III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. diperoleh dari sawah dengan spesies Pomacea canaliculata Lamarck. Keong mas

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang menjadi percobaan yaitu puyuh jepang (Coturnix-coturnix

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. bungkil kedelai, tepung gamal (Gliricidia sepium), dan pucuk tebu (Saccharum

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Jerami Jagung yang dipergunakan, sebanyak 80 kg yang berasal dari limbah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah puyuh (Coturnix coturnix

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Jimmy Farm Cianjur. Pemeliharaan dimulai dari 0 sampai 12 minggu sebanyak 100

III BAHAN DAN METODE. dan masing-masing unit percobaan adalah lima ekor puyuh betina fase produksi.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tradisional Babah Kuya yang terletak di pasar baru. Pasak bumi yang digunakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan yaitu meliputi : sekitar kebun di Sukabumi Jawa Barat.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan

Lampiran 1. Prosedur Pengambilan Sampel dan Data. kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105 o C selama 12 jam untuk

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang dijadikan objek percobaan adalah puyuh betina yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan penelitian yang digunakan adalah itik pedaging jantan dengan bobot

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumedang sebanyak 60 ekor. Itik lokal berumur 35 hari dengan bobot badan 0,8-1,2

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS. Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan menggunakan Itik Cihateup pada fase grower dengan umur 14

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2014 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini berupa ovarium domba lokal umur <1 tahun 3 tahun

Pengumpulan daun apu-apu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur afkir yang digunakan pada penelitian ini berasal dari peternakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tambahan. Bahan utama berupa daging sapi bagian sampil (chuck) dari sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Timbangan analitik dan timbangan digital, berfungsi untuk menimbang. 2. Oven, berfungsi untuk mengeringkan sampel

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diambil dari hasil penelitian oleh Balia, dkk. (2017) dengan judul Pemanfaatan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. grower yaitu umur 14 minggu dengan rata-rata bobot badan 1043 gram ± 51,631

Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami...Nesty R.

Keterangan : A = Berat Cawan Alumunium B = Berat cawan alumunium + sampel sebelum dioven C = Berat cawan alumunium + sampel setelah dioven

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmot Cavia porcellus

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang diamati dalam penelitian ini adalah ayam broiler strain cobb

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 di

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

MATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang dipelihara sebanyak 48 ekor, berumur 14 minggu (fase grower) yang

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 48 ekor itik Cihateup fase grower dengan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daging paha Ayam

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mulai fase starter sampai finisher (1-45 hari) sebanyak 100 ekor. Ayam dibagi

MATERI DAN METODE. Produksi Ternak Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau pada bulan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2012 di Desa. Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya Kabupaten Kampar.

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

Tata letak percobaan secara acak selama penelitian adalah sebagai berikut : D2 B1 D3 B3 B2 E3 C2 C3 A2 D1 A3 E2

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di kandang Mutiara Robani Jalan Sekuntum Gang

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

Keteknikan Pengolahan Pangan, Laboratorium Isolasi, Laboratorium Teknologi. Pengolahan Pangan, Laboratorium Kimia Pangan, Laboratorium Invivo,

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Kering dengan Metode Analisis. 2. Mendinginkan cawan alumunium dalam eksikator selama 15 menit dan

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Bahan Makanan 1. Rumput Lapang Rumput berfungsi sebagai bahan pakan utama bagi domba. Rumput lapang akan diperoleh dari sekitar kandang domba Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Rumput Lapang Berdasarkan Bahan Kering Komponen Komposisi Bahan kering (%) 21,85 Abu (%) 9,33 Protein (%) 9,10 Serat kasar (%) 28,76 Lemak kasar (%) 4,72 BETN (%) 48,09 TDN (%) 60,63 Energi (Kkl/kg) 2994 Sumber: Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2016). 2. Kulit Pisang Ambon Pisang Ambon yang digunakan berjenis pisang Ambon kuning. Kulit pisang yang digunakan berasal dari pisang Ambon yang masih mentah. Kulit pisang Ambon diperoleh dari pasar tradisional yang ada di sekitar Bandung dan Jatinangor (pasar Caringin, Gede Bage, dan Tanjungsari). Analisis zat makanan kulit pisang Ambon dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan Kulit Pisang Ambon Mentah Berdasarkan Bahan Kering Komponen Komposisi Bahan kering (%) 39,70 Abu (%) 11,20 Protein kasar (%) 7,82 Serat kasar (%) 20,40 Lemak kasar (%) 1,87 BETN (%) 58,70 TDN (%) 56,70 Tanin* (%) 5,32 Sumber: Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2016). *Laboratorium Riset dan Pengujian Bioteknologi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2016). 22 3. Konsentrat Konsentrat berfungsi sebagai bahan pakan tambahan bagi domba selain rumput lapang. Konsentrat yang digunakan berasal dari konsentrat komersial KPBS Pangalengan. Tabel 4. Kandungan zat makanan konsentrat Komponen Komposisi Bahan kering (%) 92,68 Abu (%) 14,21 Protein (%) 13,76 Serat kasar (%) 18,76 Lemak kasar (%) 9,37 BETN (%) 43,90 TDN (%) 65,22 Energi (Kkl/kg) 3499 Sumber: Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2016).

