BAB II TINJAUAN TEORI. (1986) dalam teori segitiga cinta (triangular theory of love) unsur cinta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) mengatakan bahwa. tinggi. Abraham Maslow (1970) dalam Hergenhanh (1980) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan peralihan dari masa remaja. Perkembangan sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan untuk berteman. Dalam berelasi, masing masing individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Cinta 1. Pengertian Cinta Penelitian mengenai cinta di populerkan oleh Robert Sternberg (1986) dalam teori segitiga cinta (triangular theory of love) unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu keintiman (intimacy) gairah (passion) komitmen (commitment). Setiap komponen itu pada setiap orang berbedabeda derajatnya. Menurut Stenberg ada yang hanya tinggi di gairah tapi rendah di komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila dalam ketiga komponen itu berada dalam proporsi yang seimbang dan sesuai pada suatu waktu tertentu (Setiawan, 2014) Pakar psikologi lainnya Froom (2005) mengatakan cinta adalah suatu seni, dan sama seperti seni-seni lainnya, jika kita mau mempelajarinya, kita perlu belajar bagaimana mencintai. Cinta tidak sekedar ketertarikan, falling in love (jatuh cinta) yang secara spontan muncul saat kita bertemu dengan seseorang yang kita anggap menarik. Mencintai membutuhkan proses, dimulai dengan mempelajari teori dan mempraktikannya sehingga mencintai menjadi intuisi. Agar menjadi master dalam mencintai, mencintai haruslah menjadi tujuan tertinggi. Menurut Robert Heinlein (Panaiyotou, 2005) cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencintai. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh 7

8 Rubin dalam (Azhar, 2014) cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berfikir, merasa dan bertingkah laku. Seorang psikiater dari amerika Scott Peck dalam (Susanti & Widjarnako, 2015), cinta adalah keinginan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual sendiri atau perkembangan spiritual orang lain. Cinta sejati selalu membawa pertumbuhan, bukan bersifat posesif yang obsesif (keinginan memiliki dilandasi motivasi yang salah, yaitu hanya untuk menyenangkan diri sendiri). Cinta dalam pertumbuhan yaitu, cinta itu membawa kebaikan bagi seorang yang sedang mencintai dan bagi orang yang dicintai. Tidak membuat seorang tertekan, dipaksa mencintai atau mengorbankan sesuatu yang salah dengan alasan cinta. Perasaan cinta adalah suatu perasaan emosi yang bersifat positif yang memiliki pengaruh positif juga bagi individu yang menjadi pasangannya (Dariyo, 2004) Dari pengertian yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa cinta merupakan suatu bentuk emosi positif yang mengandung unsur ketertarikan, perhatian, hasrat seksual, dan komitmen pada pasangan demi mempertahankan hubungannya. Serta dapat membawa kebaikan bagi pasangan yang sedang di cintainya.

9 2. Jenis-Jenis Cinta Dalam perkembangan selanjutnya, Sternberg (1986) mengkombinasikan ketiga komponen cinta yang berbeda-beda yang kemudian terbentuk delapan jenis cinta, antara lain: a. Liking, liking hanya mewakili komponen intimacy. Hal ini membentuk dasar bagi persahabatan yang dekat (close friendship), tanpa disadari oleh adanya passion dan commitment. Liking seringkali disebut juga jenis cinta yang dapat bertahan lama. b. Infatuation, infatuation adalah cinta pada pandangan pertama. ini adalah jenis cinta yang mengidealkan objek cinta. Dalam cinta ini seseorang jarang melihat pasangannya sebagai pribadi yang sebenarnya (real person) yang terkadang dapat melakukan kesalahan. Infatuation ditandai oleh passion yang tak terduga, hasrat emosi serta kontak fisik yang tinggi. Cinta ini cenderung obsesif. c. Empty love, merupakan satu jenis cinta yang berasal dari keputusan untuk mencintai seseorang dan mempunyai komitmen untuk terus mencintai pasangannya, walaupun tidak memiliki intimacy dan passion. Empty love merupakan cinta yang sudah terjalin selama beberapa tahun, tetapi sudah kehilangan keterlibatan emosional dan ketertarikan fisik. d. Romantic love, merupakan kombinasi dari intimacy dan passion. Pada dasarnya romantic love hampir sama dengan liking, namun lebih kuat. Romantic love disebabkan oleh daya tarik fisik atau emosi, sehingga

