BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seorang peneliti harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

MORFOFONEMIK BAHASA MELAYU DELI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian dan tinjauan pustaka.

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

Analisa dan Evaluasi Afiks Stemming untuk Bahasa Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

VERBA YANG BERKAITAN DENGAN AKTIVITAS MULUT: KAJIAN MORFOSEMANTIK

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

PENELURUSAN BENTUK BAKU KATA BAHASA INDONESIA

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

AFIKS DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR LAMPUNG POST. Oleh

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PENYIMPANGAN GRAMATIKAL PADA BERITA UTAMA KORAN KENDARI POS EDISI FEBRUARI

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS. jadian. Dalam proses tersebut, ada empat komponen yang terlibat, yaitu (i) masukan

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

Media Informatika Vol. 7 No. 1 (2008) PERANGKAT LUNAK SISTEM PENENTUAN KATA DASAR SUATU KATA DALAM SUATU KALIMAT SECARA OTOMATIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

ANALISIS KESALAHAN PROSES MORFOLOGIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KRADENAN TAHUN AJARAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang peneliti harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai dengan data-data yang kuat seperti, buku-buku, skripsi, tesis, ataupun disertasi yang ada hubungannya dengan yang diteliti. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengambil hasil penelitian yang berjudul Bahasa Melayu Dialek Deli Medan (1984). Buku ini menulis tentang morfologi secara lengkap yang terdiri atas bentuk terikat, perulangan, kata majemuk. Dalam buku ini bentuk terikat terdiri atas bentuk terikat awalan, bentuk terikat akhiran, bentuk terikat bergandengan, bentuk terikat ganda. Perulangan terdiri atas jenis dan arti perulangan, perulangan kata kerja, perulangan kata keadaan yang terdiri atas perulangan seluruhnya, perulangan sebagian, perulangan dengan bubuhan, perulangan dengan bubuhan varian fonem. Skripsi Azain (1999) yang berjudul Proses Morfologi Bahasa Melayu Dialek Perak : Suatu Analisis Deskriptif di Daerah Perak Tengah Negeri Perak Malaysia. Menurut beliau proses morfologis bahasa Melayu Dialek Perak terdapat (1). afiksasi yang terdiri atas prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan proses pengimbuhan afiks gabung yang ditinjau dari segi bentuk, distribusi, fungsi dan nosi. (2). Reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Perak terdiri atas 7

reduplikasi secara utuh (murni), sebagian, bervariasi (berubah bunyi), dan brimbuhan. (3). Komposisi atau pemajemukan yang ditinjau dari segi ciri, bentuk dan sifat. Adapun penelitian saya mengkaji tentang Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, yang penulis batas tentang Afiksasi saja yang masih sedikit dilakukan penelitiannya. 2.2 Teori yang Digunakan Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Ramlan (2009) dengan judul Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi, ditambah beberapa buku pendukung lainnya seperti buku karangan Chaer (2008) yakni Morfologi Bahasa Indonesia. Sesuai dengan judul yang penulis bicarakan Morfofonemik Bahasa Melayu Dialek Hamparan Perak, tentunya tidak terlepas dari apa yang disebut morfologi. Untuk itu penulis akan menguraikan pengertian morfologi sebagai berikut: Ramlan (2009:21) mengatakan, Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Menurut Verhaar (2006:52) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Menurut Kridalaksana (2008:159) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya. Menurut Chaer (2008:3) morfologi adalah ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. 8

Dari beberapa pendapat ahli bahasa dapat diambil suatu kesimpulan bahwa morofologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Kata morfofonemik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu morfem dan fonem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna (Chaer, 2007:137). Ramlan (2009:32) mengatakan morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil: satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Morfofonemik dapat diartikan sebagai kajian morfologi yang menjelaskan perubahan fonologis yang terjadi karena morfem yang satu dengan morfem yang lain dalam rangka pembentukan kata. Morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonemfonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya (Samsuri,1980:201). Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi Chaer (2008:43). Kridalaksana (2007:183) mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfologi adalah suatu cara pembentukan kata-kata dari satuan lain merupakan bentuk dasar dengan menghubungkan satu dengan yang lainnya. Dalam tata bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) proses pembentukan afiks (afiksasi), (2) proses pengulangan (reduplikasi), (3) proses 9

pemajemukan. Dalam penelitian ini hanya membahas proses pembentukan afiks (afiksasi), yaitu terdiri atas : (1) prefiks (awalan), (2) sufiks (akhiran), (3) konfiks (imbuhan gabung). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa morfofonemik adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata yang terjadi karena proses morfologis. Menurut Chaer (2008:43) morfofonemik adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Menurut Ramlan (2009:83) morfofonemik adalah mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Chaer (2008:43) membagi beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi. 2.2.1 Jenis Morfofonemik Chaer (2008:43) membagi jenis perubahan fonem dalam morfofonemik ini dalam lima wujud, yaitu pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem, perubahan fonem dan pergeseran fonem. 1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada. me + baca membaca. 10

