LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Transkripsi

1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menimbang Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Pasal 2 ayat (6) dan Pasal 6 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Kelurahan. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Nomor 8743) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3847); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Povinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4427) ; 4. Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 5. Peraturan...

2 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penggabungan dan Penghapusan Kelurahan ; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 19); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan 77 Kelurahan Dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 Nomor 0802). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG Dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang; 3. Bupati...

3 Bupati adalah Bupati Tangerang; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang; 5. Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan republik Indonesia; 7. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan; 8. Pejabat yang berwenang adalah pejabat pemerintah di tingkat pusat dan atau pejabat pemerintah di daerah Propinsi yang berwenang dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 9. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan; 10. Lurah adalah kepala kelurahan; 11. Desa atau yang disebut nama lain selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan. masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 12. Badan Permusyawaran desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa sebagai unsur dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa. 13. Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan adalah peningkatan status pada desa yang telah memenuhi persyaratan menjadi Kelurahan; 14. Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa kelurahan, atau bagian kelurahan yang bersanding, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih, atau pembentukan Kelurahan di luar Kelurahan yang telah ada; 15. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan kelurahan yang telah ada; 16. Penggabungan Kelurahan adalah menyatukan dua kelurahan atau lebih menjadi satu kelurahan baru. 17. Tim...

4 Tim Pengkaji Kelayakan adalah Tim kerja yang dibentuk oleh Bupati untuk melaksanakan pengkajian kelayakan pembentukan, penghapusan/penggabungan, dan peningkatan status desa menjadi kelurahan; 18. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau disingkat LPMK adalah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk di kelurahan untuk membantu lurah dalam melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. BAB II KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI Bagian Pertama Kedudukan Kelurahan Pasal 2 (1) Kelurahan merupakan perangkat daerah Kabupaten yang berkedudukan di Wilayah Kecamatan; (2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat; (3) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati atas usul Camat dari Pegawai Negeri Sipil; (4) Syarat-syarat Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Pangkat/Golongan minimal Penata (III/c); b. Masa kerja minimal 10 tahun; c. Memiliki kemampuan teknis dibidang administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 3 (1) Kelurahan terdiri dari Lurah dan Perangkat Kelurahan; (2) Perangkat kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi sebanyak-banyaknya 4 (empat) Seksi serta jabatan fungsional; (3) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada Lurah.; (4) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah atas usul Camat; (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur organisasi dan tata kerja kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB...

5 - 5 - BAB III TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN Pasal 4 (1) Lurah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mempunyai tugas pokok : a. Pelaksanaan kegiatan Pemerintahan Kelurahan; b. Pemberdayaan Masyarakat; c. Pelayanan Masyarakat; d. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum; e. Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Umum; f. Pembinaan Lembaga Kemasyarakatan. (2) Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Lurah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati; (3) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas; (4) Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personal; (5) Pelimpahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Keputusan Bupati. Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Lurah mempunyai fungsi: a. pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan; b. pemberdayaan masyarakat; c. pelayanan masyarakat; d. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; e. pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum f. pembinaan lembaga kemasyarakatan. Pasal 6 (1) Selain melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan Bupati, Lurah mempunyai kewenangan melakukan pemeliharaan dan pengelolaan kekayaan atau aset Pemerintah Daerah yang berasal dari aset desa yang menjadi kelurahan; (2) Pemanfaatan hasil pengelolaan kekayaan atau aset sebagaimana dimaksud ayat (1) diprioritaskan untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat kelurahan setempat. BAB.

6 - 6 - BAB IV TATA KERJA Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, lurah melakukan koordinasi dengan Camat dan instansi vertikal yang berada di wilayah kerjanya; (2) Pimpinan satuan kerja tingkat kelurahan bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing; (3) Setiap Pimpinan satuan kerja di kelurahan wajib membina dan mengawasi bawahannya masing-masing. BAB V PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN/PENGGABUNGAN, PEMEKARAN, DAN PENINGKATAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Bagian Kesatu Pembentukan Kelurahan Pasal 8 (1) Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan; (2) Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat; (3) Pembentukan Kelurahan dapat berupa penggabungan beberapa kelurahan atau bagian kelurahan yang bersandingan, pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih, atau peningkatan status desa menjadi kelurahan; (4) Pembentukan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah; (5) Peraturan Daerah tentang Pemekaran Kelurahan sekurang-kurangnya menetapkan Nama Kelurahan, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga, serta Batas-batas Kelurahan. Pasal 9 (1) Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud Pasal 2 Ayat (3) harus memperhatikan syarat administrasi, teknis dan kondisi sosial budaya masyarakat; (2) Syarat administrasi pembentukan kelurahan meliputi : a. Adanya Keputusan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) atau sebutan lain tentang Persetujuan Pembentukan Kelurahan; b. Keputusan Kepala Desa atau Lurah tentang Persetujuan Pembentukan Kelurahan; c. Keputusan Bupati tentang Persetujuan Pembentukan Kelurahan; d. Keputusan DPRD tentang Persetujuan Pembentukan Kelurahan. Syarat...