10 pria dan wanita tidak hanya tertarik secara fisik satu sama lain tetapi juga terikat secara emosional. e. Companionate love, merupakan kombinasi dari intimacy dan commitment. Jenis cinta ini dialami oelah sepasang suami istri yang sudah lama menikah dan sudah mengalami berbagai peristiwa bersamasama, sehingga mereka merasa seperti dua orang sahabat yang tidak merasakan passion dalam hubungannya. Pasangan yang tidak puas dengan hubungan cinta ini mungkin saja mencari kepuasan di luar pernikahannya demi menyalurkan passion dalam hidupnya. f. Fatuous love, merupakan jenis cinta yang berlangsung dengan capat. Cinta yang menghasilkan commitment ini hanya berdasar pada passion tanpa adanya elemen-elemen yang melibatan keintiman yang umumnya membutuhkan waktu untuk berkembang. Passion dengan cepat akan hilang dan meninggalkan commitment. Namun commitment yang terbentuk dalam waktu singkat adalah dasar yang lemah untuk mempertahankan hubungannya. g. Consumate love, consumate love terbentuk ketika intimacy, passion, dan commitment bergabung membentuk kumpulan yang unik. Banyak orang dapat mencapai cinta ini namun mengalami kesulitan untuk mempertahankannya. Karena yang menjadi kendala adalah kemampuan individu dalam memperkuat tiga komponen cinta tersebut. h. Non love, jenis cinta ini tidak memiliki komponen-komponen intimacy, passion, dan commitment. Non love merupakan hubungan yang

11 mungkin terjadi pada kebanyakan orang berupa interaksi tanpa ada rasa cinta ataupun suka. Dapat disimpulkan bahwa delapan jenis cinta menurut Stenberg yaitu Liking, Infatuation, Empty love, Romantic love, Companionate love, Fatuous love, Consumate love, dan Non Love. 3. Faktor Faktor Seseorang Mencintai Menurut Froom (2005) Fenomena cinta dapat dibahas melalui kajian psikologi sosial, khususnya dalam bidang-bidang kajian psikologi sosial terkait dengan hubungan interpersonal. Psikologi hubungan interpersonal adalah bagian psikologi sosial yang mempelajari tentang aspek-aspek perilaku dan kejiwaan yang terkait dengan fenomena hubungan soaial antara dua pribadi. Para ahli psikologi, khususnya para ahli psikologi sosial, melakukan kajian tentang cinta terkait dengan perilaku menyukai atau tertarik orang lain dalam konteks upaya menjalin hubungan di antara dua pribadi. Dalam hal ini seseorang mencintai orang lain karena dalam proses interaksi di antara dua pribadi dimulai dari seseorang memiliki ketertarikan dengan orang lain. Pengetahuan psikologi sosial tentang kemenarikan interpersonal dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemenarikan interpersonal sehingga orang dapat membangun hubungan interpersonal secara lebih baik dan pada kesempatan berikutnya itu dapat meningkatkan kualitas hidup. Dalam konteks ini, seseorang menyukai atau tertarik dengan orang lain untuk menjalin hubungan khusus dengan orang lain itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu adalah:

12 a. Kedekatan Para ahli sosiologi menyimpulkan bahwa banyak orang berhubungan atau menikah dengan pasangannya karena mereka bertemu disekitar wilayah hidupnya. Dalam hal ini, orang tertarik dengan orang lain karena secara frekuensi mereka banyak berinteraksi dengan orang lain dalam wilayah hidup yang sama. Contoh orang tertarik dengan orang lain dan kemudian menjalin hubungan interpersonal khusus dengan orang lain tersebut dapat dicontohkan dengan orang-orang yang menjadi pasangan suami dan istri karena mereka hidup dalam kompleks perumahan yang sama, mereka bekerja pada tempat yang sama, mereka kuliah pada jurusan yang sama, dan mereka beraktivitas dalam organisasi yang sama. b. Kemenarikan fisik Kemenarikan fisik dapat menjadi faktor penentu seseorang mencintai orang lain dan kemudian menjalin suatu hubungan cinta. Hal ini terutama terjadi pada para pria. Banyak pria tertarik pada wanita karena penampilan fisik yang menarik, sedang wanita lebih tertarik pada pria karena penampilan kepribadiannya. Ini terbukti dengan banyak fakta menunjukkan bahwa wanita cantik lebih mudah memperoleh teman kencan ketimbang pria yang berwajah tampan. Selain penjelasan itu, pemilihan pasangan berdasar ciri-ciri fisik juga terkait dengan prinsip keseimbangan (matching phenomena) di antara kedua belah pihak dan stereotip tentang penampilan menarik seseorang

