Rahmat Hidayat Saputra Elisasi 1, Muhammad Djamal Amin 2, Daud Kondorura 3

dokumen-dokumen yang mirip
KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA WANASARI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR

KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

KERJA SAMA DESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA MENDIK BHAKTI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SEMBAKUNG KABUPATEN NUNUKAN Studi Komparatif Antara Desa Mambulu Dan Desa Pagaluyon

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

Transkripsi:

ejournal Pemerintahan Integratif, 2019, 7 (3): 316-326 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2019 KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENGELOLAAN ADD (ALOKASI DANA DESA) DAN DD (DANA DESA) DI DESA KARYA BHAKTI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR Rahmat Hidayat Saputra Elisasi 1, Muhammad Djamal Amin 2, Daud Kondorura 3 Abstrak Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis Koordinasi Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Pengumpuulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan, observasi, dan wawancara mendalam. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Keuangan Desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Wakil Ketua badan Permusyawaratan Desa, dan Masyarakat Desa Karya Bhakti dengan menggunakan teknik Purposeve Sampling. Kemudian data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis kualitatif. Temuan dari penelitian ini adalah koordinasi yang terjalin antara Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah baik karena Kepala Desa beserta perangkatnya dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa beserta perangkatnya selalu mengadakan rapat koordinasi dan Musrenbangdes yang di hadiri perangkat desa, perangkat Badan Permusyawaratan Desa, pendamping desa, serta masyarakat Desa Karya Bhakti. Temuan lainnya pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa yang dipergunakan untuk pembangunan sekolah menengah pertama (SMP), pembangunan jalan (semenisasi), pembangunan gedung serbaguna, dan pemberdayaan masyarakat selalu terlambat dalam pencairan bahkan bisa tidak ada pencairan, akibat lambatnya pencairan dana yang ada di Desa Karya Bhakti pembangunanpembangunan yang telah direncanakan akhirnya terhambat. Kata Kunci : koordinasi, pengelolaan, alokasi dana desa, dana desa. 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: dayatkogsi173@gmail.com 2 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 3 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.

Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Pendahuluan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan adanya asas desentralisasi memberi keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya. Terbitnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi Undang-Undang 23 No. 23 Tahun 2014 semakin menguatkan posisi dalam upaya meningkatkan kemampuan disegala bidang, karena semua yang menyangkut kemajuan daerah diserahkan pengelolaan sepenuhnya kepada daerah, terutama Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah. Otonomi daerah diletakkan sebagai jawaban atas perkembangan keadaan, baik di dalam maupun luar negeri, serta tentang persaingan global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya alam, serta perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problem antara pusat dan daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat lokal, otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis disintegrasi dan otonomi memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk lebih berkembang. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan Pemerintahan Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap Pemerintah Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis. Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indonesia terdiri atas beberapa dearah wilayah provinsi dan setiap daerah wilayah provinsi terdiri atas beberapa daerah kabupaten/kota, selanjutnya di dalam tiap daerah kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Pemimpin daerah yang dipilih secara langsung oleh masyarakat secara demokratis harus mampu membangun infrastruktur dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerahnya baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia sehingga nantinya akan mampu mensejahterakan masyarakat dan desa. Sebagai pemerintahan terendah yang memiliki beban untuk membangun, mengembangkan dan mensejahterakan masyarakatnya. Desa merupakan satuan pemerintahan terendah yang diberi hak otonomi sehingga merupakan badan hukum yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usulnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan 317

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: 316-326 kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa bertugas membantu kinerja Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintah Desa. Wewenang dan tugas utama yang harus dijalankan oleh Pemerintah Desa adalah menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga membawa masyarakat pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram, dan berkeadilan serta mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif untuk itu Pemerintah Desa dituntut untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan dari warganya yang terdiri dari berbagai lapisan. Artinya bahwa pemerintahan dalam pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauh mana, seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakat. Koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan hal yang sangat penting dalam merealisasikan kegiatan pembangunan dikawasan pedesaan, sehingga masyarakat desa dapat tergerak dengan terarah dalam kegiatan pembangunan tersebut. Pemerintah desa merupakan penggerak utama masyarakat desa dalam pembangunan desa, dengan cara memberi arahan dan mengayomi masyarakat desa menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus mengayomi masyarakat desa agar dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan dikawasan pedesaan. Hal ini mencerminkan tranparansi dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pada tanggal 31 Desember 2014 ini sekaligus mencabut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Alokasi Dana Desa, Selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Kabupaten/Kota. Dan selanjutnya Dana Desa atau yang di singkat DD adalah Dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Desa Karya Karya Bhakti merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Sebagian besar mata pencarian Masyarakat di Desa Karya Bhakti adalah berasal dari sektor perkebunan dan pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit dan tanaman 318

Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) sayuran. Dalam memajukan dan mensejaterahkan Desa Karya Bhakti perlu adanya pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang dijalankan oleh kepala desa dan diawasi oleh Badan Permusyawatan Desa (BPD). Dalam pengeloaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) perlu adanya Koordinasi yang baik antara Kepala Desa dan Badan Permusyawatan Desa untuk menjalankan pemerintahan dan melakukan pembangunan di Desa Karya Bhakti. Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur belum tepat sasaran karena dilihat dari Pembangunan fisik yang ada di Desa Karya Bhakti belum terealisasi dan belum terselesaikan seperti: Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum terealisasikan. Pembangunan Jalan (Semenisasi) yang belum terselesaikan. Pembangunan Gedung Serbaguna yang hingga saat ini belum terselesaikan. Pemberdayaan Masyarakat yang masih kurang. Dari permasalahan yang terjadi maka perlunya adanya Koordinasi yang baik antara Kepala Desa dan badan Permusyawaratan Desa dalam pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur demi memajukan pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti. Kerangka Dasar Teori Koordinasi Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu (Ndraha, 2003:290). Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi,saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (lendership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi, dari definisi-definisi diatas dijelaskan bahwa koordinasi selalu diperlukan dalam setiap organiasi kecil dan besar, baik organisasi yang sederhana maupun yang kompleks. 319

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: 316-326 Menurut (Terry 2006:85) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi adalah mengimbangi dan mengerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85). Desa Menurut Peraturan Mentri No. 113 Tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terkait pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada sektor pertanian (Edi Indrizal, 2006). Alokasi Dana Desa Menurut Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Alokasi Dana Desa adalah anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepada desa, yang mana sumbernya berasal dari Bagi Hasil Pajak Daerah serta dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja yang diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, Pemerintah mengalokasikan Dana Desa melalui mekanisme transfer kepada kabupaten/kota berdasarkan alokasi dana tersebut. 320

Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Maka tiap kabupaten/kota mengalokasikannya ke setiap desa berdasarkan jumlah desa dengan memprhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah (20%), dan angka kemiskinan (50%). hasil perhitungan tersebut disesuaikan juga dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing desa. Metode Penelitian Berdasarkan judul yang penulis teliti maka dapat diketahui bahwa jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu suatu metode penelitian deskriptif dimana penelitian bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan tentang bagaimana Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis dari bulan September 2018-selesai. Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa teknik penelitian kepustakaan (Library and Document Research), Penelitian Lapangan (Field Work Research), meliputi: observasi, interview, dokumentasi. Key informan: Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa. Informan: Sekretaris Desa Karya Bhakti, Kaur Keuangan Desa Karya Bhakti, Sekretaris Badan permusyawaratan Desa Karya Bhakti, dan Masyarakat Desa Karya Bhakti. Hasil Penelitian dan Pembahasan Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi antara Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah terjalin cukup baik, karena setiap tahunnya Kepala Desa beserta Perangkat Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti beserta Perangkatnya mengadakan Rapat Koordinasi dan juga Musrenbangdes yang melibatkan Pendamping Desa, Kapolri, dan juga masyarakat Desa Karya Bhakti. Pentingnya Koordinasi Dalam Organisasi/Kelompok atau individu dengan individu lainnya Koordinasi sangatlah penting karena untuk mencegah terjadinya kekacauan, keselisihan, kesalahpahaman dalam sebuah kelompok atau organisasi maka dari itu pentingnya koordinasi harus benar-benar di pahami. Pentingnya Koordinasi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa 321