23 3.1.2. Cairan Rumen Cairan rumen berfungsi sebagai sumber mikroba rumen yang berperan dalam proses fermentasi secara in vitro. Cairan rumen yang digunakan berasal dari domba lokal dari tempat pemotongan milik Bapak Bandi di daerah Caringin, Jatinangor. 3.1.3. Larutan Saliva Buatan Larutan saliva buatan digunakan sebagai suatu medium buffer yang menyerupai kondisi rumen yang sesungguhnya, yaitu 39-40 C, ph 6,5-6,8. Pembuatan saliva buatan ini mengacu kepada metode McDougall (1948) yang dikutip Tilley dan Terry (1963). Prosedur pembuatan larutan saliva buatan tercantum pada Lampiran 1. 3.1.4. Zat Kimia 1. Larutan NaCl fisiologis berfungsi sebagai larutan pengencer dalam penghitungan bakteri dan protozoa. 2. HgCl 2 berfungsi untuk mematikan mikroba rumen pada saat dilakukan penyaringan. 3. Aquadest berfungsi untuk membersihkan alat, bahan campuran untuk larutan pengencer. 4. Alkohol berfungsi untuk sterilisasi alat. 3.1.5. Gas Karbondioksida (CO 2 ) Gas Karbondioksida berfungsi dalam percobaan in vitro untuk membuat isi tabung dalam suasana anaerob.

24 3.2. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan sebelum inkubasi, peralatan selama inkubasi dan peralatan penghitungan mikroorganisme cairan ruman. 3.2.1. Peralatan Sebelum Inkubasi 1. Timbangan digital untuk menimbang sampel pakan. 2. Wadah digunakan untuk menyimpan bahan penyusun ransum. 3. Golok untuk mencacah rumput. 4. Hammer mill untuk memperkecil ukuran partikel bahan pakan. 5. Termos berisi air hangat dengan kisaran suhu 39 0-40 0 C, untuk membawa cairan rumen pada kondisi suhu yang sesuai dengan kondisi suhu yang sebenarnya. 6. Kain saring muslin untuk menyaring cairan rumen. 7. Gelas Beaker untuk menampung saliva buatan 8. ph meter untuk mengukur ph saliva buatan. 9. Stirer, untuk mengocok larutan McDougall agar menjadi homogen. 3.2.2. Peralatan Selama Inkubasi 1. Tabung fermentor sebagai media in vitro. 2. Penutup karet berventilasi untuk menutup tabung fermentor. 3. Waterbath, untuk media merendam tabung in vitro dengan suhu 39 0-40 0 C. 3.2.3. Peralatan Penghitungan Bakteri dan Protozoa Cairan Rumen 1. Tabung reaksi untuk pengenceran. 2. Mikroskop untuk mengamati mikroorganisme.

25 3. Pipet untuk mengambil sespensi mikroorganisme yang akan dihitung. 4. Object glass untuk menempatkan hasil pengenceran. 5. Cover glass untuk menutup permukaan object glass. 3.3. Metode penelitian 3.3.1. Pengukuran Kandungan Nurien dan Tanin Kulit Pisang 1. Pengukuran kandungan Nutrien Pengukuran menggunakan prosedur analisis proksimat yang mengacu pada AOAC (2005). Analisis yang dilakukan meliputi kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen dan energi bruto. 2. Pengukuran Kandungan Tanin Pengukuran total tanin didasarkan pada Metode Folin-Ciocalteu yang dijelaskan oleh Makkar (2003). 3.3.2. Prosedur Pembuatan Tepung Kulit Pisang Ambon 1. Mengumpulkan pisang Ambon dari berbagai pasar di sekitar Jatinangor dan Bandung. 2. Mengupas pisang Ambon dan memisahkan bagian kulitnya. 3. Menampung kulit pisang Ambon dalam wadah atau baki. 4. Menjemur kulit pisang Ambon dibawah sinar matahari sampai kering. 5. Menggiling kulit pisang Ambon dengan menggunakan hammer mill. 6. Mencampurkan tepung kulit pisang Ambon dari berbagai pasar tradisional dengan perbandingan 1:1 7. Menyimpan tepung kulit pisang Ambon di dalam toples. 8. Melakukan analisis proksimat kulit pisang Ambon di laboratorium.