7 - 7 - (3) Syarat teknis pembentukan kelurahan meliputi : a. Luas Wilayah paling sedikit 3 km 2 ; b. Jumlah Penduduk paling sedikit jiwa atau 900 Kepala Keluarga; c. Bagian wilayah kerja yang dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat; d. Sarana dan Prasarana Pemerintahan yaitu memiliki kantor, jaringan perhubungan, sarana komunikasi dan fasilitas umum yang memadai; (4) Syarat kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status dan mata pencaharian penduduk, perubahan nilai agraris ke jasa dan industri, dan tingginya volume pelayanan. Bagian Kedua Penghapusan/Penggabungan Kelurahan Pasal 10 Kelurahan yang kondisinya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dapat dihapus atau digabung; Pasal 11 Tatacara penghapusan/penggabungan kelurahan dilaksanakan dengan tahapan : a. Aspirasi masyarakat setempat yang dituangkan dalam Keputusan LPMK atau sebutan lain tentang Persetujuan Penggabungan Kelurahan; b. Keputusan Lurah tentang Persetujuan Penggabungan Kelurahan; c. Usulan pemekaran disampaikan oleh Lurah kepada Bupati melalui Camat; d. Bupati membentuk Tim Pengkaji Kelayakan untuk menilai kelayakan persyaratan administrasi, teknis dan sosial budaya masyarakat; e. Apabila hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud huruf d, dinyatakan layak, Bupati menyampaikan usulan Penggabungan Kelurahan kepada DPRD; f. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Penggabungan Kelurahan; g. Apabila DPRD menetapkan Persetujuan Penggabungan Kelurahan, selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penggabungan Kelurahan. Bagian Ketiga Pemekaran Kelurahan Pasal 12 (1) Kelurahan yang jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk berdasarkan pertimbangan teknis pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat, dapat dilakukan pemekaran menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih. (2) Pemekaran.

8 - 8 - (2) Pemekaran satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; (3) Syarat-syarat sebuah kelurahan dilakukan pemekaran adalah sebagai berikut : a. Jumlah Penduduk sekurang-kurangnya jiwa atau Kepala Keluarga; b. Luas wilayah sekurang-kurangnya 6 (enam) km 2 ; c. Bagian Wilayah Kerja dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat; d. Memiliki sarana dan prasarana pemerintahan berupa kantor, jaringan perhubungan, sarana komunikasi dan fasilitas umum yang memadai; e. Faktor sosial budaya telah memiliki karakteristik kehidupan masyarakat perkotaan. Pasal 13 Tata cara pemekaran satu kelurahan menjadi 2 (dua) kelurahan atau lebih dilaksanakan dengan tahapan : a. Aspirasi masyarakat setempat yang dituangkan dalam Keputusan LPMK atau sebutan lain tentang Persetujuan Pemekaran Kelurahan; b. Keputusan LPMK atau sebutan lain tentang Persetujuan Nama Calon Kelurahan Baru, Pembagian Luas Wilayah, Batas Wilayah, Penyerahan Sarana dan Prasarana Pemerintahan yang akan dipergunakan untuk Kelurahan Baru, Penyerahan Kekayaan atau Aset Kelurahan; c. Keputusan Lurah tentang Persetujuan Pemekaran Kelurahan, Persetujuan Nama Calon Kelurahan Baru, Pembagian Luas Wilayah, Batas Wilayah, Penyerahan Sarana dan Prasarana Pemerintahan yang akan dipergunakan untuk Kelurahan Baru, Penyerahan Kekayaan atau Aset Kelurahan; d. Usulan pemekaran disampaikan oleh Lurah kepada Bupati melalui Camat; e. Bupati membentuk Tim Pengkaji Kelayakan untuk mengadakan penilaian kelayakan persyaratan administrasi, teknis dan sosial budaya masyarakat; f. Apabila hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud huruf d dinyatakan layak dilakukan pemekaran Kelurahan, Bupati menyampaikan usulan Pemekaran Kelurahan kepada DPRD; g. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Pemekaran Kelurahan; h. Apabila DPRD menetapkan Persetujuan Pemekaran Kelurahan, selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pemekaran Kelurahan. Bagian...