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: 316-326 sangatlah penting, karena Alokasi Dana Desa dan Dana Desa ini di gunakan Pemerintah Desa untuk menjalankan roda pemerintahan, membangun desa, dan mensejahterakan masyarakat yang ada di Desa karya Bhakti. Kompetensi Partisipan Kompetensi Partisipan adalah adanya pihak-pihak yang berwenang yang terlibat dan mengawasi jalannya suatu koordinasi, kompetensi partisipan yang di maksud di sini adalah terkait dengan proses pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Ada pejabat lain yang terlibat dalam Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur yaitu seperti Pendamping Desa, Pendamping dari Kabupaten maupun dari Kepolisian. Tetapi pihak-pihak itu semua lebih jelasnya hanya sebagai pengawas koordinasi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Selebihnya Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti yang lebih berhak terlibat dalam koordinasi tersebut. Kesepakatan dan Komitmen Kesepakatan memberikan pengaruh yang dapat membuat orang yang menjadi targetnya mengikuti dan menyetujui apa yang ditawarkan di dalam kesepakatan tersebut. Sedangkan komitmen sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi yang mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya terhadap nilai-nilai organisasi. Sedangkan koordinasi bisa diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi. (Awaluddin Djamin dalam Hasibuan 2011:86). Ada Kesepakatan, Komitmen, dan Koordinasi yang dilakukan Perangkat Desa Karya Bhakti bersama Perangkat Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti, dan semua itu kedua belah pihak harus bisa mempertanggungjawabkan. Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama Demi menunjang Pendidikan yang lebih baik perlu adanya Sekolahsekolah yang di bangun di desa seperti Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau sejenisnya, dan Sekolah Menengah Atas atau sejenisnya. Di Desa karya Bhakti sendiri belum adanya Gedung Sekolah Menengah Pertama tentunya ini menjadi tugas yang harus dilaksanakan oleh Permerintah Desa. 322

Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama ini tidak kunjung dibangun karena dana yang diperuntukkan untuk Desa Karya Bhakti ini selalu lambat dalam pencairan bahkan terkadang juga tidak cair. Pembangunan Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan tol, dan jalan kabel.pada dasarnya pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruang lalu lintas yang mengatasi berbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa dalam pembangunan jalan (semenisasi) itu sudah ada bentuk nyata pembangunannya seperti semenisasi yang ada di Jl. Banten dan Jl. Bogor, namun itu memang belum terselesaikan karena keterbatasan dana yang di alami Pemerintah Desa, lambatnya pencairan dana untuk Desa Karya Bhakti menjadi salah satu penghambat Pembangunan Jalan (semenisasi) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Pembangunan Gedung Serbaguna Gedung serbaguna merupakan gedung yang bisa di manfaatkan untuk berbagai macam acara kegiatan seperti musyawarah Desa, olahraga, kegiatan seni, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Gedung serbaguna juga bisa dikatakan sebagai gedung yang multifungsi untuk segala kegiatan. Di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur pembangunan Gedung Serbaguna ini belum terlaksana. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa untuk pembangunan Gedung Serbaguna yang ada di Desa Karya Bhakti sudah ada pergerakan tetapi memang belum selesai, bentuk bangunannya pun sudah bisa di lihat yang berada di Jl. Nusantara walupun hanya tiang pondasinya saja yang ada, pembangunan Gedung Serbaguna tersebut terhenti di karenakan Defisit Aggaran yang dirasakan oleh Desa Karya Bhakti. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut berpartisipasi. Pemberdayaan masyarakat juga bisa disebut dengan upaya untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetehuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan 323