26 3.3.3. Prosedur Pembuatan Ransum 1. Menyiapkan bahan-bahan penyusun ransum yang terdiri atas rumput lapang, konsentrat dan tepung kulit pisang Ambon. 2. Menimbang masing-masing bahan penyusun ransum yang telah digiling sesuai dengan presentase masing-masing perlakuan (Tabel 2). 3. Memasukan dan mencampur bahan-bahan penyusun ransum ke dalam tabung fermentor sampai homogen. Tabel 5. Susunan ransum penelitian Perlakuan No Bahan Pakan R1 R2 R3 R4 % 1 Rumput Lapang 50 40 30 20 2 Konsentrat 40 40 40 40 3 Kulit Pisang Ambon 10 20 30 40 No Tabel 6. Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Kandungan Nutrien Bahan Pakan Perlakuan R1 R2 R3 R4 % 1 Protein Kasar 10,832 10,704 10,576 10,448 2 Serat Kasar 23,924 23,088 22,252 21,416 3 Lemak Kasar 6,127 6,010 5,450 5,440 4 BETN 47,475 48,475 49,597 50,658 5. Abu 11,469 11,656 11,843 12,030 6. TDN 62,037 61,680 61,287 60,894 7. Tanin 0,532 1,064 1,596 2,128 Sumber : Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 1, 2 dan 3 3.3.4. Prosedur Percobaan In Vitro Pada tahap ini dilakukan percobaan In Vitro untuk mencari dosis level pemberian terbaik dari kulit pisang Ambon mentah. Level yang digunakan adalah 10,20,30 dan 40% kulit pisang yang digunakan untuk menggantikan rumput lapang sebagai sumber serat dalam ransum yang terdiri atas 60% hijauan dan 40% konsentrat masing masing mengandung protein ± 10% dan TDN ±60-62%.

27 Percobaan in vitro ini berpedoman kepada metode Tilley dan Terry (1963). Prosedurnya yaitu tabung fermentor sebagai media in vitro disiapkan, kemudan sampel ditimbang sebanyak 0,5 gram lalu dimasukkan ke dalam tabung fermentor. Larutan saliva buatan dimasukkan sebanyak 40 ml disertai cairan rumen sebanyak 10 ml ke dalam tabung fermentor tersebut. Gas CO 2 dialirkan ke dalam tabung kemudian ditutup dengan karet. Tabung fermentor kemudian dimasukkan ke dalam waterbath dengan suhu 39 0-40 0 C selama 24 jam dan dikocok setiap 3 jam sekali. Setelah masa inkubasi selesai ditambahkan 3 tetes HgCl 2 0,1 persen ke dalam tabung untuk membunuh mikroorganisme rumen. Sampel dari tiap tabung diambil kemudian disaring untuk dilakukan pengukuran jumlah bakteri dan protozoa. 3.3.5. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah populasi bakteri dan protozoa pada cairan rumen domba lokal. Pengukuran populasi bakteri dan protozoa dihitung menggunakan metode Breed yang sudah dimodifikasi oleh Ruyitno (1988), dimana metode Breed seharusnya dilakukan dengan melakukan pewarnaan terhadap sampel menggunakan larutan Formal Salin untuk populasi bakteri dan larutan MFS (Methylgreen Formaldehyde Saline) untuk populasi protozoa. Namun dapat dilakukan pula menggunakan mikroskop fluoresens yang tersambung ke perangkat komputer, dimana mikroskop dapat melakukan pewarnaan secara otomatis serta dapat menghitung luas daerah yang ditandai dengan pelingkaran secara otomatis menggunakan software Axio Vision, maka pewarnaan dan penggunaan haemocytometer tidak perlu dilakukan.