13 yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan konsep stereotip, seseorang dianggap cantik atau ganteng lebih karena masyarakat memiliki gambaran umum tentang ideal cantik dan ganteng dalam suatu periode waktu tertentu dan untuk mengelompok masyarakat tertentu, seperti stereotip wanita cantik pada periode 2000an dalam gambaran masyarakat Indonesia adalah perempuan yang berkulit putih, rambut sebahu, dan tubuh langsing. fenomena stereotip wanita cantik tahun 2000an ini dapat ditemui dalam pembicaraan sehari-hari di kalangan public dan media massa (televisi dan majalah) c. Kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi Seseorang menyukai atau mencintai orang lain karena dapat terjadi karena ia memiliki kesamaan atau keserupaan dengan orang lain. Banyak pasangan yang memiliki kesamaan dalam nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku, lebih memilih kesempatan untuk menjalani hidup perkawinan yang bahagia d. Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya Seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya karena apabila seseorang dinilai oleh orang lain maka terdapat semacam proses psikologis dimana seseorang dimana dirinya mendapat ganjaran (hadiah) karena memperoleh cinta itu. e. Keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan Berdasar pada teori pertukaran sosial (exchange theory) yang mengacu pada hubungan yang bersifat timbal balik maka orang akan

14 mencintai dan terus mencintai orang lain karena orang lain tersebut memberi banyak keuntungan yang signifikan kepada dirinya. Keuntungan itu dapat bersifat fisik, psikologis, material, dan spiritual. Dapat disimpulkan bahwa faktor faktor seseorang mencintai menurut Froom antara lain kedekatan, kemenarikan fisik, kesamaan dan kebutuhan saling melengkapi, seseorang mencintai orang yang mencintai dirinya, dan keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan. 4. Aspek Cinta Stenberg (1997) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek yang tercakup dalam fenomena cinta, yaitu: 1. Keintiman (intimacy) merupakan kedekatan secara emosional yang meliputi perasaan yang menunjukkan adanya kedekatan, keterikatan, dan berkaitan secara emosional kepada pasangan yang menjalani hubungan satu sama lain. Keintiman juga meliputi perasaan yang menimbulkan kehangatan dalam hubungan percintaan maka dalam komponen ini pasangan lebih mengutamakan kesejahteraan dari setiap lawan jenis nya. 2. Gairah (passion), merupakan elemen motivasional dipenuhi oleh hasrat yang mengacu pada hubungan yang romantisme, serta ketertarikan secara fisik yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat dengan pasangan dan menikmati, merasakan sentuhan fisik ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya dalam hubungan percintaan.

15 3. Komitmen (commitment) yang merupakan elemen kognitif dari cinta yang dalam jangka pendek mengacu pada keputusan seseorang untuk mencintai pasangannya dan untuk jangka panjang mengacu pada komitmen seseorang untuk menjaga sekaligus mempertahankan cinta dan pasangannya dalam jangka waktu yang lama. Hal itu lebih dalam dari sekedar menyetujui untuk tetap bersama pasangan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan atau konflik yang akan mereka hadapi kedepannya selama menjalin hubungan, yang mengharuskan pasangan untuk dapat berani berkorban, mencurahkan segala perhatian dan melakukan apapun agar hubungan yang di jalaninya tetap langgeng serta terus melindungi hubungan itu dari segala bahaya dan memperbaiki keadaanya apabila hubungan yang sedang di sangat berperan penting dalam penentuan waktu apakah hubungan cinta yang di jalani akan berlangsung lama atau tidak. B. Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomer 1 tahun 1974 tentang perkawinan bab 1 pasal 1 perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Kartono (1992), Perkawinan merupakan suatu institusi sosial yang di akui di setiap kebudayaan atau masyarakat sekalipun makna