9 - 9 - Bagian Keempat Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan Pasal 14 (1) Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat; (2) Perubahan/peningkatan status desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhatikan persyaratan sebagai berikut : a. Adanya prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat; b. Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud huruf a di atas disetujui paling sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa yang mempunyai hak pilih; c. Luas wilayah tidak berubah; d. Jumlah penduduk paling sedikit 4500 jiwa atau 900 Kepala Keluarga; e. Prasarana dan sarana pemerintahan yang memadai bagi terselenggaranya pemerintahan kelurahan; f. Kondisi sosial budaya masyarakat berupa keanekaragaman status dan mata pencaharian penduduk, perubahan nilai agraris ke jasa dan industri; g. Meningkatnya volume pelayanan. Pasal 15 Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: a. Adanya prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat; b. Aspirasi masyarakat dituangkan dalam Berita Acara Persetujuan Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan; c. Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud huruf a dan b di atas, paling sedikit 2/3 (dua per tiga) penduduk Desa yang mempunyai hak pilih; d. Usulan pemekaran disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat; e. Bupati membentuk Tim Pengkaji Kelayakan untuk menilai kelayakan persyaratan administrasi, teknis dan sosial budaya masyarakat; f. Apabila hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud huruf d dinyatakan layak menjadi Kelurahan, Bupati menyampaikan usulan Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan kepada DPRD; g. DPRD menetapkan Keputusan tentang Persetujuan atau Penolakan Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan; h. Apabila DPRD menetapkan Persetujuan Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan, selanjutnya ditetapkan Peraturan Daerah tentang Peningkatan Status Desa Menjadi Kelurahan. Pasal...

10 Pasal 16 (1) Desa yang berubah menjadi kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil; (2) Desa yang berubah menjadi kelurahan, maka Kepala Desanya diangkat menjadi Penjabat Lurah sampai dengan berakhir masa jabatannya sebagai Kepala Desa; (3) Kelurahan yang masa jabatan Penjabat Lurahnya telah berakhir, sebelum dilakukan pengisian Lurah definitif maka dapat diperpanjang masa jabatannya maksimal selama 2 (dua) kali 6 (enam) bulan; (4) Penjabat Lurah tidak mendapat tunjangan jabatan akan tetapi diberi uang insentif sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah yang dibebankan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 17 (1) Dengan berubahnya status desa menjadi Kelurahan maka Lembaga Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dari Desa-desa yang ditetapkan menjadi Kelurahan dihapuskan dan dibubarkan oleh Pemerintah Daerah; (2) Bagi anggota BPD dari Desa-desa yang ditetapkan menjadi Kelurahan diberhentikan dari jabatannya dan diberikan penghargaan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah. Pasal 18 Desa yang berubah status menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan Pemerintah Daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat; Pasal 19 Segala biaya yang timbul dalam kegiatan pembentukan, penghapusan/penggabungan, pemekaran dan Peningkatan Status Desa menjadi Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang. BAB VI LEMBAGA KEMASYARAKATAN, RT, DAN RW Pasal 20 (1) Untuk membantu Lurah dan Perangkat Kelurahan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan, RT, dan RW; (2) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas disebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau disingkat LPMK atau sebutan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan; (3) Pengaturan...

11 (3) Pengaturan lebih lanjut mengenai LPMK, RT, dan RW akan ditetapkan dalam Peraturan Daerah tersendiri; (1) Keuangan Kelurahan bersumber dari : BAB VII KEUANGAN Bagian Kesatu Sumber Keuangan Kelurahan Pasal 21 a. APBD Kabupaten yang dialokasikan sebagaimana perangkat daerah lainnya; b. Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Pengadaan sarana dan prasarana Kantor Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; (3) Biaya penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; (4) Alokasi anggaran Kelurahan yang berasal dari APBD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; Bagian Kedua Penatausahaan Keuangan Pasal 22 (1) Lurah beserta Perangkat Kelurahan lainnya melaksanakan pengelolaan dan penatausahaan keuangan Kelurahan sesuai dengan peraturan perundangundangan; (2) Pelaksanaan pengelolaan dan penatausahaan keuangan kelurahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan personil, sarana dan prasarana Kelurahan; (3) Apabila dengan pertimbangan keterbatasan personal, sarana dan prasarana kelurahan yang belum memadai, maka pengelolaan dan penatausahaan keuangan Kelurahan dapat difasilitasi oleh Kecamatan, dan secara bertahap dilakukan pembinaan dan penyerahan kepada Kelurahan; (4) Camat bertanggungjawab melakukan fasilitasi dan pembinaan pengelolaan dan penatausahaan keuangan Kelurahan. BAB...