28 1. Pengukuran Populasi Bakteri Pengukuran populasi bakteri prosedurnya sebagai berikut: a. Supernatan yang terdapat dalam tabung plastik diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi. b. Setelah itu dilakukan dengan pengenceran sampai 10-1 dengan menggunakan 9 ml NaCl fisiologis. c. Lalu preparat untuk perhitungan bakteri dibuat dengan meneteskan satu tetes sampel hasil pengenceran dengan menggunakan mikro pipet di atas object glass kemudian ditutup dengan cover glass. d. Setelah itu dilakukan pengamatan bakteri dengan menggunakan mikroskop fluoresens dengan pembesaran 1000 kali, lalu dilakukan penandaan dengan melingkari daerah yang terdapat bakteri. Setelah dilakukan penandaan, software otomatis akan menghitung luas daerah lingkaran tersebut. e. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah bakteri dalam luas daerah lingkaran secara manual. f. Setelah jumlah bakteri dihitung, kemudian dilakukan perhitungan populasi bakteri (sel/ml cairan rumen) menggunakan rumus sebagai berikut: e ( ) d ( ) e Te e Keterangan: Luas cover glass = 20 mm x 20 mm = 400 mm 2 = 400 x 10 6 2 Volume tetes = 0,01 ml FP = Faktor pengencer e

29 2. Pengukuran Populasi Protozoa Pengukuran populasi protozoa prosedurnya sebagai berikut: a. Supernatan yang terdapat dalam tabung plastik diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. b. Setelah itu dilakukan dengan pengenceran sampai 10-1 dengan menggunakan 9 ml NaCl fisiologis. c. Lalu preparat untuk perhitungan protozoa dibuat dengan meneteskan satu tetes sampel hasil pengenceran dengan menggunakan mikro pipet di atas object glass kemudian ditutup dengan cover glass. d. Setelah itu dilakukan pengamatan protozoa dengan menggunakan mikroskop fluoresens dengan pembesaran 1000 kali, lalu dilakukan penandaan dengan melingkari daerah yang terdapat protozoa. Setelah dilakukan penandaan, software otomatis akan menghitung luas daerah lingkaran tersebut. e. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah protozoa dalam luas daerah lingkaran secara manual. f. Setelah jumlah protozoa dihitung, kemudian dilakukan perhitungan populasi protozoa (sel/ml cairan rumen) menggunakan rumus sebagai berikut: e ( ) d e Te e Keterangan: Luas cover glass = 20 mm x 20 mm = 400 mm 2 = 400 x 10 6 2 Volume tetes = 0,01 ml FP = Faktor pengencer

30 3.3.6. Analisis Statistik Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Ransum perlakuan terdiri atas : T 1 = 10% kulit pisang Ambon mentah + 50% rumput lapang + 40% konsentrat T 2 = 20% kulit pisang Ambon mentah + 40% rumput lapang + 40% konsentrat T 3 = 30% kulit pisang Ambon mentah + 30% rumput lapang + 40% konsentrat T 4 = 40% kulit pisang Ambon mentah + 20% rumput lapang + 40% konsentrat Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik model matematika Gazperz (1991) sebagai berikut: Keterangan: Y ij = µ + α i + ɛ ij Y ij = Respon hasil pengamatan karena perlakuan uji ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah populasi (Rataan umum) α i = Pengaruh perlakuan (waktu) ke-i Ɛ ij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Hipotesis yang akan diuji adalah : H0 : Penggunaan kulit pisang sebanyak 40% menghasilkan populasi bakteri dan protozoa tertinggi dibandingkan dengan penggunaan kulit pisang 10, 0, d 30 %. T4 T ; T4 T ; T4 T3. H1 : Pengaruh perlakuan T4 > T1 ; T4 > T2 ; T4 > T3 atau paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda.