16 perkawinan berbeda-beda, tetapi prakteknya perkawinan di hampir semua kebudayaan cenderung sama perkawinan menunjukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal di hadapan agama, saksi, untuk kemudian di sahkan secara respi dengan upacara dan ritual tertentu. Menurut Marlina (2013), pernikahan adalah suatu ikatan antara lakilaki dan perempuan yang telah menginjak usia dewasa ataupun dianggap telah dewasa dalam ikatan yang sakral. Sakral karena dalam pernikahan hunumgam amtara seorang laki-laki dan perempuan menjadi sah secara agama. Menikah menurut Nen dkk (2013) adalah merupakan titik awal dari kehidupan berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan dalam pernikahan akan berdampak pada kehidupan pernikahannya secara keseluruhan. Tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi kebutuhan hajat tabiat kemanusiaan, behubungan antaran antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti ketentuanketentuan yang telah diatur oleh hukum. (Nurhasanah & Susetyo, 2015) Dari kesimpulan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah titik awal dari kehidupan berkeluarga dengan persatuan antara lakilaki dan perempuan yang telah menginjak usia dewasa ataupun dianggap telah dewasa dan saling mencintai yang disatukan dalam hadapan agama

17 dan saksi dengan segala ritual kebudayaan yang di anut. Yang bertujan untuk memperoleh keturunan. C. Pegawai Negri Sipil Pegawai negeri sipil menurut UU No 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, dalam BAB 1 pasal 1 pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundangundangan dan di gaji menurut peraturan perundang-undangan tertentu (Rafik, 2016). Dalam Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas yang lainnya, digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Kusuma, 2013) Dapat disimpulkan, pegawai negeri sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas yang lainnya, dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan di gaji menurut peraturan perundang-undangan tertentu

18 D. Kerangka Berfikir Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup dalam hubungan (relationship) dengan manusia lainnya cenderung saling membutuhkan satu sama lain, sehingga apa yang di lakukan oleh setiap individu akan berpengaruh dengan individu lainnya. Seiring dengan tugas perkembangan masa dewasa secara umum berkaitan dengan perkawinan antara lain, belajar hidup bersama sebagai pasangan dan memulai membina keluarga (Hurlock, 2010) Dari banyaknyanya persoalan dalam pernikahan yang tidak teratasi hingga berahir dengan perceraian bagi PNS yang berpenghasilan dari pemerintah yang di tentukan oleh golongan serta tinggi rendahnya pendidikan akah sangat berpengaruh terhadap cara berfikir seseorang baik dalam mengambil keputusan maupun dalam mengatasi emosi dan egonya saat terjadi konflik dalam rumah tangga. Dari situ tentunya membuat mereka berani untuk mengambil sikap termasuk dalam hal menentukan arah kehidupan rumah tangga nya. Tujuan dari setiap pernikahan adalah memiliki perkawinan yang berhasil. Individu yang perkawinannya berhasil, pastinya akan mengalami kebahagiaankarena mereka akan menggunakan cara-cara yang positif dalam mengatasi konflik dan permasalahan yang timbul dalam kehidupan rumah tangga yang sedang dijalani (Susanti & Widjarnako, 2015). Sebagaimana dalam Feldman (1989) dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa cinta

19 memegang peran penting dalam suatu hubungan dan cinta merupakan faktor kunci dalam kesuksesan pernikahannya tersebut. Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh tuhan pada sepasang manusia untuk saling memiliki saling memenuhi saling pengertian dan menyayangi satusama lain. Suatu perasaan itu didasari oleh ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya seperti sifat, kepribadian - kepribadian yang ada dalam diri, wajah, ciri fisik, penampilan, dan kelebihan lain yang dimiliki oleh seseorang Cinta adalah salah satu bentuk emosi yang mengandung unsur ketertarikan, hasrat seksual, dan perhatian pada seseorang. Menurut Sternberg (1986) dalam teori segitiga cinta (triangular theory of love) unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu keintiman (intimacy) gairah (passion) komitmen (commitment). Dia mengemukakan bahwa hubungan percintaan dapat disebut cinta yang sempurna apabila dalam hubungan itu memiliki tiga komponen cinta tersebut. Hasil penelitian terdahulu oleh Setiawan (2014) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan cinta berdasarkan tipe kepribadian yang di lambangakan dalam kode warna, tipe kepribadian dengan kode warna biru dan putih memiliki cinta yang paling tinggi baik dari aspek keintiman, gairah, maupun aspek komitmen, sedangkan orang yang bertipe kepribadian merah dan kuning memiliki tingkat cinta paling rendah di semua aspek.

20. Pernikahan Cinta 1. Intimacy 2. Passion 3. commitment Usia Jenis Kelamin Usia Pernikahan Tingkat Pedidikan Gambar 1 Kerangka berfikir