12 BAB VIII BATAS WILAYAH KELURAHAN Pasal 23 Dalam pembentukan, penghapusan/penggabungan, pemekaran dan peningkatan status desa menjadi kelurahan disebutkan Nama Kelurahan, Luas Wilayah dan Batas Wilayah Kelurahan; Pasal 24 (1) Penataan dan penegasan batas wilayah kelurahan dilaksanakan oleh Tim Penataan dan Penegasan Batas yang dibentuk oleh Bupati dengan melibatkan Instansi yang terkait; (2) Penataan dan Penegasan Batas Wilayah Kelurahan dituangkan dalam Berita Acara Penataan dan Penegasan Batas Wilayah Kelurahan yang dilengkapi dengan Peta Batas Kelurahan; (3) Penetapan Batas Wilayah Kelurahan ditetapkan dengan Keputusan Bupati; Pasal 25 Apabila terjadi perselisihan mengenai batas wilayah Kelurahan, Bupati dapat memutuskan secara sepihak batas wilayah dari masing-masing Kelurahan. BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 26 (1) Pembinaan umum penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Provinsi; (2) Pembinaan teknis dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan dan lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Camat. Pasal 27 Pembinaan umum penyelenggaraan Pemerintah oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) meliputi : a. memberikan pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan kelurahan; b. memberikan pedoman umum administrasi, tata naskah dinas, dan pelaporan; c.memberikan...

13 c. memberikan pedoman tentang bantuan pembiayaan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten kepada kelurahan; d. memberikan pedoman dan standar Tanda Jabatan, Pakaian Dinas dan Atribut bagi Lurah dan Perangkat Kelurahan; e. memberikan pedoman pendidikan dan pelatihan; f. memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan pemerintahan kelurahan dan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan; g. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; h. melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur pemerintah daerah yang bertugas membina pemerintahan kelurahan; i. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan kelurahan; j. memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh lurah dan perangkat kelurahan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan k. pembinaan lainnya yang diperlukan. Pasal 28 Pembinaan umum penyelenggaraan Pemerintah oleh Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) meliputi : a. menetapkan bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi; b. memfasilitasi penyusunan Peraturan Daerah; c. melakukan pengawasan Peraturan daerah; d. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum, adat, nilai adat istiadat, lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan kelurahan; e. memfasilitasi pelaksanaan pedoman administrasi, tatanaskah dinas dan pelaporan; f. melaksanakan pendidikan dan pelatihan tertentu skala provinsi; g. memberikan penghargaan atas prestasi penyelenggaraan pemerintahan kelurahan tingkat provinsi; h. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perkotaan skala provinsi. Pasal 29 Pembinaan teknis dan pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) meliputi : a. menetapkan pelimpahan tugas Bupati kepada lurah; b. memberikan pedoman administrasi, tata naskah dinas dan pelaporan; c.menetapkan...

14 c. menetapkan alokasi dana dari APBD; d. mengawasi pengelolaan keuangan kelurahan dan pendayagunaan asset daerah yang dikelola oleh kelurahan; e. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; f. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat, nilai adat istiadat, lembaga beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan kelurahan; g. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi lurah, perangkat kelurahan dan lembaga kemasyarakatan; h. menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi lurah, dan Perangkat Kelurahan; i. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan kelurahan; dan j. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perkotaan. Pasal 30 Pembinaan teknis dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) meliputi : a. memfasilitasi administrasi tata pemerintahan kelurahan; b. memfasilitasi pengelolaan keuangan kelurahan dan pendayagunaan aset daerah yang dikelola oleh kelurahan; c. memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; d. memfasilitasi pelaksanaan tugas lurah dan perangkat kelurahan; e. memfasilitasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; f. memfasilitasi pengembangan lembaga kemasyarakatan; g. memfasilitasi pembangunan partisipatif; h. memfasilitasi kerjasama kelurahan dengan pihak ketiga; dan i. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat kelurahan. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Dengan berlakunyan Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal...