31 Sumber Keragaman Tabel 7. Daftar Sidik Ragam DB JK KT Fhit Ftabel Perlakuan (t-1) = 3 JKP KTP KTP/KTG Galat t(r-1) = 16 JKG KTG Total tr-1 = 19 JKT Keterangan : db = Derajat bebas JK = Jumlah kuadrat KT = Kuadrat tengah Kaidah keputusan:. be d be bed y non significant) atau terima H0.. be be bed y significant) atau tolak H0 dan diterima H1. Selanjutnya bila terdapat perbedaan pengaruh perlakuan yang nyata terhadap hasil pengamatan yang dilakukan maka perlu dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan untuk menguji antar perbedaan perlakuan digunakan: Sx = LSR α SSRα.S Keterangan : Sx : Standard error KTG : Kuadrat Tengah Galat SSR : Studentized Significant Range LSR : Least Significant Range r : Ulangan

32 Selisih antar perlakuan (d) kemudian dibandingkan dengan perlakuan, dengan kaidah keputusan : A b d SR, d be bed y e H0. A b d SR, be bed y a atau sangat nyata (tolak H0). Selanjutnya dilakukan uji Polinomial Ortogonal. Gomez dan Gomez (1995) menjelaskan suatu derajat polinomial ke-n digunakan untuk mengetahui hubungan antara peubah respon Y dan peubah prediktor X disajikan sebagai berikut: Y α + β 1 X + β 2 X 2 +... + βn X n Keterangan : Y α X β 1, β 2,... : respon t : intersepsi atau nilai sebenarnya dari peubah yang diamati : perlakuan : koefisien regresi parsial yang berasosiasi dengan derajat polonomial ke-1 hingga ke-n Gomez dan Gomez (1995) telah menguraikan perhitungan untuk mendapatkan koefisien ortogonal polinomial untuk derajat polinomial pertama (linier), derajat polinomial kedua (kuadratik), derajat polinomial ketiga (kubik), dan derajat polinomial keempat (kuartik), sebagai berikut : L i = a + X i Q i = b + c X i + X i 2 C i = d + ex i + f X i 2 + X i 3 Q u = k +lx + mx 2 + nx 3 + X 4 Keterangan : L i : Derajat polinomial pertama (linier) Q i : Derajat polinomial kedua (kuadratik) C i : Derajat polinomial ketiga (kubik) : Derajat polinomial keempat (kuartik Q u

Data penelitian kemudian akan dilakukan perhitungan analisis varian polinomial orthogonal yang tertera pada Tabel 8, yaitu: Tabel 8. Analisis Varian Polinomial Orthogonal Sumber Keragaman db JK KT Statistik Uji F e - K KT e K KT K d K KT K b K 3 KT 3 3 K K 4 KT 4 4 S K KT e c b T - KT Keterangan: db : Derajat bebas JK : Jumlah kuadrat JKp 1 : Jumlah kuadrat perlakuan linier JKp 2 : Jumlah kuadrat perlakuan kuadratik JKp 3 : Jumlah kuadrat perlakuan kubik JKp 4 : Jumlah kuadrat perlakuan kuartik JKg : Jumlah kuadrat galat JKT : Jumlah kuadrat total KT : Kuadrat tengah KTp 1 : Kuadrat tengah perlakuan linier KTp 2 : Kuadrat tengah perlakuan kuadratik KTp 3 : Kuadrat tengah perlakuan kubik KTp 4 : Kuadrat tengah perlakuan kuartik KTg : Kuadrat tengah galat 33 Kaidah keputusan : 1. Bila F hitung < F tabel 0,05, nilai rata-rata antar perlakuan tidak berbeda nyata (non significant), maka terima H 0. 2. Bila F hitung > F tabel 0,05, nilai rata-rata antar perlakuan berbeda nyata (significant) atau paling sedikit ada satu perbedaan pada setiap perlakuan, maka tolak H 0.

34 Hasil analisis varian tersebut akan dilihat signifikan antar sumber keragaman. Sumber keragaman yang memiliki signifikan tertinggi yang akan dicari bentuk persamaan dan bentuk kurva yang akan membantu dalam membahas hasil penelitian. Untuk pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil pembandingan nilai statistik uji F yang telah dihitung dengan nilai kritis. Menurut Widiharih (2001), penentuan derajat polinomial didasarkan pada kontras-kontras ortogonal yang nyata, sehingga akan didapatkan hubungan fungsi respon antar perlakuan sesuai dengan derajat polinomial yang signifikan. Tabel 9. Tata Letak Percobaan 1 2 3 4 5 P3 P1 P3 P1 P1 6 7 8 9 10 P2 P1 P2 P3 P2 11 12 13 14 15 P4 P2 P4 P3 P1 16 17 18 19 20 P3 P2 P4 P4 P4 Keterangan : P1 : Perlakuan 1 P2 : Perlakuan 2 P3 : Perlakuan 3 P4 : Perlakuan 4