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: 316-326 sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. hampir tiap tahun selalu ada Pemberdayaan Masyarakat, dan tahun ini akan di adakannya pelatihan pembuatan abon untuk masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Faktor Pendukung Faktor Pendukung koordinasi Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan yang di lakukan seperti Rapat Musyawarah dan Musrenbangdes. Faktor Penghambat Faktor Penghambat koordinasi Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti adalah karena Alokasi Dana Desa yang sudah tiga tahun ini tidak ada pencairan, dan itu yang menjadi penghambat untuk membangun dan memajukan Desa Karya Bhakti. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan dalam skripsi ini, tentang Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur maka dapat disimpulkan bahwa: Komunikasi antara Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah berjalan dengan baik, dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Kepala Desa Karya Bhakti bersama Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti seperti kegiatan rapat koordinasi dan Musrenbangdes yang juga melibatkan perangkat Desa Karya Bhakti, perangkat Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti, pendamping desa, pendamping dari kabupaten, dari kepolisian, dan juga turut melibatkan Masyarakat Desa Karya Bhakti. Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sangat menyadari bahwa betapa Pentingnya Koordinasi yang di jalani antara kedua pihak karena Alokasi Dana Desa dan Dana Desa ini di gunakan Pemerintah Desa untuk menjalankan roda Pemerintahan, membangun desa, dan mensejahterakan masyarakat Desa Karya Bhakti. Untuk pejabat lain yang terlibat dalam Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yaitu Pendamping Desa, Pendamping Dari Kabupaten, maupun dari Kepolisian. Setiap mengadakan rapat koordinasi dan Musrenbangdes, Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti selalu melakukan kesepakatan dan selalu berkomitmen mengenai Pengelolaan Alokasi Dana Desa 324

Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) dan Dana Desa yang ada di Desa karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Untuk Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini belum terlaksana karena keadaan keuangan desa yang sedang defisit anggaran, karena Dana Desa tidak diperbolehkan untuk pembangunan gedung, sedangkan Alokasi Dana Desa yang seharusnya untuk Desa Karya Bhakti ini sudah tiga tahun tidak ada pencairan. Untuk pembangunan jalan (semenisasi) yang ada di Desa Karya Bhakti ini terbilang belum terselesaikan, baru terlaksana hanya di beberapa tempat seperti di Jl. Banten dan di Jl. Bogor itupun masih setengah yang sudah tersemenisasi Untuk Pembangunan Gedung Serbaguna ini juga belum terselesaikan dikarenakan Alokasi Dana Desa yang sudah tiga tahun tak kunjung cair, sedangkan bangunan Gedung Serbaguna ini sudah berdiri tiangnya/pondasinya tetapi hingga saat ini belum ada kelanjutan. Untuk pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti sudah cukup baik, karena hampir setiap tahun pemerintah Desa Karya Bhakti mengadakan pelatihan-pelatihan. Faktor Pendukung Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa bisa di lihat kegiatan-kegiatan yang diadakan seperti rapat koordinasi dan Musrenbangdes. Faktor Penghambat Kordinasi Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa adalah karena Alokasi Dana Desa untuk Desa Karya Bhakti sudah tiga tahun tidak ada pencairan dan cara mengatasinya dengan cara meminta sumbangan dari masyarakat desa. Sebaiknya koordinasi yang dijalin antara Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti harus selalu dipertahankan karena tanpa koordinasi yang baik akan terjadi kesalahpaham yang akan berimbas pada masyarakat Desa Karya Bhakti. Seharusnya untuk Pembangunan Infrastruktur seperti Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama, Pembangunan Jalan (semenisasi), dan Pembangunan Gedung Serbaguna, yang memerlukan keuangan dari Alokasi Dana Desa, Pemerintah Desa Karya Bhakti terutama Kepala Desa Karya Bhakti harus selalu menanyakan kejelasan Alokasi Dana Desa tersebut kepada yang bersangkutan. Perlunya Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa Karya Bhakti harusnya lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan pola pikir, keterampilan, serta kemampuan masyarakat yang ada Di Desa Karya Bhakti. Daftar Pustaka Handayaningrat, Soewarno (1985). Pengantar Studi Ilmu Adminitrasi dan Managemen. PT Gunung Agung: Jakarta 325

ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: 316-326 Hasibuan, Malayu. 2001 Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:PT. Toko Gunung Agung. Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernoligy (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. Jakarta :PT. Rineka Cipta R. Terry, George. Prinsip- Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Dokumen-dokumen Peraturan Menteri No 113 Tahun 2014 Tentang Desa Undang-Undang No 06 Tahun 2014 Tentang Desa Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah 326