategori sedang yaitu 87,19 dan motivasi belajar berada pada kategori sedang yaitu dengan nilai mean 85,17. Berdasarkan perhitungan analisis hipotesis diperoleh harga r sebesar 0,733 sehingga rhitung > rtabel (0,733 > 0,207). Maka dalam hal ini motivasi belajar terhadap hubungan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa di Kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMK PIRI 1 Yogyakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila siswa memiliki disiplin yang sedang maka dengan sendirinya ia juga akan memiliki sikap motivasi belajar yang sedang pula, sehingga dapat mendukung atau meningkatkan keberhasilan dalam belajarnya. 2.5 Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi Arikunto, 1997). Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah Ada hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar. 24