Dalam proses pengimbuhan sufiks an pada dasar hari akan muncul bunyi semi vokal [y] Hari + an hariyan. 2. Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Dalam proses pengimbuhan akhiran wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan. ber + renang berenang sejarah + wan sejarawan 3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. me + sikat menyikat pe + sikat penyikat prefiks pe- pada bentuk dasar sikat, maka fonem /s/ pada sikat itu diluluhkan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks pe-. 4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Contoh, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, diman fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. ber + ajar belajar. 11

Dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan fonem, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. ter + anjur terlanjur. 5. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks i pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti. lompat + i me.lom.pati. Dalam pengimbuhan sufiks an pada dasar jawab. Di sini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban. ja.wab + an ja.wa.ban. 2.2.2 Kaidah Morfofonemik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaidah adalah aturan yang sudah pasti (2010). Kaidah morfofonemik ialah aturan-aturan tertentu mengenai proses morfofonemik itu. Kridalaksana (2008:102) mengatakan, kaidah morfofonemik adalah kaidah menguraikan variasi tiap-tiap anggota suatu morfem. 1. Kaidah morfofonemik afiks menmen- mem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, f, p/. men- + bawa membawa men- + fitnah memfitnah men- + paksa memaksa 12

men- men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, d, j, t/. men- + cari mencari men- + dasar mendasar men- + jaga menjaga men- + tulis menulis men- meny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal fonem /s/. men- + sapu menyapu men- + sambal menyambal men- + sayur menyayur men- meng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a, e, g, h, i, k, o, u /. men- + aku mengaku men- + ekor mengekor men- + gali menggali men- + halau menghalau men- + ikat mengikat men- + khususkan mengkhususkan men- + karang mengarang men- + operasi mengoperasi 13

men- + uap menguap men- me- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m, n, r, w, y/. men- + lupakan melupakan men- + maafkan memaafkan men- + naik menaik men- + ramal meramal men- + warisi mewarisi men- + yakinkan meyakinkan men- menge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, l/. men- + cat mengecat men- + las mengelas 2. Kaidah morfofonemik afiks penpen- pem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b, p/. pen- + bawa pembawa pen- + pakai pemakai 14

pen- pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c, d, t/. pen- + cari pencari pen- + dorong pendorong pen- + tulis penulis pen- peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/. pen- + saring penyaring pen- peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /g, h, k/. pen- + gali penggali pen- + halau penghalau pen- + khianat pengkhianat pen- + karang pengarang pen- pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m, r, w/. pen- + lupa pelupa pen- + malas pemalas pen- + ramal peramal pen- + waris pewaris 15

pen- penge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal /b, c, l/. pen- + bor pengebor pen- + cat pengecat pen- + las pengelas 3. Kaidah morfofonemik afiks berber- be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, r/. ber- + kerja bekerja ber- + runding berunding ber- + rantai berantai ber- bel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/. ber- + ajar belajar ber- ber- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, s, t/. ber- + kata berkata ber- + sejarah bersejarah ber- + tugas bertugas 4. Kaidah morfofonemik afiks per- per- pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/. 16

per- + ringanan peringanan per- pel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/. per- + ajar pelajar per- per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/. per- + tiga pertiga 2.2.3 Fungsi Proses pembubuhan afiks meliputi fungsi dan arti. Fungsi ialah kemampuan morfem untuk membentuk kelas kata tertentu (Muslich, 2008 : 94). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan morfem yang membentuk kelas kata itu adalah morfem imbuhan. Contoh : Bentuk dasar gergaji yang berkelas kata benda apabila mendapatkan morfem imbuhan men- akan menjadi kelas kata kerja menggergaji. Dari contoh ini dapat diketahui bahwa prefiks men- berfungsi untuk membentuk kata kerja. 2.2.4 Nosi Arti atau nosi adalah arti yang ditimbulkan oleh proses afiksasi. Arti ini timbul sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain. Muslich (2008 : 66) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arti bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal, tetapi 17

arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain, arti struktural atau arti gramatikal. (Yasin, 1987 : 40) menyatakan bahwa nosi ialah arti yang timbul sebagai akibat proses morfologi. Contoh : Prefiks men- mempunyai arti melakukan tindakan seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya, dalam kata membaca, menendang, mengantar. 18