15 Pasal 32 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannnya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa Pada tanggal BUPATI TANGERANG ttd. Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal SEKRETARIS DAERAH H. ISMET ISKANDAR ttd H. NANANG KOMARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2008 NOMOR 07

16 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang, mengamanatkan pemberian otonomi luas kepada daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, melaksanakan fungsi pemerintahan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dalam penyelenggaraan pemerintah daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah. kabupaten terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Selain dari pada itu, untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan diperkotaan, perlu dibentuk kelurahan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pembentukan kelurahan harus mempertimbangkan berbagai syarat seperti syarat administratif, syarat teknis, dan syarat kewilayahan. Kelurahan dipimpin oleh lurah dibantu oleh perangkat kelurahan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati selain dari pada itu lurah mempunyai tugas (1) pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan, (2) pemberdayaan masyarakat, (3) pelayanan masyarakat, (4) penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum, dan (5) pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. Dalam hal pelimpahan tugas dari Bupati kepada lurah, maka pemerintah Kabupaten perlu memperivikasi tugas-tugas yang dilimpahkan secara proporsional. Pelaksanaan tugas lurah akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber keuangan yang besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas lurah, dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, PKK, Karang Taruna dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan atas penyelengaraan pemerintahan daerah termasuk pemerintahan kelurahan. Guna menjamin penyelengaraan pemerintahan kelurahan dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku maka pemerintah, pemerintah provinsidan pemrintah Kabupaten Tangerang dan Camat melakukan pengawasan. II. Pasal...

17 - 2 - II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan urusan pemerintahan antara lain urusan pelaksanaan urusan administrasi pemerintahan dan pengaturan kehidupan masyarakat yang dilimpahkan kepada lurah. Ayat (3) Yang dimaksud dengan kebutuhan kelurahan adalah kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat yang memerlukan peningkatan dan percepatan pelayanan masyarakat. Untuk mengetahuinya, pemerintah kabupaten terlebih dahulu melakukan verifikasi. Yang dimaksud dengan efisiensi adalah bahwa urusan pemerintahan yang dilimpahkan dalam penanganannya dipastikan lebih berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan oleh kelurahan dibandingkan apabila ditangani oleh perangkat daerah lainnya. Sedangkan peningkatan akuntabilitas adalah bahwa urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada kelurahan lebih langsung/dekat dan berdampak/ berakibat kepada masyarakat dibandingkan dengan urusan yang ditangani oleh oleh perangkat daerah lainnya. Ayat (4) Ayat (5) Pasal 5 Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pengelolaan kekayaan atau aset Pemerintah Daerah adalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan melibatkan masyarakat kelurahan. Ayat (2) Pasal.

18 - 3 - Pasal 7 Cakup jelas Pasal 8 Cakup jelas Pasal 9 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Yang dimaksud dengan Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai suatu maksud dan tujuan pemekaran kelurahan, seperti tersedianya pasar, sarana komunikasi dan lain-lain. Yang dimaksud dengan Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan menjadi penunjang terselenggaranya pemekaran kelurahan, seperti tersedianya jalan dan alat transportasi. Ayat (4) Yang dimaksud dengan kondisi Sosial Budaya adalah segala kebiasaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di suatu wilayah. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan jumlah penduduk melampaui jumlah penduduk adalah jumlah penduduk di wilayah kelurahan telah melebihi jiwa dan KK. Yang dimaksud dengan Pertimbangan Teknis Pemerintahan adalah hasil pengkajian kelayakan pembentukan kelurahan yang dilakukan oleh Tim Pengkaji Kelayakan yang dibentuk oleh Bupati. Ayat (2) Ayat (3) Pasal..

19 - 4 - Pasal 13 Pasal 14 Ayat (1) Yang dimaksud dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat adalah usulan disetujui paling sedikit 2/3 penduduk desa yang mempunyai hak pilih. Ayat (2) Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah dalam ketentuan ini adalah Pegawai Negeri sipil yang tersedia di Kabupaten Tangerang. Ayat (2). Ayat (3) Ayat (4) Pasal 17 Pasal 18 Yang dimaksud dengan dikelola oleh kalurahan adalah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan melibatkan masyarakat kelurahan. Pasal 19. Pasal 20 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Lembaga Kemasyarakatan adalah Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 21

20 - 5 - Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 TAMBAHAN LEMBARAN KABUPATEN TANGERANG DAERAH NOMOR 0708